Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 243361 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yaniar Mulyantini
"Penyalahgunaan opioid banyak terkait dengan masalah lain diantaranya morbiditas psikopatologi. Saat ini belum didapatkan data mengenai proporsi psikopatologi pada pasien dalam terapi rumatan metadon di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi psikopatologi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan psikopatologi tersebut, yang dialami pasien dalam terapi rumatan metadon di Puskesmas Tebet dan Jatinegara.
Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang, yang dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai bulan Oktober 2015. Setiap responden mengisi data umum, kuesioner SCL-90 dan kuesioner Brief COPE; semua kuesioner diisi sendiri oleh subjek penelitian. Dari total 109 responden, 52,1% mengalami psikopatologi. Didapatkan hubungan yang bermakna antara penyalahgunaan multi zat dengan terjadinya psikopatologi (p=0,000; RP 14,38; IK95% 5,492-37,675). Faktor yang juga memiliki hubungan bermakna dengan terjadinya psikopatologi adalah emotion-focused coping (p=0,002; RP 3,019; IK95% 1,175-7,753).
Disimpulkan bahwa responden dengan riwayat penyalahgunaan multi zat berisiko lebih besar mengalami psikopatologi dibanding mereka yang tidak memiliki riwayat penyalahgunaan multi zat. Responden yang menggunakan emotion-focused coping berisiko lebih besar mengalami psikopatologi dibandingkan mereka yang menggunakan problemfocused coping.

Opioid dependents often related to other problems, including psychopathology morbidity. However, such information among methadone maintenance treatment participants in Indonesia is still insufficient and limited. Therefore, this study aimed to determined the proportion of psychopathology comorbidity and the related factors among methadone maintenance treatment participants in Puskemas Tebet and Jatinegara.
A cross sectional study of opioid dependence patients was conducted between January 2015 and October 2015 at two institutional drug substitution clinic in Jakarta. Subjects were recruited with convenient sampling method. All subjects filled in questionnaire on sociodemographic information, SCL-90 questionnaire, and Brief COPE questionnaire by them selves). Of 109 subjects, 52.1% had psychopathology morbidity. There was an association between history of polysubstance abuse (p=0.000, PR 14.38, 95%CI 5.492-37.675) and psychopathology morbidity among subjects. Other factor that showed significant association with psychopatghology morbidity is emotion-focused coping (p=0.022, PR 3.019, 95%CI 1.175-7.753).
It was concluded that subjects with history of polysubstance abuse had higher risk to get psychopathology morbidity compared with those without history of polysubstance abuse. Subjects who used emotion-focused coping had higher risk to get psychopathology morbidity compared with those who used problem-focused coping.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Rahayu
"Retensi merupakan salah satu indikator Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan retensi pasien PTRM di Puskesmas Kecamatan Tebet. Penelitian dilakukan dengan desain studi cross sectional dengan melihat data rekam medik dan data formulir asesmen wajib lapor dan rehabilitasi medis. Jumlah responden yang diteliti sebanyak 65 responden yang memenuhi kriteria inklusi.
Hasil penelitian menunjukkan retention rate pada 1 tahun terapi pada Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Puskesmas Kecamatan Tebet sebesar 84,6%. Faktor yang berhubungan bermakna secara statistik dengan retensi pada penelitian ini adalah dosis obat metadon (nilai p : 0,000) dan dosis bawa pulang (nilai p : 0,022). Mekanisme pemberian dosis bawa pulang perlu dipertahankan untuk meningkatkan retensi pasien PTRM.

Retention is an indicator to Methadone Maintenance Treatment (MMT).This study is aims to see description and factors associated with methadone maintenance treatment retention on Tebet Subdistric health center. This study was a cross sectional on opiate dependence’s patient medical records and “Formulir Asesmen Wajib Lapor dan Rehabilitasi Medis” who receive methadone maintenance therapy. This study involved 65 patients in Puskesmas Kecamatan Tebet who entered inclusion criteria.
Results showed that retention rate on one year therapy is 84,6%. Factors associated with retention in this study is methadone dose (p value: 0,000) and take home dose ( p value: 0,022). Take-home dosing mechanism needs to be maintained to improve patient retention on MMT.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45733
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reno Intan
"Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan skor pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam merespon momen emosional anak usia 4 ndash; 5 tahun, dengan metode emotion coaching. Pelatihan diberikan selama tiga hari N=12 . Pengetahuan partisipan diukur menggunakan alat ukur yang terdiri dari dua bagian. Bagian pertaman adalah kuesioner pengetahuan emotion coaching yang terdiri dari pertanyaan terbuka.
Bagian kedua adalah kuesioner momen emosional yang diberikan dalam bentuk skala likert. Partisipan diberikan alat ukur yang sama di awal, di akhir pelatihan, dan follow up. Kegiatan follow up dilakukan setelah dua minggu. Untuk melihat perubahan pengetahuan, skor pada kuesioner pengetahuan dibandingkan. Keterampilan partisipan dalam merespon momen emosional anak yang terdapat dalam tayangan video, diukur dengan menggunakan ceklis emotion coaching.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan skor pengetahuan dan keterampilan pada partisipan. Pada follow up, partisipan menunjukkan penurunan skor pada pengetahuan tetang emotion coaching, namun terdapat peningkatan pengetahuan partisipan mengenai cara merepon momen emosional anak. Disarankan pengukuran kembali, terhadap keterampilan partisipan dengan menggunakan metode langsung seperti wawancara dan observasi untuk memastikan efektivitas pelatihan.

The purpose of the research is to increase parents rsquo knowledge score and skill in responding emotional moment of 4 ndash 5 year old children using emotion coaching method. Training is held for three days N 12 . Participants knowledge is measured by knowledge questionnaire, that consist of two part. Part one is emotion coaching knowledge questionnaire which consist of knowledge about the definition of emotion coaching, given in an open question.
Part two is emotional moment questionnaire, consist of emotional moment condition, given in likert scale. Participants are given the same questionnaire for pre test, post test and follow up. Follow up is done after two weeks At the end of the session, those score is compared to see the improvement. The skill of the participant is measured by doing a simulation to see how they response from the video that consist of children emotional moment. Simulation is recorded by camera video and scored using emotion coaching checklist.
The result of the training shows an increase in knowledge and skill. In the follow up, participants showed a decreasing score in emotion coaching knowledge questionnaire but an increase in emotional moment questionnaire. In future research, it is suggested to do a direct observation to see the effect in children, after parents applied the emotion coaching.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T49208
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni
"Program Terapi rumatan metadon (PTRM) merupakan upaya untuk mengendalikan infeksi HIV. Salah satu permasalahan dalam PTRM adalah 75 % drop out sebelum 5 bulan menjalani program (Depkes,2007). Penelitian ini mempelajari pengaruh frekuensi konseling terhadap kejadian drop out pada klien PTRM di Puskesmas kecamatan Tebet tahun 2013. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah kejadian drop out, variabel independen utama adalah frekuensi konseling, variabel independen lain adalah jenis kelamin, umur, pekerjaan, akses ke tempat layanan, riwayat depresi, dukungan keluarga, hidup dengan seseorang yang mempunyai masalah penyalahgunaan Napza, riwayat penggunaan napza, riwayat konflik dan riwayat kriminal.
Disain penelitian kohort retrospektif dengan sampel sebanyak 58 orang klien baru PTRM Puskesmas kecamatan Tebet yang terdaftar pada tahun 2010 ? 2013. Hasil penelitian adalah klien yang mendapatkan konseling < 2 kali/bulan 1,97 kali lebih cepat drop out dibandingkan klien yang mendapatkan konseling ≥ 2 kali/bulan. Frekuensi konseling < 2 kali/bulan merupakan faktor risiko kejadian drop out pada klien PTRM di Puskesmas kecamatan Tebet tahun 2013. Konseling awal merupakan kunci keberhasilan program PTRM disarankan agar intervensi konseling awal diberikan sesuai dengan latar belakang klien minimal 2 kali per bulan.

Methadone maintenance therapy program (PTRM) is an effort to control HIV infection. One of the problems in PTRM is 75% drop out before 5 months of the program (MOH, 2007). The aims was to study the effect of counselling frequency on the incidence of drop out on clients PTRM in Tebet subdistrict health center in 2013. Dependent variable in this study was the incidence of drop outs, the main independent variable was the frequency of counseling, and other independent variables were gender, age, occupation , access to the service, history of depression, family support, living with someone who has a drug abuse problem, a history of drug use, a history of conflict and criminal history.
Retrospective cohort study with 58 sample a new client PTRM Tebet subdistrict health center which was registered in 2010 - 2013. Counseling < 2 times / month is a risk factor for the incidence of drop outs on the client PTRM in Tebet subdistrict health center in 2013. Providing initial counseling is key to the success of the program PTRM suggested that early intervention counseling provided in accordance with the client's background at least 2 times per month.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41636
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky Aura Sandiana
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat peran mediasi coping berfokus emosi pada hubungan trait kepribadian dan tingkat penggunaan internet bermasalah. Sebanyak 174 orang partisipan dengan rentang usia 18-29 tahun M = 23,1, SD = 2,7 telah mengisi kuisioner secara online. Terdapat tiga alat ukur untuk mengukur ketiga variabel, yakni Generalized Problematic Internet Use Scale 2, Big Five Inventory Brief COPE.
Berbeda dari penemuan dalam riset sebelumnya Zhou, Li, Li, Wang, Zhao, 2017, Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa coping berfokus emosi tidak dapat bekerja sebagai mediator dalam hubungan ketiga trait kepribadian yaitu neuroticism, extraversion, openness dengan penggunaan internet bermasalah. Meskipun demikian,penelitian ini menemukan bahwa arah hubungan antara ketiga variabel telah sejalan dengan teori dan temuan sebelumnya. Dugaan mengenai kemungkinan tidak terjadi signifikansi didiskusikan lebih lengkap di dalam.

This study was conducted to examine the role of emotional coping mediation on the relationship trait personality and the level of Internet usage problem. A total of 174 participants with age range 18 29 years M 23.1, SD 2.7 have completed the questionnaire online. There are three measuring tools to measure the three variables, namely Generalized Problematic Internet Use Scale 2, COPE Big Five Inventory Brief.
In contrast to previous research findings Zhou, Li, Li, Wang, Zhao, 2017 , the findings of this study show that emotional focused coping did not work as a mediator in the three personality trait relationships neuroticism, extraversion, openness with problematic internet use. Nevertheless, this study found that the direction of the relationship between the three variables has aligned with previous theories and findings. Allegations about the possibility of no significance are discussed more fully inside.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T51513
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Bunga Anggraini
"Salah satu penilaian keberhasilan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) yang merupakan program rehabilitasi terhadap pengguna narkoba khususnya pengguna narkotika suntik adalah kualitas hidup klien. Penelitian yang bertujuan mengetahui kualitas hidup klien PTRM ini merupakan penelitian dengan desain potong lintang dengan jumlah sampel sebanyak 62 responden di Puskesmas Kedung Badak dan BogorTimur. Hasil penelitian menunjukkan rerata skor kualitas hidup klien PTRM di Kota Bogor pada domain fisik sebesar 57,6; domain psikologis sebesar 57,5; domain sosial sebesar 63,6; dan domain lingkungan 63,9. Dibandingkan rerata skor populasi sehat di Indonesia, domain fisik dan psikologis lebih rendah daripada populasi tersebut, sedangkan domain psikologis tidak berbeda dengan populasi tersebut. Adapun skor domain lingkungan lebih tinggi dibandingkan populasi sehat Indonesia. Faktor yang dominan dalam menentukan kualitas hidup pada domain fisik adalah tingkat pendidikan, sedangkan domain psikologis adalah dosis metadon. Faktor yang dominan dalam menentukan kualitas hidup domain sosial adalah adanya seseorang yang dapat diajak bicara, sedangkan domain lingkungan ditentukan oleh tingkat pendidikan. Perlu dilakukan evaluasi terhadap pemberian Take Home Dose THD dan penerapan aturan penghargaan dan sanksi terhadap klien PTRM di Puskesmas tersebut. Untuk meningkatkan kualitas hidup klien PTRM, diperlukan penanganan klien dengan pendekatan individual dan dibutuhkan dukungan sosial untuk meningkatkan motivasi serta kepatuhan klien dalam menjalani terapi metadon.

One of the achievement in Methadone Maintenance Therapy which is a rehabilitation program for injecting drug users is quality of life. The purpose of this study was to determine quality of life among MMT patients. Sixty two respondents from Kedung Badak and Bogor Timur Public Health Care were recruited in this cross sectional study. The results showed mean scores for physical domain was 57.6 psychological domain was 57.5 social domain was 63.6 and environmental domain was 63.9. Compared toquality of life of the Indonesian general population scores, physical and psychological domain scores were lower, while social domain had no different with the Indonesian population. Environmental domain had higher score than Indonesian general population. The dominant factor in determining physical and environmental domain was level of education, while the psychological domain was methadone dose, and the existence of some ones to talk to was dominant factor for social domain. Evaluation to Take Home Dose THD and application of 'reward and punishment' rule in these health providers. To improve MMT patients rsquo quality of life it is suggested to treat patients based on individual approach and social support to increase clients motivation and adherence to methadone therapy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theta Felicia Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara coping dan simtom depresi pada individu yang sedang menjalani rehabilitasi medik. Sebanyak 50 partisipan diminta untuk melengkapi kuesioner coping (Brief COPE) dan simtom depresi (Beck Depression Inventory). Pada penelitian ini gambaran coping partisipan tergolong sedang dan simtom depresi mereka tergolong rendah. Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara coping dan simtom depresi (r = -0.223, p > 0.05). Meski demikian ditemukan hubungan yang negatif dan signifikan antara use of instrumental support (subscale emotion focused coping) dengan simtom depresi (r = -.304, p < 0.05).

This research examined the relationship between coping and depressive symptoms in individuals who are undergoing medical rehabilitation. A total of 50 participants were asked to fill out questionnaires on coping (Brief COPE) and depressive symptoms (BDI). In this research, participants were found to have moderate coping effectivity and low depressive symptoms. The results indicated an unsignificant relationship between coping and depressive symptoms (r = -0.223, p > 0.05). Although the results also indicate that there is a negative and significant relationship between the use of instrumental support (emotion focused coping subscale) and depressive symptoms (r = - .304, P <0.05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54835
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paulina Nina Listyani
"Kemampuan regulasi emosi menjadi salah satu hal yang penting dimiliki oleh remaja, mengingat sering terjadinya lonjakan emosi pada masa itu. Pengasuhan ayah diduga berhubungan dalam pengembangan kemampuan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara keterlibatan ayah dengan kemampuan regulasi emosi pada remaja madya. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur Keterlibatan Ayah rancangan Finley dan Schwartz (2004) yang terdiri dari Nurturant Fathering Scale dan Father Involvement Scale (Reported dan Desired). Sedangkan, kemampuan regulasi emosi diukur melalui Difficulties of Emotion Regulation Scale (DERS). Responden dalam penelitian adalah remaja madya (15-17 tahun) berjumlah 139 yang berdomisili di Jakarta dan sekitarmya. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara skor keterlibatan ayah dan skor kesulitan regulasi emosi (r = -0,194;p<0.05, r = -0,188;p<0.05, r = 0,196;p<0.05). Semakin ayahnya terlibat, maka kesulitan regulasi emosi pada remaja juga akan semakin rendah, sehingga kemampuan regulasi emosinya baik.

Emotion regulation ability became one of the important things that are owned by adolescense, given the frequent of emotional turmoil at that time. Parenting father supposed relate to the development of such capabilities. The purpose of this study is to examine the correlation between father involvement and emotion regulation in middle adolescence. The measurement tools used to examine father involvement are Nurturant Fathering Scale and Father Involvement Scale (Reported and Desired) that developed by Finley and Schwartz (2004). Whereas, researcher used Difficulties of Emotion Regulation Scale (DERS) that developed by Gratz and Roemer (2004) to examine emotion regulation ability. The respondences of this research are 139 middle adolescence who live in Jakarta and surroundings. Result showed the significant correlation between the variables (r= -0,194;p<0.05, r = -0,188;p<0.05, r = 0,196;p<0.05). The more involvement father will decrease difficulties of emotion regulation, then increase the ability of emotion regulation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55897
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Hafsari
"Jumlah kasus HIV/AIDS setiap tahunnya mengalami peningkatan, dan salah satu faktor yang menyebkan peningkatan kasus HIV adalah dengan adanya peningkatan jumlah penularan di kalangan pengguna NAPZA suntik. Masalah tersebut mendorong dilakukannya penelitian ini untuk melihat faktor-faktor faktor-faktor yang berhubungan dengan status HIV pada pengguna NAPZA suntik di Klinik PTRM Rumah Sakit Ketergantungan Obat Cibubur Tahun 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan sampel 46 pasien NAPZA suntik di Klinik PTRM. Hasil penelitian menunjukkan status HIV (+) sebesar 63%, diketahui 87% penasun adalah laki-laki, 58.7% berusia ≥34 tahun, 71,7% memiliki tingkat pendidikan ≤SMA, 58.7% menikah, 69.6% memiliki tingkat pengetahuan HIV yang baik, 63% penasun telah menyuntik ≥9 tahun, 50% penasun pertama kali menyuntik di usia <19 tahun, 69.6% penasun menyuntik ≥3 kali sehari, 87% penasun berbagi jarum suntik, 43.5% penasun melakukan sterilisasi dengan air bersih, 60.9% penasun melakukan seks berisiko rendah, 80.4% penasun memanfaatkan LJSS, 52.2% telah mengikuti terapi metadon ≥4 tahun, 58.7% penasun mendapatkan NAPZA dari ≥2 sumber yang berbeda. Hasil uji Chi Square menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara usia pertama kali menyuntik (PR 1.8; P Value = 0.02), berbagi jarum suntik (PR 4.2; P Value = 0.02), dan sterilisasi jarum menggunakan air bersih (PR 5.5; P Value = 0.006) dengan status HIV. Oleh karena itu perlu dikembangkan lagi akses terhadap jarum suntik steril bagi penasun.

Number of HIV/AIDS cases has increased every year, and one of factor that cause this rapid increases is the rise prevalence among injecting drug user. That problem encourage this study to observe the factors associated HIV status among Injecting Drug Users at Methadone Maintenance Treatment Program RSKO Jakarta in 2014. This study using cross sectional study with 46 sample of IDUs in methadone maintenance treatment program. The results shows that proportion of HIV (+) is 63%, most respondents (87%) are male, 58.7% aged ≥34 year, 71.7% have less or secondary high school, 58.7% married, 69.6% have good knowledge about HIV, 63% had injecting for ≥9 years, 50% first injecting drugs in <19 years old, 69.6% injected drugs ≥3 times a day, 87% sharing needles, 43.5% rinsed needles with clean water, 60.9% having low risk sexual activity, 80.4% had utilize Needle and Syringe Program (NSP), 52.2% had join methadone maintenance treatment program for ≥4 year. The results of Chi-square test stated there are significant relationsip between age of first injecting drugs (PR 1.8; P Value = 0.02), sharing needles (PR 4.2; P Value = 0.02) and rinsed needle with clean water (PR 5.5; P Value = 0.006) with HIV status. The results suggest that access of needle exchange programs should be developed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55896
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Ginanjar
"Terapi Rumatan Metadon Penyalahgunaan NAPZA saat ini sudah sangat memprihatinkan, mayoritas kalangan yang menyalahgunakan yaitu remaja dan dewasa muda. Dampak dari penyalahgunaan narkoba tidak hanya kerusakan fisik maupun mental namun dapat juga merusak generasi penerus bangsa. Heroin merupakan salah satu jenis NAPZA yang sering disalahgunakan. Program Terapi Rumatan Metadon PTRM merupakan salahsatu upaya penanggulangan dampak buruk Harm Reduction dalam menurunkan angka penyalahgunaan NAPZA Heroin dan penyebaran HIV/AIDS. Motivasi dan kepatuhan merupakan faktor penting dalam keberhasilan menjalankan program terapi.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran motivasi dengan kepatuhan pasien program terapi rumatan metadon. Desain penelitian yang digunakan cross-sectional dengan Teknik convenience sampling dengan jumlah 67 responden. Variabel motivasi menggunakan kuesioner Treatment Motivation Questionnaire TMQ yang meliputi 4 item yaitu motivasi internal, motivasi eksternal, interpersonal help seeking, confidence in treatment. Serta variabel kepatuhan kuesioner Morisky Medication Adherence Scale-8 MMAS.
Uji Analisa data dengan menggunakan deskriptif, hasil penelitian menunjukan gambaran motivasi dan kepatuhan pasien Program Terapi Rumatan Metadon memiliki nilai motivasi internal 5,64, interpersonal help seeking 5,34, confidence in treatment 5,09, dan motivasi internal 3,88 pada range 1-7. Serta sebagian besar pasien memiliki kepatuhan sedang 70,1, kepatuhan tinggi 1,5 , dan kepatuhan rendah 28,4. Hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran bagi pelayanan kesehatan untuk lebih meningkatkan pengawasan dan meningkatkan koseling individu sehingga dapat meningkatkan kepatuhan.

Drug abuse now is very alarming, the majority of the abusers are teenagers and young adults. The impact of drug abuse is not only physical or mental damage but also can damage the next generation of the nation. Heroin is one type of drug that is often abused. The Methadone Maintenance Therapy Program PTRM is one of the Harm Reduction program in reducing the number of drug abuse Heroin and the spread of HIV AIDS. Motivation and compliance are important factors in the success of running a therapy program.
The study was conducted to find out the motivation and patient compliance of methadone maintenance therapy program. The research design used cross sectional 67 respondent were recruited using convenience sampling. Motivation variable were assessed using Treatment Motivation Questionnaire TMQ which includes 4 items of internal motivation, external motivation, interpersonal help seeking, and confidence in treatment. The compliance variable was assed using the Morisky Medication Adherence Scale 8 MMAS questionnaire.
The result of research show description of motivation and patient compliance Methadone Maintenance Therapy Program has internal motivation score 5,64, interpersonal help seeking 5,34, confidence in treatment 5.09, and internal motivation 3,88 at range 1 7. Most patients have moderate adherence of 70.1, high adherence 1.5, and low adherence 28.4. The results of this study can be a description for health services to further improve supervision and improve individual counseling so as to improve compliance.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>