Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110006 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pericoronitis is non specific infection at gingival around the crown of the tooth which imperfect eruption. Clinical appearance of pericooronitis is reddish and refined swelling at the gingival around the tooth that involved with disseminating of painful extend to ear, throat and mouth base. Many effects caused by pericoronitis such as unpleasant feeling caused of pain when chewing and occlusion, come out of purulent exudates from the edge of the gingival, and also can finded cheek swollen and lymphadenitis. The management of pericoronitis consists of infection control phase and tooth extraction based on indication or removing of operculum tissue that covered the tooth. This paper reported a 6 years old boy that coming with complaint of gusi rahang belakang kanan terasa bengkak dan mengganggu. The treatment that be done is excision of the operculum tissue."
[Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Journal of Dentistry Indonesia], 2007
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Indah Salsalina
"Latar Belakang: Gingivitis merupakan penyakit periodontal dengan prevalensi paling tinggi di Indonesia. Penyebab utama terjadinya gingivitis adalah akumulasi plak dan tingkat kebersihan rongga mulut yang rendah. Manifestasi klinis gingivitis dapat berupa eritema, edema, perdarahan, dan ulserasi pada gingiva tanpa disertai adanya kehilangan perlekatan periodontal. Secara mikroskopis, ditemukan perubahan flora normal dan infeksi bakteri nonspesifik pada gingivitis. Kerusakan jaringan pada gingivitis bersifat reversibledengan adanya penghilangan plak dan peningkatan kebersihan rongga mulut. Mekanisme penghilangan plak dapat dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Cara mekanis seperti scalingdan menyikat gigi merupakan metode utama penghilangan plak. Metode kimiawi seperti penggunaan obat kumur yang mengandung bahan aktif merupakan terapi tambahan yang efektif, terutama dalam membersihkan area di rongga mulut yang tidak terjangkau oleh pembersihan secara mekanis. Propolis merupakan salah satu bahan alami di bidang kesehatan yang memiliki sifat antiplak dan antibakteri. Obat kumur propolis dinilai memberikan efek terhadap plak dan gingivitis secara klinis serta jumlah koloni bakteri nonspesifik pada plak. Tujuan: Mengetahui efek obat kumur yang mengandung propolis terhadap plak dan gingivitis secara klinisserta jumlah koloni bakteri nonspesifik pada plak.
Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimental klinis. Sebanyak 20 orang sukarelawan gingivitis berusia 18-30 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Subjek dibagi menjadi kelompok uji dan kelompok kontrol dengan pembagian 10 orang kelompok uji berkumur dengan obat kumur propolis dan 10 orang kelompok kontrol berkumur dengan obat kumur tanpa bahan aktif. Pada awal penelitian, dilakukan scaling, penyuluhan, pengukuran awal PI dan PBI, serta pengambilan sampel plak untuk penghitungan jumlah koloni bakteri. Setelah berkumur selama 14 hari, dilakukan kembali pengukuran PI dan PBI serta pengambilan sampel plak untuk penghitungan jumlah koloni bakteri.
Hasil: Hasil penilaian statistik menunjukkan terdapat perbedaan bermakna rata-rata penurunan PBI antara kelompok uji dan kelompok kontrol. (sig< 0,05 , selisih RPBI= 0.3724). Rata-rata penurunan PI kelompok uji lebih besar dibandingkan kelompok kontrol (selisih RPI= 0.3665), begitu juga dengan rata-rata penurunan jumlah koloni bakteri aerob dan anaerob (selisih RAerob = 90.6 , selisih RAnaerob= 40) walaupun tidak bermakna secara statistik (sig> 0,05).
Kesimpulan: Berkumur dengan obat kumur propolis efektif terhadap perdarahan papilla dibandingkan dengan berkumur dengan obat kumur tanpa aktif. Berkumur dengan obat kumur propolis dapat menurunkan rata-rata PI serta rata-rata jumlah koloni bakteri aerob dan anaerob pada plak, walaupun tidak bermakna secara statistik.
Kata kunci: Gingivitis, propolis, obat kumur, bakteri nonspesifik pada plak

Background: Gingivitis has the highest prevalence among the other periodontal diseases in Indonesia. The main causes of gingivitis are dental plaque accumulation and low oral hygiene level in patients. Clinically, gingivitis could appear as edema, bleeding, and ulceration without any loss of attachment. There are shifting of normal floras and certain periodontal pathogens found in gingivitis microscopically. Tissue damage in gingivitis is reversible with the presence of adequate plaque removal and an increase in patientsoral hygiene level. Dental plaque removal could be done mechanically and chemically. The mechanical methods like toothbrushing and scaling are the main method, whereas the use of chemical like mouthwash is an adjunctive therapy which shows efficacy. The use of mouthwash with active ingredients could cleanse area in the mouth that could not be reached through mechanical methods. Propolis is one of the natural ingredients commonly studied and used in dentistry because of the antibacterial and antiplaque effects it has. Propolis containing mouthwash could give effects on dental plaque and gingivitis clinically, along with the total count of nonspecific bacteria present in dental plaque.
Objectives: To assess the effect of propolis containing mouthwash on dental plaque and gingivitis clinically along with the total count of nonspecific bacteria present in dental plaque.Methods:This study is completed using clinical experimental method. There are 20 volunteers with age interval 18-30 years old who participated in this research. Twenty subjects are divided into two groups with the same numbers, which is 10 subjects each groups. The first group is the test group which use propolis containing mouthwash, whereas the other one is placebo group which use mouthwash without any active ingredients. Scaling, dental health education, measurement of plaque index and papillary bleeding index, and plaque sample collection for bacteria assessment were done in the beginning of this study. After using mouthwash for 14 days, there were second measurement of plaque index and papillary bleeding index along with plaque sample collection for bacteria assessment.
Results: Statistic showed there is significant difference (sig< 0.05, mean differences = 0.3724) of papillary bleeding index among the two groups. Mean score of plaque index in the test group showed greater reduction than the placebo group (mean differences = 0.3665) and nean score of total bacteria count in the test group showed higher reduction than the placebo group (mean differences of aerob bacteria = 90.6 , mean differences of anaerob bacteria = 40) though there werent any significant difference present statistically (sig>0.05).
Conclusion: The use of propolis containing mouthwash showed better effect on papillary bleeding index compared to the use of mouthwash without any active ingredients. The use of propolis containing mouthwash could reduce mean scores of plaque index and the numbers of aerob and anaerob bacteria present in dental plaque, though there werent any statistical significance shown.
Keywords: Gingivitis, propolis, mouthwash, nonspecific bacterial plaque"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"In Dental health community programmes there are several kind of efficiency application patron such as in dental health programme worthy to do, like comparing various alternatives procedures in a dental health programmes. Cost effectiveness analysis (CEA) is becoming increasingly popular as society moved toward rationalizing dental health cost to optimalized programmes. CEA compares the cost of procedure with its effectiveness, thus helping an administrator to judge wether the procedur is worth its cost. CEA also permit comparison of various interventions that result in a similar dental health outcome. A major benefit of CEA is that it forces decision maker to confront the trade-offs implicit in all decision regarding alternative approaches. Caries dentist and gingivitis are still a serious oral health problem to solve especially for primary school student. Curative effort is relative more expansive, so it was chosen alternative for preventing caries must be together with preventing gingivitis. The purpose of the research is getting the cost effective model of preventive caries and gingivitis for a primary school student at DKI Jakarta. The opportunity cost of alternative model preventive caries and gingvitis intervention such a modern dentistry approach (Fissure Scalant and Oral hygiene Instruction procedures by the dentist) to compare against model rutinne intervention approach (flouride mouthrinsing and ART procedures by the full time dentist or by the dentist together with teachers) along with the relative effectiveness of preventive treatment. In this quasi experimental research with multistage randomized designed we use responden of all primary school student in DKI Jakarta for two different treatment group. Fissure Sealant and Oral hygiene Instruction procedures by the Dentist were judge to be more cost effective than flouride mouthrinsing and ART procedures by the dentist together with teachers or by the full time dentist."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hardiati Nur Wahyuni
"Tujuan : Mengetahui hubungan attitude, social normsm perceived behavior control terhadap kemauan intention ibu menyikat gigi anak usia 36-71 bulan.
Metode: Desain studi ini adalah eksperimental menggunakan kuesioner TPB yang sudah dilakukan uji reabilitas. Subjek penelitian ini adalah 172 pasangan ibu dan anak usia 36-71 bulan yang dipilih melalui metode purposive sampling. Status kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut anak dinilai berdasarkan pemeriksaan dmf-t, status perdarahan gingiva, dan pemeriksaan indeks plak. Selain itu, guru memberikan dental health education kepada ibu selama 4 sesi dalam 1 bulan dan sikat gigi bersama selama 3 bulan.
Hasil : reabilitas internal kuesioner TPB Cronbach?s alpha =0,735. Hasil korelasi positif antara social norms norms of family dan norms of expert terhadap intention ibu menyikat gigi anak r= 0,6; r=0,43 serta peningkatan status OHIS anak dan penurunan secara signifikan status perdarahan gingiva anak.
Kesimpulan : Adanya hubungan antara social norms terhadap intention ibu menyikat gigi anak usia 36-71 bulan. Dental health education yang diberikan oleh guru PAUD efektif dalam meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan gigi dan mulut serta kebiasaan baik dalam kebersihan gigi dan mulut serta pada siswa pendidikan anak usia dini.

Objective: Association between attitude, social norms, and perceived behavior control to mother s intention to brush teeth of child age 36 71 month.
Methods: The study is conducted through community trial. Subjects of the study are 172 mothers and children aged 36 71 months who are selected through purposive sampling. The subjects oral health and hygiene condition are assessed by measuring the dmf t index, plaque index and gingival bleeding state. The teachers give education to the mothers for 4 sessions in a month and joint tooth brushing program in three months.
Results: internal reability test of TPB questionnaire Cronbachs alpha 0,735. There is improvement of children s OHIS state and significant decrease in gingival bleeding. The main result is significant positive correlation between social norms norms of family and norms of expert with mothers intention to brush teeth of child age 36 71 month.
Conclusion: There is association between social norms and mothers intention to brush teeth of child age 36 71 month. dental health education given by teacher improving dental and oral health status and oral hygiene in children and improving mothers knowledge, attitude, and action.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Frihatiwi Hutami
"ABSTRACT
Latar belakang Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa status gingivitis dari anak-anak sekolah berusia 12 tahun yang tinggal di Jakarta dan faktor-faktor yang mempengaruhi status gingivitis mereka. Metode Ini adalah studi cross sectional. Anak-anak sekolah usia 12 tahun yang tinggal di Jakarta direkrut melalui probabilitas klaster multistage yang proporsional dengan ukuran random sampling dan 24 dari 1346 SMP negeri dan swasta di Jakarta dilibatkan dalam penelitian ini. Status gingivitis dicatat menggunakan indeks CPI berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia. Kuesioner yang diisi sendiri diberikan kepada orang tua untuk mengumpulkan informasi tentang latar belakang dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan mulut anak-anak mereka. Hasil 481 anak berpartisipasi dalam penelitian dan hanya tiga anak yang memiliki gusi sehat tanpa gusi berdarah dan tidak ada kalkulus. Prevalensi gusi berdarah adalah 99,4, dan prevalensi kalkulus adalah 83,8. Status gingivitis tidak berhubungan secara signifikan dengan kebiasaan menyikat gigi dan kehadiran gigi. Kesimpulan Kondisi gingivitis dari sebagian besar anak-anak sekolah berusia 12 tahun yang tinggal di Jakarta adalah miskin. Oleh karena itu, strategi untuk mempromosikan kesehatan mulut dan mencegah penyakit gingivitis sangat diperlukan.

ABSTRACT
Background This study aims to examine the gingivitis status of 12 year old school children living in Jakarta and the factors affecting their gingivitis status. Methods This was a cross sectional study. 12 year old school children living in Jakarta were recruited through a multistage cluster probability proportional to size random sampling and 24 from 1346 public and private Junior High Schools in Jakarta were included in the study. Gingivitis status was recorded using the CPI index based on the World Health Organization standards. A self completed questionnaire was given to the parents to collect information on the background and oral health related behaviors of their children. Results 481 children participated the study and only three childs who had healthy gums no bleeding gums and no calculus . The prevalence of bleeding gums was 99,4 , and the prevalence of calculus was 83,8 . Gingivitis status was not significantly related to tooth brushing habit and dental attendance. Conclusion The gingivitis condition of most of the 12 year old school children living in Jakarta was poor. Therefore, strategies to promote oral health and prevent gingivitis disease is urgently required. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewanti
"ABSTRAK
Karies pada anak usia sekolah mengalami peningkatan setiap tahunnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pengetahuan dan kesadaran pentingnya perawatan kesehatan gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada
anak usia sekolah. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif. Responden penelitian berjumlah 156 anak usia sekolah di SDN Pondok Cina 4 Depok. Pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dengan perilaku perawatan gigi pada anak
usia sekolah di SDN Pondok Cina 4 Depok (p value: 0,013). Penelitian ini merekomendasikan institusi kesehatan, institusi pendidikan, dan orang tua untuk meningkatkan muatan informasi terkait kesehatan gigi dan perawatan gigi pada anak usia sekolah sehingga dapat mencegah terjadinya karies gigi

abstract
Caries in school-age children increases every year. One of the factors that affects the dental caries are knowledge and awareness of the importance dental health care. The aims of this study are to determine the relationship between the levels of dental health knowledge with the behavior of doing dental care. This study used descriptive correlative design. Sample of this study are 142 school age children in SDN Pondok Cina 4 Depok. Stratified random sampling is used as the sampling
techniques. The results of this study showed that there is a significant relationship between level of dental health knowledge with dental care behavior of school-age children in SDN Pondok Cina 4 Depok (p value: 0.013). The study recommends to health care institutions, educational institutions, and parents to enhance the information content related to dental health and dental care at school-age children to prevent the occurrence of dental caries."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42783
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Hartini Sundoro
"Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh minum air susu ibu dan minum susu dengan botol terhadap terjadinya karies pada gigi sulung, dengan subyek anak usia 3-5 tahun di Posyandu dari 5 wilayah di DKI Jakarta. Sebanyak 105 anak diperiksa gigi-giginya untuk mengetahui frekuensi, def-t dan def-s rata-rata, keparahan karies yang diukur dengan klasifikasi Ochiai (1963), serta urutan jenis permukaan gigi yang paling banyak terkena karies. Kebiasaan minum susu sejak lahir ditanyakan kepada ibu-ibu subyek. Ternyata 92.38% dari subyek menderita karies dengan def-t rata-rata 8.28 dan def-s rata-rata 19.62. Pada anak yang minum air susu ibu frekuensi karies dan rata-rata def-t dan def-s lebih tinggi dibandingkan dengan minuet susu dengan botol. Demikian pula ukuran keparahan karies, yang ditunjukkan dengan banyaknya penderita karies kelas 4. Namun dengan perhitungan statistik keparahan karies antara yang minum ASI, minum susu botol, dan kombinasi ASI dan botol, tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Sedang urutan jenis permukaan gigi yang paling banyak terkena karies antara yang minum air susu ibu dan susu botol adalah sama; yaitu permukaan proksimal, kemudian permukaan halus, dan yang terakhir permukaan oklusal."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Harini Soemartono
"Gigi molar pertama tetap adalah gigi yang paling peka terhadap karies, sehingga pada anak sering di jumpai gigi molar pertama tetapnya telah mengalami kerusakan yang cukup berat. Sehubungan dangan hal tersebut telah diupayakan berbagai cara untuk mencegah karies pada gigi tetap, terutama pada gigi molar pertama, karena erupsinya paling awal. Salah satu cara yang dianjurkan adalah dengan menutup pit dan fisur, karena biasanya karies dimulai dari daerah tersebut. Untuk penelitian ini digunakan semen glass ionomer.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sejauhmana semen glass- ionorner dapat mencegah karies pit dan fisur gigi molar pertama tetap dan sejauh mana semen tersebut dapat bertahan di dalam fit dan fisur gigi molar tetap pertama. Subjek penelitian adalah gigi molar pertama tetap siswa sekolah dasar TRISULA Salemba Tengah kelas I, II. III. dengan- usia 6 - 9 tahun. Sejumlah 69 anak telah terpilih untuk diteliti. Setiap anak di lakukan penutupan pit dan fisur pada 2 gigi molar pertama tetap atas dan bawah secara silang, sehingga seluruh gigi perlakuan 138 buah. Sedang 2 gigi yang lain dipergunakan sebagai kontrol."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Herawati
"Data epidemiologi surveilan harus memiliki nilai validitas dan reliabilitas tinggi. Indek CAST berpotensi sebagai alat penilaian epidemiologi karies gigi. Perawat gigi termasuk tenaga pelaksana upaya kesehatan gigi dalam program skrining. Tujuan: mendapatkan tingkat kesesuaian antara perawat gigi dan dokter gigi dalam menilai kebutuhan perawatan karies gigi anak umur 6-12 tahun menggunakan indek CAST. Uji diagnostik pendekatan crossectional pada 95 anak 6-12 tahun, pemeriksaan klinik, analisis pearson korelasion, ICC dan ROC. Tingkat kesesuaian antar pengamat baik (ICC 0,59-0,97). Sensitivitas dan spesifisitas cukup baik (sensitivitas 70-100%), dan spesifisitas (51-100%). Perawat gigi dapat menjadi salah satu tenaga epidemiologi suveilans dalam penilaian kebutuhan perawatan karies menggunakan indek CAST.

Epidemiological surveillance data should have high values in validity and reliability. Index CAST were a potential epidemiology tools for dental caries assessment. Dental nurses are the executive personnel for screening programs in dental health care. To get the compatibility between dentists and dental nurses in assessing care needs of dental caries by using CAST index in children 6-12 years old.Diagnostic test with Cross Sectional approach, samples consists of 95 children between 6-12 years old, clinical examination, and all data analyzed by Pearson correlation, ICC and ROC tests respectively. There are good level of concordance between the observers (ICC 0.59 to 0.97) and the sensitivity and specificity values were good enough (sensitivity 70-100%) and specificity (51- 100%). Dental nurse can be one of the surveillance epidemiologists in the assessment of dental caries care needs by using CAST index.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Jessica Apulina
"Penyakit gigi dan mulut yang dialami oleh anak usia dini disebabkan oleh banyak faktor, namun kondisi kesehatan gigi dan mulut ini dapat dicegah serta diobati pada tahap awal. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis persepsi ibu dalam melakukan upaya pencegahan masalah kesehatan gigi dan mulut anak usia dini berdasarkan Health Belief Models. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam menggunakan pedoman pertanyaan yang dilaksanakan pada bulan Desember 2022-Januari 2023 pada 16 informan meliputi 6 informan utama dan 2 informan dari Sekolah X, 6 informan utama dan 2 informan kunci dari PAUD Y. Hasil Penelitian menunjukkan perilaku pencegahan masalah kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan ibu kepada anaknya adalah menyikat gigi, mengurangi makanan dan minuman manis, dan pemeriksaan rutin ke dokter gigi. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh persepsi kerentanan dan persepsi bahaya/kesakitan terhadap penyakit gigi dan mulut, persepsi manfaat dan hambatan untuk melakukan perilaku tersebut, memiliki kemampuan melakukan perilaku tersebut, dan adanya isyarat untuk melakukannya yang berasal dari kesadaran diri, pengalaman terkena penyakit gigi, dukungan orang sekitar, dan program sekolah. Untuk itu, perlu dilakukan penyuluhan untuk meningkatkan perilaku ibu dalam mengupayakan pencegahan masalah kesehatan gigi dan mulut anak.

Oral diseases experienced by young children are caused by many factors, but these oral health conditions can be prevented and treated at an early stage. The purpose of this study was to analyze parent's perceptions in carrying out preventive actions for young children's oral health issues based on the Health Belief Models. This study used a qualitative approach with a case study design. Data collection was carried out by in-depth interviews using question guidelines carried out in December 2022-January 2023 on 16 informants including 6 main informants and 2 informants from School X, 6 main informants and 2 key informants from PAUD Y. The results showed that the preventive behavior of oral health issues carried out by parents to their children was brushing teeth, reducing sugary foods and drinks, and regular checks to the dentist. These behaviors are influenced by perceptions of susceptibility and perceptions of severity to oral and dental disease, perceptions of benefits and barriers to performing these behaviors, having the self-efficacy to perform these behaviors, and the presence of cues to action which come from self-awareness, experience of dental disease, support from surrounding people, and school’s programs. For this reason, it is necessary to improve parental behavior in seeking to prevent children's oral health issues."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>