Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109296 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagus Haryadi
"Latar Belakang: Kasus kehilangan gigi karena pencabutan sering ditemui dan celah yang ditinggalkan karena pencabutan memberikan dampak buruk secara estetika. Sebagai rehabilitasi, digunakan gigi tiruan imediat (GTI) lepasan yang dipasang segera setelah pencabutan. Namun belum diketahui apakah penggunaan GTI lepasan mempengaruhi resorpsi residual ridge (RRR).
Tujuan: Menganalisis pengaruh pemasangan gigi tiruan imediat terhadap RRR pasca pencabutan.
Metode: Pada 3 ekor Macaca fascicularis, dilakukan pencabutan gigi premolar 1 dan molar 1 kiri dan kanan. Segera setelah pencabutan, dipasang GTI lepasan pada sisi kiri rahang Macaca fascicularis. Pengukuran posisi residual ridge dari sisi rahang Macaca fascicularis yang dipasang GTI lepasan dan yang tidak dipasang GTI lepasan menggunakan radiograf dental pada sesaat setelah pencabutan (0 bulan) dan 2 bulan pasca pencabutan. Selisihnya diukur sebagai RRR.
Hasil: Ditemukan perbedaan posisi residual ridge (p<0,05) antara yang diukur pada 0 dan 2 bulan paska pencabutan pada sisi rahang yang dipasang GTI lepasan dan yang tidak dipasang GTI lepasan. Namun tidak ditemukan perbedaan RRR (p>0,05) antara sisi rahang yang dipasang GTI lepasan dengan sisi rahang yang tidak dipasang GTI lepasan.

Introduction: Extraction caused tooth loss cases was often found in daily practice and gap left after extraction causes a bad effect on tooth esthetic. As a rehabilitation, a removable immediate denture (RID) was used immediately after extraction. But it was still not know if using RID does have an effect to residual ridge resorption.
Purpose: To analyze the effect of using RID on residual ridge resorption after extraction.
Method:The first premolars and first molars on both left and right side of 3 Macaca fascicularis were extracted. Soon after the extraction RID was placed on the left side of the arch of Macaca fascicularis. Residual ridge position was measured using the dental radiograph for bothside where ID was worn and where RID was not worn immediately after the extraction (0 month) and at 2 months after the extraction. Residual ridge position difference between 0 and 2 months after extraction was measured as the residual ridge resorption.
Result: Significant difference (p<0,05) residual ridge position was observed between measurement done 0 month and 2 months after extraction, for both the side where RID was worn and side where RID was not worn. But no significant difference (p>0,05) was reported for residual ridge resorption measured between the side where RID was worn and side where RID was not worn.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zaky Reza
"ABSTRAK
Spermatozoa manusia merupakan antigen yang bersifat sebagai isoantigen, autoantigen dan heteroantigen. Pada penelitian ini sebanyak tiga ekor kera jantan (Macaca fascicularis Raff.) disuntik intramuskular dengan antigen spermatozoa manusia sebanyak 9x penyuntikan sebanyak 250 juta spermatozoa dalam 2 ml larutan Hank?s Balanced Salt Solution (HBSS) steril, IV-VI untuk setiap kali penyuntikan sebanyak 500 juta spermatozoa dalam 4 ml larutan HBSS steril. Sebagai kontrol, dua ekor kera jantan lainnya disuntik dengan HBSS steril dengan prosedur dan volume penyuntikan sama seperti tiga ekor kera yang disuntik dengan spermatozoa (kera perlakuan). Dengan dilakukannya imunisasi tersebut, maka terjadi respon imun pada kera-kera tersebut baik respon imunitas seluler maupun humoral. Makrofag mempunyai peranan penting dalam dalam sistem aferen maupun eferen tubuh, dalam system eferen timbulnya makrofag dapat dijadikan petunjuk bangkitnya respon imunitas seluler. Pada penelitian ini akan dilihat apakah kultur darah kera perlakuan atau kontrol yang diberi atau tidak diberi spermatozoa manusia mampu membentuk makrofag pemakan spermatozoa (spermiofag), jika dapat terbentuk apakah ada perbedaan jumlah relatif spermiofag (jumlah spermiofag dari 100 sel-sel darah yang dihitung melelui leukosit, limfoblas dan spermiofag) antara kera perlakuan dengan kera kontrol. Hasil penelitian memperlihatkan , baik kera perlakuan maupun kontrol yang kultur darahnya diberi spermatozoa manusia mampu membentuk spermiofag in vitro. Jumlah relatif rata-rata spermiofag kera perlakuan 7,03, sedang kera kontrol 5,20. Dari uji t ternyata ada perbedaan yang bermakna (P"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarore, Jennifer Jeromiah
"Macaca fascicularis merupakan primata yang sering digunakan sebagai hewan uji dalam penelitian, sehingga kondisi fisiologisnya harus diperhatikan karena berpengaruh terhadap hasil penelitian, terutama penelitian tentang pertumbuhan. Standarisasi berat badan dan morfometri membantu penelitian tentang pertumbuhan, namun standarisasi tersebut memerlukan sampel yang banyak agar hasil tidak bias. Penangkaran milik PT Indo Biomedical, Jonggol memiliki banyak M. fascicularis dan belum memiliki standar data morfometri dan berat badan, sehingga dapat dilakukan penelitian penentuan standar data berat badan dan morfometri di penangkaran tersebut.
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan standar data karakter morfometri dan berat badan M. fascicularis. Jumlah hewan yang digunakan sebanyak 698 ekor dengan rincian 175 ekor bayi, 248 ekor infan, 209 ekor juvenil, dan 66 ekor pra-dewasa. Parameter yang diukur yakni berat badan, tinggi duduk, panjang ekor, panjang lengan atas, panjang lengan bawah, panjang paha, dan panjang betis.
Hasil pengolahan data dengan metode Analisis Komponen Utama (AKU) menunjukkan bahwa individu bayi dan infan M. fascicularis memiliki parameter standar terbaik lengan bawah, sedangkan individu juvenil dan pra-dewasa memiliki parameter standar terbaik lengan atas. Hasil uji-T terhadap rerata data morfometri dan berat badan M. fascicularis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan morfologi yang nyata antara individu jantan dan betina M. fascicularis pada kelompok umur pra-dewasa.

Macaca fascicularis is a kind of primate that often used as animal model in research, therefore, physiological condition must be considered because the influence of the result of research. Standardization of weight and morphometry assist research on growth, but these standards require that many samples that the results are not biased. Captive owned by PT Indo Biomedical, Jonggol has a lot of M. fascicularis and did not yet had data standard morphometry and weight, therefore it can be done research determination standardization of weight and morphometry in there.
The purpose of this study was to get a M. fascicularis basic standard characteristics of morphometrics and body weight. The number of animals observed were 698 consisting of 175 babies, 248 infants, 209 juveniles, and 66 sub-adults. The parameters were included body weight, body length, tail length, upper arm length, forearm length, thigh length, and calf length.
The Principal Component Analysis (PCA) showed that the individu of M. fascicularis of the babies and the infants age-group had the best forearm length parameter measurement standard, while the juveniles and the sub-adults age-group of M. fascicularis had the best upper arm length as their best parameter measurement standard. The result of processing data used T-test of mean of morphometrics and body weight indicated there was real significance of morphological differences between male and female individuals of M. fascicularis sub-adult age groups.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1605
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Triantoro Putro
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian dermatoglifi ujung jari dan telapak tangan Macaca fasciculans untuk mengetahui kemungkinan menggunakan gambaran dermatoglifi tersebut sebagai alat bantu identifikasi pada M. fascicularis. Penelitian ini bertujuan menggambarkan variasi tipe pola sulur ujung jari dan telapak tangan serta kecenderungan arah sulur pada telapak tangan M. fascicularis dengan menggunakan sampel 55 ekor M. fascicularis (32 jantan dan 23 betina) milik Pusat Studi Satwa Primata IPB yang berasal dari penangkaran di pulau Tinjil, Pandegiang, Jawa Barat. Pengambilan cetakan ujung jari dan telapak tangan M. fascicularis dilakukan dengan menggunakan metoda tinta. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui tipe pola ujung jari M. fascicularis semuanya seragam dalam bentuk whorl. Frekuensi tipe pola sulur telapak tangan kiri dan kanan M. fascicularis memperlihatkan perbedaan sangat bermakna di daerah interdigital II, interdigital III dan interdigital IV ((X<0,01) serta perbedaan arah sulur yang bermakna pada arah sulurdad interdigital H (a<0,05). Perbedaan frekuensi tipe pola sulur antara telapak tangan jantan dan betina M. fascicularis mempeniihatkan perbedaan bermakna pada hipothenar proksimal (a<0,05). Arah sulur dad intendigital II dominan ke daerah nomor 2 dan arah sufur dad interdigital III dominan ke daerah nomor 6."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rizqy Amaliah
"Telah dilakukan penelitian mengenai endoparasit pada sampel feses Macaca fascicularis dan Macaca nemestrina di Kebun Binatang Taman Sari Bandung, pada bulan Desember 2010--Mei 2011. Penelitian bersifat non-eksperimental dan bertujuan untuk mengamati endoparasit pada sampel feses Macaca fascicularis dan Macaca nemestrina ditinjau dari kehadiran endoparasit. Sebanyak 61 sampel feses telah diperiksa dengan 31 sampel feses Macaca fascicularis dan 30 sampel feses Macaca nemestrina. Sampel feses dianalisis menggunakan metode Pengapungan Sentrifugasi. Berdasarkan hasil pemeriksaan dari 31 sampel feses Macaca fascicularis, Ascaris lumbricoides merupakan endoparasit yang ditemukan dengan frekuensi kehadiran tertinggi yaitu 77,41%. Berdasarkan hasil pemeriksaan dari 30 sampel feses Macaca nemestrina, Trichuris trichiura merupakan endoparasit yang ditemukan dengan frekuensi kehadiran tertinggi.

This research was conducted to identify endoparasites on fecal samples of Macaca fascicularis and Macaca nemestrina at Taman Sari Zoo, on Bandung, since December 2010 until May 2011. The aim of this non experimental research was to observe the presence of endoparasite from fecal sample of Macaca fascicularis and Macaca nemestrina. There were 61 fecal samples observed in this research consist of 31 fecal samples collected from Macaca fascicularis and 30 fecal samples collected from Macaca nemestrina. Fecal samples were analyzed by flotation centrifuge methods. The result showed that 31 fecal samples from Macaca fascicularis had the highest frequency of Ascaris lumbricoide (77,41%), meanwhile 30 fecal samples from Macaca nemestrina showed that Trichuris trichiura found to be the highest frequency (76,6%)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
14-22-92171641
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Mentari
"Latar Belakang : Perempuan pascamenopause memiliki risiko tinggi mengalami penurunan massa tulang akibat bekurangnya hormon estrogen dan asupan kalsium. Penting bagi perempuan pascamenopause untuk menjaga residual ridge dari resorpsi yang berlebihan.
Tujuan : Mengetahui hubungan asupan kalsium terhadap derajat resorpsi residual ridge pada perempuan pascamenopause.
Material dan Metode : Penelitian dengan metode potong lintang dilakukan di Pos Binaan Terpadu Lanjut Usia Perhimpunan Gerontologi Indonesia, Depok RW 02 yang melibatkan 99 perempuan pascamenopause. Subjek diwawancara menggunakan kuesioner asupan kalsium beserta model makanan dan porsinya dengan metode semiquantitative food frequency questionnaire selanjutnya dilakukan pemeriksaan derajat resorpsi residual ridge dengan mengukur tinggi residual ridge. Data dihitung dan dianalisis menggunakan piranti lunak statistik.
Hasil : Hasil analisis chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara jumlah asupan kalsium terhadap derajat resorpsi residual ridge (p=0,035) pada perempuan pascamenopause.
Kesimpulan : Perempuan pascamenopause berasupan kalsium tercukupi memiliki derajat resorpsi residual ridge rendah.

Background : Postmenopausal women have a high risk to decreasing bone mass because of estrogen and calcium intake deficiency. It is important for postmenopausal women to keep the residual ridge from excessive resorption.
Objective : Determine the relationship calcium intake and degree of residual ridge resorption in postmenopausal women.
Material and Method : the cross sectional study was performed at Pos Binaan Terpadu Lanjut Usia Perhimpunan Gerontologi Indonesia, Depok RW 02 involving 99 postmenopausal women. Subjects were submitted to interview using calcium intake questionnaire (semiquantitative food frequency questionnaire method ) with food model and the size and then examining the degree of residual ridge resorption through measuring residual ridge height. Data obtained was tabulated and analyzed using statistical software.
Result : The results of chi square analysis showed a statistically significant relationship between the amount of calcium intake and the degree of residual ridge resorption (p = 0.035) in postmenopausal women.
Conclusion : Postmenopausal women that have adequate calcium intake show the low degree of residual ridge resorption.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S45186
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Effrida Betzy Stephany
"Analisis regresi linier adalah suatu teknik dalam statistika untuk memodelkan dan menganalisis hubungan linier antara variabel respon dengan variabel regresor. Metode penaksiran parameter regresi yang umum digunakan adalah metode ordinary least square (OLS) yang menghasilkan taksiran yang dinamakan taksiran least square. Dalam analisis regresi linier berganda, masalah yang sering terjadi adalah multikolinieritas. Multikolinieritas membuat penaksiran dengan menggunakan metode OLS menghasilkan taksiran least square yang tidak stabil, sehingga pada skripsi ini akan dibahas metode lain untuk mengatasi permasalahan ini. Metode yang diperkenalkan untuk mengatasi multikolinieritas diantaranya adalah metode GRR yang menghasilkan taksiran generalized ridge. Taksiran ini merupakan taksiran yang bias. Metode ini masih memiliki kekurangan, yaitu bias yang dihasilkan tidak dijamin akan selalu bernilai kecil. Untuk itu, Singh, Chaubey, dan Dwivedi (1986) memperkenalkan metode Jackknife Ridge Regression (JRR) yang menghasilkan taksiran Jackknife Ridge Regression. Taksiran ini akan mereduksi bias yang dihasilkan oleh taksiran generalized ridge sehingga terkait dengan data yang digunakan, nilai mean square error taksiran ini lebih kecil dibanding taksiran generalized ridge maupun taksiran least square.

Regression linear analysis is a statistical technique for modeling and investigating the linear relationship between the response variable and regressor variable. Ordinary least square (OLS) method is commonly used to estimate parameters and yields an estimator named least square estimator. Most frequently occurring problem in multiple linear regression analysis is the presence of multicollinearity. Estimation using OLS method in multicolinearity caused an unstable least square estimator, therefore this undergraduate thesis will explain other method which can solve this problem such as GRR method that yields a bias estimator, named generalized ridge estimator. Unfortunately, this method still has a shortcoming because the bias in resulting estimator is not always guaranteed to be small. To solve this problems, Singh, Chaubey, and Dwivedi (1986) introduced Jackknife Ridge Regression (JRR) method that yields Jackknife Ridge Regression estimator. This estimator will reduce the bias of generalized ridge estimator, thus related to the data used, the resulting mean square error value of this estimator is smaller than the two methods.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57991
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumere, Faransina A.O.
"Analisis regresi merupakan salah satu teknik dalam statistika yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel respon dan satuatau lebih variabel regressor. Metode penaksiran parameter regresi yang umum digunakan adalah metode least square. Dalam penaksiran parameter regresi, banyak permasalahan yang muncul salah satunya adalah multikolinearitas. Multikolinearitas menghasilkan taksiran yang tidak stabil, sehingga diperlukan metode lain untuk mengatasi multikolinearitas yang diperkenalkan oleh Hoerl dan Kennard 1970 yaitu metode ridge regression dengan cara kerjanya adalah menambahkan konstanta bias ridge pada matriks X 39;X. Sarkar 1992 dan Grob 2003 mengembangkan metode tersebut dengan memanfaatkan informasi prior dari parameter - dan memperkenalkan metode restricted ridge regression. Berger 1980 mendefinisikan informasi prior untuk parameter - adalah suatu informasi non sampel yang muncul dari pengalaman masa lalu dan keputusan dari ahli dengan situasi yang hampir sama dan memuat parameter ? yang sama. Dalam skripsi ini penggunaan metode restricted ridge regression diaplikasikan untuk mengatasi multikolinearitas pada data Portland Cement dan menghasilkan MSE yang lebih kecil dibandingkan metode least square dan ridge regression.

Regression analysis is a technique in stastisticsto analyse the relationship between a response variable and one or more regressor variable's. Ordinary Least Square method is commonly used to estimate parameter's. Most frequently occurring problem in multiple linier regression analysis is the presence of multicolinearity. Multicollinearityin least square estimation produces estimation with large variance, so another method is needed to overcome the multicollinearity. Hoerl and Kennard 1970 introduced a new method called ridge regression by addingaconstant bias ridge to matrix X 39 X. Sarkar 1992 and Gro 2003 developed a method usingthe prior information of the parameter and introduced the restricted ridge regression method. Berger 1980 defined prior information of the parameter as a non sample information arising from past experiences and based on the opinions of an expertice with similar situations and containing the same parameters. This thesis will explain the use of restricted ridge regression method to overcome the presence of multicolinearity in regression model for Portland Cement dataset and produce smaller MSE than least square and ridge regression estimator.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Alfian Rizqy
"Terdapat beberapa cara untuk memprediksi harga saham, ada yang menggunakan analisis runtun waktu, harga saham terdahulu, maupun menggunakan indikator teknis. Indikator teknis merupakan perhitungan matematis terhadap harga atau volume transaksi saham yang hasilnya dapat digunakan untuk memahami kecenderungan harga saham. Regresi ridge merupakan suatu metode regresi yang mampu mengatasi masalah dimana variabel-variabel regresornya tidak bebas linier. Regresi kernel ridge merupakan kombinasi antara regresi ridge dengan metode kernel dengan tujuan agar dapat memberikan hasil prediksi yang lebih baik. Pada skripsi ini, metode regresi ridge dan regresi kernel ridge akan diimplementasikan untuk memprediksi harga saham pada 12 perusahaan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa metode regresi kernel ridge memberikan akurasi yang lebih baik daripada metode regresi ridge untuk beberapa perusahaan.

There are various way for predicting stock prices, some using time series analysis, past stock prices, or technical indicator. Technical indicator is a mathematical calculation over the stock prices or stock transaction volume that can be used to understand the stock price trend. Ridge regression is a regression method that can be used to solve the problem when some of the regressor variables are linearly dependent. Kernel ridge regression is a combination of ridge regression and kernel method in purpose to get better prediction. This skripsi will implement ridge regression and kernel ridge regression for stock prices forecasting of 12 companies. The result shows that kernel ridge regression gives better accuracy for stock price forecasting than ridge regression for some companies."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46703
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahidun Adam
"Alat berat membutuhkan kualitas dan kehandalan yang tinggi untuk menunjang produktivitas dan kepuasan pelanggan. Konstruksi utama rangka pada alat berat terbuat dari material baja pelat dan coran yang disambungkan melalui proses pengelasan Gas Metal Arc Welding (GMAW). Kondisi saat ini, produsen belum melihat tegangan sisa dari proses manufaktur sebagai pertimbangan khusus terhadap kualitas produk. Pada penelitian ini, pelat baja SM490 berukuran 200x100 mm disambungkan dengan pengelasan robot GMAW secara butt joint single V 45. Kawat las AWS A5.18-05 ER70S-G berdiameter 1,4 mm digunakan dengan polaritas DCEP bersama gas pelindung CO. Masukan panas, tebal spesimen, dan perlakuan pengelasan divariasikan untuk mengetahui efeknya terhadap tegangan sisa dan sifat mekanik yang dihasilkan. Tegangan sisa diukur tanpa merusak menggunakan mesin portabel berbasis X-Ray Diffraction (XRD). Nilai kekerasan diuji dengan mesin uji keras Microvickers, kekuatan tarik diuji dengan mesin Universal Testing Machine (UTM), serta struktur mikro diamati dengan mikroskop optik strereo dan Electron Probe Micro Analyzer (EPMA). Hasil pengujian menunjukkan kenaikan masukan panas sebesar 350 J menit meningkatkan tegangan sebesar 50-90 MPa pada arah x. Peningkatan ketebalan hingga 30 mm, tidak memberikan perbedaan tegangan sisa yang signifikan. Namun, tebal 40 mm, tegangan sisa justru turun 250 MPa. Ketebalan spesimen hingga 40 mm memberikan penurunan tegangan sisa arah y hingga 400 MPa. Proses gerinda memberikan tegangan sisa tarik hingga 800 MPa lebih tinggi dari tegangan sisa spesimen 2 (tanpa perlakuan). Penambahan preheat dan postheat 150oC tidak memberikan efek terhadap tegangan sisa. Proses gerinda menurunkan tegangan sisa hingga 480 MPa. Hanya jet chisel yang konsisten memberikan tegangan sisa kompresi hingga 480 MPa pada arah x dan y. Kenaikan masukan panas hingga 350 J menit menyebabkan nilai kekerasan HAZ dan logam las turun hingga 50 HB. Ketebalan spesimen hingga 30 mm, cenderung meningkatkan kekerasan hingga 30 HB. Perlakuan preheat dan postheat mengurangi nilai kekerasan hingga 10 HB. Kebalikan dari itu, perlakuan jet chisel mampu meningkatkan kekerasan hingga 12 HB, terutama pada kampuh las. Berbagai variasi masukan panas, ketebalan, dan perlakuan pengelasan tidak memberikan perbedaan yang signifikan kekuatan tarik. Peningkatan ketebalan hingga 40 mm cenderung menurunkan kekuatan hingga 70 MPa. Perlakuan jet chisel memberikan tegangan sisa dan sifat mekanik paling optimal di antara preheat, postheat, dan gerinda.

Heavy equipment requires high quality and reliability to support productivity and customer satisfaction. The main frame construction on the machine is made of steel plate and castings which are connected through the Gas Metal Arc Welding (GMAW) process. Current conditions, manufacturers have not seen the residual stress from the manufacturing process as a special consideration to product quality. In this study, a 200x100 mm SM490 steel plate was connected by GMAW robots welding with a single V 45 butt joint. AWS A5.18-05 ER70S-G welding wire 1.4 mm in diameter is used with DCEP polarity and CO2 protective gas. Heat input, specimen thickness, and welding treatment are varied to determine their effect on residual stresses and mechanical properties. Residual stress is measured using a non destructive portable machine based on X-Ray Diffraction (XRD). Hardness values were tested with Microvickers Hardness Tester, tensile strengths with Universal Testing Machine (UTM), and microstructure was observed with optical strereomicroscope and Electron Probe Micro Analyzer (EPMA). The test results show an increase in heat input of 350 J / min increases the stress by 50-90 MPa in the x direction. Increased thickness up to 30 mm, does not provide a significant residual stress difference. However, 40 mm thick, the residual stress would drop 250 MPa. Specimen thicknesses of up to 40 mm provide a reduction in the residual stress in the y direction up to 400 MPa. The grinding process provides tensile residual stresses of up to 800 MPa higher than specimen 2 residual stress (without treatment). The addition of preheat and postheat 150oC had no effect on residual stress. The grinding process reduces the residual stress to 480 MPa. Only jets chisel that consistently provide compression residual stresses of up to 480 MPa in the x and y directions. Increase in heat input up to 350 J/min causes the HAZ hardness value and weld metal to decrease to 50 HB. Specimen thickness up to 30 mm, tends to increase hardness up to 30 HB. The preheat and postheat treatments reduce the value of hardness to 10 HB. In contrast, jet chisel treatment can increase the hardness to 12 HB, especially in weld joints. Various variations in heat input, thickness, and welding treatment do not provide a significant difference in tensile strength. Increasing thickness up to 40 mm tends to reduce strength up to 70 MPa. Jet chisel treatment provides the most optimal residual stress and mechanical properties between preheat, postheat and grinding."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T55180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>