Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106246 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sofian Kurnia Marsa Widjaya
"ABSTRAK
Latar Belakang : Komplikasi paru pasca operasi memiliki kontribusi penting dalam peningkatan angka morbiditas, mortalitas, dan lamanya perawatan. Terdapat beberapa faktor risiko diantaranya: status kesehatan pasien, jenis operasi, dan jenis anestesi yang digunakan. Model skor indeks risiko yang dikembangkan Arozullah dapat digunakan untuk memprediksi komplikasi gagal napas dan pneumonia pasca operasi. Oleh karena terdapat perbedaan karakteristik populasi pasien, maka perlu dilakukan validasi untuk mengetahui performa model skor tersebut. Tujuan : Menilai performa kalibrasi dan diskriminasi model skor indeks risiko komplikasi paru Arozullah dalam memprediksi komplikasi gagal napas dan pneumonia pasca operasi pada pasien yang menjalani operasi non kardiak di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM). Metode :Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif pada populasi pasien yang menjalani operasi nonkardiak di RSCM dari bulan Januari sampai Desember 2015. Variabel yang dinilai adalah jenis operasi, usia, operasi darurat, riwayat Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK), albumin darah, ureum darah, status fungsional, penurunan berat badan, perokok, penggunaan alkohol, transfusi darah pre operasi, anestesi umum, riwayat cerebrovascular disease, gangguan sensorium akut, penggunaan steroid kronis. Luaran yang dinilai adalah komplikasi gagal napas dan pneumonia 30 hari pasca operasi. Performa kalibrasi dinilai dengan uji Hosmer-Lemeshow. Performa diskriminasi dinilai dengan area under the curve (AUC). Hasil : Didapatkan 403 subyek memenuhi kriteria penerimaan dengan 74 subyek mengalami kejadian komplikasi paru (18,4%). Terdapat 52 subyek mengalami gagal napas dan 34 subyek komplikasi pneumonia, serta terdapat 12 subyek mengalami komplikasi keduanya. Uji Hosmer-Lemeshow pada komplikasi gagal napas menunjukkan p=0,333, sedangkan nilai AUC 0,911. Pada komplikasi pneumonia didapatkan hasil kalibrasi dengan nilai p=0,617 dan nilai diskriminasi AUC 0,789. Simpulan : Model skor perioperatif paru Arozullah mempunyai performa yang baik dalam memprediksi komplikasi gagal napas dan pneumonia 30 hari pasca operasi pasien di RSCM Kata Kunci : Gagal napas, pneumonia, operasi non kardiak, validasi, indeks risiko Arozullah.

ABSTRACT
Risk Index Score Perioperative Arozullah of Surgical Patients in Cipto Mangunkusumo General Hospital 2015 Background: Post operative pulmonary complication had important effect in increasing morbidity, mortality as well as length of stay. Several factor contributing those such as patient?s health status, type of operation and type anaesthesia used. There were risk score develop by Arozullah that can be used to predict the possibility of respiratory failure and post operative pneumonia. Due to the differences of the characteristic population, the study needed internal validation to discover the performance of the Arozullah score. Objectives: To assess the performance of calibration and discrimination of Arozullah?s model risk score in predicting complications of respiratory failure and pneumonia postoperative in patients under going non-cardiac surgery in Cipto Mangunkusumo General Hospital (RSCM) Methods: A cohort retrospective study in patients undergoing non-cardiac surgery in RSCM from January to December 2015.Considered variable were type of surgery, age, emergency surgery, history of Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), serum albumin, ureum, functionalstatus, weight loss, history of smoking, alcohol use, blood transfusions pre surgery, general anaesthesia , history of cerebrovascular disease, acute impaired sensorium, chronic steroid use. Outcomes assessed were complications of respiratory failure and pneumonia 30 days post-operative. Performance calibration were assess with Hosmer-Lemeshow test and performance discrimination were assess with area under the curve ( AUC ) . Result: 403 subjects were meet the inclusion criteria with 74 of subjects had pulmonary complications (18.4 %), 52 subjects had respiratory failure, 34 subjects had pneumonia post operative, and 12 subjects had both complication. Hosmer-Lemeshow test on the complications of respiratory failure showed p = 0.333 and the AUC value is 0.911. While pneumonia complications showed p = 0.617 and AUC value is 0.789. Conclusion: Arozullah score perioperative had good performance in predicting respiratory failure and pneumonia 30-days post operative in RSCM. Key Word: respiratory failure, pneumonia, non cardiac surgery, validation, risk index score perioperative Arozullah;"
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sofian K. Marsawidjaya
"Komplikasi paru pacsa oprasi (PPC-Post operative Pulmonary Complications) memiliki kontribusi penting dalam peningkatan angka morbiditas, moralitas, dan lamanya perawatan. Terdapat beberapa faktor risiko terkait diantaranya: status kesehatan pasien, jenis dan teknik oprasi, dan jenis anestesi yang digunakan. Insiden yang paling sering dilaporkan diantaranya: gagal napas, pneumonia, atelektasis, dan eksaserbasi penyakit paru kronis. Model skor indeks risiko yang dikembangkan Arozullah dapat digunakan untuk memprediksi komplikasi paru pasca operasi diantaranya gagal napas dan pneumonia. Oleh karena terdapat perbedaan karakteristik populasi pasien, maka perlu dilakukan validasi untuk mengetahui performa model skor tersebut.
Tujuan menilai performa kalibrasi dan diskriminasi model skor indeks risiko komplikasi paru Arzullah dalam memprediksi komplikasi gagal napas dan pneumonia pacsa oprasi pada pasien yang menjalani oprasi non-kardiak di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo ( RSCM).
Metode penelitian ini merupakan studi khorot retrospektif pada populsi pasien yang menjalani oprasi non-kardiak di RSCM dari bulan Januari sampai Desember 2015. Variabel yang dinilai adalah jenis oprasi, usisa, oprasi darurat, riwayat Penyakit Paru Obtruksi Kronis ( PPOK), kadar albumin darah, kadar ureum darah, status fungsional, penurunan berat badan >10% dalam 6 bulan, prokok, penggunaan alkohol, transfusi darah pre oprasi >4 kolf, anatesi umum, riwayat cerebrovascular disaese, gangguan sensorium akut, dan penggunaan steroid kronis. Lauran yang dinilai dengan uji Hosmer-Lemeshow. Performa diskriminasi dinilai dengan area under the curve (AUC). "
Jakarta: Departement of Internal Medicine, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3 : 2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alkaf
"Latar Belakang: Terdapat beberapa instrumen model skor preoperatif yang dapat membantu menilai risiko komplikasi paru pasca operasi dan diperkirakan ARISCAT merupakan instrumen yang sederhana, memiliki performa yang baik, namun penggunaannya belum luas. Model skor ini belum divalidasi di Indonesia.
Tujuan: Menilai kemampuan diskriminasi dan kalibrasi skor ARISCAT dalam memprediksi komplikasi paru pasca operasi pada pasien di RSCM.
Metode: Penelitian ini adalah kohort retrospektif yang bertujuan untuk menilai kemampuan prediksi skor ARISCAT pada populasi Indonesia. Penelitian ini melibatkan 428 subjek yang menjalani operasi di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2017. Variabel yang diteliti meliputi usia, saturasi oksigen, riwayat infeksi paru, anemia, jenis pembedahan, durasi operasi, pembedahan darurat, dan  kejadian PPC yang terjadi dalam 30 hari pasca operasi. Validasi eksternal skor ARISCAT dilakukan dengan menilai kemampuan diskriminasi dan kalibrasi. Diskriminasi dinilai dengan area under the curve dan kalibrasi dinilai dengan uji Hosmer Lemeshow dan plot kalibrasi.
Hasil: Kami dapatkan insidensi PPC sebesar 32%. Kemampuan diskriminasi menunjukkan nilai AUC sebesar 88,2% (IK 95%; 84,1-92,2%). Kemampuan kalibrasi pada uji Hosmer Lemeshow menunjukkan nilai  p=0,052 dan plot kalibrasi menunjukkan koefisien r=0,968.
Simpulan: Skor ARISCAT memiliki kemampuan diskriminasi dan kalibrasi yang baik pada pasien yang menjalani operasi di RSCM.

Background: There are several prediction model score instruments that can help assessing pulmonary preoperative evaluation  and it is believed that ARISCAT model score is very simple to do and have good performance, but not widely used. This score has not been yet validated in Indonesia.
Objective: To assess the performance of discrimination and calibration of ARISCAT score in  predicting postoperative pulmonary complication who underwent surgery in Cipto Mangunkusumo Hospital.
Methods: This was a retrospective cohort  aim to assess the external validation of ARISCAT scores in Indonesian population. This study involved 428 patients underwent surgery at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2017. Several variables were collected such as age, oxygen saturation, history of pulmonary infection, anemia, type of surgery, duration of operation, emergency surgery, and PPC that observed within 30 days after surgery. Discrimination was assessed by the area under the curve (AUC). Calibration was assessed by the Hosmer Lemeshow test and calibration plot.
Results: We found that PPC was observed in 32% of patients. Discrimination of ARISCAT score was shown by AUC value of 88.2% (CI 95%; 84.1-92.2%). Hosmer Lemeshow test showed p=0.052 and calibration plot revealed coefficient r=0.968.
Conclusion: ARISCAT score has good discrimination and calibration performance in patient undergo surgery in Cipto Mangunkusumo Hospital.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cekli Wahyuwidowati
"ABSTRAK
Latar belakang : Kunjungan dan angka mortalitas pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) semakin meningkat dengan kondisi penyakit yang bervariasi, sehingga deteksi yang cepat dan tepat pada pasien dengan risiko mortalitas tinggi sangat penting. Skor Hypotension, Oxygen Saturation, Low Temperature, ECG Changes, and Loss of Independence (HOTEL) sangat baik dan penting untuk diterapkan pada pasien gawat darurat karena menggunakan variabel-variabel yang mudah dan cepat diperoleh. Namun demikian skor tersebut belum divalidasi di Indonesia.
Tujuan : untuk menilai performa skor HOTEL dalam memprediksi mortalitas 24 jam pasien non bedah di IGD Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif. Subjek penelitian adalah pasien non bedah yang masuk ke IGD RSCM pada bulan Oktober hingga November 2012. Variabel bebas yang dinilai adalah tekanan darah sistolik, saturasi oksigen perifer, suhu tubuh, perubahan elektrokardiogram (EKG), dan kemampuan berdiri tanpa bantuan. Luaran yang dinilai adalah mortalitas dalam 24 jam setelah masuk IGD. Performa kalibrasi dinilai dengan uji Hosmer-Lemeshow. Performa diskriminasi dinilai dengan area under the curve (AUC).
Hasil: Terdapat 815 pasien non bedah yang datang ke IGD RSCM selama bulan Oktober hingga November 2012. Sebanyak 804 (98,7%) subjek memenuhi kriteria inklusi dengan mortalitas 24 jam sebesar 30 (3,7%) subjek. Performa kalibrasi HOTEL dengan uji Hosmer-Lemeshow menunjukkan p = 0,753. Performa diskriminasi ditunjukkan dengan nilai AUC 0,86 (IK 95% 0,781; 0,931).
Simpulan: Skor HOTEL memiliki performa kalibrasi dan diskriminasi yang baik dalam memprediksi mortalitas 24 jam pada pasien non bedah yang masuk ke IGD RSCM.

ABSTRACT
Background: The number of visit and mortality rate of emergency patients at Emergency Department (ED) have been increasing from time to time. Those patients have wide spectrum conditions. Appropriate identification of the patients with high mortality risk is crucial. The Hypotension, Oxygen Saturation, Low Temperature, ECG changes, and Loss of Independence (HOTEL) score is easy and important to be applied in the ED, however, the score has not been validated in Indonesia.
Objective: to evaluate performance of HOTEL score in predicting the 24-hour mortality non-surgical patients in ED of Sakit Cipto Mangunkusumo hospital.
Method: This was a retrospective cohort study. The research subjects were the non-surgical patients who admitted to ED of RSCM between October-November 2012. We collected systolic blood pressure, peripheral oxygen saturation, body temperature, ECG changes, and loss of independence. Those data were evaluated based on the HOTEL scoring system. The outcome were evaluated in 24- hour after admission (alive or dead). The calibration was evaluated with the Hosmer-Lemeshow test. The discrimination performance was evaluated with area under the curve (AUC).
Results: There were 815 non-surgical patients admitted to the ED between October until November 2012. There were 804 (98,7%) subjects included. The 24-hour mortality rate was 30 subjects (3,7%). The calibration performance with the Hosmer-Lemeshow test showed p = 0,753. The discrimination performance was shown with the AUC score 0,86 (95% CI 0.781; 0.931).
Conclusion: The HOTEL score has a good calibration and discrimination performance in predicting the 24-hour mortality of the non-surgical patients in ED of Cipto Mangunkusumo hospital.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abigail Prasetyaningtyas
"Latar Belakang : Palliative prognostic index (PPI) adalah skor prognostik yang umum digunakan di unit perawatan paliatif. PPI mencakup lima variabel klinis yang didasari oleh penelitian Morita dkk pada tahun 1999, untuk menilai kesintasan kurang dari 3 minggu, 3 - 6 minggu atau lebih dari 6 minggu. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan validasi skor PPI pada pasien kanker stadium lanjut yang dikonsulkan ke tim paliatif di RSCM.
Tujuan : Menilai performa model skor PPI dalam memprediksi kesintasan pasien stadium lanjut di RSCM.
Metode : Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif yang dilakukan di rumah sakit tersier terhadap pasien kanker stadium lanjut yang dikonsulkan ke tim paliatif pada Juli 2017 sampai Desember 2018S. Performa kalibrasi skor PPI dinilai dengan uji Hosmer-Lemeshow dan plot kalibrasi. Untuk menilai akurasi prediktif skor PPI, sensitivitas, spesifisitas, PPV, NPV dan akurasi setiap grup skor PPI dihitung. Diskriminasi dinilai dengan area under the reciever operating characteristic curve (AUC).
Hasil Penelitian : Sebanyak 160 pasien dengan rentang usia 20–83 tahun masuk dalam penelitian ini. Performa kalibrasi skor PPI berdasarkan uji Hosmer menunjukan nilai P=0,259. Akurasi skor PPI dalam memprediksi kesintasan pasien kanker stadium lanjut penelitian untuk kesintasan < 3 minggu 81% , dengan sensitivitas 85%, spesifisitas 70%, PPV 86%, dan NPV 67%. Akurasi untuk prediksi kesintasan 3-6 minggu 76%, sensitivitas 66%, spesifisitas 88%, PPV 85% dan NPV 70%. Performa diskriminasi skor PPI ditunjukkan dengan nilai AUC sebesar 0,822 (IK95% 0,749-0,895).
Simpulan : Skor Palliative Prognostic Index memiliki performa akurasi dan diskriminasi yang baik dalam memprediksi kesintasan pasien kanker stadium lanjut dalam perawatan paliatif di RSCM.

Background : Palliative prognostic index (PPI) is a prognostic score that is commonly used in palliative care units. PPI includes five clinical variables based on the study of Morita et al in 1999, to assess survival in less than 3 weeks, 3-6 weeks or more than 6 weeks. This study aims to validate PPI scores in advanced cancer patients who are consulted to the palliative team at our hospital.
Objective : To assess the performance of the PPI score model in predicting survival in advanced cancerpatients at Cipto Mangunkusumo General Hospital.
Methods : This research is a retrospective cohort study conducted in a tertiary hospital of advanced cancer patients who were consulted to the palliative team from July 2017 to December 2018S. PPI score calibration performance was assessed with the Hosmer-Lemeshow test and calibration plot. To assess the predictive accuracy of PPI scores, sensitivity, specificity, PPV, NPV and accuracy of each PPI score group are calculated. Discrimination is assessed with area under the reciever operating characteristic curve (AUC).
Results : Total of 160 patients with an age range of 20-83 years participated in this study. PPI score calibration performance based on the Hosmer Lemeshow test in patients with advanced cancer showed a P value of 0.259. The accuracy of PPI scores in predicting survival in advanced cancer patients in studies for survival <3 weeks 81%, with a sensitivity of 85%, specificity 70%, PPV 86%, and NPV 67%. Accuracy for prediction of survival 3-6 weeks 76%, sensitivity 66%, specificity 88%, PPV 85% and NPV 70%. PPI score discrimination performance is shown with AUC value of 0.822 (IK95% 0.749-0.895).
Conclusion : Palliative Prognostic Index scores have good accuracy and discrimination in predicting the survival of advanced cancer patients in palliative care at RSCM.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Pasha
"ABSTRAK
Latar Belakang: Skor Clinical Disease Activity Index CDAI , sebagai salah satu metode pengukur derajat aktivitas artritis reumatoid AR , dipandang memiliki kelebihan dibandingkan metode skor lain karena tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium penunjang. Studi-studi yang dilakukan pada pasien AR di luar Indonesia mengungkap bahwa korelasi, validitas dan reliabilitas CDAI dinilai baik saat diuji dengan pembanding skor lain. Namun demikian studi-studi tersebut hanya mengikutsertakan subjek pasien AR murni tanpa komorbiditas. Pasien AR di Indonesia memiliki karakteristik klinis yang berbeda, terutama dalam aspek adanya kondisi komorbiditas, perbedaan predisposisi genetik dan perbedaan fenotipe penyakit. Tujuan: Menilai validasi skor CDAI pada profil pasien AR di Indonesia. Metode: studi potong lintang pada subjek pasien AR yang berobat di poliklinik Reumatologi RS Cipto Mangunkusumo bulan April s.d. Mei 2016. Setiap subjek dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pencatatan hasil pemeriksaan penunjang dan pencatatan data komorbiditas yang tertera di rekam medis. Dua pengukur melakukan penghitungan skor CDAI dan skor Disease Activity Score 28 DAS28-CRP sebagai baku emas pembanding pada tiap subjek. Luaran berupa data numerik. Penilaian model validasi data numerik dilakukan dengan analisis performa model prediktor menggunakan indeks R 2 . Hasil: Terdapat 119 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Seluruh subjek memiliki kondisi komorbiditas selain AR. Indeks R 2 =0,831 83,1 ;

ABSTRACT
Background Clinical Disease Activity Index CDAI stands out amongst other methods in measuring disease activity of rheumatoid arthritis RA patient. CDAI is considered to be more practical and cost effective in daily practice because it requires no laboratory examination. Previous studies conducted overseas revealed that CDAI has good correlation, validity, and reliability compared with other scoring methods. However, those studies included only pure RA subjects. Indonesian RA patients have distinct clinical profiles, in terms of comorbidity diseases, genetic predisposition, and fenotype of the disease. Objectives To analyze validation of CDAI in distinct clinical profiles of RA patients in Indonesia. Methods A cross sectional study in RA outpatients, who were visiting Rheumatology Clinic in RSCM on monthly basis from April to May 2016. Assesement of each patient include history taking and physical examination. All recent laboratory results and other data in medical record were documented in reseacher form. CDAI and Disease Activity Score 28 CRP DAS28 CRP , as gold standard, were measured by two observers. Outcomes were in numeric. Validation measurement were done in terms of validating a model prediction and quantifying how good the predictions from the model are. Overall perforomance were measured with R 2 index. Result A total of 119 subjects met the inclusion criteria. All subjects were RA patients with comorbidities and were representing quite numbers of Indonesian races characteristic profile. R 2 0,831 83,1 p"
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Subhan Rumoning
"ABSTRAK
Nama : Subhan RumoningProgram Studi : Ilmu Penyakit DalamJudul : Durasi Operasi sebagai Prediktor Komplikasi Paru Pasca Operasi Non Kardiak di RSCM Latar belakang : Di Indonesia, sebanyak 18,4 pasien yang menjalani operasi non-kardiak di RSUPN Cipto Mangunkusumo Indonesia mengalami Komplikasi Paru Pasca Operasi Post-operative Pulmonary Complication/PPC . Beberapa penelitian menunjukkan durasi operasi memiliki hubungan dengan PPC. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan durasi operasi sebagai prediktor kejadian komplikasi gagal napas dan pneumonia dalam 30 hari pasca operasi. Metode : Penelitian menggunakan desain kohort retrospektif pada November 2016-Juli 2017 dengan data rekam medis pasien yang menjalani operasi di RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2012-2016. Sampel penelitian diambil dengan metode consecutive sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi, dilihat luarannya selama 30 hari pasca operasi. Hasil : Dari 102 pasien diketahui 58,8 perempuan, 35,5 41-50 tahun, 25,5 berpendidikan SMA, 34,3 tidak bekerja, 77,5 tidak mengalami penurunan berat badan, 80,4 tidak merokok, tidak ada yang memiliki riwayat PPOK, 61,8 anestesi umum, 64,7 operasi elektif dan 51,96 lokasi operasi di abdomen. Didapatkan 10,8 mengalami gagal napas dan 6,9 mengalami pneumonia. Dari analisis bivariat, durasi operasi tidak dapat digunakan sebagai prediktor kejadian gagal napas p 0,106; RR 3,56; CI 95 0,885 -14,280 maupun pneumonia p 0,701; RR 1,61; CI 95 0,342-7,601 . Kesimpulan : Durasi operasi tidak dapat digunakan sebagai prediktor tunggal dalam memprediksi kejadian komplikasi gagal napas maupun pneumonia pasca operasi.

ABSTRACT
ABSTRACT Name Subhan Rumoning Study Program Internal MedicineTitle Duration of Surgery as a Predictor of Post operative Pulmonary Complications in Non cardiac Surgeries at RSCM Background In Indonesia, 18.4 patient done non cardiac surgery at RSUPN Cipto Mangunkusumo Indonesia had Post operative Pulmonary Complications PPC . Studies shown that duration of surgery associated with PPC. This study aims to know the role of duration of surgery as a predictor of respiratory failure and pneumonia in post operative patient during 30 days after surgery. Method This cohort retrospective study were conducted from November 2016 until July 2017 using medical records of patients who underwent surgery at RSUPN Cipto Mangunkusumo from 2012 until 2016. Samples were taken by consecutive sampling which fulfilled inclusion and exclusion criteria, and being followed up until 30 days after surgery. Result From 102 patients, 58.8 were females, 35.5 were 41 50 years old, 25.5 were high school graduated, 34.3 were not employed, 77.5 weren rsquo t having any weight reduction, 80.4 not smoking, none had COPD, 61.8 underwent general anesthesia, 64.7 underwent elective surgery and 51,96 operation site in abdomen. From all samples, 10.8 had respiratory failure and 6.9 had pneumonia. From bivariate analysis, duration of surgery can rsquo t be a predictor of either with respiratory failure p 0,106 RR 3,56 CI 95 0,885 14,280 or pneumonia p 0,701 RR 1,61 CI 95 0,342 7,601 . Conclusion . Duration of surgery can rsquo t be a single predictor to predict respiratory failure and pneumonia as PPC"
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Ginanjar
"ABSTRAK
Latar belakang
Penyakit jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian yang tertinggi di dunia dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Skor TIMI STEMI sudah banyak digunakan dan divalidasi sebagai prediktor kematian pasien STEMI namun belum mencakup komponen fraksi ejeksi ventrikel kiri (FEVK) dan laju filtrasi glomerulus (LFG), dan kurang optimal dalam penggunaanya.
Tujuan
Memodifikasi skor TIMI STEMI dengan memasukkan variabel FEVK dan LFG sebagai prediktor mortalitas pada pasien STEMI dalam 30 hari di RSCM. Metode Studi kohort retrospektif terhadap 487 pasien STEMI yang di rawat di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada periode 2004-2013. Data variabel prediktor diperoleh dari penelusuran rekam medis. Data yang didapatkan dianalisis secara bivariat dan multivariat, setelah itu dibuat formulasi baru prediktor mortalitas pasien STEMI dalam 30 hari dan akan diujikan pada seluruh data dan dinilai risiko mortalitasnya serta dibandingkan dengan skor TIMI dengan AUC (area under curve).
Hasil
Dari analisis secara bivariat dan multivariat didapat hanya dua variabel yang dapat digunakan dalam formula baru yaitu kelas killips II-IV dan LFG dengan kisaran total skor 0-4.6 Stratifikasi risiko mortalitas dalam 30 hari pada pasien STEMI adalah tinggi (total skor >3,5; 46,5%), sedang (total skor 2,5-3,5;23,2%), dan rendah (total skor <2,5;5,95%). Diskriminasi modifikasi skor TIMI STEMI dengan AUC 0.816; IK 95%; 0.756-0.875.
Kesimpulan
Modifikasi skor TIMI STEMI terdiri dari dua variabel yaitu kelas Killip dan LFG. Modifikasi ini memiliki kalibrasi dan diskriminasi yang baik sebagai prediktor mortalitas 30 hari pada pasien STEMI.

ABSTRACT
Background
Coronary Heart Disease (CHD) is the leading cause of death in the world and the rate increases every year. TIMI STEMI score has been used and validated as mortality predictor for STEMI patient but unfortunately, it does not involve left ventricle ejection fraction (LVEF) and Glomerulus filtration rate (GFR), thus it is less optimal in clinical setting.
Objective
To modify TIMI STEMI score include LVEF and GFR as variables for 30 day mortality predictor STEMI patients in RSUPN Cipto Mangunkusumo Hospital. Methods Retrospective cohort study was done toward 487 STEMI inpatients in RSUPN Cipto Mangunkusumo Hospital in 2004-2013. Predictor variable data was obtained from medical records. The data was analyzed with bivariate and multivariate method using Cox’s Proportional Hazard Regression Model. Subsequently, formulate new predictors for STEMI patient mortality rate in 30 days. In these newly formulated predictors shall be stratified to all data and mortality risk shall be assessed and compared with current TIMI STEMI Score using area under curve (AUC).
Results
From bivariate and multivariate analysis, only two variables were found to have significant values for new formulation; Killip class II-IV and GFR which contribute 0.4.6 of total score value. 30 day mortality risk stratification for STEMI patient is high if total score > 3.5;46.5%, moderate if total score 2.5-3.5;23.2% and low if total score < 2.5;5.95%. Modified TIMI STEMI Score has a good discrimination rate with AUC value of 0.816 (0.756-0.875) and confidence interval (CI) 95%.
Conclusion
Modified TIMI STEMI Score has two variables such as Killip Class and GFR. It has good calibration and discrimination for 30 day mortality predictor in STEMI patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadrian
"Latar Belakang: Dalam beberapa tahun terakhir, permasalahan yang sering muncul pada pneumonia komunitas adalah terkait timbulnya patogen penyebab yang bersifat resisten obat. Skor DRIP merupakan suatu model prediksi terhadap Patogen Resisten Obat (PRO) pada pneumonia komunitas. Skor DRIP memiliki akurasi prediksi patogen PRO yang lebih baik dibandingkan dengan beberapa alternatif skor lain termasuk kriteria HCAP. Belum adanya studi validasi terhadap penggunaan skor DRIP di Indonesia sehingga belum diketahui tingkat akurasi prediksi skor ini pada populasi, karakteristik pasien dan pola kuman di Indonesia terutama di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui performa skor DRIP sebagai instrumen dalam memprediksi infeksi akibat patogen PRO pada pneumonia komunitas di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Metode: Suatu penelitian dengan menggunakan desain potong lintang. Subyek penelitian adalah pasien pneumonia komunitas yang dirawat di RS Cipto Mangunkusumo pada periode Januari 2019 hingga Juni 2020. Penelitian dilakukan dengan mengambil data rekam medis pasien pneumonia komunitas yang dirawat inap. Didefinisikan sebagai PRO apabila dari hasil kultur sputum didapatkan resisten terhadap antibiotik golongan β-laktam non pseudomonas (ceftriaxone, cefotaxime, ampicilin sulbaktam), Makrolid (azitromisin) dan fluorokuinolon respirasi (levofloxacin, moxifloxacin). Performa skor dianalisis dengan menentukan nilai kalibrasi dan diskriminasi menggunakan uji Hosmer-Lemeshow dan AUROC.
Hasil: Sebanyak 254 subyek yang memenuhi kriteria pemilihan diikutkan dalam penelitian. Terbagi menjadi kelompok PRO 103 pasien (40,6%) dan non PRO 151 pasien (59,4%). Hasil analisis kalibrasi skor DRIP dengan uji Hosmer-Lemeshow didapatkan nilai p=0,001 (p<0,05). Sementara untuk analisis diskriminasi skor DRIP dari kurva ROC didapatkan nilai AUC 0,759 (IK95%;0,702-0,810). Pada skor ≥ 4, skor DRIP memiliki nilai sensitivitas 70,9%, spesifisitas 92,7%, nilai prediksi positif 86,9%, dan nilai prediksi negatif 82,3%.
Simpulan: Skor DRIP memiliki performa yang baik untuk memprediksi infeksi akibat patogen PRO pada pneumonia komunitas.

Background: In recent years, problems that often arise in community-acquired pneumonia are related to drug-resistant pathogens. The DRIP score is a predictive score model for Drug-Resistant Pathogens (DRP) in community-acquired pneumonia. It also has a better DRP pathogen prediction accuracy compared to other alternative scores including HCAP. There is no validation study on the use of the DRIP score in Indonesia, so the accuracy of this score prediction in the population, patient characteristics and germ patterns in Indonesia is not known, especially in RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Objective: This study aims to determine the performance of the DRIP score as an instrument in predicting infection due to DRP pathogens in community-acquired pneumonia at Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta, Indonesia.
Methods: A study with cross-sectional design, on community-acquired pneumonia patients who were treated at Cipto Mangunkusumo Hospital in the period January 2019 to June 2020. Furthermore, this was conducted by reviewing medical records of inpatients. It is defined as DRP if the sputum culture results show resistance to non pseudomonas β-lactam antibiotics (ceftriaxone, cefotaxime, ampicillin-sulbactam), macrolides (azithromycin) and respiratory fluoroquinolones (levofloxacin, moxifloxacin). Score performance analyzed by determining the calibration and discrimination values using the Hosmer-Lemeshow and AUROC tests.
Results: 254 subjects who met the selection criteria were included in the study. It was divided into a PRO group of 103 patients (40.6%) and a non-PRO of 151 patients (59.4%). The results of the calibration analysis of the DRIP score with the Hosmer- Lemeshow test obtained a value of p=0.001 (p<0.05). Discrimination analysis from ROC curve got an AUC value of 0.759 (CI95%; 0.702-0.810). At a threshold ≥ 4 points, DRIP score demonstrated a sensitivity of 70,9%, a specificity of 92,7%, a positive predictive value of 86,9%, a negative predictive value of 82,3%.
Conclusions: The DRIP score have good performance to predict infections due to DRP pathogens in community-acquired pneumonia.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Setyawan
"Latar Belakang. Stratifikasi risiko merupakan bagian integral dari managemen pasien sindrom koroner akut (SKA). Identifikasi pasien yang berisiko tinggi menjadi sangat penting untuk meningkatkan kewaspadaan sekaligus mengurangi tindakan berlebih terhadap pasien dengan risiko rendah. Meskipun TIMI pada STEMI dan UAPINSTEMI merupakan skor risiko yang baik dan telah divalidasi dan dipergunakan secara luas, tetapi penelitian mengenai perfonnanya belum pernah dilakukan di Indonesia. Adanya perbedaan karakteristik antara pasien SKA di Indonesia dengan populasi di negara maju dapat mempengaruhi prognosis pasien sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai perfonna dari kedua sistem skoring tersebut. Tujuan. Menilai perfonna kalibrasi dan diskriminasi skor TIMI dalam memprediksi mortalitas 30 hari pasien STEMI dan 14 hari pasien UAPINSTEMI di Indonesia Metodologi. Studi kohort retrospektif menggunakan data rekam medis pasien SKA yang dirawat di IeeU RSeM 2003-2010 dengan metode pengambilan sampel konsekutif. Perfonna kalibrasi skor TIMI dinyatakan dengan plot kalibrasi dan uji Hosmer-Lemeshow sedangkan perfonna diskriminasi dinyatakan dengan nilai AUe. Hasil. Selama penelitian terkumpul 714 pasien STEMI dan 787 pasien UAPINSTEMI yang dirawat di IeeU RSeM. Skor TIMI STEMI mempunyai perfonna kalibrasi dan diskriminasi yang baik dengan plot kalibrasi 0,98, uji Hosmer-Lemeshow 0,93 dan nilai AUe 0,801 (Kl 95% 0,759-0,844). Perfonna kalibrasi dan diskriminasi skor TIMI UAPINSTEMI juga cukup baik dengan plot kalibrasi mencapai 0,88, uji Hosmer lemeshow 0,86 dan nilai AUe 0,727 (KI95% 0,668-0,786). Simpulan. Skor TIMI mempunyai perfonna kalibrasi dan diskriminasi yang baik dalam memprediksi mortalitas pasien SKA di Indonesia.

Background. Risk Stratification in acute coronary syndrome patients is an integral part in the management of patients. Risk stratification is important to avoid overtreatment in high risk patients, as well as undertreatment in low risk patients. Although TIMI STEMI and TIMI UAiNSTEMI are scores that have been validated and used widely, but to date no study of its appicability has been done in Indonesia. Differences in characteristic of acute coronary syndrome patients in Indonesia compared to developed countries can have influence on the prognostic of the patient hence a study is needed regarding performance of TIM I scoring system. Objectives. To obtain the calibration dan discrimination performance of TIMl risk score to predict 30 day dan 14 day mortality in STEMI and UAPINSTEMI patients in Indonesia Methods. A retrospective cohort study with consecutive sampling was done in ACS patients hospitalized in the ICCU Cipto Mangun Kusumo Hospital between the period 2003 until 2010. Calibration performance of TIM I risk score was evaluated by calibration plot and Hosmer-Lemeshow test while discrimination performance was done with A Uc. Results. A total of 714 STEMI patients and 787 UAPINSTEMI patients entered the study. TIMI STEMI risk score have a good calibration and discrimination performance with calibration plot of 0, 98, Hosmer-Lemeshow test 0,93 and AUC 0,801 (CI95% 0,759-0,844). A good calibration and discrimination performance of TIMI UAPINSTEMI risk score was observed with calibration plot of 0,88, Hosmer-Lemeshow test 0,86 and AUC 0,73 (CI 95% 0,668-0,786). Conclusion. TIM! risk score has a good calibration and discrimination performance in predicting mortality of ACS patients in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
T58023
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>