Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150703 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rully Ayu Nirmalasari Haryadi Putri
"ABSTRAK
Latar Belakang: Konsumsi isoflavon adalah salah satu cara mengatasi keluhan
klimakterik. Daidzein merupakan isoflavon dari kedelai yang menghasilkan
metabolit aktif equol dengan sifat mirip estrogen. Metode: Uji klinis tersamar
tunggal dilakukan terhadap 42 perempuan menopause terbagi menjadi kontrol,
mendapatkan Calcium glisero-fosfat 500mg, vitamin D3 35 iu dan perlakuan,
mendapatkan Daidzein 120mg, Calciumglisero-fosfat 500mg, vitamin D3 140 iu
selama 8 minggu. Hasil: 47.5% mendapatkan suplementasi mengandung
Daidzein. Penurunan keluhan klimakterik untuk kelompok tersebut signifikan
secara statistik, namun besar penurunan tidak bermakna bila dibandingkan
kontrol. Kesimpulan: Suplementasi Daidzein 120mg selama 8 minggu tidak
berbeda bermakna bila dibandingkan kontrol dalam menurunkan keluhan
klimakterik

ABSTRACT
Background: soy consumption is one of many ways to deal with climacteric
symptoms. Daidzein, a form of isoflavone, found in soy-germ producing equol
metabolite similar to estrogen. Methods: A single-blind randomized clinical trial
that involve 42 menopausal women, is divided into 2 groups, first given Calcium glisero-fosfat 500mg, vitamin D3 35 iu and others given Daidzein 120mg, Calciumglisero-fosfat 500mg and vitamin D3 140iu for 8 weeks. Result: 47.5% respondent receive daidzein supplementation. Menopausal symptoms decrease but not statistically significant compare to control group. Conclusion: daidzein 120mg supplementation for 8 weeks not statistically significant in reducing menopausal symptom compare to control"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rully Ayu Nirmalasari H P
"ABSTRAK
Latar Belakang: Konsumsi isoflavon adalah salah satu cara mengatasi keluhan klimakterik. Daidzein merupakan isoflavon dari kedelai yang menghasilkan metabolit aktif equol dengan sifat mirip estrogen. Metode: Uji klinis tersamar tunggal dilakukan terhadap 42 perempuan menopause terbagi menjadi kontrol, mendapatkan Calcium glisero-fosfat 500mg, vitamin D3 35 iu dan perlakuan, mendapatkan Daidzein 120mg, Calciumglisero-fosfat 500mg, vitamin D3 140 iu selama 8 minggu. Hasil: 47.5% mendapatkan suplementasi mengandung Daidzein. Penurunan keluhan klimakterik untuk kelompok tersebut signifikan secara statistik, namun besar penurunan tidak bermakna bila dibandingkan kontrol. Kesimpulan: Suplementasi Daidzein 120mg selama 8 minggu tidak berbeda bermakna bila dibandingkan kontrol dalam menurunkan keluhan klimakterik.

ABSTRACT
Background: soy consumption is one of many ways to deal with climacteric symptoms. Daidzein, a form of isoflavone, found in soy-germ producing equol metabolite similar to estrogen. Methods: A single-blind randomized clinical trial that involve 42 menopausal women, is divided into 2 groups, first given Calcium glisero-fosfat 500mg, vitamin D3 35 iu and others given Daidzein 120mg, Calciumglisero-fosfat 500mg and vitamin D3 140iu for 8 weeks. Result: 47.5% respondent receive daidzein supplementation. Menopausal symptoms decrease but not statistically significant compare to control group. Conclusion: daidzein 120mg supplementation for 8 weeks not statistically significant in reducing menopausal symptom compare to control."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Individu yang mengalami masa klimakterium akan merasakan tanda dan gejala berupa
rasa panas pada wajah, berkeringat berlebihan, hal tersebut mengakibatkan perasaan
tidak nyaman , serta adanya rasa sakit saat berhubungan intim dengan pasangannya
mengakibatkan perasaan tertekan sehingga perlu dicarikan jalan keluar untuk
mengatasinya. Semua hal tersebut melatar belakangi peneliti untuk melihat lebih jauh
tentang "pengaruh masa klimaktarium terhadap pemenuhan kebutuhan seksual pada
wanita. Tujuan penelitian adalah untuk mendapat gambaran yang Iebih jelas tentang
pengaruh masa klimakterium terhadap pemenuhan kebutuhan seksual pada wanita.
Penelitian ini melibatkan 30 responden sesuai dengan kriteria yaitu : wanita, umur 40 -
60 tahun, sedang melakukan konseling / pengobatan di poliklinik RSPAD Gatot soebroto,
dapat membaca dan menulis. Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal 2/1-2002 - 18/1-
2002.Pengolahan data dengan uji statistik tedensi sentral untuk data demografi dan
korelasi untuk mencari hubungan antara masa klimakterium dengan pemenuhan kebutuhan
seksual wanita. Adapun hasil yang didapat adalah umum responden terbanyak yang
melakukan konseling / pengobatan di poliklinik menopause RSPAD Gatot Soebroto
antara 46 - 55 tahun, pendidikan terbanyak yang melakukan koseling / pengobatan
adalah akademik (perguruan tinggi), sedangkan pengaruh masa klimakterium trhadap
pemenuhan kebutuhan seksual wanita didapat nilai “ r “ sebesar 0,603 dan uji
kemaknaan ( “t”) sebesar 3,98, sehingga dapat peneliti simpulkan bahwa ada korelasi
kuat/ atau hubungan yang signifikan antara masak klimakterium dengan kebutuhan
pemenuhan seksual wanita. Harapan peneliti dapat memeberi masukan dalam hal
memberikan pendidikan yang sedang menglami masa klimakteirum, karena dengan
pemahamam yang baik tentu klin akan lebih mudah untuk menjalani kehidupan
selanjutnya."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5187
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Nur Faizah
"Tulisan ini mengangkat pengalaman otonomi dan kekuatan perempuan ulama dalam merespons pandemi covid-19 di komunitas mereka. Perempuan ulama yang merujuk pada simpul rahima di dalam tulisan ini"
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2020
305 JP 25:4 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bela Maya Paramita
"Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum dialami oleh wanita di seluruh dunia. Penyebab utama kanker serviks adalah human papillomavirus (HPV), yaitu virus DNA untai ganda yang menginfeksi epitelium squamous pada sistem reproduksi dan epitelium mukosa pada laring, tonsil, serta orofaring. Lebih dari 95% dari kasus kanker serviks yang ada di dunia disebabkan oleh HPV serotipe 16 dan 18. HPV tipe resiko tinggi mengkode 2 protein onkogenis, yaitu E6 dengan target inhibisi p53 dan E7 dengan target inhibisi protein retinoblasma (pRB). Aktivitas inhibisi dari kedua protein tersebut akan menghasilkan sel kanker. Derivat isoflavon telah terbukti dapat menginhibisi protein E6 dan E7. Isoflavon merupakan senyawa alam yang terdapat dalam tumbuhan, terutama kacang kedelai dan memiliki sifat antioksidan, anti-kanker, antimikroba, dan sifat anti-inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa bahan alam isoflavon sebagai inhibitor protein E6 E7 pada virus HPV serotipe 16 dan 18 secara in silico, menganalisis interaksi antara protein E6 E7dengan ligan senyawa bahan alam isoflavon, dan menjelaskan proses farmakokinetika yang meliputi proses Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi (ADME). Selain itu, akan dijelaskan pula toksisitas ligan senyawa bahan alam isoflavon. Hasil penelitian membuktikan bahwa senyawa bahan alam isoflavon dapat menginhibisi protein E6 E7 serotipe 16 dan 18, yang dibuktikan berdasarkan nilai RMSD dan G.

Cervical cancer is one of the most common types of cancer experienced by women around the world. The primary cause of cervical cancer is the human papillomavirus (HPV), a multiple-stranded DNA virus that infects the squamous epithelium of the reproductive system and the mucous epithelia of the larynx, tonsils, and oropharynx. More than 95% of cervical cancer cases worldwide are caused by HPV serotypes 16 and 18. The high-risk type of HPV codes two oncogenic proteins, namely E6 with p53 inhibition targets and E7 with retinoblasm protein inhibitions targets. (pRB). The inhibitory activity of both proteins will produce cancer cells. Isoflavone derivatives have been shown to inhibit E6 and E7 proteins. Isoflavones are natural compounds found in plants, especially soybeans and have antioxidant, anti-cancer, antimicrobial, and anti-inflammatory properties. The study aims to identify the compound of the natural ingredient isoflavone as an inhibitor of the protein E6 E7 in serotype 16 and 18 HPV viruses in silico, to analyse the interaction between the E6 protein E7 and the ligan of compounds of natural ingredients isoflavone, and to explain the pharmacokinetic processes that include the processes of Absorption, Distribution, Metabolism, and Extrusion (ADME). The results of this study prove that the natural compound isoflavone can inhibit the E6 E7 proteins serotypes 16 and 18, which is proven by RMSD and G binding values."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
PANGAN 18:55 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Angelina Riadi Alim Suprapto
"Latar belakang: Prediabetes merupakan keadaan dengan kadar gula darah diantara normal dan diabetes. Salah satu komplikasi prediabetes adalah urolithiasis. Berbagai studi telah mengemukakan peran vitamin D dalam memodifikasi risiko prediabetes. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh suplementasi vitamin D3 dalam mencegah urolithiasis pada kondisi prediabetes.
Metode: Penelitian ini dilakukan pada 24 ekor tikus Wistar. Sebanyak 18 ekor tikus diberikan diet tinggi lemak dan tinggi glukosa (DTL-G) untuk menginduksi kondisi prediabetes dan 6 ekor tikus sehat diberikan diet standar selama tiga minggu. Pada akhir minggu ketiga, tikus prediabetes diinjeksi streptozotocin dan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: (1) kelompok prediabetes dengan DTL-G, (2) kelompok prediabetes dengan suplementasi vitamin D3 100 IU/kg/hari dan DTL-G, dan (3) kelompok prediabetes dengan suplementasi vitamin D3 1000 IU/kg/hari dan DTL-G selama 12 minggu. Tikus sehat diberikan diet normal selama 12 minggu. Pengumpulan urin 24 jam dilakukan untuk mengukur kadar kalsium dan pH urin.
Hasil: Pemberian DTL-G tampak meningkatkan kadar kalsium urin tikus prediabetes. Pemberian vitamin D dosis 100 IU/kg/hari dan 1000 IU/kg/hari tampak meningkatkan kadar kalsium urin tikus prediabetes. pH urin pada kelompok prediabetes tampak meningkat dibandingkan kelompok sehat. Perbedaan kadar kalsium dan pH urin ditemukan tidak signifikan secara statistik.
Kesimpulan: Suplementasi Vitamin D3 dosis 100 IU/kg/hari dan 1000 IU/kg/hari tidak memberikan perbedaan pada kadar kalsium dan derajat keasaman (pH) urin tikus prediabetes yang signifikan secara statistik.

Introduction: Prediabetes is a condition with blood sugar levels between normal and diabetes. One of the complications of prediabetes is urolithiasis. Various studies have suggested the role of vitamin D in modifying the risk of prediabetes. This studi analyzes the effect of vitamin D3 supplementation in preventing urolithiasis caused by prediabetes.
Method: This experiment was conducted on 24 Wistar rats. A total of 18 rats were given a high-fat and high-glucose diet (HFD-G) to induce prediabetes and 6 healthy rats were given a normal diet. At the end of the third week, prediabetic rats were injected with streptozotocin and intervened in three groups: (1) HFD-G, (2) vitamin D 100 IU/kg/day and HFD-G, and (3) vitamin D 1000 IU/kg/day and HFD-G for 12 weeks. Healthy rats were given a normal diet for 12 weeks. 24-hour urine was collected to measure urinary calcium levels and pH.
Result: Administration of HFD-G increases urinary calcium levels in prediabetic rats. Administration of vitamin D 100 IU/kg/day and 1000 IU/kg/day increases urinary calcium levels in prediabetic rats. The urine pH of the prediabetic rats increases compared to the healthy rats. However, differences in urinary calcium levels and pH were not found to be statistically significant. Conclusion: Vitamin D3 100 IU/kg/day and 1000 IU/kg/day supplementation did not give a statistically significant difference in urinary calcium levels and pH of prediabetic rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nunki Febriastuti
"Latar Belakang : Preeklamsia terjadi akibat adanya gangguan pada proses implantasi dan desidualisasi pada awal kehamilan. Vitamin D memainkan peranan penting pada proses desidualisasi, implantasi dan plasentasi. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kadar 25(OH)D yang rendah dalam serum merupakan faktor risiko preeklamsia. Bukti terbaru mendukung peran suplementasi vitamin D yang dimulai pada saat sebelum, awal dan selama kehamilan dalam mengurangi risiko preeklamsia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan suplementasi vitamin D 5000 IU/hari pada implantasi dan plasentasi melalui pemeriksaan PI A. Uterina dan PlGF serum maternal pada wanita hamil trimester pertama.
Metode : Uji klinis paralel acak tersamar tunggal. Subjek wanita hamil usia 7-11 minggu yang dibagi 2 kelompok, yaitu normal dan risiko tinggi berdasarkan kriteria risiko tinggi ACOG. Tiap kelompok dibagi lagi menjadi kontrol yang hanya mendapat obat standar dan perlakuan yang mendapat vitamin D 5000 IU/hari. Semua pasien diperiksa kadar 25(OH)D awal, kemudian diberikan intervensi selama 1 bulan dan diperiksa ulang kadar 25(OH)D akhir, PlGF serum maternal dan PI. A. Uterina. Menilai perbandingan kenaikan kadar 25(OH)D, PlGF, dan PI A. Uterina diantara semua kelompok
Hasil : Subjek awal berjumlah 92 orang, dieksklusi sebanyak 12 orang dan tersisa 80 subjek yang menyelesaikan penelitian. Semua subjek mengalami defisiensi vitamin D. Dibandingkan pasien kontrol kenaikan kadar 25(OH)D pada kelompok perlakuan normal masih lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan risiko tinggi yaitu 12,33±6,26 ng/mL dan 10,45±5,09 ng/mL dengan nilai p<0,001. Kelompok normal, penurunan PI A. Uterina dibandingkan antara kontrol dan perlakuan bermakna sebesar 0,57±0,36 dan 1,08±0,29 (p<0,001) sedangkan kadar PlGF juga berbeda bermakna antara kontrol (84,27±10,02) dan perlakuan (107,87±31,97) dengan nilai p 0,005. Pada kelompok risiko tinggi, perbadingan rerata kadar PlGF pada kontrol dan perlakuan berbeda bermakna yaitu 37,59±9,67 dan 70,53±18,32) nilai p<0,001. Pada pasien intervensi baik kelompok normal dan risiko tinggi rerata penurunan PI A. Uterina (1,08±0,29 vs 0,43±0,26; nilai p<0,001) dan kadar PlGF (107,87±31,97 vs 70,53±18,32; nilai p<0,001) berbeda bermakna.

Background : Preeclampsia occurs due to disruption of the implantation and decidualization in early pregnancy. Vitamin D plays an important role in decidualization, implantation, and placentation. Recent evidence supports the role of vitamin D supplementation initiated before, early and during pregnancy in reducing the risk of preeclampsia. The study aim is to determine the effect of vitamin D supplementation of 5000 IU/day on implantation and placentation through examination of Uterine Artery PI (UtA-PI) and maternal serum PlGF in first trimester pregnant women.
Methods: Using a single-blind, randomized parallel clinical trial. Subjects were pregnant women 7-11 weeks gestation and divided into 2 groups, normal and high risk, based on ACOG preeclampsia high risk criteria. Each group was further divided into controls who received the standard drug and interventions who received 5000 IU of vitamin D/day. Subjects were examined for 25(OH)D levels before and after the 1 month intervention, including maternal serum PlGF and UtA-PI levels. Both groups were compared for the difference of 25(OH)D levels, mean PlGF, and UtA-PI.
Results: We have 80 subjects who have vitamin D deficiency. The normal and high-risk intervention group showed the increase of 25(OH)D levels, 12.33±6.26 ng/mL and 10.45±5.09 ng/mL with p<0.001 accordingly. For the normal group, the decrease of UtA-PI compared between control and intervention was significant 0,57±0,36 and 1,08±0,29 (p<0.001) while PlGF levels were also significantly different between control (84,27±10,02) and intervention (107,87±31,97) with p<0.05. While in high-risk group, the PlGF levels of control and intervention were significantly different, 37.59±9.67 and 70.53±18.32 with p<0.001. In intervention patients, both normal and high-risk groups, the decrease of UtA-PI (1.08±0.29 vs 0.43±0.26; p<0.001) and PlGF levels (107.87±31.97 vs 70.53±18.32; p<0.001) were significantly different.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Ivana Angelia
"Latar belakang: Prevalensi prediabetes yang terus meningkat dapat menjadi masalah karena prediabetes dapat meningkatkan probabilitas terkena penyakit kardiovaskular. Diketahui bahwa vitamin D memiliki peran untuk mencegah progresivitas prediabetes menjadi diabetes walaupun berbagai hasil studi sebelumnya masih belum konsisten. Sampai saat ini, belum ada studi yang meneliti dosis suplementasi vitamin D yang dibutuhkan untuk memberikan kadar vitamin D yang cukup pada ginjal dalam mencegah perkembangan prediabetes. Kadar vitamin D biasanya diukur dalam bentuk lainnya yaitu 25(OH)D3 (25-hidroksi-vitamin D3) karena lebih mudah diukur. Oleh karena itu, pengaruh suplementasi vitamin D3 terhadap kadar 25(OH)D3 pada ginjal perlu diteliti lebih lanjut. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan metode pra-klinis eksperimental yang menggunakan bahan biologis tersimpan berupa ginjal yang diperoleh dari model tikus prediabetes. Kelompok perlakuan terdiri dari 4 kelompok masing-masing 6 ekor yaitu: kelompok sehat, prediabetes tanpa perlakuan, prediabetes yang diberikan vitamin D3 100 IU dan prediabetes yang diberikan vitamin D3 1000 IU. Perlakuan diberikan selama 12 minggu kemudian diukur kadar 25(OH)D3 ginjal dengan metode ELISA. Perbedaan kadar 25(OH)D3 antar keempat kelompok diuji dengan metode statistik yang sesuai. Hasil: Kadar 25(OH)D3 di ginjal cenderung meningkat pada kelompok prediabetes. Suplementasi vitamin D3 100 IU/kgBB/hari maupun 1000 IU/kgBB/hari menurunkan kadar 25(OH)D3 pada ginjal dengan p<0,05 setelah dianalisis dengan uji post hoc. Kesimpulan: Suplementasi vitamin D3 dosis 100 IU/kgBB/hari maupun 1000 IU/kg/BB/hari sama-sama menyebabkan penurunan bermakna kadar 25(OH)D3 pada kelompok tikus model prediabetes dibandingkan kelompok model tikus prediabetes tanpa suplementasi.

Introduction: The increasing prevalence of prediabetes can be a problem because prediabetes can increase the probability of developing cardiovascular disease. It is known that vitamin D has a role in preventing the progression of prediabetes to diabetes, although the result of previous studies are still not consistent. Until now, there have been no studies examining the right dose of vitamin D supplementation that can provide adequate vitamin D levels in kidneys to prevent the development of prediabetes. Vitamin D levels are usually measured in another form, namely 25(OH)D3 (25-hydroxy-vitamin D3) because it is easier to measure. Therefore, effect of vitamin D3 supplementation on 25(OH)D3 levels in the kidneys of prediabetic needs to be investigated further.Method: This study is an experimental pre-clinical study that used stored biological material in the form of a kidney which were obtained from prediabetic rats. The treatment group consisted of 4 groups, each containing 6 rats, namely: a healthy group, prediabetes without treatment, prediabetes which were given 100 IU of vitamin D3 and prediabetes which were given 1000 IU of vitamin D3. The treatment was given for 12 weeks and then the kidney 25(OH)D3 levels were measured using ELISA method. The differences in levels of 25-hydroxy-vitamin D3 between the four groups were tested by the appropriate statistical method.Result: The levels of 25(OH)D3 in the kidneys tends to increase in the prediabetes group. Treatment with vitamin D3 supplementation of 100 IU/kgBW/day and 1000 IU/kgBW/day both reduced the level of 25(OH)D3 in the kidneys with p<0.05 after being analyzed by post hoc test.Conclusion: Vitamin D3 supplementation at a dose of 100 IU and 1000 IU of prediabetic rats model both caused a significant decrease in 25(OH)D3 levels in kidney compared to the prediabetics rat model without supplementation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shippen, Eugene
"Testosterone therapy can improve the overall health and feeling of well-being of aging men, improving sex drive, mental functions, and energy levels and reducing the risk of cardiovascular disease."
Toronto: M. Evans, Lanham, Md., 2007
615.366 SHI t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>