Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200850 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulianto Santoso Kurniawan
"Indonesia mengalami peningkatan obesitas yaitu 12,2% (2007) menjadi 14% (2010). Indeks massa tubuh (IMT) tidak membedakan massa lemak dan massa bukan lemak.
Tujuan: Mengetahui obesitas dan korelasi antara massa lemak tubuh dan IMT pada anak 7-12 tahun di Jakarta Pusat.
Metode: Penelitian potong lintang analitik cluster random sampling antara Jan-Mar 2016.
Hasil: Total subjek adalah 1.333 anak. Obesitas menurut massa lemak subyek lelaki sebesar 21,3%, subyek perempuan sebesar 13,1%. Median massa lemak lelaki 7-12 tahun berturut-turut 18,8,18,6,18,1,18,4,18,6,16,1%. Median massa lemak perempuan 7-12 tahun berturut-turut 23,6,24,23,8,23,7,24,4,25,4%. Korelasi IMT dan massa lemak subyek lelaki r=0,848-0,903, p<0,05, korelasi pada subyek perempuan r=0,717-0,846, p<0,05. Sensitivitas IMT terhadap massa lemak subyek lelaki 90,5%, spesifisitas 96,6%, kappa 0,879, sensitivitas IMT terhadap massa lemak subyek perempuan 88,2%, spesifisitas 92,4%, kappa 0,787 menggunakan P85 dan P95 hasil penelitian.
Simpulan: Obesitas menurut massa lemak lelaki adalah 21,3% dan perempuan 13,1%, korelasi IMT dan massa lemak lelaki sangat kuat dan kuat pada subyek perempuan.

Background: Obesity in Indonesia has increased in number from 12.2% (2007) to 14% (2010). Body mass index does not differentiate between fat mass and non-fat mass.
Aim: To determine the obesity profile and correlation between fat mass and body mass index in children aged 7-12 years old in Central Jakarta.
Methods: A cross sectional analytic study. Subjects were recruited from Jan - March 2016 through cluster random sampling.
Result: A total of 1,333 children were recruited. Obesity by fat mass in male was 21.3% and 13.1% in female. Fat mass median in male aged 7,8,9,10,11,and 12 years consecutively were 18.8,18.6,18.1,18.4,18.6, 16.1%. Fat mass median in female aged 7,8,9,10,11,and 12 years consecutively were 23.6,24, 23.8,23.7,24.4,25.4%. Correlation between BMI and fat mass in male r=0.848-0.903, p<0.05, females r=0.717-0.846, p<0.05. Body mass index sensitivity for fat mass in male was 90,5% and 96.6% specificity with kappa value 0,879, in female sensitivity was 88.2% and 92.4% specificity with kappa value 0.787 using new reference percentile generate from this study (P85 and P95 BMI).
Conclusion: The obesity profile determined by fat mass is 21.3% in males and 13.1% in females and with very strong correlation between BMI and fat mass for males and strong correlation in females.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Itsna Arifatuz Zulfiyah
"Hipertensi pada remaja didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik dan/atau diastolik lebih dari P95 sesuai jenis kelamin, umur, dan tinggi badan. Peningkatan prevalensi hipertensi pada remaja secara global diduga disebabkan karena peningkatan prevalensi obesitas pada remaja. Remaja dengan obesitas berisiko sepuluh kali lebih besar mengalami hipertensi dibandingkan remaja dengan berat badan normal. Penelitian ini bertujuan untuk menyelediki korelasi antara tekanan darah dengan obesitas, yang direpresentasikan oleh indeks massa tubuh, lingkar pinggang, dan massa lemak tubuh, pada remaja yang mengalami obesitas. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan data sekunder yang didapat dari penelitian sebelumnya. Subjek penelitian terdiri dari 66 remaja berusia 14-17 tahun dengan indeks massa tubuh lebih dari P95 berdasarkan jenis kelamin dan usia. Tiga puluh dua (48,5%) dari 66 remaja obesitas pada penelitian ini mengalami hipertensi, dengan hipertensi sistolik sebanyak 25,8% dan hipertensi diastolik sebanyak 31,8%. Analisis bivariat menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik tidak berkorelasi dengan indeks massa tubuh, namun berkorelasi positif dengan lingkar pinggang (r = 0,218, p <0,05) dan berkorelasi negatif dengan massa lemak tubuh (r = -286, p <0,05). Tekanan darah diastolik tidak berkorelasi dengan lingkar pinggang dan massa lemak tubuh, namun berkorelasi positif dengan indeks massa tubuh (r = 0,223, p <0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa remaja obesitas di Jakarta memiliki prevalensi hipertensi yang tinggi dan tekanan darah sistolik berkorelasi dengan lingkar pinggang dan massa lemak tubuh, sementara tekanan darah diastolik berkorelasi dengan indeks massa tubuh.

Hypertension in adolescents is elevation of systolic and/or diastolic blood pressure in the P95 or greater based on gender, age, and stature. The increased global prevalence of hypertension among adolescents is thought to be the result of the increasing prevalence of childhood obesity. Obese adolescents have tendencies to have hypertension ten times greater that the normoweights. This research is conducted to determine the correlation between blood pressure and obesity, which is presented as body mass index, waist circumference, and body mass fat, in obese adolescents. Using cross-sectional study, from secondary data collection, we found 66 adolescents age 14-17 years old in which body mass index are in the P95 or greater based on gender and age. Thirty-two (48,5%) adolescents have hypertension, where 25,8% adolescents have systolic hypertension and 31,8% adolescents have diastolic hypertension. Bivariate analysis shows that systolic blood pressure does not correlate with body mass index but positively correlates with waist circumference (r = 0,233, p <0,05) and negatively correlates with body mass fat (r = -286, p ≤0,01). Diastolic blood pressure does not correlate with waist circumference and body mass fat but positively correlates with body mass index (r = 0,223, p <0,05). It can be concluded that the prevalence of hypertension in obese adolecsents in Jakarta is high and systolic blood pressure has a weak correlation with waist circumference and body mass fat while diastolic blood pressure has a weak correlation with body mass index."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Badrit Tamami Thoyyibah
"Obesitas didefinisikan sebagai kelebihan massa lemak tubuh yang dapat disebabkan oleh genetik dan gaya hidup, salah satunya faktor nutrisi. Salah satunya, asupan yang tidak seimbang membuat orang obes juga dapat mengalami defisiensi nutrisi, termasuk antioksidan yang berperan pada jaringan lemak dalam patofisiologi dan tatalaksana obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah asupan antioksidan harian pada remaja yang mengalami obesitas. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari 69 remaja obes dengan desain potong lintang. Hasil penelitian menunjukkan rerata massa lemak tubuh remaja obes sebesar 37,8±7,02 kg. Sebanyak 14 subjek (20,29%) kekurangan asupan vitamin A sesuai AKG, 53 subjek (76,81%) kekurangan vitamin C, dan 67 subjek (97,1%) kekurangan vitamin E. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak adanya hubungan antara massa lemak tubuh dengan asupan vitamin A (r=-0,02, p>0,05), vitamin C(r=-0,089, p>0,05), dan vitamin E (r=-0,203, p0,05), dalam penelitian ini. Dengan demikian, disimpulkan massa lemak tubuh tidak berhubungan dengan vitamin A dan vitamin C, tetapi berkorelasi negatif dengan asupan vitamin E.

Obesity is excess body fat mass caused by genetic and lifestyle, such as nutrition intake. Imbalance intake might be happen in obese person due to nutrition deficiency. Antioxidant play important role in process and management of obesity. This study aims to determine the amount of antioxidant intake in obese adolescents. This research used cross-sectional design with secondary data from 69 obese adolescents. The results showed that body fat mass of obese adolescent is 37,8±7,02 kg. There are 14 subjects (20,29%) have vitamin A deficiency according to DRI Indonesia, 53 (76,81%) subjects lack of vitamin C, and 67 subject (97,1%) have vitamin E deficiency. The results of bivariate analysis showed no association between body fat and vitamin A intake (r = 0.185, p> 0.05), vitamin C (r =-0.146, p> 0.05), and vitamin E (r =-0.163 , p> 0.05), in this study. We found body fat mass has no correlation with vitamin A and vitamin C intake, but has negative correlation with vitamin E intake."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Ajeng Pratiwi
"Obesitas pada anak menjadi masalah gizi utama dalam beberapa dekade terakhir dan berkembang pesat di banyak negara, termasuk Indonesia. Pangan olahan khususnya ultra processed food (UPF) sebagai bagian dari klasifikasi NOVA diketahui memiliki ciri-ciri padat energi tinggi, berlemak, bergula dan asin sehingga dapat menyebabkan obesitas. Penelitian cross sectional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan UPF dengan indeks massa tubuh menurut umur (BAZ) pada anak usia sekolah 10-12 tahun di Surabaya. Pengumpulan data dilakukan di tiga sekolah negeri dan swasta di Surabaya, Jawa Timur Indonesia selama Maret-April 2020. Responden penelitian ini adalah siswa SD kelas 4 dan 5 sebanyak 136 siswa yang dipilih secara acak. Pengukuran berat badan dan tinggi badan diperoleh untuk menghitung BAZ, sedangkan konsumsi UPF diperoleh dengan food frequency questionnaire (FFQ) dan recall 24 jam. FFQ untuk menilai konsumsi UPF disusun berdasarkan 1x recall 24 jam pada studi utama. Kuesioner terstruktur dan kuesioner aktivitas fisik untuk anak (PAQ-C) digunakan untuk menilai status sosio- demografi, tingkat aktivitas fisik, asupan energi, waktu di depan layar dan morbiditas anak. Uji Spearman digunakan pada analisis bivariat dan regresi linear digunakan untuk analisis multivariat, analisis data menggunakan SPSS versi 20. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13% responden mengalami kelebihan berat badan dan 24% obesitas; konsumsi UPF menyumbang 14% dari total asupan energi dengan median energi dari UPF 247 kkal/hari. Sebagian besar responden mengonsumsi energi yang tidak cukup dan aktivitas fisik rendah. Tidak ada hubungan signifikan antara konsumsi UPF dan BAZ (r=-0.097, p=0.196). Hanya aktivitas fisik yang berhubungan signifikan dengan BAZ pada analisis multivariat (p=0.014). Jenis UPF Obesogenik dan Non Obesogenik perlu dibedakan untuk mendapatkan korelasi yang jelas antara konsumsi UPF dan BAZ pada anak usia sekolah.

Childhood obesity became the major nutritional problem in the last decades and growing rapidly in many countries, including Indonesia. Processed food especially ultra-processed food (UPF) as part of NOVA classification had known contain obesogenic nutrient which were high energy dense, fatty, sugary and salty may lead to overweight and obesity. This cross-sectional study aimed to assess the correlation between UPF and body mass index for age (BAZ) among school age children 10- 12 years old in Surabaya. Data collection was conducted in three public and private school in Surabaya, East Java Indonesia during March-April 2020. Elementary students in the 4th and 5th grade were enrolled 136 students randomly selected as respondents. Weight and height measurement were obtained for calculating the BAZ, while UPF consumption was obtained by food frequency questionnaire (FFQ) and 24-hours recall. FFQ to assessed UPF consumption was developed based on single 24-hours recall from bigger study. Structured questionnaire and physical activity questionnaire for children (PAQ-C) were used to assessed socio- demographics status, physical activity level (PAL), energy intake, sedentary screen time and child morbidity. Spearman test for bivariate analysis and linear regression for multivariate analysis, all data analyzed used SPSS version 20. The result found 13% of respondents were overweight and 24% obese; UPF consumption contribute 14% of total energy intake with median energy from UPF 247 kcal/day. Most of respondent had inadequate TEI and low PAL. No significant association was found between UPF consumption and BAZ (r=-0.097, p=0.196). Only physical activity that significant in multivariate analysis (p=0.014). It is necessary to distinguish the type of obesogenic and non-obesogenic UPF to get clear correlation between UPF consumption and BAZ among school age children."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Satria Sumali
"ABSTRAK
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan parameter seorang anak kurus, normal, gemuk ataupun obese. Kegiatan anak mempengaruhi kadar lemak tubuh karena konsumsi karbohidrat yang berlebihan tanpa disertai aktivitas yang seimbang menyebabkan penumpukan lemak sebaliknya bila energi tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan maka lemak akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang mengakibatkan berkurangnya kadar lemak tubuh. Demikian juga dengan distribusi tekanan plantar karena anak obese dengan aktivitas rendah, tekanan plantar lebih tinggi dibandingkan anak obese dengan aktifitas tinggi sehingga aktifitas subyek penelitian harus dihomogenisasi untuk memperoleh hasil yang akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan IMT (kurus, normal, gemuk dan obese) dengan lemak tubuh dan distribusi tekanan plantar saat berdiri dan berjalan pada anak usia 8-10 tahun. Metode : desain penelitian adalah observasional cross sectional / potong lintang dengan jumlah 33 anak sebagai subyek penelitian dengan lifestyle sedentary karena aktifitas mempengaruhi kadar lemak tubuh dan distribusi tekanan plantar. Penelitian dilakukan dengan mengukur kadar lemak tubuh menggunakan timbangan Tanita dan puncak tekanan (peak pressure) dengan menggunakan alat Matscan. Tekanan plantar diukur saat berdiri dan berjalan. Hasil :. Anak dengan IMT gemuk mempunyai korelasi yang kuat dengan lemak tubuh (r=0,6333) dan anak dengan IMT obese mempunyai korelasi yang sangat kuat terhadap lemak tubuh (r=0,8) sedangkan anak dengan IMT kurus juga mempunyai korelasi terhadap lemak tubuh tetapi korelasinya lemah (r=0,2582). IMT juga berhubungan dengan distribusi tekanan plantar saat berdiri dan berjalan terutama daerah midfoot sedangkan untuk anak kurus ditemukan adanya peningkatan tekanan pada daerah hindfoot sewaktu heelstrike. Kesimpulan : IMT berhubungan dengan kadar lemak tubuh dan distribusi tekanan plantar terutama pada anak dengan IMT gemuk dan obese

ABSTRACT
Body Mass Index (BMI) is a parametric to know wheather a child is underweight, normal, overweight or obese. Children activity affects fat body percentage because consumption excessive carbohydrate with less activity will increase fat deposit. In other words if the energy cannot provide children activity then fat will be used as energy and this will decrease the fat deposit. And so with the plantar pressure distribution because obese children with lower activity , their plantar pressure are higher than obese children with high activity and therefore research subjects had to be homogenized to get an accurate result. This research aims are to know the relation between BMI (underweight, normal, overweight or obese) and plantar pressure distribution during standing and walking in children with age 8-10 years old. Methode: Design of this research is cross sectional with 33 children as research subjects with lifestyle sedentary. The research was done with Tanita’s weigher to measure fat body percentage and Matscan to meassure the peak pressure during standing and walking. Result : overweight children has a stong correlation with fat body (r=0.6333) and obese chidren has a very strong correlation with fat body (r=0.8). Underweight children also has a correlation with fat body but it’s a weak correlation (r=0.2582). BMI also has correlation with plantar pressure distribution during standing and walking expecially midfoot while underweight children has an increase peak pressure at the hindfoot while Conclussion : BMI influence both fat body and plantar pressure distribution expecially in overweight and obese children"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beta Sindiana Dewi
"Persen lemak tubuh (PLT) merupakan salah satu indeks yang digunakan untuk menilai status gizi, namun pengukuran PLT tidak mudah dilakukan terkait dengan alat pengukuran yang mahal dan jarang dimiliki. Oleh karena itu, diperlukan adanya metode alternatif yang dapat digunakan sebagai prediktor PLT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model PLT(BIA) pada remaja berdasarkan indeks massa tubuh (IMT), usia, dan jenis kelamin. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel penelitian sebanyak 47 laki-laki dan 46 perempuan yang merupakan siswa SMAI Al-Azhar 1 yang berusia 14-18 tahun pada bulan April 2015.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa IMT memiliki korelasi yang sangat kuat dengan PLT(BIA) (r = 0,774), serta perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin dan PLT(BIA) (p = 0,027). Model prediksi yang didapatkan untuk laki-laki adalah : PLT(BIA) = 1,8 (IMT) - 22,5, dan untuk perempuan : PLT(BIA) = 1,8 (IMT) - 13,6. Untuk memvalidasi penggunaan IMT sebagai prediktor PLT, disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan untuk dengan variabel yang lebih spesifik dan pengukuran yang lebih akurat.

Body fat percentage (%BF) is one of the indexes to determine nutritional status, but actual body fat measurement is often difficult to conduct according to expensive facilities and limited access. Thus, researchers are encouraged to find alternative methods to predict actual %BF. The purpose of this study was to find a formula referred to the correlation of %BF(BIA) with body mass index (BMI), sex, and age. This is a cross sectional study with total of 47 men and 46 women aged 14 ? 18 years participated in this study which was held in April 2015.
The result of this study shown a very strong correlation between %BF(BIA) and BMI of adolescents (r = 0,774), and significant association between sex and %BF(BIA) (p = 0,027). Multiple regression analysis has done and it generated a formula to predict adolescents? body fat percentage in this population: %BF(BIA) = 1,8 (BMI) - 22,5 for men, and %BF(BIA) = 1,8 (BMI) ? 13,6 for women. Nevertheless, further research with more specific variable and more accurate measurements."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S60416
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuzulvia Damayanty
"Penelitian dengan desain studi cross-sectional dilakukan pada bulan April-Mei 2013. Penelitian di Kementerian Perindustrian RI melibatkan 122 pegawai. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan lingkar pinggang sebagai indikator obesitas sentral. Variabel dependen pada studi ini ialah obesitas sentral berdasarkan pengukuran lingkar pinggang. Variabel independen ialah jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pengetahuan gizi, riwayat genetik, Indeks Massa Tubuh (IMT), persen lemak tubuh, kebiasaan merokok, aktivitas fisik dan asupan gizi (energi, protein, lemak, dan karbohidrat). Data dikumpulkan melalui pengukuran lingkar pinggang, persen lemak tubuh, antropometri, kuesioner, dan wawancara asupan makanan 2x24 jam. Analisis bivariat, didapatkan hubungan yang signifikan antara umur, Indeks Massa Tubuh (IMT), persen lemak tubuh, asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Perbedaan yang signifikan juga ditunjukkan antara jenis kelamin dan kebiasaan merokok dengan lingkar pinggang. Para pegawai diharapkan mulai mengontrol asupan makanan dan gaya hidup.

This cross sectional study was held in April-Mei 2013 comprised 122 employee at Ministry of Industry. The objective of study was to determine the association of some risk factors in waist circumference as an abdominal obesity indicator. Dependent variables of this study was abdominal obesity that was measured by waist circumference and the independent variable consist of sex, age, aducational background, nutritional knowledge, genetic history, Body Mass Index (BMI), Body Fat Percentage (BFP), smoking status, physical activity, and nutrient intake (intake of energy, protein, fat, and carbohydrate). Data were collected through waist measurement, Body Fat Percentage, anthropometry, questionnaires, and food models as supporting tools for 2x24 hours food recall. Bivariate analyses showed that age, BMI, BFP, intake of energy, protein, fat, and carbohydrate were correlated with a statistically significant in was circumference. Meanwhile, this study also indicated a significant difference between the sex and smoking status with circumference. It is suggested to employees to start controlling food intake and lifestyle."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52982
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Menganti Harum Putrinata
"Kegemukan dan obesitas pada anak sekolah dasar usia 7-12 tahun di Indonesia masih tinggi dari waktu ke waktu dan serat pangan terbukti memiliki fungsi baik pada tubuh dengan cara mengontrol berat badan serta mencegah penyakit tidak menular. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik subjek, menentukan serat pangan harian subjek, mengetahui skor persentil IMT menurut umur subjek, dan menganalisis hubungan antara serat pangan dengan skor persentil IMT menurut umur sebagai tujuan utama. Subyek yang terpilih sebanyak 153 orang yang mengikuti penelitian SEANUTS II melalui simple random sampling. Penelitian ini menggunakan analisis data sekunder melalui metode cross sectional. Korelasi antara asupan serat pangan terhadap skor persentil IMT menurut umur diharapkan untuk terjadi, sehingga kegemukan, obesitas, dan penyakit tidak menular dapat dicegah pada usia mendatang, akan tetapi faktor lain juga dianalisis terhadap skor persentil IMT untuk usia. Faktor lain terdiri dari umur, jenis kelamin, skor aktivitas fisik, asupan zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak), dan energi. Analisis statistik pada penelitian ini menggunakan uji korelasi one-tailed spearman dengan nilai signifikansi p < 0.05 untuk analisis bivariat, dilanjutkan ke analisis multivariat dengan p < 0.2. Uji Mann-Whitney juga digunakan untuk membandingkan variabel kategorik dan numerik dalam analisis bivariat. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan antara asupan serat makanan dan skor persentil BMI-untuk-usia pada anak SD usia 7-12 tahun, namun asupan karbohidrat dan jenis kelamin subjek menunjukkan korelasi terhadap skor persentil IMT-untuk-usia pada anak.

Overweight and obesity in elementary school children aged 7-12 years in Indonesia still remain high from time to time and dietary fiber is proven to have positive functions by controlling weight and preventing non-communicable diseases. The purpose of this study is to describe characteristics of selected subjects, determining daily dietary fiber of subjects, knowing the BMI-for-age percentile score of subjects, and analyzing the correlation between dietary fiber and BMI-for-age percentile score as the main objective. The selected subjects were 153 children who participated in the SEANUTS II study through simple-random sampling. The study used secondary data analysis through a cross sectional method. A correlation between dietary fiber intake towards BMI-for-age percentile score is expected so that overweight, obese, and further non-communicable diseases can be prevented in future time, however other factors are also analysed for BMI- for-age percentile score. Other factors include age, gender, physical activity score, macronutrients intake (carbohydrate, protein, fat), and energy. Statistical analysis used one-tailed Spearman correlation test with significance value p < 0.05 for bivariate analysis, proceeding to multivariate analysis using p < 0.2. Mann-Whitney test is also used to compare categoric and numeric variables in bivariate analysis. Our research shows no correlation between dietary fiber intake and BMI-for-age percentile score in elementary children aged 7-12 years, however carbohydrate intake and gender of subjects showed a significance towards BMI-for-age percentile score. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhlan Dira Wagarasukma
"Prevalensi obesitas pada anak usia sekolah di DKI Jakarta adalah sebesar 14.0%. Ketidakseimbangan Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan melalui hormon ghrelin dan leptin sehingga dapat menyebabkan gangguan tidur pada anak. Prevalensi gangguan tidur pada anak usia sekolah di Jakarta Pusat adalah 25,1%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh IMT terhadap gangguan tidur pada anak usia sekolah di Provinsi DKI Jakarta. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain crosssecitonal dengan data sekunder diperoleh dari South-East Asian Nutrition Survey 2.0 (SEANUTS 2.0). Subjek dalam penelitian ini adalah 104 anak usia 6-12 tahun yang terdiri dari 62 anak perempuan dan 42 anak laki-laki. Analisis bivariat menunjukkan bahwa IMT tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan tidur (p=0,135), sedangkan variabel lain yaitu kecemasan (p=0,000), berkeringat pada malam hari (p=0,013), dan persentase lemak (p=0,034) memiliki hubungan yang signifikan. Hasil analisis regresi linier berganda menyimpulkan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap gangguan tidur adalah kecemasan (p=0,000) dan berkeringat pada malam hari (0,020). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa IMT tidak berpengaruh terhadap gangguan tidur pada anak Provinsi DKI Jakarta. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menyimpulkan faktor-faktor lain yang mendasari yang mungkin memengaruhi gangguan tidur pada anak-anak khususnya di Provinsi DKI Jakarta.

The prevalence of obesity in DKI Jakarta province is 14,0%. These imbalance in Body Mass Index (BMI) could affect growth development through imbalance of ghrelin and leptin, which could affect the quality of sleep and cause sleep disturbances in children. This study aims to determine the effect of BMI on sleep disturbances in school-aged children in DKI Jakarta Province. The design utilized in this study was a cross-sectional with data obtained from the South-East Asian Nutrition Survey 2.0 (SEANUTS 2.0). The subjects in this study were 104 children aged 6--12 years old, consisting of 62 girls and 42 boys. Bivariate analysis showed that BMI does not have a significant relationship with sleep disturbance (p=0.135), while other variables such as anxiety (p=0.000), sweating at night (p=0.013), and fat percentage (p=0.034) do have significant relationship. Results of multiple linear regression analysis conclude that variable with the influence for sleep disturbances are anxiety (p=0.000) and sweating at night (0.020). In conclusion, BMI does not affect sleep disturbances in children of DKI Jakarta Province. More research is needed to conclude other underlying factors that might affect sleep disturbances in children especially in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Azzahra
"Indeks Massa Tubuh IMT dan total lemak tubuh metode impedansi merupakan salah satu cara untuk memprediksi lemak tubuh yang mudah dan tidak invasif. Korelasinya dengan profil lipid serum belum banyak diteliti, terutama di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mencari korelasi keduanya dengan profil lipid serum. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional pada 128 subjek yang memeriksakan profil lipidnya ke Laboratorium Departemen Patologi Klinik RSCM. Dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, dan total lemak tubuh dengan metode impedansi secara langsung. Data profil lipid didapatkan melalui Laboratory Information System Departemen Patologi Klinik. Kemudian, data diolah dengan menggunakan uji Pearson untuk mengetahui korelasi antara IMT dan total lemak tubuh metode impedansi dengan profil lipid serum. Pada penelitian ini, tidak didapatkan korelasi IMT dan total lemak tubuh dengan setiap parameter profil lipid, yang meliputi trigliserida, kolesterol total, kolesterol-HDL, dan kolestrol-LDL p>0,05 . Dengan demikian, disimpulkan bahwa kedua pemeriksaan tersebut tidak dapat menggantikan pemeriksaan profil lipid serum.

Body Mass Index BMI and bioelectric impedance analysis of total body fat are an easy and non invasive methods to predict fat level in the body. Since the correlation between BMI and bioelectric impedance analysis of total body fat with serum lipid profile is limitedly known, especially in Indonesia's population, the purpose of this study is to investigate the correlation of BMI and bioelectric impedance analysis of total body fat with serum lipid profile. This is an analytical cross sectional study on 128 patients from Cipto Mangunkusumo hospital laboratory. The subjects were examined to measure weight, height, and total body fat with impedance method, and serum lipid profile. The data were analyzed with Pearson test to find the correlation between variables. There were no correlation between BMI and TBF with serum lipid profile, including triglyceride, cholesterol total, HDL C, and LDL C p 0,05 . To conclude, serum lipid profile cannot be replaced by BMI and bioelectric impedance analysis of total body fat examination."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>