Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 216487 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Fatma Kader
"ABSTRAK
Sulawesi Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia bagian tengah yang
masih endemis malaria baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Prevalensi
kejadian malaria cenderung meningkat dari 2,12% pada tahun 2010 menjadi 10%
di tahun 2013 dengan angka API di tahun 2013 adalah 6,4% lebih tinggi dari angka
API nasional 1,38%. Prevalensi tertinggi terjadi di wilayah pedesaan
dibandingkan perkotaan dan terbanyak di usia dewasa. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeterminasi faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di
wilayah perkotan dan pedesaan menggunakan desain cross sectional, sumber data
adalah data sekunder Riskesdas 2013 yang dianalisis menggunakan uji statistik
regresi logistik terhadap sampel masyarakat usia produktif sebanyak 7381 sampel
diwilayah perkotaan dan 8489 sampel di wilayah pedesaan. Penelitian
menemukan bahwa prevalensi malaria di perkotan sebesar 2,4% dan di pedesaan
sebesar 5,8%. Ditemukan adanya hubungan antara plafon rumah serta jenis
kelamin di wilayah perkotaan dan pedesaan, sementara di wilayah pedesaan
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan penggunaan obat semprot insektisida
berhubungan terhadap kejadian malaria. Faktor yang paling dominan memiliki
hubungan dengan kejadian malaria adalah plafon rumah di wilayah perkotaan
(nilai p=0,005; OR 2,6 95% CI 1,28-5,26) dan penggunaan insektisida di wilayah
pedesaan (nilai p=0,019; OR 2,77 95% CI 1,19-6,47)

ABSTRACT
North Sulawesi is one of the provinces in the central part of which is still endemic
malaria in urban and rural areas. The prevalence of malaria incidence is increase
from 2,12% in 2010 to 10% in 2013 with the Annual Paracite Index (API) in 2013
were 6,4% higher than the national API about 1,38%. Prevalence was highest in
rural areas rather than urban areas and highest in adulthood. This study aims to
determinant associated incidence of in the region of urban and rural areas with
cross-sectional design, the data source is a secondary data of Riskesdas 2013 were
analyzed using statistical test of logistic regression on samples of reproductive age
as many as 7381 samples in urban area and about 8489 samples in rural area. The
result of study showed that prevalence of malaria in urban is about 2,4% and
about 5.8% in rural areas. There were association between the ceiling of the house
and sex in urban and rural areas, level of education, type of work and the behavior
of insecticide sprays in rural areas were related to malaria incidence. The most
dominant factor has a relationship with the incidence of malaria is the ceiling of
the house in urban areas (0,05; OR 2,6 95% CI 1,26-5,26) and the use of
insecticides in rural areas (p = 0,019; OR 2,77 95% CI 1,19-6,47)
"
2016
T46032
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rindra Eriska Hidayat
"ABSTRAK
Saat ini terjadi peningkatan penduduk usia produktif (15-64 tahun) di negara
berkembang khususnya Indonesia. Pada usia produktif terjadi peningkatan angka
kejadian disabilitas. Disabilitas didefinisikan sebagai kesulitan atau
ketidakmampuan yang dialami seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari
(yang diukur melalui 12 parameter sesuai dengan WHODAS 2.0). Studi empiris
telah menemukan banyak faktor risiko yang terkait dengan disabilitas. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor risiko disabilitas
terhadap kejadian disabilitas pada penduduk Indonesia usia produktif sehingga
dapat menentukan prioritas intervensi pelayanan kesehatan yang sebaiknya
disediakan. Penelitian ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar 2013 dengan
besar sampel 665.546 orang berusia 15-64 tahun dengan studi cross-sectional.
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa penduduk Indonesia usia produktif
yang mengalami disabilitas ada sebanyak 14.2% dengan risiko mengalami
disabilitas meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Faktor risiko yang
meningkatkan kejadian disabilitas pada usia produktif di Indonesia yaitu :
penyakit diabetes mellitus, hipertensi, stroke, tidak melakukan aktivitas fisik,
merokok, obesitas, gangguan mental emosional, usia yang semakin tua, jenis
kelamin perempuan, dan tidak/belum pernah sekolah. Faktor risiko yang dominan
adalah stroke (OR = 5.045, 95% CI 4.045 ? 6.292) dan gangguan mental
emosional (OR = 8.822, 95% CI 8.348 ? 9.323). Penyakit stroke dan gangguan
mental emosional menjadi fokus intervensi pengendalian disabilitas pada usia
produktif di Indonesia melalui program intervensi berbasis masyarakat.

ABSTRACT
There is an increased population of productive ages (15-64 years old) in
developing countries, especially Indonesia. At the productive age there have been
an increase in the incidence of disability. Disability is defined as the difficulty or
inability of people conducting daily activities (as measured by the 12 parameters
in accordance with WHODAS 2.0). Empirical studies have found many risk
factors associated with disability. The purpose of this study was to determine the
effect of risk factors on the incidence of disability in the Indonesian population of
productive ages so that it can determine the priority of health care interventions
that should be provided. This study uses data from Basic Health Research 2013
with the sample 665.546 people from 15-64 years old with a cross-sectional study.
In this study showed that the Indonesian population of productive ages who have
disabilities have as many as 14.2% with a risk of having a disability increases
with increasing age. The risk factors that increase the incidence of disability in
productive ages in Indonesia, namely: diabetes mellitus, hypertension, stroke, do
not do physical activity, smoking, obesity, mental emotional disorder,
increasingly older age, female gender, and do not / have never attended school.
The most dominant risk factor are stroke (OR = 5.045, 95% CI 4045-6292) and
mental emotional disorder (OR = 8822, 95% CI 8348-9323). Stroke and mental
emotional disorder have become the focus of disability control interventions in the
productive ages in Indonesia through community-based intervention program."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Traviata Prakarti
"Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan, terutama di wilayah perdesaan Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari hasil Riskesdas 2013 dimana prevalensi malaria di wilayah perdesaan Indonesia masih mencapai 7,1% lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional sebesar 6,0%. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah perdesaan Indonesia. Penelitian dengan studi kuantitatif melibatkan 382.231 subjek penelitian yang diambil dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang berusia ≥15 tahun, berdomisili di wilayah perdesaan Indonesia, dan memiliki data yang lengkap (tidak missing).
Hasil menunjukkan prevalensi malaria berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan pada penduduk usia ≥15 tahun sebesar 3,3%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna (nilai p<0,05) antara faktor karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pekerjaan, status gizi), faktor lingkungan tempat tinggal (plafon, dinding rumah, jenis sumber air, tempat pembuangan akhir tinja, lingkungan kumuh), faktor perilaku pencegahan (kelambu, pemakaian kawat kasa pada ventilasi, pemakaian obat anti nyamuk bakar/elektrik, repellent, dan minum obat kemoprofilaksis). Untuk itu diperlukan peningkatan upaya pengendalian fisik untuk memutus rantai penularan vektor nyamuk Anopheles yang didukung oleh modifikasi perilaku hidup sehat oleh masyarakat.

Malaria is one of the infectious diseases that become a major health problem especially in rural areas of Indonesia. It is shown from the result of Riskesdas 2013 where malaria prevalence in rural areas of Indonesia was 7.1%, higher than national prevalence (6.0%). This study used cross sectional design which aims to determine the factors associated with the occurrence of malaria in rural areas of Indonesia. This quantitative studies involving 382,231 subject collected from the secondary data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2013. Samples were population aged ≥15 years, living in rural areas of Indonesia, and had complete data.
Results showed that the prevalence of malaria based on the diagnosis of health personnel in the population aged ≥15 years was 3.3%. The results of the bivariate analysis showed there was a significant association (p value<0.05) between individual factors (age, sex, occupation, nutritional status), environmental factors (ceiling, walls of houses, types of water sources, landfills feces, seedy neighborhood), health prevention behavioral factors (use of bed nets, use of wire netting on the ventilation, use of anti-mosquito drugs/electric, repellent, and taking chemoprophylaxis). Therefore, it?s necessary to increase environmental control to break the chain of malaria transmission supported by people?s health behavior modification.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S62549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Wahyuni
"Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu bayi, anak balita, dan ibu hamil. Selain itu, malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Pada tahun 2010 di Indonesia terdapat 65% kabupaten endemis dimana sekitar 45% penduduk di kabupaten tersebut berisiko tertular malaria. Pada tahun 2020 terdapat 515 kasus malaria di Kabupaten Batu Bara, dan pada tahun 2021 meningkat menjadi 952 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian malaria di Kabupaten Batu Bara. Penelitian ini menggunakan desain kasus-kontrol dimana seluruh responden berusia 12 tahun ke atasdimana kasus adalah pasien yang berkunjung ke puskesmas dengan gejala demam dengan hasil pemeriksaan positif dan kontrol adalah mereka yang memiliki gejala demam dengan hasil pemeriksaan negatif malaria. Dari hasil analisis multivariat dengan melibatkan semua faktor risiko secara bersamaan, terlihat variabel yang mempengaruhi kejadian malaria secara signifikan adalah faktor usia dan keberadaan kandang ternak. Berdasarkan kategori usia, maka terlihat responden berusia 12-17 tahun terukur memiliki risiko tertular malaria tertinggi (AOR= 3,85; 1,40 – 10,59) dibandingkan kelompok usia 18- 40 tahun (AOR= 1,79; 0,70 – 4,58). Responden yang menyatakan terdapat kandang ternak besar di sekitar tempat tinggal lebih berisiko 3 kali tertular malaria dibandingkan dengan responden yang tidak berdekatan dengan kandang ternak.

Malaria is still one of the leading public-health problems that can cause death primarily in high-risk groups, namely, infants, toddlers, and expectant mothers. In addition, malaria directly causes anemia and can lower labor productivity. In 2010, in Indonesia, 65% of endemic districts were at risk of contracting malaria. By 2020 there are 515 cases of malaria in Batu Bara, and by 2021 rising to 952. The purpose of this study is to know the risk factors in the incidence of malaria in the Batu Bara. It uses a case-control design. The responders are 12 years of age and above where the cases are those who visit the health center with fever symptoms and positive malaria and controls are those with symptoms of a fever with a malaria negative. From multivariat analysis involving all risk factors simultaneously, there is a significant variable affecting the incidence of malaria that is both the age and the existence of a cattle cage. According to the age category, it shows 12-17 year old respondents with the highest risk of contracting malaria (AOR = 3.85; 1.40-10.59) by those ages 18-40 (AOR= 1.79; 070- 4.58). Those who claim that there is a corral in the neighborhood, having a three times greater risk of contracting malaria than those who not."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chinta Novianti Mufara
"Provinsi Papua Barat menempati urutan ketiga kasus tertinggi malaria di Indonesia. Jumlah kasus malaria positif malaria tahun 2020 berjumlah 254.050 kasus, yang meningkat pada tahun 2021 dengan 304.607 kasus. Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya malaria seperti sosio demografi, factor lingkungan, maupun perilaku individu dalam pencegahan penularan penyakit malaria. Penelitian ini bertujuan untuk menilai determinan kejadian malaria di Provinsi Papua Barat, menggunakan sumber data Riskesdas Provinsi Papua Barat Tahun 2018 dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini menggunakan uji statistik cox regresi terhadap 2.602 sampel di provinsi Papua Barat, dengan signifikansi statistik berdasarkan interval kepercayaan 95%. Hasil penelitian didapatkan prevalensi malaria di Provinsi Papua Barat sebesar 37,2%. Proporsi kejadian malaria paling banyak pada laki-laki 42,5%, usia ³ 5 tahun 37,4%, pendidikan terakhir £SMP/SLTP 37,5%, pekerjaan tidak berisiko 37,8%, tidak tidur menggunakan kelambu berinsektisida 41,2%, tidak menggunakan repelen, tidak menggunakan obat nyamuk 38,0%, menggunakan kasa pada ventilasi rumah 42,7%, memusnahkan barang-barang bekas berwadah 39,5%, tinggal di daerah perkotaan 46,5%, jenis sarana air utama yang digunakan untuk keperluan masak, kebersihan pribadi dan mencuci yang tidak berisiko 38,3% dan jenis sarana air utama yang digunakan untuk keperluan minum yang tidak berisiko 38,7%. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin (PR 1,295; 95% CI 1,141-1,469) dan tipe daerah (PR 0,746; 95% CI 0,650-0,855). Serta faktor yang dianggap berhubungan dengan kejadian malaria yaitu tidur menggunakan kelambu berinsektisida PR 1,102;95% CI 0,965-1,258). Faktor jenis kelamin menjadi faktor yang paling mempengaruhi kejadian malaria yang memberikan resiko sebesar 1,295 terjadinya malaria pada laki-laki dibandingkan pada perempuan setelah dikontrol oleh faktor tipe daerah dan tidur menggunakan kelambu berinsektisida. Perlunya promosi, edukasi dan monitoring evaluasi penggunaan kelambu berinsektisida terutama pada masyarakat perkotaan dan kelompok berisiko (laki-laki)

West Papua Province ranks third in the highest cases of malaria in Indonesia. The number of positive malaria cases in 2020 totaled 254,050 cases, which increased in 2021 with 304,607 cases. There are several risk factors for the occurrence of malaria such as socio-demographic, environmental factors, and individual behavior in preventing the transmission of malaria. This study aims to assess the determinants of malaria incidence in West Papua Province, using the 2018 West Papua Province Riskesdas data source with a cross-sectional study design. This study used the cox regression statistical test on 2,602 samples in the province of West Papua, with statistical significance based on 95% confidence intervals. The results showed that the prevalence of malaria in West Papua Province was 37.2%. the highest proportion of malaria incidence was in males 42.5%, age ³ 5 tahun 37.4%, last education £ SMP/SLTP 37.5%, work not at risk 37.8%, did not sleep using insecticide treated nets 41.2 %, not using repellents, not using mosquito coils 38.0%, using gauze on house ventilation 42.7%, destroying used containerized 39.5%, living in urban areas 46.5%, the type of main water facility used used for cooking, personal hygiene and washing purposes which were not at risk 38.3% and the type of main water facility used for drinking purposes which was not at risk 38.7%. The results showed that there was a significant relationship between gender (PR 1.295; 95% CI 1.141-1.469) and area type (PR 0.746; 95% CI 0.650-0.855). As well as factors that are considered related to the incidence of malaria, namely sleeping using insecticide-treated nets PR 1.102; 95% CI 0.965-1.258). The gender factor is the factor that most influences the incidence of malaria which gives a risk of 1.295 for the occurrence of malaria in men compared to women after controlling for the type of area and sleeping using insecticide-treated mosquito nets. It is necessary to promotion, education, monitoring and evalution of the use of insecticide-treated nets, especially in urban communities and at risk group (men)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Asrul Hamonangan
"ABSTRAK
Berdasarkan kegiatan Global Fund, 17 Kabupaten dari 33 Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Utara adalah daerah endemis malaria. Dari tahun 2011 ? 2013, AMI menurun dari 12,19? menjadi 7,80? dan API meningkat dari 0,90? menjadi 1,27? serta SPR meningkat dari 9,28% menjadi 20,62%. Setiap Kabupaten masalah lingkungan dan prioritas berbeda, geografis yang mempengaruhi kesehatan, pengaruh yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat, pengaruh lingkungan dan akses terhadap pelayanan kesehatan
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan lingkungan fisik rumah dengan kejadian malaria dengan desain studi cross sectional. Sumber data sekunder Riskesdas 2013. Populasi penelitian adalah seluruh penderita malaria yang terdiagnosis satu tahun terakhir.
Prevalensi malaria di Sumatera Utara adalah 2,0%. Variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah plafon rumah (p=0,025), dinding rumah (p=0,042), lantai rumah (p=0,014) dan ventilasi menggunakan kasa nyamuk (p=0,005). POR lingkungan fisik rumah dengan kejadian malaria setelah dikontrol confounder adalah 1,172 plafon / langit ? langit rumah, 0,997 dinding rumah, 1,357 lantai rumah dan 1,975 ventilasi menggunakan kasa nyamuk.
Kesimpulan lingkungan fisik rumah berpengaruh dengan kejadian malaria. Oleh sebab itu, disarankan rumah masyarakat berkontruksi permanen yang memiliki plafon rumah serta ventilasi menggunakan kasa nyamuk

ABSTRACT
Based on the Global Fund data, 17 out of 33 districts in North Sumatra Province are malaria endemic. From 2011 to 2013, there is a decreasing Annual Malaria Incidence from 12.19 ? to 7.80 ? and the Annual Parasite Incidence is increased from 0.90 ? to 1.27 ?. While the Slide Positivity Rate is increased from 9.28% to 20.62%. Each district has difference in environmental problem and priorities, geographical influence in health, and also health problems which related to population's behaviors according to a healthy and sanitary and access to the health services.
The purpose of this study is to determine association between the physical home environment and the prevention behavior of malaria incidents, using cross sectional study. Data from the Riskesdas 2013 which are analyzed due to the purpose of the research. Population of the study was all malaria incidents who were diagnosed last year.
The prevalence of malaria in North Sumatra was 2.0%. Variables with significant correlation with incidents of malaria is the ceilings (p=0.025), walls (p=0.042), floors (p=0.014) and ventilations with a mosquito net (p=0.005). POR of physical home environment and malaria incidence after controlled by the confounders was 1.196 for ceiling, 1.025 for walls, 1.365 for floors and 1.975 for ventilation using mosquito netting.
his study concluded that the physical home environment affecting the malaria incidents. Community should build permanent houses with ceiling and ventilations equipped with mosquto net."
2016
T45771
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryuni
"Salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah melalui pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) bagi Pasangan Usia Subur (PUS). Diperlukan upaya strategis dalam rangka menurunkan AKI dan laju pertumbuhan penduduk serta meningkatkan angka kelangsungan berKB salah satunya seperti yang tertuang dalam RPJMN 2010-2014 yaitu melalui penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Tingkat pemakaian MKJP saat ini baru mencapai 10,6 persen sementara target nasional sebesar 12,9 persen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku penggunaan MKJP pada PUS di Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur tahun 2014.Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan pola penggunaan kontrasepsi di Kabupaten Tuban belum sesuai dengan Pola Rasional Penggunaan Kontrasepsi yang dicanangkan oleh BKKBN. Pengetahuan tentang MKJP pada kelompok wanita PUS relative lebih baik dibanding dengan PUS Pria, hal ini disebabkan rendahnya informasi tentang MKJP terutama bagi PUS pria. kontrasepsi yang paling praktis menurut informan adalah jenis MKJP. Bagi PUS yang saat ini masih menggunakan non MKJP takut untuk beralih ke MKJP karena adanya rumor yang berkembang di masyarakat serta larangan dari suami.
Disarankan ke semua tenaga kesehatan lebih memotivasi PUS untuk menggunakan MKJP, meningkatkan pemberian KIE kepada PUS tentang MKJP, peningkatan partisipasi pria untuk lebih mendorong pasangannya menggunakan MKJP serta meningkatkan jumlah Petugas Penyuluh Keluarga Berencana (PLKB) di tiap Kabupaten agar dapat meningkatkan cakupan MKJP.

One of the Government's efforts in controlling the rate of growth of the population and lower the mortality rate is through the implementation of a program for couples of fertile Age is family planning. Strategic efforts needed in an attempt tocontrolling the rate of growth of the population, lower the mortality rate and to increase the number of continuity use contraception one of them, as stated in the RPJMN 2010-2014 through the use of Long-term Contraceptive Methods. The level of discharging Long-term Contraceptive Methods currently new achieve 10 .6 percent while the national target of 12.9 percent.
This Research is aimed to know the behavior of the use of Long-term Contraceptive Methods on Productive-age in pairs at district of Tuban in East Java on 2014. This research is the kind of research qualitative.
The result showed using patterns of contraception in the district of Tuban not according to rational use contraception pattern that proclaimed by BKKBN. The knowledge of Long-term Contraceptive Methods woman in the reproductive-age couple relatively better than man it is caused by the lack of information about of Long-Term Contraceptive Methods especially for man in the productive-age couple, the most practical birth control according to the informants is a type of Long-Term Contraceptive Methods. For man in the productive-age couple who currently use of short-term contraceptive methods afraid to switch to Long-term Contraceptive Methods, because of the rumors that develops in social norms and prohibition of a husband.
Suggested all health workers to more motivate on Productive-age couple to use of Longterm Contraceptive Methods, Increase the provision of KIE to all Productive-age couple about Long-term Contraceptive Methods, increased participation of man to further encourage her partner to use Long-term Contraceptive Methods and increase the number of family planning extension officers in each district to increase the coverage of Long-term Contraceptive Methods.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia', 2014
T42230
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inraini F. Syah
"Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Girian Weru Kecamatan Girian Kota Bitung Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Karakteristik Individu, Perilaku, dan Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Girian Weru Kecamatan Girian Kota Bitung Sulawesi Utara. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain kasus kontrol. Populasi dalam penelitian ini seluruh masyarakat yang bermukim di wilayah kerja Puskesmas Girian Weru Kecamatan Girian Kota Bitung Sulawesi Utara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara lama tinggal (0,41 ;0,19-0,90), perilaku mencegah malaria (14,84; 5,43-40,56), kebiasaan keluar rumah malam hari (70,34; 25,68-192,63), kondisi geografis (12,52; 2,94-53,33), tempat perindukan nyamuk (5,68; 2,73-11,80), dan sumber penularan.

Malaria remains a public health problem in the region of Sub Health Center Girian Weru Girian Bitung city of North Sulawesi. This study aims to determine the characteristics of individual relationships, Behavior, and Environment in Malaria incidence in the Work Area Health Center District Weru Girian Girian Bitung City of North Sulawesi. The study was a quantitative study with case-control design. The population in this study all the people who live in the region of Sub Health Center Girian Weru Girian Bitung city of North Sulawesi.
These results indicate that there was a significant association between length of stay (0.41, from 0.19 to 0.90), behaviors preventing malaria (14.84; 5.43 to 40.56), a habit out at night (70 , 34; 25.68 to 192.63), geography (12.52; 2.94 to 53.33), where the mosquito brood (5.68: 2.73 to 11.80), and source of infection.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sihite, Devi Suryanti
"ABSTRAK
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil. Selain itu, malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Penduduk yang beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari penduduk dunia. Setiap tahun jumlah kasus malaria berjumlah 300-500 juta dan mengakibatkan 1,5 sampai dengan 2,7 juta kematian. Kematian tersebut sebagian besar terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, terutama di daerah endemis malaria seperti di Afrika Sub Sahara dan Asia. Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu daerah endemis malaria di Sumatera Utara. Dari 20 kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, salah satu kecamatan yang endemis adalah Kecamatan Pandan. Pada Januari-Agustus 2010 ditemukan gejala klinis malaria sebanyak 2.267 orang dan 336 kasus positif malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria pada masyarakat di wilayah kerja UPT. Puskesmas Pandan, Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2011. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain coss sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh masyarakat yang bermukim di Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli tengah, Propvinsi Sumatera Utara yang berusia di atas 15 tahun. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan (2,20; 1,11-4,37), pengetahuan (2,77; 1,40-5,50), dan perilaku pencegahan (5,87;2,85-12,09) dengan kejadian malaria pada masyarakat di wilayah kerja UPT. Puskesmas Pandan, Kecamatan Pandan. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah puskesmas tersebut adalah perilaku pencegahan (5,35; 2,55-11,19).

ABSTRACT
Malaria is one of world health problems which could cause death especially to high risk group of infants, children under five, and expectants. Furthermore, it is able to bring about anemia directly and lowers work productivity. Population at risk of malaria amount about 2.3 billion or 41% of world population. Each year case number of malaria are 300 ? 500 million and results 1.5 to 2.7 billion for death. Majority of death happened to children and adults, particularly in endemic area of malaria such as Sub-Saharan Africa and Asia. Middle Tapanuli Regency is one of endemic area of malaria in North Sumatera. Of 20 Sub-districts in this Regency, Pandan is one of endemic area of malaria. On January ? August 2010 found that malaria clinical symptoms as much as 2,267 people and 336 cases of positive of malaria. This study aims to find out factors associated with incident of malaria in community of working area of Pandan Public Health Center, Sub-district of Pandan, Regency of Middle Tapanuli, North Sumatera, year 2011. It is a quantitative research using cross sectional design. Study population on this research are all of community who reside in Pandan Sub-district, Middle Tapanuli Regency, North Sumatera Province age above 15 years. Study results show that there are meaning correlation between education (2.20; 1.11 ? 4.37), knowledge (2.77; 1.40 ? 5.50), and prevention behavior (5.87; 2.85 ? 12.09) with malaria incident in community at working area of UPT Pandan Public Health Center, Pandan Sub-district. The most dominant variable is prevention behavior (535; 2.55 ? 11.9).
"
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kawatu, Yozua Toar
"Malaria merupakan masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia karena mengakibatkan dampak yang luas dan berpeluang menjadi penyakit emerging dan re-emerging. Di Wilayah South East Asian Region (SEARO) yang Indonesia menjadi salah satu negara anggotanya, malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Data Kasus Baru malaria tahun 2009/2010 di seluruh Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah 22,9 per mil, sedangkan di Provinsi Sulawesi Utara (61,7?).
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang bertujuan untuk memperoleh gambaran karakteristik individu, faktor lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian malaria klinis di Provinsi Sulawesi Utara 2010. Penelitian dengan studi kuantitatif melibatkan 2272 subyek penelitian yang diperoleh data dari Riskesdas 2010, dengan jumlah kejadian malaria klinis sebanyak 408 subyek. Dari 20 variabel yang dianalisis multivariat di Provinsi Sulawesi Utara didapatkan ada 6 variabel yang berhubungan secara signifikan yaitu : pendidikan : OR = 2,04 (95% CI : 1,59 ? 2,62) dengan p value = 0,000, rawa-rawa : OR = 1,57 (95% CI : 1,10 ? 2,25), dengan p value = 0,014, pantai : OR= 0,49 (95% CI : 0,31 ? 078) dengan p value = 0,003, perkebunan : OR = 1,58 (95% CI : 1,25 ? 2,00) dengan p value = 0,000, tidur menggunakan kelambu : OR = 0,59 (95% CI : 0,41 ? 0,85) dengan p value = 0,005 dan memakai obat nyamuk bakar/elektrik : OR = 0,59 (95% CI : 0,45 - 0,78) dengan p value = 0,000.
Analisis juga dilakukan pada 8 Kabupaten dan 4 Kota di provinsi Sulawesi Utara dan hasilnya ada 4 Kabupaten dan 2 Kota yang sebagian variabel mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian malaria klinis yaitu : Kabupaten Kepulauan Talaud, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kota Manado, Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Utara.
Disarankan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar rawa-rawa, pantai dan perkebunan hendaknya selalu menjaga kebersihan lingkungan serta memakai obat nyamuk bakar/elektrik. Untuk Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara pelaksanakan program "Gebrak Malaria" hendaknya lebih diintensifkan dan melibatkan seluruh lapisan masyarat. Untuk peneliti lain supaya dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang Malaria atau Malaria Klinis di daerah endemis malaria di Provinsi lain dengan menggunakan data hasil Riskesdas 2010 atau data terbaru di wilayah tersebut.

Malaria is a global health problem, including Indonesia, because it resulted in a broad impact and may appear and re-emerging diseases. Regional Southeast Asia Region (SEARO) and Indonesia became one of its member countries, malaria is a major public health problem. The new malaria cases in 2009/2010 Data for Health Research in Indonesia based on the Basic (Riskesdas) 2010 is 22.9 per mile, whereas in the Province of North Sulawesi (61.7 ?).
This study uses cross sectional design which aims to obtain a picture of individual characteristics, environmental factors and behaviors associated with the incidence of clinical malaria in North Sulawesi province in 2010. Research with quantitative studies involving 2272 subjects who obtained the data from Riskesdas 2010, with the incidence of clinical malaria as much as 408 subjects. Of the 20 variables in the multivariate analysis of the North Sulawesi province to find there are six significant variables related to: Education: OR = 2.04 (95% CI: 1.59 to 2.62) with p-value = 0.000, bog: OR = 1, 57 (95% CI: 1.10 to 2.25), with a p-value = 0.014, coast: OR = 0.49 (95% CI: 0.31 to 078) with a p-value = 0.003, plantations: OR = 1 , 58 (95% CI: 1.25 to 2.00) with p-value = 0.000, using mosquito nets to sleep: OR = (95% CI: 0.41 to 0.85) 0.59 with a p-value = 0.005 and use mosquito repellent/electric: OR = 0.59 (95% CI: 0.45 to 0.78) with p-value = 0.000.
The analysis was also conducted in eight counties and four cities in the province of North Sulawesi and the results there are four counties and two cities that some variables have a significant relationship with the incidence of clinical malaria namely: Talaud Islands, Minahasa, Sangihe Regency, Manado, Minahasa regency Tomohon and north.
It is recommended for people who live in the vicinity, the coast marshes and plantations should always keep the environment clean and using mosquito repellent / electric. For the North Sulawesi Provincial Health Office, the implementation of "Gebrak Malaria" program should be improved and involve all layers masyarat. For other researchers to conduct more in-depth research on Malaria, Clinical malaria or malaria in endemic areas in other provinces using data from Riskesdas 2010 or latest data in the region.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31524
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>