Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194503 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mahrus
"ABSTRAK
Disertasi ini mengkaji teks Syattariyyah wa muhammadiyyah (disingkat SWM)
milik Muhammad Hilman, Rama Guru Syatariyah di Pengguron Kaprabonan
Cirebon. Penelitian terhadap SWM dilakukan dengan menggunakan teori filologi
dan tasawuf. SWM adalah salah satu teks penting yang dapat menjadi sumber
primer dan menjelaskan karakteristik keislaman di Cirebon. Pertanyaan utama
penelitian ini adalah bagaimana menyediakan sumber primer tentang Islam di
Cirebon yang terdapat dalam teks SWM. Tujuan utama penelitian ini adalah
menyajikan edisi teks. Edisi teks SWM dibuat dengan menggunakan metode
edisi kritis. Isi teks SWM terdiri atas Tarekat Syatariyah dan Muhammadiyah.
Dalam teks SWM terdapat lima ciri karakter Tarekat Syatariyah Cirebon yang
khas, yaitu aksara, ilustrasi, silsilah, ajaran, dan jaringan Tarekat Syatariyah di
Cirebon yang berbeda dengan Tarekat Syatariyah yang lain. Kajian isi
selanjutnya membahas karakteristik Tarekat Syatariyah dan Muhammadiyah.
Hasil temuan penelitian ini; pertama, silsilah tarekat Syatariyah di Cirebon dari
teks SWM tidak berasal dari Syaikh Abdul Muhyi atau Abdurrauf as-Sinkili,
tetapi melalui Syaikh Abdullah bin Abdul Qahhar; kedua, Tarekat
Muhammadiyah adalah nur Muhammadiyah. Cara untuk memperoleh nur
Muhammad melalui martabat tujuh; ah}adiyah, wah}dah, wa>h}idiyah, ?alam arwa>h},
?alam ajsa>m, ?alam mis\a>l, dan insa>n ka>mil.

ABSTRACT
The dissertation analyzes the text of Syat}t}a>riyyahwa Muh}ammadiyyah
(abbreviated as SWM) using philological theory and sufism perspective. This
text belongs to Muhammad Hilman, the sufi leader of Tarekat Syattariyah in
PengguronKaprabonan Cirebon. Because SWM is one of the most important
primary texts in explaining the characteristics of Islam in the region, what being
investigated in the text is how to provide primary source of Cirebon?s Islam.
Thus, it is mainly aimed to provide text edition using critical edition method. In
addition, it is also aimed to analyze the characteristics? of the two tarekats, as
SWM intensively discussed Syatariyah and Muhammadiyyah. At least five
characteristics of Cirebon?s Syatariyah were apparent, namely writing system,
illustration, teachings, its particular networking and genealogy. Its genealogy is
distinct in the sense that it does not originate from Syaikh Abdul Muhyi or
Abdurrauf as-Sinkili, but instead it is from Syaikh Abdullah bin Abdul Qahhar.
As for Muhammadiyah, it is NurMuhammadiyah which is obtained through
seven martabat, namely ah}adiyah, wa>h}idiyah, wah}dah, ?alamarwa>h}, ?alamajsa>m,
?alammis\a>l, and insa>n ka>mil"
2016
D2220
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Handoko
"Penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi ini pada dasarnya membahas mengenai korelasi/ hubungan antara bentuk-bentuk gapura dengan keletakannya di dalam kompleks keraton. Gapura merupakan bangunan pintu gerbang yang keberadaannya tidak terbatas hanya pada kompleks keraton saja, tetapi dapat juga berada pada kompleks pemakaman, mesjid, candi dan sebagainya. Data berupa gapura keraton diambil sebagai objek penelitian ini mengingat keraton memiliki berbagai simbol kekuasaan yang diungkapkan antara lain lewat arsitekturnya. Dari deskripsi gapura-gapura pada keraton-keraton di Cirebon (Keraton Kasepuhan, Kanoman dan Kacerbonan), dapat dilihat banyaknya variasi-variasi bentuk gapura, meskipun pada dasarnya tetap merupakan 2 tipe, candi bentar dan paduraksa. Pengaruh arsitektur Hindu (pra-Islam) masih tampak pada gapura-gapura tersebut. Misalnya dari ragam hiasnya serta adanya komponen-komponen pelengkap gapura yang biasanya terdapat pada candi, yaitu pipi-tangga, menara sudut pipi-tangga dan kemuncak. Pola dasar peletakan gapura-gapura di kompleks keraton pun masih menampakkan pola lama. Seperti yang terlihat di Keraton Kasepuhan dan Kanoman dimana gapura-gapura candi bentar ditempatkan pada halaman luar dan gapura-gapura paduraksa pada halaman dalam."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lindia Chaerosti
"Keberadaan keraton dalam suatu kerajaan memegang peranan penting, karena keraton selain sebagai tempat tinggal raja beserta keluarganya merupakan pula suatu bangunan inti yang berfungsi sebagai pusat kerajaan sekaligus sebagai pusat kota. Keraton sebagai hasil karya arsitektur masa lampau merupakan obyek yang menarik untuk diteliti. Dibaliknya tersembunyi simbol yang mengisyaratkan kekuasaan dan kesucian seorang raja. Mengingat bangunan keraton atau istana merupakan tempat raja bersemayam, maka tentunya dalam pembuatan keraton disesuaikan dengan kebutuhan dan nilai seorang raja.
Dalam tesisnya yang meneliti Keraton Kasunanan Surakarta, Behrend melihat adanya bentuk yang hampir sama (mirip) dalam tata keraton, antara keraton tersebut dengan Keraton Kasultanan Yogyakarta. Terlihat dari pola pembagian wilayahnya, pola pembagian halamannya dan juga dari bangunan-bangunan yang ada di dalam keraton. Keadaan tersebut menjadi suatu model penelitian dan dasar pemikiran untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang keraton, khususnya pada Keraton Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan yang terdapat di Cirebon. Penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi ini pada dasarnya ingin melihat kemungkinan adanya suatu pole tertentu dalam bentuk tata ruang dan tata bangunan keraton, khususnya terhadap keraton-keraton yang ada di Cirebon.
Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa pada prinsipnya kita melihat adanya suatu pola yang sama pada tata ruang dan tata bangunan keraton-keraton di Cirebon, walaupun tidak sama persis dengan keadaan (tata keraton) yang terlihat pada Keraton Surakarta dan Yogyakarta. Hal itu didasari oleh adanya suatu pemikiran atau konsep mengenai mikrokosmos-makrokosmos dalam masyarakat, serta dipengaruhi oleh tradisi lainnya yang telah berkembang pada masa pra-Islam. Perbedaan dalam tata keraton, antara keraton-keraton di Cirebon yang merupakan peninggalan Kasultanan Cirebon, dengan Keraton Surakarta dan Yogyakarta sebagai peninggalan dinasti Mataram Islam, kemungkinan menunjukkan suatu perbedaan bentuk antara keraton-keraton dari kerajaan pesisir dan pedalaman.
Dari penelitian ini kita juga mendapatkan gambaran tentang bangunan-bangunan yang menjadi bangunan inti sebagai suatu prasyarat sebuah keraton. Fungsi bangunan dan tingkat kepentingannya sangatlah menentukan lokasi atau daerah penempatannya dalam ruang (halaman) keraton.
Bertolak dari hasil penelitian ini, diharapkan akan dilakukan suatu penelitian lebih lanjut terhadap keraton, khususnya pads keraton-keraton yang berada di pesisir dan pedalaman."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S11752
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sarah
"Regalia Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman adalah benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan gaib dan merupakan benda-benda yang pada umumnya selalu dikenakan oleh raja untuk menunjukkan kebesaran dan kekuasaannya. Regalia Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman ini terdapat pada bangunan Museum benda_benda Pusaka yang berada pada masing-masing keraton tersebut. Penelitian sebelum ini hanya membahas mengenai fisik bangunan keraton dan beberapa pusaka tertentu dan kedua keraton tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi regalia yang dimiliki oleh Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman dari segi jenis, jumlah, penggunaan bahan, pemilihan wrna, dan penggunaan motif hias. Dan jika terdapat persamaan dan atau pun perbedaan, maka hal tersebut merupakan kesimpulan dari penelitian ini. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, dilakukan langkah kerja yang dilakukan secara bertahap. Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan studi pustaka dan studi lapangan. Tahap selanjutnya adalah pengolahan data (pembahasan) yang dilakukan dengan jalan melakukan tabulasi dan perbandingan terhadap jenis, jumlah, penggunaan bahan, pemilihan warna, dan penggunaan motif hias pada regalia yang dimiliki oleh Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Langkah terakhir adalah menafsirkan hasil pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah penelitian dilakukan, maka dapat diketahui bahwa regalia yang dimiliki oleh Keraton Kasepuhan mempunyai jenis dan jumlah yang lebih banyak. Begitu pula pada penggunaan bahan, pemilihan warna, dan penggunaan motif hias, regalia yang dimiliki oleh Keraton Kasepuhan menggunakan bahan, warna, dan motif bias yang lebih bervariasi dibandingkan regalia yang dimiliki oleh Keraton Kanoman. Berdasarkan pembahasan tersebut, maka dapat diketahui bahwa sebuah pusat pemerintahan yang lebih tua (besar) dalarn hal ini Keraton Kasepuhan memiliki jenis dan jumlah regalia yang lebih banyak, begitu pula pada penggunaan bahan, pemilihan warna, dan penggunaan motif hias, dibandingkan regalia yang dimiliki oleh sebuah pusat pemerintahan yang lebih muda (kecil), dalam hal ini Keraton Kanoman. Dan hal ini secara implisit menunjukkan bahwa Keraton Kasepuhan mempunyai tingkat kekuasaan yang lebih tinggi dari Keraton Kanoman."
2000
S12020
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tristanti Dyan Anggraini
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48616
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Judi Wahjudin
"ABSTRAK
Keraton Kasepuhan merupakan keraton tertua yang terdapat di Cirebon, dan dari sudut disiplin ilmu Arkeologi merupakan data yang penting untuk mengetahui aktivitas dan kebudayaan masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud seni keraton yang masih dapat diamati ialah artefak yang berupa ukiran-ukiran kayu. Penelitian ini hanya dibatasi pada ukiran-ukiran kayu di Keraton Kasepuhan. Ukiran-ukiran yang dijadikan obyek kajian dalam penetian ini terdapat pada komponen-komponen bangunan berupa irik, tiang dan pintu. Berdasarkan kualitas, kuantitas dan variasi ukirannya, hanya ukiran-ukiran yang terdapat pada 16 bangunan di kompleks Keraton Kasepuhan yang dijadikan obyek kajian. Penelitian dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk penggambaran motif hias pada seni ukir kayu di Keraton Kasepuhan, serta hubungannya dengan keletakan dan kegunaannya. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan adalah melalui (a) pengumpulan data, (b) pengolahan data, dan (c) penafsiran data. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah ditemukan 5 bentuk motif hias , yaitu: motif tumbuhan, motif binatang, motif geometri, motif figuratif dan motif alam. Struktur keleta_kan motif-motif tersebut pada tiang dan irik terlihat mempunyai keteraturan dan bersifat simetris, sedangkan struktur keletakan pada pintu terlihat lebih rumit dan penuh. Secara umum, motif-motif hias yang diukirkan berfungsi estetis, tetapi berdasarkan keletakannya pada setiap bangunan dan hubungannya dengan keletakan bangunan-bangunan tersebut pada setiap halaman, diduga mempunyai fungsi yang bersifat simbolis atau menjadi indiaktor status sosial dan fungsi dari bangunan_-bangunannya. Hal ini terlihat dari kualitas tekstur, variasi, jenis ukiran, warna dan komposisinya. Semakin penting fungsi bangunannya, maka semakin tinggi kualitas seni ukirnya. Hasil akhir dari peneltian ini telah memperlihatkan bahwa seni ukir kayu di Keraton Kasepuhan ternyata karya seni yang mempunyai arti yang bermakna budaya, memperlihatkan gaya, mempunyai medium yang merangsang pancaindera dan memerlukan kemahiran khusus (Anderson, 1989:6-27). Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah bersifat sementara. Oleh karena itu penelitian serta pengujian lebih dalam masih dibutuhkan.

"
1996
S11867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atiek Fariza
"ABSTRAK
Penelitian mengenai tarekat Syatariah telah dilakukan di keraton Kanoman, Cirebon, pada bulan Maret dan April 1989. Tujuannya ialah untuk mengetahui sejauh mana ajaran tarekat ini dan bagaimana pengaruhnya terhadap masyarakat penganut tarekat Syatariah di keraton Kanoman Cirebon. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan beberapa tokoh tarekat ini di Cirebon, observasi dan pe_nelitian perpustakaan. Hasilnya menunjukkan bahwa tarekat Syatariah di ke_raton Kanoman Cirebon mengajarkan wirid, zikir dan doa yang balk, sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Sehingga dengan masih adanya para pengamal ajaran tarekat tersebut dapat menjadi penyeimbang kehidupan dunia. Untuk menjaga kelestarian tarekat ini diperlukan adanya keterbukaan Pa_ra pengemban tarekat terhadap orang luar di samping persiapan alih generasi.

"
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Labib Ilmi
"Sebagai salah satu kota pelabuhan penting di pesisir utara Jawa, Cirebon menerima banyak pengaruh kebudayaan dari berbagai Negara. Kondisi ini menjadi faktor penting dalam terciptanya motif batik yang hanya ditemukan di Cirebon, yaitu Mega Mendung dan Wadasan. Motif ini terlihat pada dua keraton di Cirebon, Kasepuhan dan Kanoman. Motif ini terletak di beberapa tempat sakral pada beberapa bagian di keraton. Pengaruh Cina diyakini telah mempengaruhi bentuk dan makna motif tersebut. Skripsi ini menyimpulkan bahwa makna padaTaoisme telah diadopsi melalui kehadiran motif Mega Mendung dan Wadasan di Keraton.

As one of the important coastal cities along the northern part of Java, Cirebon received cultural influence from various countries. This condition became an important factor in the creation of batik motifs exclusively found in Cirebon, Mega Mendung and Wadasan. The motifs appear in two Palaces of Cirebon, Kasepuhan and Kanoman. They are located at some sacred points within the palaces precincts. Chinese influence is believed to have embodied in their forms and meanings. This thesis concludes that Taoism has been adopted through the presence of Mega Mendung and Wadasan in the palaces."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43398
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Motif batik Keraton Cirebon memiliki makna simbolik dan filosofis yang mengandung pesan moral. Ide dasar batik keraton adalah dari ragam hias Keraton Cirebon, naskah dan mushaf Al-qur'an pada Abad 20. Tekanan dan resistensi kebudayaan barat pada dekade 70-an yang bersifat progresif utopis telah mengubur berbagai tradisi dan kebudayaan etnik, identitas lokal, subculture, yang dianggap tidak sesuai dengan semangat zaman modern. Arus informasi global telah memperkaya cakrawala pengetahuan lokal yang mampu membangkitkan kesadaran lokal yaitu kesadaran ontologism di antara kebudayaan plural yang imperialis dan represif yang akan menggiring pada krisis identitas. Identitas, menurut Jonathan Rutherfort merupakan satu mata rantai masa lalu dengan hubungan-hubungan sosial, kultural, dan ekonomi di dalam ruang dan waktu satu masyarakat hidup. Kini motif batik keraton telah menjadi identitas batik Cirebon. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang mengkaji hingar bingarnya era kebangkitan kembali motif batik Cirebon setelah mengalami 'mati suri' selama berpuluh-puluh tahun. Permasalahannya adalah: Bagaimana pola ragam hias Keraton Cirebon mengalami dekonstruksi menjadi motif batik Cirebon? Apakah makna filosofis dan makna simbolik motif Batik Keraton mengalami dekonstruksi setelah berkembang pesat menjadi batik Cirebon? Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara: observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan Analisis data hasil penelitian dilakukan dengan pendekatan teori 'semiotika dekonstruktif' dari Jaques Derida dan Ferdinand de'Saussure. Kajian terhadap bahasa dan makna (petanda) simbolik dilakukan dengan teorinya Ferdinans de'Saussure. Sedangkan; penafsiran makna 'logos' menggunakan pendekatan teori semiotika dekonstruktif Jaques Derida. Dari hasil penelitian diperoleh informasi secara akurat dan benar mengenai proses dekonstruksi bentuk ragam hias ke dalam motif batik Keraton hingga menjadi 'building character Batik Cirebon' beserta makna-maknanya yang telah didukung oleh teori-teori yang ada."
JURPEND 15:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Irianto
"Transliteration and translation of a classic Cirebon literature on the history of Cirebon Sultanate, Indonesia from the 15th century until its disintegration in the 19th century."
Cirebon: Rumah Budaya Nusantara Pesambangan Jati Cirebon ; Yogyakarta : Deepublish, 2013
959.8 BAM s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>