Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203275 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Sholikah Putri Suni
"ABSTRAK
Cakupan penggunaan kontrasepsi modern di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Akan tetapi, cakupan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) masih
jauh dari target yang diharapkan. Berdasarkan penelitian sebelumnya ditemukan bahwa kelompok berisiko tinggi akan cenderung untuk menggunakan kontrasepsi modern. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kelahiran berisiko tinggi dengan penggunaan kontrasepsi modern khususnya metode kontrasepsi jangka
panjang (MKJP) dan mengetahui faktor lain yang mempunyai peran terhadap
penggunaan kontrasepsi modern setelah mengalami kelahiran yang berisiko tinggi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan analisis data SDKI 2007 dan 2012. Sampel pada penelitian ini adalah wanita usia subur (15-49 th) yang pernah melahirkan maksimal 5 tahun sebelum survei dilakukan. Hasil penelitian menunjukan bahwa prevalensi risiko tinggi 30,45%, risiko tinggi ganda 10,96% dan risiko tinggi tunggal 19,49%. Prevalensi penggunaan kontrasepsi modern sebesar 68% dan paling banyak menggunakan metode suntik. Sedangkan prevalensi penggunaan MKJP adalah 8,73% dan yang paling banyak digunakan adalah metode IUD. Riwayat kelahiran berisiko tinggi tidak meningkatkan peluang penggunaan kontrasepsi modern secara keseluruhan [PR 0,84; 95%CI: 0,817-0,861]. Terdapat peluang yang cukup besar untuk menggunakan MKJP bagi mereka yang memiliki riwayat kelahiran risiko tinggi
ganda baik pada seluruh populasi [PR: 1,90 ;95%CI: 1,65-2,13] maupun pada populasi pengguna kontrasepsi modern [PR: 1,46 ;95%CI: 1,29-1,64]. Populasi yang menggunakan kontrasepsi modern, peluang terbesar untuk menggunakan MKJP bila ibu yang berisiko tinggi melakukan ANC di klinik bidan dan melakukan persalinan di rumah bersalin (RB) setingkat puskesmas. Oleh karena itu, disarankan untuk meningkatkan edukasi, promosi dan konseling terutama kepada wanita usia subur yang sudah memiliki riwayat melahirkan dengan risiko tinggi supaya dapat mencegah kelahiran berisiko.

ABSTRACT
Coverage of modern contraceptive use in Indonesia increased from year to year. However, the scope of the use of long acting contraceptive system (LACS) is still far from the expected target. Based on previous study found that high-risk groups are likely to use modern contraception. This study aimed to analyze the effect of high-risk births with the use of modern contraceptives, especially long acting contraceptive system (LACS) and determine other factors that have a value of interventions towards high-risk births variable relationship with the use of modern contraceptives. This study
used cross sectional design with IDHS 2007 and 2012. The sample in this study were women of reproductive age (15-49 years) who had delivered a maximum of 5 years prior to the survey. The results showed that the prevalence of high risk of 30.45%, 10.96% double high risk and 19,49 single high risk. The prevalence of modern contraceptive use by 68% and the most widely used injection method. While the prevalence of the use of LACS was 8.73% and the most widely used method of IUD. A history of high-risk births do not increase the probability of modern contraceptive use overall [PR 0.84; 95% CI: 0.817 - 0.861]. There are considerable opportunities to use the LACS for those who have a history of high-risk multiple births either in the whole population [PR: 1.90; 95% CI: 1.65 - 2.13] and in a population of modern contraceptive users [PR: 1,46; 95% CI: 1.29 to 1.64]. Population using modern contraceptives, the biggest opportunity to use the LACS when high-risk mothers do ANC at clinic midwife and deliver at the maternity hospital (RB) level health centers. Therefore, it is advisable to increase the education, promotion and counseling especially to women of reproductive age who already have a history of delivering with a high risk in order to prevent the risk births."
2016
T46570
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyarsih Oktaviana
"Latar belakang: Total Fertility Rate (TFR) di perdesaan masih di atas TFR nasional yaitu 2.8 berbanding 2.6. Wanita perdesaan memiliki ketergantungan tinggi terhadap layanan kesehatan umum untuk mendapatkan pelayanan keluarga berencana. Total kebutuhan pelayanan kontrasepsi di wilayah perdesaan Indonesia adalah 72.5%. Wanita perdesaan perlu mendapat perhatian khusus karena 50.2% penduduk Indonesia tinggal di daerah perdesaan.
Metode: Penelitian menggunakan data SDKI 2012 dengan besar sampel 15.416 orang. Uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik binomial, dengan subjek penelitian wanita berstatus kawin yang tinggal di daerah perdesaan, sedangkan wanita yang tidak dapat hamil atau sedang hamil saat survei dilakukan tidak diikutsertakan.
Hasil: Wanita di perdesaan yang belum menggunakan kontrasepsi sebanyak 36%. Ada hubungan antara usia, status pekerjaan suami, riwayat anak meninggal, paritas, usia menikah pertama, kunjungan petugas KB, aksesibilitas ke fasilitas kesehatan, keinginan memiliki anak, interaksi antara akses biaya dan akses jarak terhadap status penggunaan kontrasepsi oleh wanita berstatus kawin di perdesaan. Faktor yang paling dominan adalah status pekerjaan suami (OR=3.471, CI 95% 2.671-4.510), usia menikah pertama (OR1=3.277 CI 95% 1.705-6.296; OR2=2.774, CI 95% 1.444-5.328), dan akses biaya (OR=2.623, CI 95% 1.822-3.776).
Kesimpulan: Fokus sasaran peningkatan prevalensi pengguna kontrasepsi di perdesaan adalah wanita menikah di bawah usia 21 tahun, memiliki suami yang tidak bekerja, memiliki riwayat anak meninggal, dan paritas dua anak. Determinan penggunaan KB di perdesaan adalah aksesibilitas (jarak, biaya, informasi) dan keinginan memiliki anak.
Rekomendasi kebijakan dan program: melibatkan praktek bidan swasta dalam sistem jaminan kesehatan, bimbingan KB bagi pasangan menikah di bawah usia 21, pemetaan segmentasi sasaran pelayanan KB perdesaan, dan pemberdayaan petugas KB sebagai ?marketing sales? alat kontrasepsi.

Background: Total Fertility Rate ( TFR ) in rural areas is still above the national TFR is 2.8 compared to 2.6. Rural women is highly dependent on public health institutions in acquiring family planning services. Total need of contraceptive services in rural areas of Indonesia is 72.5%. Rural women need special attention because they constitute 50.2% of Indonesian women.
Method: This research used data from IDHS 2012 with a sample size of 15,416 subjects. Statistical test used was binomial logistic regression. Married women who lived in rural areas are included in the study while infertile women or pregnant women are excluded.
Results: 36% of women in rural areas have never used any contraceptive method. Age, husband's working status, history of deceased offspring, parity, age at first marriage, visit by family planning officer, accessibility to health facility, desire for more children, interaction between mobility and financial accessibility are associated with usage of contraception by married women in rural areas. The most dominant factors are husband's working status (OR=3.471, CI 95% 2.671-4.510), age at first marriage (OR1=3.277 CI 95% 1.705-6.296; OR2=2.774, CI 95% 1.444-5.328), and financial accessibility (OR=2.623, CI 95% 1.822-3.776).
Conclusion: The focus of efforts to increase the prevalence of contraception user in rural areas are married woman who is below 21 years old at first marriage, has an unemployed husband, has a history of deceased children, and has delivered children twice. Determinants of conrraception usage in rural areas are accessibility (financial, mobility, and information) and desire for more children.
Program and policy recommendation: inclusion of private practice midwives in health insurance system, compulsory family planning counseling for married pair below 21 years old, mapping of family planning target segmentation in rural area, and empowerment of family planning workers as "salesman" for contraception."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniati Bachrun
"Dampak demografis pemakaian kontrasepsi tidak hanya tergantung pada prevalensi kontrasepsi tetapi juga tergantung pads kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Ketidaklangsungan pemakaian kontrasepsi yang tinggi mengindikasikan adanya ketidakpuasan terhadap suatu metode kontrasepsi atau pelayanan KB yang dipcroleh dari suatu sumber alat/cara KB. Oleh karena itu penting untuk mengetahui variasi ketidaklangsungan pemakaian kontrasepsi dari sumbcr alat/Cara KB yang berbeda pada wanita dengan karakteristik sosiodemografi yang berbeda.
Penelitian ini mempelajari pengaruh snmber alat/cara KB dan faktor sosiodemografi terhadap ketidaklangsungan pemakaian kontrasepsi di Indonesia, bcrdasarkan data historis pemakaian kontrasepsi dalam kalender SDKI 2007, dengan menggunakan metode analisis IW table dan rcgresi C5x.
Hasil analisis lgfe table tingkat ketidaklangsungan pemakaian kontrasepsi menunjukkan bahwa tingkat ketidaklangsungan lebih tinggi pada pemakaian kontrasepsi oleh wanita dengan karakteristik: memperoleh kontrasepsi dari surnber swasta, menggunakan pil KB, bertujuan menunda kelahiran, berusia lebih muda, dengan jumlah anak Iebih sedikit, mempunyai tingkat pendidikan dan status sosialekonomi tinggi dan tinggal di daerah perkotaan.
Hasil analisis multivariat menggunakan model regresi Cox menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi yang berasal dari sumber Iainnya mempunyai risiko ketidaklangsungan pemakaian kontrasepsi lebih kecil daripada pemakaian kontrasepsi yang bersumber dari fasilitas swasta atau pemerintah. Pcmakaian metode kontrasepsi jangka panjang, jumlah anak masih hidup, dan motivasi yang kuat untuk membatasi kelahiran mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap ketidaklangsungan pemakaian kontrasepsi. Sedangkan faktor sosiodemografi seperti umur, urnur kawin penmna dan tingkat pendidikan pasangan suami istri dan bertempat tinggal di perkotaan berpengaruh positif signifikan terhadap kctidaldangsungan pcmakaian kontrascpsi.

The effect of using contraception demographically not only depend on contraceptive prevalence but also on contraceptive continuation. Higher contraceptive discontinuation indicates dissatisfaction of using a contraceptive method. Hence, it is important to study the variation of contraceptive discontinuation of different contraceptive source on women with some socio demographic characteristics.
This research studies the effect of contraceptive source and socio demographic factors on contraceptive discontinuation in Indonesia, based on calendar data of 2007 Indonesian Demographic and Health Survey. Life table analysis and Cox regression are used to describe this effect.
Life table analysis results shows that higher contraceptive discontinuation is found on women with private contraceptive source, using pill, birth spacing as contraceptive intention, younger, viewer children, higher education, higher socio economic status and live in urban.
Cox regression model results that using contraceptive method from other source has lower contraceptive discontinuation risk than using contraceptive method from private or government Facilities. Long term method, number of living children and stronger motivation to limiting birth has significant and negative effect on contraceptive discontinuation. Socio demographic factors as age, age at first union, spouse education and live in urban has significant and positive effect on contraceptive discontinuation.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T34246
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aprida Sopiani
"Tingginya prevalensi drop out kontrasepsi menjadi salah satu penyebab tidak turunnya angka Total Fertility Rate (TFR). Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan angka TFR yang tinggi (2,8) dan lebih besar dari TFR nasional (2,6). Target RJPMN tahun 2015 ? 2019 menurunkan angka drop out menjadi 24,6%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan yang berhubungan dengan drop out kontrasepsi modern (pil, suntik, IUD dan implan) di NTB. Penelitian ini menggunakan data sekunder survei ICMM (Improving Contraceptive Mix Method) oleh Pusat Penelitian Kesehatan UI tahun 2013. Desain penelitian cross sectional, sampel sebesar 4820 responden. Hasil penelitian didapatkan kejadian drop out sebesar 28,8%. Terdapat hubungan antara efek samping, komunikasi dengan suami, usia ibu, sikap terhadap KB dan sumber informasi masyarakat dengan drop out kontrasepsi. Variabel usia > 35 tahun merupakan faktor paling dominan (p value 0,011 OR 1,66 95% CI 1,12 ? 2,47).

The high prevalence of drop out from contraceptive program is one of the causes there is no reduction in the number Total Fertility Rate (TFR). West Nusa Tenggara (NTB) is one of the provinces in Indonesia with a high TFR number (2.8) which is greater than the national TFR (2.6). RJPMN target in 2015 - 2019 is reducing dropout rate to 24.6%. This study aims to identify determinant of the pattern of the dropout from modern contraceptive program (pills, injections, IUDs and implants) among fertile aged women in NTB. The method used is quantitative survey based on secondary data Improving Contraceptive Method Mix (ICMM) by the Centre for Health Research, of University of Indonesia. The research design study is a cross sectional with a total sample of 4820 respondents. The result showed there is 28.8% respondents have dropped out of modern contraceptive. There is relationship between women who have experienced at least 1 adverse effects, age, have a negative attitude about family planning, communicate with husbands about family planning within the last 6 months, and resources information from community. There is age upper 35 years old is the most significant variable (OR 1.66 95% CI 1.12 - 2.47). "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46562
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Gayatri
"Kecemasan akan kembalinya kesuburan pascaputus pakai kontrasepsi yang tidak pasti berdampak negatif pada penggunaan kontrasepsi di Indonesia. Banyak perempuan meyakini mitos kontrasepsi menyebabkan kemandulan termasuk Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti yang ditunjukkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007, 2012 dan 2017 dimana tidak ada perempuan yang putus pakai MKJP sebelum mempunyai anak. Penelitian ini membuktikan mitos tersebut tidak benar, karena kesuburan dapat segera kembali sebelum satu tahun pascaputus pakai kontrasepsi.
Analisis kesintasan digunakan dalam mengestimasi kembalinya kesuburan pascaputus pakai kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang diteliti pada SDKI yaitu pil, suntikan, IUD dan implant yang digunakan selama 5 tahun sebelum 2007, 2012 dan 2017. Sebanyak 4573 episode (SDKI 2007), 5183 episode (SDKI 2012) and 5989 episode (SDKI 2017) dari perempuan yang putus pakai kontrasepsi karena ingin hamil diikuti secara retrospektif.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Stata IC 15.1. Perempuan pemakai IUD hamil lebih cepat dibandingkan mereka yang menggunakan implan, pil dan suntikan. Tingkat kehamilan kumulatif selama 1 tahun pascaputus pakai kontrasepsi adalah 72%-85% untuk IUD, 75%-81% untuk pil, 72%-76% untuk implan and 65%- 67% untuk suntikan. Tingkat kehamilan pada 2 tahun pascaputus pakai pada keempat kontrasepsi mencapai 82%-92%. Tingkat kehamilan meningkat pada perempuan usia muda. Terjadinya kehamilan tidak berhubungan dengan jumlah anak, penyakit menular seksual, pengetahuan tentang masa subur, tingkat kesejahteraan dan tempat tinggal.
Penelitian ini tidak menunjukkan adanya gangguan kesuburan yang disebabkan oleh putus pakai kontrasepsi. Studi ini merekomendasikan untuk penguatan konseling pada pra dan pasca pelayanan KB, pengembangan materi KIE dan konseling yang komprehensif serta penguatan kapasitas tenaga kesehatan dan non kesehatan dalam konseling.

The fear that resumption of fertility after discontinuation of contraception are uncertain or inconclusive has a negative impact on utilization of contraceptive methods in Indonesia. Many women belief that contraceptive methods cause infertility including Long-Acting Reversible Contraceptive (LARC), as shown by the 2007, 2012 and 2017 Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) data that not even one woman would discontinue LARC before the first pregnancy. Therefore, this study presented evidence that this belief is not true, because it took less than one year to resume fertility after the discontinuation of contraceptive methods.
A survival analysis was used to assess the time of fertility resumption after discontinuation of reversible contraceptive methods. Type of contraception analysed included pills, injectables, Intrauterine Devices (IUD) and implants within the last 5 years preceding the Indonesia Demographic and Health Survey 2007, 2012 and 2017. As many as 4573 episodes (IDHS 2007), 5183 episodes (IDHS 2012) and 5989 episodes (IDHS 2017) of women who discontinued the use of reversible contraceptive methods for the reason of planned pregnancy were followed retrospectively.
Data analysis was performed using Stata IC 15.1. Women who had been using IUD achieved faster to become pregnant than ex-implant users, ex-pill users and ex-injectable users. The 1-year pregnancy rates following contraceptive removal were 72%-85% for IUD, 75%-81% for pills, 72%-76% for implants and 65%-67% for injectables. The 2-years pregnancy rates were 82%-92% for pills, injectables, implants and IUDs. The rate of pregnancy was increased in younger women. The long duration of contraceptive used had no impact on reducing pregnancy rates. Time to pregnancy was not related to women's parity, sexually transmitted diseases, knowledge of fertile window, women's wealth status and place of residence.
The study did not show any impaired fertility caused by the reversible contraceptive discontinuation. It is recommended to strengthen pre and post service counseling, developing IEC material and strengthening the capacity of health and non-health workers in counseling.
"
2019
D2705
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaely Presty Diasanti
"Kehamilan tidak diinginkan menjadi penyebab utama aborsi tidak aman dan berdampak buruk pada wanita yang mengalaminya serta janin yang dikandungnya. Risiko kehamilan tidak diinginkan semakin meningkat pada wanita usia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Penelitian ini menggunakan disain studi cross-sectional dengan menganalisis lanjut data SDKI tahun 2012.
Hasil penelitian menunjukkan 18% wanita hamil pada usia berisiko yang memiliki kehamilan tidak diinginkan. Wanita yang mengalami kegagalan kontrasepsi berkecenderungan 8,5 kali untuk memiliki kehamilan tidak diinginkansetelah dikontrol oleh variabel umur, jumlah anak, status ekonomi, pengetahuan KB, dan akses ke pelayanan kesehatan.

Unwanted pregnancy is a major cause of unsafe abortion and adverse impact on women who experience it as well as the fetus. The risk of unwanted pregnancy increased in women aged less than 20 years and more than 35 years old. This study used a cross-sectional study design to analyze further the IDHS 2012 data.
Results showed 18% of pregnant women at risk of age had unwanted pregnancies, and women who experience contraceptive failure 8.5 times tended to have an unwanted pregnancies after controlled by age, number of children, economic status, knowledge of family planning, and access to health care variables.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55174
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Agrianti
"Latar belakang: Meningkatnya angka pemakaian kontrasepsi tidak diikuti tingginya angka kelangsungannya. Angka putus pakai, kegagalan, dan penggantian alat/cara kontrasepsi di Indonesia meningkat. SDKI 2012 melaporkan putus pakai lebih tinggi pada pil (41%) dan suntik (25%) dibandingkan IUD (6%) dan susuk (8%). Kegagalan dan penggantian alat/cara kontrasepsi juga lebih tinggi pada pil (masing-masing 20% dan 11%). Di Indonesia, putus pakai, kegagalan, dan penggantian alat/cara kontrasepsi bervariasi antar wilayah karena adanya perbedaan aksesibilitas, ketersediaan, dan penerimaan berbagai metode kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pola dan perbedaan perilaku putus pakai, kegagalan, dan penggantian alat/cara kontrasepsi menurut wilayah di Indonesia dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
Metode: Penelitian ini menggunakan data SDKI 2012 dengan jenis penelitian semi deskriptif analitik dan pendekatan cross sectional. Informasi tentang putus pakai, kegagalan, dan penggantian alat/cara kontrasepsi diperoleh dari data kalender SDKI 2012.
Hasil: Putus pakai kontrasepsi ditemukan lebih tinggi di wilayah Bali & Nusa Tenggara, Maluku & Papua dibandingkan Sulawesi. Kegagalan kontrasepsi ditemukan lebih tinggi di wilayah Sulawesi, Sumatera dan Jawa dibandingkan Kalimantan. Sedangkan penggantian alat/cara kontrasepsi lebih tinggi Sulawesi, Jawa, dan Kalimantan dibandingkan Bali & Nusa Tenggara.
Simpulan: Adanya pola dan perbedaan putus pakai, kegagalan, dan penggantian alat/cara kontrasepsi antar wilayah di Indonesia, maka perlu upaya meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reprodukstif dalam hal konseling KB, meningkatkan kemampuan petugas KB, memperluas akses dan memastikan ketersedian berbagai metode kontrasepsi khususnya IUD dan susuk KB.

Background: Increasing contraceptive prevalence rate are not followed by a high rate of survival. The contraceptive drop out, failure, and swtiching in Indonesia increased. IDHS 2012 reported drop out rate for the method of pil (41%) and injection (25%) are more higher than IUD (6%) and implant (8%). The contraceptive failure and switching was also higher for the method of pil (20% and 11%, respectively). In Indonesia, contraceptive drop out, failure, and switching show the patterns and differences across regions due to differences in the accessibility, availibilty, and accpetance of contraceptive methods. The presents study examines the patterns and differences contraceptive drop out, failure, and switching by region in Indonesia and the factors that affect it.
Methods: Data used from Indonesia Demographic Health Survey 2012. This study uses a semi descriptive analitic with cross sectional approach. Information about contraceptive drop out, failure, and switching obtained from calender data IDHS 2012.
Results: The contraceptive drop out are higher for married women living in Bali & Nusa Tenggara, Maluku & Papua than in Sulawesi. Contraceptive failure are higher for married women living in Sulawesi, Sumatera, and Java than in Kalimantan. Contraceptive switching are higher for married women living in Sulawesi, Java, and Kalimantan than in Bali & Nusa Tenggara.
Conclusion: Findings point that the presence of patterns and differences contraceptive drop out, failure, and switching by regions in Indonesia. Therefore, it necessary to improving quality of family planning and reproductive health care services across regions, improving skill providers, expanding access and ensure availibility of contraceptive methods espcesially for IUD and implant.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55751
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihsan Nulhakim
"Keberhasilan program keluarga berencana (KB) merupakan salah satu faktor yang turut berperan terhadap penurunan tingkat fertilitas di Indonesia. Saat ini, walaupun prevalensi kontrasepsi di Indonesia terus meningkat, pertumbuhannya dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Salah satu media TIK potensial yang dapat digunakan untuk peningkatan promosi program KB adalah Internet. Sementara itu, pengguna Internet di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang pesat.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh akses Internet terhadap keputusan penggunaan kontrasepsi di Indonesia. Dengan menggunakan analisis regresi logistik biner, hasil penelitian menunjukkan bahwa, setelah dikontrol oleh tingkat pendidikan, status pekerjaan, daerah tempat tinggal, dan umur, akses Internet secara statistik dan siginifikan berpengaruh positif terhadap penggunaan kontrasepsi pada wanita kawin/hidup bersama berumur 15-54 tahun yang tinggal dengan suami/pasangannya di Indonesia.

The success of family planning program is one of the factors that contributes to the decline of fertility rate in Indonesia. Although the prevalence of contraception in Indonesia continues to increase, its growth from year to year continues to decline. Internet is a potential ICT media that can be used to promote family planning program as the growth of Internet users in Indonesia continues to increase.
This study aims to investigate the effect of Internet access on the decision to use contraception in Indonesia. Using binary logistic regression analysis, the results show that after controlling for education level, working status, place of residence, and age, Internet access statistically and significantly and positively affects contraceptive use on married woman aged 15-54 years who living with her husband/partner in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T48337
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincent Chrisnata
"Latar Belakang: Peningkatan konsumsi oksigen selama tindakan bedah risiko tinggi dapat menyebabkan gangguan oksigenasi organ vital, sehingga tubuh akan mengambil kompensasi, misalnya melalui vasokonstriksi splanknik. Saluran cerna akan rentan terhadap kerusakan yang akan mengakibatkan disfungsi gastrointestinal. Lama perawatan ICU dan penggunaan ventilasi mekanik lebih panjang pada pasien-pasien yang mengalami disfungsi gastrointestinal. Oleh karena itu pada pasien yang berisiko perlu mendapat perhatian dan tatalaksana lebih awal.
Metode: Penelitian ini adalah kohort prospektif yang dilakukan di RSCM selama bulan Februari sampai Juni 2023 yang bertujuan untuk mengetahui peran kadar I-FABP plasma, skor SOFA, balans cairan, dan dosis vasopresor dalam memprediksi terjadinya disfungsi gastrointestinal pada pasien pascabedah risiko tinggi yang dirawat di ICU. Sebanyak 66 subyek diambil dengan metode consecutive sampling. Pengambilan data skor SOFA, balans cairan dan dosis vasopresor dilakukan pada saat pasien admisi di ICU, sedangkan kadar I-FABP diukur pada saat admisi dan 24 jam kemudian. Analisis data dilakukan dengan SPSS.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna kadar I-FABP hari ke-0 (p=0,001) dan hari ke-1 (p=0,001), serta skor SOFA (p=0,03) pada subjek yang mengalami disfungsi gastrointestinal dengan yang tidak mengalami disfungsi gastrointestinal. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada balans cairan dan rerata dosis vasopresor pada subjek yang mengalami disfungsi gastrointestinal dengan yang tidak mengalami disfungsi gastrointestinal. Kadar I-FABP plasma, dengan titik potong ≥2.890,27 pg/ml pada hari ke-0 dan ≥1.501,2 pg/ml pada hari ke-1 dapat menjadi prediktor disfungsi gastrointestinal pada pasien pascabedah risiko tinggi yang dirawat di ICU.
Simpulan: Kadar I-FABP plasma dapat memprediksi kejadian disfungsi gastro- intestinal pada pasien pascabedah risiko tinggi yang dirawat di ICU.

Background: Increased oxygen demand during high-risk surgery can lead to impaired oxygenation of vital organs so that the body will compensate, for example, through splanchnic vasoconstriction. The gastrointestinal tract will be prone to injury, resulting in gastrointestinal dysfunction. ICU length of stay and use of mechanical ventilation are longer in patients with gastrointestinal dysfunction. Therefore, patients who are at risk need to receive early consideration and management.
Methods: This is a prospective cohort study conducted at RSCM from February to June 2023, which aims to determine the role of plasma I-FABP levels, SOFA scores, fluid balance, and vasopressor doses in predicting the incidence of postoperative gastrointestinal dysfunction in high-risk surgery patients admitted to the ICU. A total of 66 subjects were taken by consecutive sampling method. SOFA score data, fluid balance, and vasopressor doses were collected at admission to the ICU, while I-FABP levels were measured at admission and 24 hours later. Data analysis was performed with SPSS.
Results: There was a significant difference in I-FABP levels on day 0 (p=0.001) and day 1 (p=0.001) and the SOFA score (p=0.03) in subjects with gastrointestinal dysfunction and those without gastrointestinal dysfunction. There were no significant differences in fluid balance and the average dose of vasopressors in subjects with gastrointestinal dysfunction and those without gastrointestinal dysfunction. Plasma I- FABP levels, with cut points of ≥2,890.27 pg/ml on day 0 and ≥1,501.2 pg/ml on day 1, can be a predictor of postoperative gastrointestinal dysfunction in high-risk surgery patients admitted to the ICU.
Conclusions: Plasma I-FABP levels can predict the incidence of postoperative gastrointestinal dysfunction in high-risk surgery patients admitted to the ICU.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Dewi Bunga
"Keberadaan son preference dipengaruhi oleh dua hal yakni kondisi sosial ekonomi orang tua dan sistem kekerabatan yang berlaku. Bagi perempuan yang memiliki tingkat son preference yang kuat, keputusan reproduksi yang meliputi penggunaan kontrasepsi dan kemungkinan peningkatan paritas akan bergantung pada jumlah dan komposisi gender anak yang diinginkan. Dengan menggunakan data SDKI 2017, studi ini membahas bagaimana perilaku perempuan yang memiliki preferensi terhadap kelahiran anak laki-laki dalam memutuskan penggunaan kontrasepsi dan kemungkinan peningkatan paritas berdasarkan proporsi anak laki-laki pada paritas terakhir sebagai proxy dari son preference. Hasil pada studi ini menemukan bahwa efek proporsi anak laki-laki terhadap penggunaan kontrasepsi adalah positif dan signifikan, namun diikuti dengan efek (proporsi anak laki-laki)2 yang negatif dan signifikan. Sedangkan efek proporsi anak laki-laki terhadap probabilitas peningkatan paritas adalah negatif dan signifikan, namun diikuti dengan efek (proporsi anak laki-laki)2 yang positif dan signifikan. Hal ini tidak lepas dari kondisi preferensi gender di Indonesia yang cenderung mengarah kepada kondisi seimbang bukan preferensi terhadap anak laki-laki.

The existence of son preference is influenced by two things such as the socio-economic status of the parents and the prevailing kinship system. For women who have a strong son preference level, reproductive decisions involving the use of contraception and the possibility of increasing parity will depend on the desired number and gender composition of children. Using the 2017 IDHS data, this study discusses the behavior of women who have a preference for the birth of a son based on the proportion of sons in the last parity as a proxy for son preference. The results of this study found that the effect of the proportion of sons on contraceptive use was positive and significant, but was followed by the effect (proportion of sons)2 which was negative and significant. While the effect of the proportion of sons on the probability of increasing parity is negative and significant, but it is followed by the effect (proportion of sons)2 which is positive and significant. This is inseparable from the condition of gender preference in Indonesia which tends to lead to a balanced preference condition."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>