Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 211730 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulia Khairina Ashar
"Kadmium adalah unsur toksik yang terdapat di lingkungan dan tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsumsi air sumur yang terpajan kadmium dengan kandungan kadmium di dalam urin. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional yang dilakukan di sekitar TPA Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Populasi adalah seluruh laki-laki dan perempuan dewasa, dengan sampel berjumlah 96 orang yang diambil dengan metode stratified random sampling. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 63 orang (65,6%) terpajan pada air sumur dengan kandungan kadmium yang telah melebihi baku mutu dan seluruh sampel masyarakat (100%) terdapat kadmium di dalam urin yang telah melewati nilai ambang batas. Tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi air sumur yang terpajan kadmium dengan kadmium di dalam urin.
Pada analsiis multivariat menunjukkan bahwa masyarakat yang mengkonsumsi air sumur yang terpajan Cd lebih dari 0,005 mg/l memiliki risiko 2,657 kali terdapat kadmium dalam urinnya setelah dikontrol dengan variabel umur, jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan merokok, durasi pajanan, dan jarak dari TPA. Oleh karena itu, masyarakat dianjurkan untuk tidak menggunakan air sumur sebagai sumber air minum dan diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pemerintah Kabupaten Deli Serdang sebagai dasar untuk membuat perencanaan daerah bidang air minum dan sanitasi di wilayah studi.

Cadmium (Cd) is a toxic element ubiquitous in the environment and not needed by the human body. The aim of this study was to determine relationship of consumption of well water exposed to cadmium with cadmium in urine. The study was performed with cross sectional design in the community residence around Namo Bintang Dumpsite. The population were adult males and females with a sample of 96 people taken by stratified random sampling. Data analyzed by logistic regression.
Study result showed that Cd levels from the dug wells revealed that 63 respondents (65,6%) had exposed to Cd higher than normal levels, 96 urine samples (100%) had high Cd levels above the normal limits. There were not significant correlations between the Cd levels from the wells and Cd in urine.
Multivariate analysis showed that community who consume well water exposed Cd more than 0,005 mg/l have 2,657 times higher risk cadmium in urine after adjusted by age, sex, occupation, smoking, duration of exposure, and the distance from dumpsite area. Therefore, Residents was suggested to not use wells water as a primary resource to drinking water and expected to be utilized by the government of Deli Serdang regency as a basis for regional planning areas water and sanitation in the study area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Petra Laurensia Br
"Kadmium adalah unsur toksik yang terdapat di lingkungan dan tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia. Densitas mineral tulang adalah salah satu cara untuk melihat kepadatan tulang apakah seseorang terkena osteoporosis, osteopenia atau tidak. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui asosiasi kadmium urin dengan densitas mineral tulang masyarakat yang tinggal disekitar TPA sampah.Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional yang dilakukan di sekitar TPA Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Populasi adalah seluruh laki-laki dan perempuan dewasa, dengan sampel berjumlah 96 orang dengan cara random sampling. Data kadmium urin didapat dari data penelitian sebelumnya sedangkan data BMD dan karakteristik individu lainnya adalah data primer. Densitas mineral tulang diukur menggunakan densitometer QUS. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier.eluruh sampel 100 menunjukkan kadar kadmium urin sudah diatas kadar yang ditentukan. Kadar kadmium urin berkisar antara 0,015 ndash; 0,067 mg/L dengan rata-rata 0,034 mg/L 0,012 mg/L. Hasil pengukuran densitas mineral tulang menunjukkan nilai T-score antara -3,8 SD sampai -0,6 SD dengan rata-rata -2,439 SD. Pada analisis multivariat menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 satuan kadmium urin akan menurunkan densitas mineral tulang sebesar 1,459 SD setelah dikontrol dengan variabel umur, konsumsi susu, konsumsi tahu, konsumsi brokoli, konsumsi telur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, lama tinggal dan konsumsi daun singkong. Oleh karena itu, masyarakat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalsium dan membiasakan diri untuk berolahraga dan diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pemerintah Kabupaten Deli Serdang sebagai dasar untuk membuat perencanaan program dibidang pemeriksaan kepadatan tulang masyarakat.

Cadmium Cd is a toxic element ubiquitous in the environment and not needed by the human body and can cause effects on bone. Bone Mineral Density is a way of measuring calcium to determine people has osteoporosis, osteopenia or still normal. The aim of this study was to examine the assosiation of urinary cadmium and bone mineral density BMD among community living around dumping site.The study was performed with cross sectional design in the community living around Namo Bintang Open Dumping Site. The population were adult males and females with a sample of 96 person taken by random sampling. Data of urinary cadmium was obtained from previous study, while data on BMD, and the other individual characteristics were collected primarily. BMD was measured by Densitometer QUS. Data analyzed by linier regression.All urine samples 100 show high Cd levels above the normal limit. The urinary Cd level ranged from 0,015 0,067, with the mean of 0,034 mg L 0,012 mg L. Result of BMD measurement showed that the T Score ranged from 3,8 to 0,6, with the mean of 2,439 SD. Multivariate analysis showed that each 1 mg L increase in urinary cadmium will decreases the bone mineral density about 1,459 SD after controlled age, milk consumption, tofu consumption, consumption of broccoli, egg consumption, gender, smoking status, length of stay, and consumption of cassava leaves. Therefore, people are encouraged to consume foods that contain high calcium and get exercise and expected to be utilized by the government of Deli Serdang regency as a basis program planning for examination of community bone mineral density in the study area."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48875
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delyna Agustia Ning Tias
"Tempat Pembuangan Akhir TPA sampah yang menggunakan teknik open dumping dalam pengelolaan sampahnya dinilai sangat berisiko terhadap lingkungan di sekitarnya karena adanya proses perlindian yang dapat mencemari tanah. Masyarakat yang menggunakan air tanah sebagai sumber air minumnya berisiko untuk terkena dampak kesehatan dari kandungan logam berat yang berasal dari cemaran air lindi. Kadmium dan timbal merupakan logam yang dapat bersifat toksik apabila dikonsumsi secara berlebihan. Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko kesehatan lingkungan untuk mengestimasi risiko kesehatan akibat pajanan logam kadmium dan timbal yang terdapat pada air minum masyarakat di sekitar TPA sampah Namo Bintang. Terdapat 96 sampel individu dewasa yang diperoleh melalui data sekunder dalam penelitian ini yang berasal dari dusun IV dan V Desa Namo Bintang. Sampel lingkungan adalah sampel air sumur masyarakat yang telah diambil pada penelitian sebelumnya oleh Ashar 2013 untuk kandungan timbal dan Ashar 2013 untuk kandungan kadmium. Dari hasil perhitungan analisis risiko menunjukkan bahwa tingkat risiko pajanan kadmium dan timbal melalui air minum pada masyarakat dengan skenario intake minimal dan rata-rata tidak berisiko atau aman untuk pajanan realtime maupun lifespan RQ < 1 sedangkan untuk skenario maksimal, pajanan kadmium dan timbal untuk pajanan realtime dan pajanan lifespan dinyatakan berisiko RQ > 1 sehingga diperlukan manajemen risiko yaitu dengan mengurangi konsentrasi asupan dan laju asupan. Selain itu, masyarakat juga harus menjaga TPA dengan tidak membuang sampah kembali disana dikarenakan TPA tersebut sudah ditutup, dan pemerintah juga dapat membantu dengan menyuplai air, baik itu air minum maupun air bersih dari sumber lain yang aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Landfill using open dumping method has potential risk to contaminate groundwater of the surrounding environment because of leaching process. Population that use groundwater as their drinking water source has health risk from heavy metal exposure. Cadmium and lead are toxic if they consumed in exessive ammount. This study use health environment risk analysis to estimate health risk from cadmium and lead exposure through drinking water at population around landfill Namo Bintang. There are 96 samples of secondary data from Dusun IV and V Namo Bintang village. Environment samples is well water from population households from Ashar 2013 for lead and Ashar 2016 for cadmium contains. From the calculation of risk analysis showed that risk level of cadmium and lead exposure through drinking water with minimum and mean scenario are not risky or safe for realtime and lifespan exposure RQ 1 . For maximum intake scenario, cadmium and lead exposure are risky RQ 1 and need risk management with reduce consuming rate and agent concentration. Since the landfill was closed, the population also have to keep the landfill clean and do not throwing the waste into the landfill. The governance also can helping the population to fulfill their need of water with supplying water from safe and clean source."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurusysyarifah Aliyyah
"Kadmium di Kabupaten Gresik merupakan salah satu masalah lingkungan yang disebabkan oleh limbah kegiatan industri dan dapat menimbulkan risiko masalah kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat estimasi risiko pajanan kadmium pada air minum dan makanan dengan gangguan kesehatan penduduk di kawasan industri dan non industri. Disain studi yang digunakan adalah Public Health Assessment dan analisis spasial pada 1075 penduduk dewasa di Gresik. Data yang digunakan adalah data sekunder berasal dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta tahun 2012. Analisis risiko menunjukkan penduduk di kawasan non industri memiliki kecenderungan berisiko mengalami gangguan kesehatan akibat terpajan kadmium pada air minum yang lebih tinggi (RQreal time : 0,0476; RQlife span: 0,0476) dibandingkan penduduk di kawasan industri, (RQreal time: 0,0313; RQlife span: 0,0448). Tingkat risiko pajanan kadmium pada makanan di kedua kawasan sebagian besar tergolong berisiko (RQ>1) dengan nilai RQ tertinggi pada jagung (RQreal time industri: 5,86; RQreal time non industri: 10,04). Analisis statistik menunjukkan penduduk yang terpajan kadmium pada air minum dalam kategori tidak memenuhi syarat memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan kardiovaskuler dibandingkan penduduk yang terpajan kadmium pada air minum dalam kategori memenuhi syarat setelah dikontrol oleh variabel umur dan kebiasaan mengonsumsi rokok atau tembakau. Analisis spasial menunjukkan pola sebaran kadmium di media lingkungan dan gangguan kardiovaskuler di kedua kawasan tidak mengikuti pola tertentu.

Cadmium in Gresik Regency become one of environmental problem caused from industrial waste and could be the risk of health problems. The aim of this study was to identify risk estimate of cadmium exposure in drinking water and food with health disorders of residents in industrial and non-industrial area. Study design used in this study was Public Health Assessment and spatial analysis on the 1075 adults in Gresik. Data used in this study was secondary data from Agency for Health Research and Development Jakarta in 2012. Risk analysis showed that residents in non-industrial area was preference to get higher risk of health disorders due to exposure of cadmium in drinking water (RQreal time : 0,0476; RQlife span: 0,0476) than residents in industrial area (RQreal time: 0,0313; RQlife span: 0,0448). Risk level of cadmium exposure in food in both area showed that most of food sample classified as at risk (RQ>1) with the highest risk quotient was corn (RQreal time industry: 5,86; RQreal time non industry: 10,04). Residents exposed to cadmium with not qualified category had higher risk to experience cardiovascular disorders than residents exposed to cadmium in drinking water with qualified category after controlled with variable of age and cigarettes smoking. Spatial analysis showed the distribution pattern of cadmium in environmental media and cardiovascular disorders did not follow specific pattern."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44213
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyanto
"ABSTRAK
Sampah merupakan barang-barang sisa, barang yang sudah rusak atau barang yang tidak dipakai dan harus .dibuang. Dalam jumlah yang besar, sampah memerlukan perhatian yang seksama dalam penanganannya, dan hal ini pada umumnya muncul pada suatu wilayah industri atau wilayah perkotaan. Berdasarkan Laporan Pengelolaan Kebersihan 1991-1992, volume sampah di DKI Jakarta mencapai 23.706 m3/hari.
Komposisi sampah terdiri atas 73,90% sampah organik, dan 26,10% sampah anorganik. Dari 26,10% sampah anorganik, sebesar 7,86% berupa sampah plastik dan 0,29% berupa batu baterai. Kini sampah dibuang secara sanitary landfill di LPA Bantar Gebang Kabupaten Bekasi. Sebelumnya sampah dibuang pada berbagai areal terbuka milik perorangan secara open dumping.
Tanah bekas LPA di wilayah DKI Jakarta banyak digunakan untuk budidaya tanaman sayur-mayur, antara lain tanaman bayam (Amaranthus sp.). Dengan demikian maka dimungkinkan terjadi bioakumulasi bahan polutan (di antaranya logam berat Cd) pada tanaman bayam tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat Cd pada media tanah dan pada bayam, sekaligus untuk mengetahui keamanan penggunaan lahan bekas pembuangan sampah kota sebagai tempat budidaya bayam bagi kesehatan masyarakat. Penelitian dilakukan di bekas LPA sampah Cakung Cilincing, Sunter, Rawasari dan LPA Srengseng.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, dengan menggunakan metode case-control group design. Sebagai daerah kasus adalah lokasi pembuangan akhir sampah (sebagai polluted area) dan daerah kontrol adalah bukan lokasi pembuangan akhir sampah (sebagai non polluted area). Pengambilan sampel tanah dan tanaman bayam (Amaranthus sp.) dilakukan secara purposive random sample. Untuk mengetahui perbedaan kadar Cd dari masing-masing lokasi digunakan uji Anava, dan untuk mengetahui hubungan antara kadar Cd dalam tanah dengan kadar Cd dalam bayam (Amaranthus sp.) digunakan uji korelasi Pearson Product Moment.
Dari hasil analisis laboratorium diketahui bahwa pada tanah LPA sampah mempunyai kandungan logam berat Cd antara 1,48 - 3,62 gg/gr sedang pada daerah kontrol antara 0,14 - 0,19 gg/gr. Kadar Cd dalam bayam (Amaranthus sp.) daerah kasus antara 0,84 - 1,56 gg/gr sedang pada daerah kontrol antara 0,03 - 0,07 gg/gr. Perbedaan kadar Cd dalam tanah dari masing-masing lokasi terbukti dengan Fhitung'Ftabel .(112,94>2,57). Sedangkan untuk kadar Cd dalam bayam Fhitung'Ftabel (68,5672,57). Dari hasil analisis statistik diketahui hubungan antara kandungan Cd dalam tanah dan Cd dalam bayam menunjukkan hubungan positif nyata dengan persamaan regresi Y = 0,1073 + 0,4048X, dan koefisien korelasi "r"=0,9071.
Adanya unsur logam berat dalam tanaman bayam dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat. Namun dengan memperhatikan konsumsi bayam warga DKI Jakarta, ternyata daily in-take kadar Cd belum sampai taraf yang membahayakan, yaitu sekitar 4,49-6,84 Ag/hari (standar WHO 40 gg/hari).
Mengingat bekas LPA sampah merupakan salah satu sumber tetap (point sources) bagi bahan polutan logam berat khususnya Cadmium, maka berbagai upaya perlu diterapkan pengelolaan sampah yang benar sejak dari tahap pengumpulan sampah (refuse collection) sampai tahap pembuangan dan pemusnahannya (refuse disposal).
Pemisahan sampah organik dan anorganik sejak dari sumbernya merupakan langkah awal yang cukup positif dalam managemen/pengelolaan sampah. Alternatif pengelolaan dapat diberlakukan terhadap bekas LPA sampah, berupa pendekatan teknologi dan sosio budaya, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan lahan yang tidur menjadi lahan produktif, tanpa membahayakan kesehatan masyarakat, khususnya konsumen bayam (Amaranthus sp.)

ABSTRACT
Wastes are remnants, damaged material or not beingused anymore and must be discarded. In large quantity, wastes need close attention and management. In general, it appeared in industrial or urban areas.
Based on the report of Pengelola Kebersihan Sampah DKI Jakarta in 1991-1992, waste production in, DKI Jakarta was about 23.706 m3/day. The composition include 73.90% organic waste and 26.10% inorganic. Out of the. inorganic part, some 7.8% was plastic and 0.29% was battery.
Now, the waste is disposed of by the sanitary landfill method in Bantar Gebang Bekasi, but before that waste was disposed of by the open dumping method, namely by dumping in irregular level of open private land without special treatment, as is the case in Cakung Cilincing, Sunter, Rawasari and Srengseng.
The decommissioned land is used for vegetable cultivation, dominantly spinach (Ammaranthus sp.). So that it is possible that bioaccumulation takes place and heavy metal may be found in the spinach. This research is aimed to know the content of heavy metal, especially Cadmium (Cd) in soil and spinach, and to know the safe land use for vegetable cultivation.
This study is descriptive in character by using the case control group design. To know the difference in content of Cadmium, both in soil and spinach on various locations of the study, hence the Anova statistic test is used. The Pearson Product Moment is used to know the correlation between Cd content in soil and in spinach.
Laboratory findings showed that Cadmium content in soil area of decommissioned dumping site and in spinach is higher than in non-dumping area. In the study location (dumping area) the average Cadmium content in soil is between 1.61 - 3.28 pg/gr and in the spinach between 0.94 - 1.41 11g/gr. On the other hand, the average of Cadmium content in the soil of non dumping area is between 0.15 - 0.16 g/gr, and in the spinach it is between 0.04 - 1.05 pg/gr. Beside, it is known that the correlation between Cadmium content in soil and in spinach is positive.
Keeping in mind that decommissioned dumping site is a point source of heavy metals pollutant, especially Cadmium, hence much et Fort should be undertaken in wast_u mdnayeInenL. The correct waste management should be necessary implemented since waste collection until waste disposal. Therefore, to use the decommissioned dumping site for agricultural purposes, special treatment consisting of technological and socio-cultural approaches are needed before hand.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susena
"RINGKASAN
Penggunaan air bersih semakin meningkat seiring dengan meningkatnya populasi manusia. Ada tiga gejala yang dihadapi dalam masalah pengadaan air bersih, pertama gejala menurunnya kualitas dan kuantitas air permukaan yang digunakan sebagai bahan baku pengolahan air PAM, kedua gejala semakin sulitnya memperoleh air tanah yang memenuhi syarat kualitas air bersih/air minum, dan ketiga gejala semakin cerahnya usaha penjualan air yang dikemas.
Sementara itu pengadaan air bersih khususnya untuk keperluan rumah tangga pada dasamya merupakan pelayanan umum dan pengusahaannya dilakukan oleh Pemerintah baik Pusat maupun Daerah (Undang-undang No.11 tahun 1974 tentang pengairan dan SKB Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pekerjaan Umum No.427 tahun 1984 tentang pembinaan Perusahaan Daerah Air Minum).
Tujuan penelitian ini adalah :
- Mempelajari sampai berapa jauh pelanggan PAM cenderung mencari aitematif sumber air bersih selain dari sumber air PAM
- Mencari biaya yang timbul akibat kebutuhan air bersih tidak/belum terpenuhi melalui pelayanan air PAM.
Dad tinjauan kepustakaan terungkap bahwa Allah menganugerahi hambaNya dengan air hujan yang diturunkan dari langit yang jatuh bersih ke bumi dan menjadi penunjang kehidupan setiap mahiuk hidup. Hal ini berkaitan dengan sikius hidrologi, efisiensi air hujan harus ditingkatkan rnelalui penerapan teknologi seperti sumur-sumur resapan, waduk, dan usaha-usaha konservasi air lainnya. Melalui upaya teknologi tersebut air hujan disimpan, diolah dan dapat digunakan oleh manusia dan mahluk hidup lainnya pada waktu dan tempat yang berbeda guna menunjang kehidupannya. Namun simultan dengan penerapan sumur-sumur resapan maka untuk menghindari pencemaran air tanah dari limbah manusia (tanki septic) perlu diupayakan pembangunan-pembangunan instalasi pengolahan air limbah terpusat (sewerage) khususnya untuk lokasi yang pemukimannya padat.
Kondisi air tanah di Jakarta khususnya di sekitar lokasi penelitian relatif cukup baik dan masih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga. Menurut hasil penelitian Direktorat Geologi Tata Lingkungan terdapat perobahan pada kedudukan muka air tanah. Pada periode musim hujan kedudukan muka air tanah naik, sebaliknya pada saat musim kemarau kedudukan muka air tanah bertambah dalam dengan berkurangnya curah hujan. Kondisi ini sangat menunjang dalam pemanfaatan sumur-sumur resapan dalam menjaga kestabilan muka air tanah.
Ada implikasi eksternalitas dalam penggunaan air tanah, karena dalam penggunaan air tanah pada suatu waktu dan lokasi tertentu dapat menyebabkan perubahan baik secara kualitas maupun kuantitas pemakaian air tanah pada lokasi lain pada waktu yang bersamaan dan atau pada lokasi yang sama di waktu yang akan datang.
Perubahan kualitas lingkungan karena kegiatan baik oleh perorangan maupun kelompok masyarakat tidak pernah diperhitungkan biayanya. Penyebab kerusakan lingkungan tidak kurang menyadari bahwa biaya-biaya masyarakat luas seharusnya menjadi tanggung jawabnya juga.
Penelitian menggunakan sampel yang ditentukan secara sengaja (purposive) dengan teknik non probability sample. Jumlah sampel yang diambil 82 responden dengan lokasi sekitar Instalasi Pejompongan. Pilihan lokasi adalah dengan mompertimbangkan dekatnya jarak obyek penilitian dengan unit produksi untuk memperkecil kesalahan dalam pemilihan data sampel.
Dari 82 responden tersebut terdapat empat kelompok :
- Kelompok 1 pemakai Air PAM saja 34% biaya pengadaan per bulan Rp24.615
- Kelompok 2 pemakai Air PAM dan Air Tanah 33% biaya pengadaan per bulan Rp19.609
- Kelompok 3 pemakai Air PAM dan Air Kemasan 13% biaya pengadaan per bulan Rp43.874
- Kelompok- 4 pemakai Air PAM, Air Kemasan, dan Air Tanah 20% biaya pengadaan per bulan Rp54.595
Dilihat dari segi biaya maka kelompok 2 mempunyai biaya pengadaan paling rendah. Hai ini memberikan indikasi adanya kecenderungan pemakaian air tanah yang semakin meningkat di masa mendatang. Kondisi ini semakin diperkuat dengan adanya penilaian subyektif konsumen terhadap kualitas air PAM, di atas 40% responden memberikan penilaian bahwa kualitas air PAM keruh, bau, berwarna dan berasa. Sementara itu dengan parameter yang sama kurang dari 15% responden memberikan penilaian terhadap kualitas air tanah. Begitu juga kalau dilihat dari segi pilihan penggunaan air hampir 57% responden lebih baik menggunakan air tanah, dan hanya 37% yang menggunakan air PAM.

SUMMARY
The phenomena on Water Supply Services are firstly the decline of quality and quantity of raw water sources of PAM, secondly the. poor quality and quantity of ground water to fulfill health eligible, and the last is the increasing trade of packed water.
Principally water supply especially for household should be served by PAM, but actually PAM have problem with raw water (surface water) which is contaminated by waste that come from household or industries.
The objectives of the Thesis are :
- To study how PAM customers tend to use alternative water sources besides PAM to fulfill their need
- To estimate the extra cost of water supply when the water services of PAM is not sufficient
PAM should serve clean water to the customers which fulfill certain specifications of quality, quantity, continuity, and pressure; but PAM faces water pollution problems. Alternative water sources for the household are : PAM, Ground water, and packed water.
Regarding to the ground water exploration there is an external implication, because exploitation of ground water could caused an intrusion of sea water. This would make a negative impact for the other persons and environment in the other place on the same and other time.
The cost of the change of environment quality as a result of bad treatment by individuals, as well as by a community is never regarded. However the environment damage is the responsibility of the community themselves.
The technical method used in this research is the purposive sampling with non probability technical samples. The total respondents are 82 located around the Pejompongan Installation. The choice of location considers the short distance between the water production unit of the Pejompongan Installation and the respondent to minimize error in data sample.
The 82 respondents are categorized into four groups :
- Group 1 (Users of only PAM water) 34%; cost per month Rp24.615,?
- Group 2 (Users of PAM water and ground water) 33%; cost per month Rp19.609;
- Group 3 (Users of PAM and packed water) 13%; cost per month Rp43.874;
- Group 4 (Users of PAM, packed water, and ground water) 20%; cost per month Rp54.595,-
Regarding to the cost aspect, group 2 more chiefly than the other, it indicates that the tendency of ground water utilization is increasing. Considering to the water quality evaluation and option the alternative of the resources, almost of 57% respondent use ground water and only 37% of them use PAM water. It indicates of increasing the use of ground water in the future.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Roberto Anmessyo
"Latar belakang: Koral Goniopora sp merupakan bahan alami yang bersifat osteokonduktif sehingga berpotensi digunakan untuk subtitusi tulang. Namun demikian, bahan tersebut masih mengandung logam berat terutama kadmium (Cd) sebagai pencemar dengan kadar menurut Chusnul,dkk (2013) sekitar 25.23 mg/kg (ppm).1 Sesuai dengan nilai provisional tolerable daily intake (PTDI ), nilai ambang asupan Cd yang masih dapat diterima adalah 1.00 µg/Kg BB/hari.2 Dengan memperhitungkan kadar dan PTDI kadmium serta bobot badan diasumsikan 60 kg, maka penggunaan maksimum koral Goniopora sp hanya 1 gram untuk satu kali penggunaan.1 Untuk meningkatkan kuantitas koral tersebut dalam satu kali penggunaan, maka perlu dilakukan upaya penurunan kadar Cd dalam koral tersebut. Ethilen diamine tetra acetic acid (EDTA) merupakan zat pengkelat yang bersifat selektif terhadap berbagai ion logam dalam membentuk kompleks melalui pengaturan pH.3 Pencucian dan perlakuan koral Goniopora sp dengan larutan EDTA yang didapar pada pH tertentu, diharapkan mampu menurunkan kadar Cd dalam koral tersebut.
Tujuan: Menurunkan kadar Cd dalam koral Goniopora sp secara selektif sehingga tidak mempengaruhi komposisi mineral alami dalam koral tersebut menggunakan ethylenediamine tetraacetic acid (EDTA) sebagai chelating agent.
Metode: Kadar Cd dalam sampel koral Goniopora sp sebelum perlakuan ditentukan untuk mendapatkan kadar base line Cd. Selanjutnya koral tersebut diberi perlakuan melalui perendaman dan pengadukan dalam larutan EDTA yang didapar dengan dapar fosfat pada pH 7.0 dan 7.5. Perlakuan tersebut dilakukan sampai 10 hari dan setiap dua hari dilakukan pengambilan sampel koral. Setelah pencucian dengan air dan pengeringan, dilakukan penentuan kadar Cd dalam sampel koral dan hasilnya ditampilkan sebagai profil kadar kadmium terhadap waktu perlakuan. Selain Cd, dilakukan juga penentuan kadar kalsium (Ca) sebagai marker komponen utama koral Goniopora sp. Penentuan kadar Cd dan dan Ca dilakukan menggunakan metode atomic absorption spectrometry (AAS).
Hasil: Tidak terdapat perbedaan kadar Cd yang bermakna dalam koral Goniopora sp sebelum dan sesudah perlakuan dengan EDTA.
Kesimpulan: Perlakuan koral Goniopora sp dengan EDTA pada kondisi percobaan yang dilakukan belum mampu menurunkan kadar Cd pada koral tersebut.

Background: Goniopora sp. coral is a natural material showing osteocondutive properties and hence potential to be applied as bone substitution. However, according to Chusnul,et.al (2013) this material still contains heavy metals as contaminant especially that of cadmium (Cd) at concentration level of around 25.23 ppm. 1 Based on its provisional tolerable daily intake (PTDI ), maximum acceptable daily intake of Cd is 1.00 µg/Kg BW/day.2 Taking into account the concentration level and PTDI value of Cd as well as body weight assumed to be 60 kg, maximum application of Goniopora sp coral is only 1 g for one application.1 To increase the quantity of this coral for one application, an effort to reduce the concentration of Cd in this coral should be carried out. Ethilen diamine tetra acetic acid (EDTA) is a chelating agent able to form complex with various metals selectively by means of pH adjustment.3 Washing and treatment of Goniopora sp coral with EDTA solution buffered at certain pH are expected to reduce Cd concentration in this coral.
Aim: To reduce the levels of Cd in Goniopora sp coral selectively applying ethylenediamine tetraacetic acid (EDTA) as chelating agent so that natural composition of minerals in this coral were not significantly affected.
Methods: Concentration of Cd in pretreatment Goniopora sp coral sample was determined to obtain base line concentration of Cd. The coral was then treated by means of immersing and stirring in EDTA solutions buffered with phosphate buffer at pH of 7.0 and 7.5. The treatment was conducted up to 10 days in which every two days a probe of coral samples was collected. After washing with water and drying, Cd concentrations in those samples were subsequently determined and the results were displayed as Cd concentrations profile as function of treatment time. In addition to Cd, concentration of calcium (Ca) as marker of main component of Goniopora sp coral was also determined. Determination of Cd and Ca concentrations were conducted by means of atomic absorption spectrometry (AAS) method.
Result: No significant difference in Cd concentrations was observed before and after treatment with EDTA.
Conclusion: Treatment of Goniopora sp coral with EDTA under experimental conditions was still not able to reduce Cd concentration in this coral
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fira Susiyeti
"ABSTRAK
Kampung Nelayan Muara Angke berada di tepi perairan Teluk Jakarta yang telah
tercemar logam kadmium. Masyarakatnya biasa mengkonsumi ikan dari Teluk Jakarta
sehingga dapat menimbulkan risiko gangguan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat risiko pajanan kadmium pada masyarakat Muara Angke melalui
pendekatan analisis risiko kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intake
kadmium melalui ikan pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke sebesar
0,000012 mg/kg/hari, dengan durasi pajanan masyarakat Muara Angke sebesar 24 tahun,
berat badan masyarakat Muara Angke sebesar 59 kg. Laju asupan ikan sebesar 197,4
gr/hari dan frekuensi pajanan sebesar 294,3 hari/tahun. Hasil analisis menunjukkan
bahwa Masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke baik secara populasi dan individu
belum memiliki risiko dan masih aman dari gangguan kesehatan nonkarsinogenik akibat
pajanan kadmium dalam ikan untuk saat ini sampai dengan 30 tahun mendatang dengan
asumsi bahwa sumber pajanan hanya berasal dari ikan saja dan tidak memperhitungkan
pajanan kadmium dari sumber lain.

Abstract
Muara Angke located on the shores of Teluk Jakarta which have been polluted by heavy
metals cadmium. The Community always eat fish from Teluk Jakarta, this would pose a
risk of health problems. This study aimed to determine the level of risk exposure to
cadmium at Muara Angke community through health risk analysis approach. The results
showed that the intake of cadmium on fish for people in Kampung Nelayan Muara Angke
at 0,000012 mg/kg/day, with duration of exposure to the community Muara Angke for 24
years, Muara Angke community weight of 59 kg. Fish intake rate of 197,4 g/day and
frequency of exposure of 294,3 days/year. The results showed that Muara Angke
community, population and individual do not have risks and still safe from health
disorders noncarsinogenic because of cadmium exposure in fish at this time to 30 years
ahead on the assumption that cadmium exposure comes from fish only and do not take
into account exposure to cadmium from other sources."
2010
T31412
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aidilfit Chatim
"Sungai Ciliwung selain berperan dalam urat nadi perdagangan dan pintu pertahanan kota Jakarta, juga berperan sebagai sumber air minum bagi penduduk yang bertempat tinggal di sekitar aliran sungai Ciliwung. Pada saat ini keadaan sungai tersebut masih cenderung demikian, dimana penduduk yang berada di kelurahan Manggarai masih menggunakan air sungai Ciliwung sebagai sumber kehidupan. Selama periode tahun 1983 sampai 1986 sungai Ciliwung dikatakan telah tercemar berat akibat buangan limbah .domestik, pabrik dan pencernaran oleh industri kecilsepanjang tepi sungai.. Begitu juga sumur-sumur sepanjang tepi sungai terutama yang berjarak 1-5 meter dari jamban. Secara fisik air sumur ini dapat memenuhi persyaratan, dari segi untuk bakteriologinya telah tercemar 100% oleh bakteri golongan coli.
Menghadapi masalah tersebut perlu diusahakan suatu teknologi sederhana yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas air menjadi air bersih, terutama bagi masyarakat yang tinggal disekitar sungai.
Salah satu alternatif penjernihan yang dapat menghasilkan air bersih yaitu dengan penggunaan campuran obat kimia. Cara ini dapat dilakukan baik perorangan ataupun secara bersama-sama dalam waktu yang relatif singkat untuk menghasilkan air bersih. Formula kimia tersebut terdiri dari tawas untuk koagulasi, soda untuk mengatur pH, kaporit untuk mernbunuh kuman di tambah dengan kaolin atau tanah infusoria yang dapat mempercepat pengendapan partikel-partikel untuk menjadikannya air bersih.
Dalam penelitian ini telah dilakukan suatu eksperimen yang menggunakan campuran tersebut diatas untuk mendapatkan air bersih dari sumber air sungai Ciliwung dan air sumur sepanjang sungai di kelurahan Manggarai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian formula kimia kaolin dosis 125 mg/1 dan formula kimia tanah infusoria dosis 125 mg/1 sangat baik untuk menurunkan kadar zat organik terlarut dalam air sungai Ciliwung dan air surnur, tetapi perlakuan ini kurang baik untuk membunuh mikroorganisme. Pemberian formula kimia kaolin dosis 250 mg/1 dan formula kimia tanah infusoria. 250 mg/1 tidak begitu baik untuk menurunkan kandungan zat organic terlarut, akan tetapi untuk menghilangkan mikroorgani.sme sangat efektif."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1988
T 1180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Idham
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi konsentrasi Kadmium di udara bagian pengelasan, kadar Kadmium dalam darah pekerja las dan penggunaan Alat Pelindung Diri, untuk mengetahui hubungan pemaparan konsentrasi Kadmium di udara dan penggunaan Alat Pelindung Diri dengan kadar Kadmium dalam darah pekerja di bagian pengelasan. Mengambil lokasi penelitian di P.T. YIMM pada bagian welding plant tahun 2004.
Metoda penelitian ini adalah cross sectional hanya melihat pada waktu tertentu. Sampel diambil sebanyak 40 orang pekerja las. Instrumen pengumpulan data adalah personal sampling untuk mengetahui konsentrasi Kadmium di udara dan kuesioner sebagal pengumpul data penggunaan Alat Pelindung Diri serta pengambilan darah sebagal sampel biologi untuk mengetahui kadar Kadmium dalam darah pekerja. Teknik analisis data digunakan korelasi product moment dan uji t-test.
Hasil yang diperoleh konsentrasi Kadmium di udara terendah 0,003210 mg/m3, tertinggi 0,013780 mg/m3 dengan konsentrasi rata-rata 0,007158 mglm3 dan standar deviasi 0,002384. Dari 40 lokasi pengelasan 5 lokasi ditemukan melebihi NAB. Kadar Kadmium dalam darah terendah 1,28 µg/L dan tertinggi 43,33 µg /L, sedangkan rata-rata sebesar 14,29 µgAL dengan standar deviasi 10,17 µg/L. Dari 40 orang 31 orang atau 77,5 % kadar Kadmium dalam darah mereka melebihi Indeks Pemaparan Biologi.
Ada hubungan bermakna antara pemaparan fume Kadmium dengan kadmium dalam darah dan hubungan bermakna antara penggunaan Alat Pelindung Diri dengan kadar Kadmium dalam darah, hal ini diperaleh persamaan regresi Y = 3349,1 x X - 9,593 dengan harga rxy = 0,6164, dan persamaan regresi Y = 3726 x X - 82142 dengan harga rxy = 0,567. Konsultasi dengan harga kritk r pada taraf kepercayaan 95 % diperoleh harga r tabel = 0,312 berarti keduanya lebih besar dari harga r tabel.
Kelompok pengguna alat pelindung diri kategori baik cenderung mempunyai kandungan kadar Kadmium dalam darah relatif lebih rendah dibanding kelompok pengguna kategori tidak baik. Hal ini diperkuat hasil uji t test yang menunjukkan harga t analisis 4,344 > t tabel sebesar 2,0252 dengan kadar Cd rata-rata kelompok kategori baik 8,71 µg/L, sedangkan kelompok kategori tidak balk 20,87 µg/L.
Kadar Kadmium dalam darah kelompok perokok relatif lebih besar dibanding dengan kelompok bukan perokok. Diperoleh rerata bagi kelompok perokok sebesar 18,83 µg/L sedangkan bukan perokok sebesar 12,12 µglL. Hasit uji t test menunjukkan harga t analisis 2,253 > dari t tabel sebesar 2,0252. Penggunaan Alat Pelindung diri bagi kelompok pernah training K3 relatif sedikit lebih baik dibanding kelompok belum training K3, Skor rerata kelompok pernah training K3 sebesar 25,81, sedangkan kelompok belum training K3 sebesar 26,0.
Daftar bacaan: 24 ( 1975- 2004)

This study was aimed at discovering descriptive Cadmium concentration in the air of the welding plant and in the blood of welders as well as the use of personal protective equipment in order to know correlation between exposure of Cadmium in the air of workplace and use of personal protective equipment with Cadmium in the blood of welders. This research was conducted in 2004 having location at the welding plant of P.T. YIMM.
The study adopted cross sectional method during a specific period with 40 warders being taken as sample. Personal samplers technique was used to measure Cadmium concentration in the air; questionnaire as data collection on the use of personal protective equipment and biological monitoring for Cadmium in blood. Data analysis applied simple linear regression and t-test.
Result showed that the lowest Cadmium concentration in the air of welding plant was 0.003210 mglm3, while the-highest one was 0.013780 mglm3 with average concentration of 0.007158 mghn3 and the standard deviation of 0.002384. From 40 welding areas being monitored, it found 5 locations were exceeding TLV of Cadmium concentration in the air. The lowest Cadmium in the blood was 1.28 µg/L and the highest one was 43.33 µg /L with average content of 14.29 1411 and standard deviation of 10.17 µg/L. From 40 welders being sampled, 31 persons or 77.7 % of Cadmium content in their blood exceeded Biological Exposure Indices.
There was significant correlation between exposure of Cadmium fume and Cadmium content in the blood as well as significant correlation between the use of personal protective equipment and Cd content in the blood, which resulted in regression equation Y = 334.9 x X - 9.593 with value rxy = 0.6164 and regression equation Y = 3726 x X - 82142 with rxy = 0.567. Consultation with critical value r at level of significance of 95 % obtained r table = 0.312, meaning that both values were higher than r table.
In case of personal protective equipment, good users group tended to have relatively lower Cadmium in their blood than the poor ones. This was confirmed by t-test resulting in value of t analysis of 4.344 > t table of 2.0254 with average Cd content of 8.71 p.g/L for good users and 20.87 µg/L for poor ones.
Cadmium content in the blood of smokers was higher than those of non smokers, it was found that average Cadmium content in the blood of smokers was 18.83 µg1L and those of nonsmokers was 12.12 µg/L. T-test resulted in value of t analysis of 2.253 > 2.0252. Use of personal protective equipment for the group that ever had Occupational Health and safety (OHS) training was relatively better than those never had OHS training. Average score of the group that ever had OHS training was 25.81 while those never had OHS training was 26.0
Bibliography : 24 ( 1975-2004 )
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T 12858
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>