Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81146 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"A study of the effect of sterilized fermented soymilk consumption on the serum profil lipid in animal model had been conducted. The objective of this research was to evaluate the effect of sterilized fermented soymilk consumption on cholesterol reduction in rats. Forthy Sprague Dawley rats (± 200 gram) at the age of 2 month were provided. They were divided into 2 groups of 20 rats. The first group were fed standard diet and the other were given hypercholesterol diet. Each group was devided into 4 subgroups of 5 rats and were forced feed by different soy milk i.e. soy milk, fermented soy milk, sterilized fermented soy milk and water (placebo) 1 ml per day for 21 days. Lipid profiles were determined before and after treatments. The research showed that sterilized fermented soymilk decreased the serum total cholesterol higher than soymilk and fermented soymilk i.e. 41.59% for standard diet and 33.66% for hypercholesterol diet, respectively. The sterilized fermented soymilk also lowered HDL cholesterol and LDL cholesterol but had no effects on the serum trigliserides concentration."
580 AGR 19 (1-4) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Muktiarti
"Alergi makanan adalah salah satu jenis alergi yang sering terjadi dan merupakan masalah penting pada anak karena makanan merupakan zat yang mutlak diperlukan pada tumbuh kembang anak. Bila seorang anak alergi terhadap bahan makanan utama yang sangat diperlukan pada proses tumbuh kembangnya keadaan ini tentunya dapat merupakan proses tumbuh kembang anak.
Perkembangan alergi makanan didahului oleh adanya tahap sensitisasi. Pada tahap ini seorang individu belum menunjukkan gejala tetapi sudah terdapat kenaikan kadar IgE spesifik terhadap alergen makanan tertentu. Paparan terhadap alergen berikutnya pada individu yang sudah tersensitisasi akan rnenimbulkan reaksi imunologi yang selanjutnya mencetuskan gejala alergi. Deteksi sensitisasi terhadap suatu alergen dapat dilakukan melalui pemeriksaan uji kulit (skin prick test/SPT) dan pemeriksaan kadar IgE spesifik terhadap suatu alergen. Pemeriksaan kadar IgE spesifik mempunyai kelebihan dibandingkan SPT terutama bagi anak-anak di bawah 2 tahun karena pemeriksaan SPT pada bayi di bawah 1 tahun sering memberikan hasil negatif palsu dan pada anak usia di bawah 2 tahun dapat mempunyai indurasi yang lebih kecil.
Susu sapi termasuk salah satu jenis makanan yang paling sering menimbulkan reaksi alergi karena protein susu sapi merupakan protein asing yang pertama kali dikenal oleh bayi. Prevalens alergi susu sapi (ASS) cukup bervariasi mulai dari 0,5% sampai dengan 7,5%.8-9 Alergi susu sapi sering terjadi pada bayi di bawah usia 1 tahun dan angka kejadiannya akan berkurang dengan bertambahnya usia. Manifestasi klinis ASS dapat timbul di berbagai sistem organ seperti kulit, saluran cema, saluran napas, dan reaksi anafilaksis. Baku emas untuk menegakkan diagnosis ASS adalah dengan uji provokasi makanan buta ganda atau double blind placebo control food challenge (DBPCFC).
Tatal aksana ASS adalah penghindaran susu sapi dan semua produknya. Pemberian air susu ibu (ASI) merupakan cara terbaik untuk menghindari alergen susu sapi. Namun bila pasien ASS tidak bisa mendapatkan ASI maka sebagai pengganti susu sapi dapat diberikan susu kedelai, susu dengan protein hidrolisat, atau susu elemental.
Susu kedelai telah lama digunakan terutama di negara-negara Timur. Susu kedelai pertama kali digunakan sebagai pengganti susu sapi pertama kali adalah pada tahun 1929. Beberapa keuntungan pemakaian susu kedelai antara lain adalah tidak mempunyai protein susu sapi, rasa yang lebih enak dan harga yang lebih murah dibandingkan susu protein hidrolisat. Kedelai dapat juga menjadi bahan dasar bermacam-macam makanan yang cukup sering dikonsumsi di negara Asia, antara lain minyak, tepung, tahu, tempe, penyedap alamiah, kecap, dan susu kedelai. Tahu merupakan salah satu jenis makanan yang sering digunakan oleh ibu-ibu di Asia untuk menjadi makanan awal yang diperkenalkan saat penyapihan karena konsistensinya yang lembut dan harganya yang cukup murah.
Namun sayangnya, banyak penelitian menyatakan bahwa sebagian besar pasien ASS juga alergi terhadap kedelai. Prevalens alergi kedelai (AK) pada ASS sangat bervariasi, berkisar antara 0-63% dengan angka yang lebih tinggi dilaporkan pada ASS yang tidak diperani oleh IgE. Karena alasan inilah sebagian besar pasien ASS diberikan susu dengan protein hidrolisat ekstensif untuk menghindari kemungkinan AK. Selain itu, penelitian-penelitian tersebut lebih banyak dilakukan di negara-negara Barat yang populasinya tidak banyak mengkonsumsi kedelai. Pada penelitian yang dilakukan di Korea angka sensitisasi kedelai pada pasien ASS adalah sebesar 18,3%. Penelitian di Thailand menemukan AK sebesar 17% pada pasien ASS. Sedangkan penelitian di Jepang menemukan angka kejadian AK pada anak-anak yang menderita alergi makanan sebesar 11%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18176
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rohmad Joni Pranoto
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fortifikan NaFeEDTA dalam susu kedelai terhadap kadar zat besi plasma darah tikus (Rattus norvegicus L.) jantan galur Sprague-Dawley. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sebanyak 25 ekor tikus putih jantan yang dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan, yaitu KK 1 yang diberi pakan dan minum standar; KK 2 yang diberi pakan minum standar dan susu kedelai tanpa fortifikan; dan KP 1, 2, dan 3 yang diberi pakan minum standar dan susu kedelai dengan fortifikan NaFeEDTA berturut-turut dosis 1,35 mg Fe/ kgBB, 2,7 mg Fe/ kg BB, dan 5,4 mg Fe/ kgBB selama 21 hari berturut-turut. Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-0 dan setelah perlakuan pada hari ke-21. Darah dipreparasi menggunakan destruksi basah lalu ditentukan kadar zat besinya dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Hasil uji ANAVA satu arah dan uji LSD (P < 0,05) menunjukkan perbedaan nyata pemberian fortifikan NaFeEDTA dalam susu kedelai terhadap kadar zat besi antar kelompok perlakuan. Peningkatan kadar zat besi tertinggi terjadi pada KP 3 di hari ke-21 yaitu 31,74% terhadap KK 1; dan 23,52% terhadap KK 2.

The effect of NaFeEDTA fortificant addition to soymilk on plasma iron concentration of male Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus L.) had been studied. By using Complete Random Design (CRD), twenty five rats were divided into five groups. Normal control group (KK 1) which was administered with standard feeding and drinking only. Treatment control group (KK 2) which was administered with extra soymilk non fortificant, and three treatment groups which were administered with extra soymilk added with NaFeEDTA fortificant 1.35 mg Fe/kgbw (KP 1); 2.7 mg Fe/kgbw (KP 2); and 5.4 mg Fe/kgbw (KP 3). All of the five groups were treated for 21 days consecutively. The plasma iron concentration was measured by Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). One way ANOVA test and post hoc LSD test (P < 0.05) showed significant effect of NaFeEDTA fortificant addition to soymilk on plasma iron concentration in all treatment groups. The highest increase of plasma iron concentration was detected on KP 3 at t21 which is 31.74% to KK 1; and 23.52% to KK 2."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risti Sifa Fadhillah
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fortifikan Fe fumarat dalam susu kedelai terhadap kadar zat besi plasma darah tikus (Rattus norvegicus L.) jantan galur Sprague-Dawley. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas 25 ekor tikus putih jantan yang dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan, yaitu KK 1 yang diberi larutan CMC 0,5%; KK 2 yang diberi larutan CMC 0,5% dan susu kedelai tanpa fortifikan; dan KP 1, 2, dan 3 yang diberi larutan CMC 0,5% dan susu kedelai dengan fortifikan Fe fumarat dosis 1,35 mg Fe/ kgBB, 2,7 mg Fe/ kg BB, dan 5,4 mg Fe/ kgBB selama 21 hari berturut-turut. Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-0 dan setelah pencekokan hari ke-21. Darah dipreparasi menggunakan destruksi basah lalu ditentukan kadar zat besinya dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Hasil uji ANAVA satu arah (P < 0,05) menunjukkan pengaruh nyata pemberian fortifikan Fe fumarat dalam susu kedelai terhadap kadar zat besi antar kelompok perlakuan. Peningkatan kadar zat besi tertinggi terjadi pada KP 1 yaitu sebesar 27,90% terhadap KK 1 dan 17,49% terhadap KK 2.

The effect of Fe fumarate fortificant addition in soy milk intake on plasma iron concentration of male Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus L.) had been studied. By using Complete Random Design (CRD), twenty five rats were divided into five groups, consist of normal control group (KK 1) which was administered with CMC 0.5% solution, treatment control group (KK 2) which was administered with CMC 0.5% solution and unfortified soy milk, and three treatment groups which were administered with soy milk added with fortificant Fe fumarate 1.35 mg Fe/kgbw (KP 1); 2.7 mg Fe/kgbw (KP 2); and 5.4 mg Fe/kgbw (KP 3). All of the five groups were treated for consecutive 21 days. The plasma iron concentration was measured by Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). One way ANOVA test and post-hoc LSD test (P < 0.05) showed significant effect of fortificant Fe fumarate addition in soy milk intake on plasma iron concentration in all treatment groups. The highest increase of plasma iron concentration was detected on KP 1, which is 27.90% to KK 1 and 17.49% to KK 2."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Wulandari
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh fortifikan NaFeEDTA dalam susu kedelai terhadap jumlah sel darah merah tikus Rattus norvegicus L. jantan galur Sprague-Dawley. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL . Sebanyak 25 ekor tikus jantan yang dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan, yaitu KK 1 yang diberi pakan dan minum standar tanpa pemberian susu kedelai dan fortifikan; KK 2 yang diberi pakan minum standar dan susu kedelai tanpa fortifikan; dan KP 1, 2, dan 3 yang diberi pakan minum standar dan susu kedelai dengan fortifikan NaFeEDTA dosis 2,7 mgFe/kgBB, 5,4 mgFe/kgBB, dan 10,8 mgFe/kgBB selama 21 hari berturut-turut. Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-0 dan setelah perlakuan pada hari ke-21. Pengukuran jumlah sel darah merah tikus menggunakan alat hematology analyzer. Hasil uji ANAVA satu arah dan uji LSD P le; 0,05 menunjukkan bahwa setelah pemberian perlakuan selama 21 hari berturut-turut, terdapat perbedaan jumlah sel darah merah yang nyata antara seluruh kelompok perlakuan KP 1, KP 2, dan KP 3 terhadap jumlah sel darah merah KK 1 dan KK 2. Peningkatan jumlah sel darah merah tertinggi terjadi pada KP 2 di hari ke-21 yaitu 19,70 terhadap KK 1; dan 17,27 terhadap KK 2.

The effect of fortificant NaFeEDTA in soy milk on red blood cell count of male Sprague Dawley rats Rattus norvegicus L. had been studied. By using Complete Random Design CRD, twenty five rats were divided into five groups. Normal control group KK 1 which was administered with standard feeding and drinking without the addition of soy milk and fortificant. Treatment control group KK 2 which was administered with extra soy milk without fortificant, and three treatment groups which were administered with extra soy milk added with NaFeEDTA fortificant 2.7 mg Fe kgbw KP 1 5.4 mg Fe kgbw KP 2 and 10.8 mg Fe kgbw KP3 . All of the five groups were treated for 21 days consecutively. Measurement of rat red blood cell count uses the hematology analyzer. One way ANOVA test and post hoc LSD test P le 0.05 showed that after 21 days of consecutive treatment, there was a significant effect on red blood cell count in all treatment groups KP 1, KP 2 and KP 3 compared to KK 1 and KK 2. The highest increase of red blood cell count was detected on KP 2 at t21 which is 19,70 to KK 1 and 17,27 to KK 2."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69102
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Aljufri
"Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 Indonesia menunjukkan bahwa penyakit tidak menular (PTM) adalah penyebab utama kematian di Indonesia. Penyakit Kardiovaskuler menjadi penyebab utama dengan 31,9% termasuk hipertensi (6,8%) dan stroke (15,4%).1 Risiko penyakit meliputi makanan. Salah satu makanan yang dipercaya mempunyai hubungan dengan penyakit jantung dan strok adalah durian. Durian (Durio spp.) adalah salah satu buah tropis yang disenangi di regio Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Berita yang beredar dimasyarakat menyatakan bahwa konsumsi durian dalam jumlah besar pada waktu relatif singkat dapat menyebabkan yang efek tidak baik untuk kesehatan. Maka, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah konsumsi durian dalam jumlah yang besar dalam waktu yang relatif singkat berpengaruh terhadap kadar kolesterol plasma tikus.
Dalam percobaan ini setiap grup yang terdiri dari grup kontrol maupun intervensi terdiri atas enam ekor tikus. Grup pertama mengkonsumsi durian selama satu minggu, grup kedua diberi intervensi durian selama dua minggu dan grup ketiga diberi intervensi durian selama tiga minggu. Durian yang diberikan dilarutkan dalam air dengan dosis yang sama dengan konsumsi lima buah durian/manusia/hari. Tikus lalu dikorbankan diakhir percobaan dan darahnya diambil untuk mengukur level dari kolesterol menggunakan kit (ST. Reagensia, Indonesia). Riset ini dilakukan dalam periode Juli 2012 sampai April 2013.
Pada minggu pertama, level kolesterol dari enam tikus yang hidup adalah 68,617 + 21,676 mg/dL. Pada minggu kedua experimen, level kolesterol darah dari grup kedua yang terdiri dari tiga ekor adalah 58,534 + 7,528 mg/dL dan grup perlakuan tiga minggu memiliki nilai kolesterol 55,654 + 0,489 mg/dL dengan nilai kolesterol darah dari kontrol keseluruhan sebesar 75,497 + 15,486 mg/dL. Dari percobaan ini, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai kolesterol darah. Namun, secara statistik tidak ditemukan perbedaan bermakna (p>0,5). Dapat dilihat bahwa kolesterol tidak meningkatkan level kolesterol darah.
Dari survei literatur, ditemukan bahwa durian tidak mengandung substansi yang berbahaya. Di sisi lain, hasil percobaan menunjukkan tidak ada peningkatan level kolesterol darah bahkan sebaliknya. Studi literature menyatakan bahwa durian mengandung substansi antioxidan yang secara tidak langsung dapat mengurangi level kolesterol darah.

Since long time, Durian (Durio spp.) is appreciated and consumed widely in Southeast Asia countries. However, there is a rumor among people that consuming durian in a relatively great number and in relatively short time could cause dangerous effect such as increase in the blood cholesterol level, heart attack, abortion, or even stroke. Therefore, the aim of this investigation is to test whether the durian consumption in relatively long time could increase the blood cholesterol level.
A number of rats were divided randomly into a group of 6 animals. The first group was fed with durian for 1 week, second group for 2 weeks, and the third group for 3 weeks. The durians were dissolved in water in a dose equivalent to five-durians/ human/day. The rats were sacrificed at the end of each period and blood was collected for cholesterol level, which is determined using a special kit (ST. Reagensia, Indonesia). The research was conducted from July 2012 to April 2013.
At the first week, the blood cholesterol level of 6 survival rat was 68,617 + 21,676 mg/dL. After 2 weeks of experiment, the blood cholesterol level of the second group 3 of 9 was 58,534 + 7,528 mg/dL. Later on, in 3 weeks intervention the blood cholesterol level (3 rats) was 55,654 + 0,489 mg/dL. Compare to blood cholesterol level in control group (5 rats), which was 75,497+ 15,486 mg/dL In conclusion, it seems that there were a decrease in blood cholesterol level in durian fed rats. However, statistical analysis shows that the different is not significant. It appears that the durian consumption did not increase blood cholesterol level.
From literature survey it is found that durian does not contain any harmful substance. Instead of increasing blood cholesterol level, durian contains antioxidant substance, which indirectly can reduce the blood cholesterol level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ila Fadila
"Penelitian ini mempelajari hubungan skinfoid thickness (penjumlahan biceps, triceps, subscapular, dan suprailiac)/RLPP/IMT dengan kolesterol serum pada orang dewasa. Variabel lain yang dianggap sebagai konfounder meliputi karakteristik responden yaitu : jenis kelamin, umur, indeks aktifitas, suku bangsa dan kebiasaan merokok. Analisis menggunakan data sekunder hasil Survei Gizi dan Kesehatan Pada Orang Dewasa (Kerjasama Direktorat BGM Depkes RI dan FKM-UI, Juni 1996) di 6 kota yaitu : Medan, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar dan Ujungpandang.
Desain penelitian adalah cross-sectional . Pemilihan responden (sampel) menggunakan rancangan klaster dua tahap, yaitu : (1) Probability Proportionate to Size (PPS) untuk memilih klaster, (2) Simple Random Sampling (SRS) untuk memilih rumah tangga (responden). Jumlah reponden yang diikutkan dalam analisis sebanyak 493 orang (laki-laki =170, perempuan = 323). Jumlah reponden ini merupakan sub-sampel dari penelitian Direktorat BGM Depkes RI bekerjasama dengan FKM-UI. Untuk membangun model prediksi kolesterol serum dengan penilaian status gizi digunakan analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Pada proses pemodelan digunakan tehnik backward elimination procedure.
Hasil penelitian memperlihatkan adanya korelasi positif antara kolesterol dengan skinfold , kolesterol dengan umur, dan kolesterol dengan suku bangsa (p<0.01). Sebaliknya antara kolesterol dengan aktifitas terdapat korelasi negatif (p< 0.15). Sedangkan hubungan antara kolesterol dengan RLPP dan kolesterol dengan IMT tidak bermakna pada p< 0.05, tetapi bermakna pada p< 0.15, Rata-rata umur , indeks aktifitas dan RLPP (Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul) pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan (p<0.01). Sebaliknya rata-rata skinfold thickness, IMT (p<0,01) dan kolesterol (p0.05) pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Dengan pertimbangan substansi, jenis kelarnin dimasukkan ke dalam model walaupun nilai p jenis kelamin di dalam model lebih besar dari 0.05.
Dari hasil pemodelan, terpilih model terbaik dengan persamaan regresi :
Kolesterol Serum = 153.58 + 0.36 Skinfold + 0.34 Umur -1.46 Sex (laki-laki) - 48.71 Aktifitas (bcrat) + 27.84 Suku. Model dapat menduga kadar kolesterol orang dewasa (urnur ~ 18 tahun) dengan kemampuan R2 = 12.63 %. Pada model terlihat bahwa kebiasaan merokok tidak memberi kontribusi terhadap model (p> 0.05). Sedangkan model yang dibangun berdasarkan RLPP maupun EMT mempunyai p> 0.05 sehingga kedua persamaan yang ada menjadi gugur.
Dari sudut kesehatan masyarakat, sebagai deteksi dini kadar kolesterol penggunaan ukuran skinfold thickness ini walaupun belum sensitif namun sebagai langkah awal perlu diperkenalkan dimasyarakat sesuai dengan kemampuan dan kepentingan yang ada. Selanjutnya perlu dilakukan validasi dengan parameter lain sebagai gold standard dan penambahan vaiiabel lain yang dianggap berhubungan.

Prediction Model of Serum Cholesterol based on Anthropometric Assessment of Nutritional Status (Skinfold Thickness, Waist Hip Ratio and Body Mass Index) Among Adults in Six Cities in Indonesia .The relationship between anthropometric measurement (skinfold thickness, WHR and BMI) and serum cholesterol contain among adult was explored in this study. The other variables assumed as confounder including respondent, namely: sex, age, activity index, ethnic, and smoking habitual. The analysis use secondary data from Health and Nutrition Survey Among Adult (collaboration of Nutrition Directorate -Ministry of Health of the Republic of Indonesia and The Faculty of Public Health - University of Indonesia, June 1996) in 6 cities: Medan, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar and Ujungpandang.
The study design was cross sectional. The sampling method use two stages cluster design, they are : (1) probability proportionate to size (PPS) for choose the cluster; and (2) simple random sampling (SRS) for choose the household (respondent). The number of respondents involved in the analysis were 493 (170 males and 323 females), which were sub samples survey of Nutrition Directorate - Ministry of Health. To build prediction model of serum cholesterol with nutritional status assessment was used multiple regression analysis. Backward elimination procedure was used for model processing.
The study result indicated there was positive correlation between cholesterol and skinfold, cholesterol and age, and cholesterol and ethnic (p < 0.01). The relationship between cholesterol and activity indicated negative correlation ( p < 0.15). Meanwhile the relationship between cholesterol and WHR, cholesterol and BMI indicated no significant result on p < 0.05, but there were significant on p < 0.15. The average of age, activity index and WHRon males were higher than females (p < 0.01). On the contrary, average of skinfold thickness, BMI (p < 0.01) and cholesterol (p > 0.05) on females were higher than males. By substancial consideration, sex was included in the model eventhough p value of sex in the model was higher than 0.05,
Throughout the modelling, the best fit model in regression equation was :
Kolesterol = 153.58 + 036 Skinfo!d + 0.34 Age -1.46 Sex (male) - 48.71 Activity (heavy) + 27.84 Ethnic, the model could predict cholesterol among adult (age > 18 years) with R2 (coefficient of determination) is 12.63%. Smoking habitual not contribute to the model (p > 0.05). Meanwhile model which was built based on both of WHR and BMI had p > 0.05, so the two equations were failed.
By the public health aspect, as early detection of serum cholesterol, the usage of the measurement of skinfold thickness.need to be published and practiced on public user level, according to owned capability and interest priority_ Finally, validation with other parameter should be conducted as a golden standard assumed complete.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayangede Sutadarma
"Tujuan penelitian adalah diketahuinya pengaruh pemberian jus bayam 100 gram per hari selama empat minggu berturut-turut terhadap kadar NOx serum dan tekanan darah pada laki-laki dewasa muda. Penelitian ini merupakan uji klinis paralel, membandingkan 17 orang kelompok yang mendapat jus bayam disertai penyuluhan gizi (P) dengan 17 orang kclompok yang hanya mendapat penyuluhan gizi saja (K). Sebanyak 34 mahasiswa taki-lakt semester dua Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang memenuhi kriteria dibagi dalam dua kelompok secara randomisasi blok. Data yang diambil meliputi usia. aktivitas fisik, indeks massa tubuh, asupan energi, natrium, dan nitrat anorganik dengan food recal/2 x 24 jam dan food recoNi, Pemeriksaan kadar nitrit, nitrat, dan NOx serum serta tekanan darah dilakukan pada awal dan akhir pcr!akuan. Anal isis data menggunakan uji t tidak berpasangan dan uji Mann Whitney dengan batas kemaknaan 5%. Sebanyak 17 orang kclompok P dan 16 orang kelompok K dengan median usia 18 (17~ 19) tahun yang mengikuti penelitian secara lengkap. Indeks aktivitas tisik subyek kedua kelompok termasuk rendah. Data awal tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p>Q,05). Setelah empat minggu perlakuan, didapatkan persentase as11pan energi dibandingkan kebutuhan energi total termasuk kategori cukup pada kedua kelompok {8:4,93± 10,lebih rendah dibandingkan dengan angka kecukupan gizi 2004 (1083.00 {834,84-1797,50) mg/hari vs 923,95 (676,20-2494,05) mg/hari. Asupan nimH anorganik lebih tinggl pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol (130,33 (107,28-195,85) mglhari vs 30,79 (9,47- 118,38) mg/hari. Pada kedua kelompok didapatkan peningkatan kadar nitrit, nitrat dan NO,. serum yang tebih tinggi pada kelompok perlakuan, namun secara statistik tidak bermakna (p->0,05). Tidak didapatkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang bemakna pada kelompok perlakuan (p>O,OS). Pemberian 1 00 gram jus bayam selama empat minggu berturut-turut tidak didapatkan peningkatan kadar nitrat, nltrit, dan NO,. serum sejak penurunan tekanan darah sistolik dan diastolk pada kelompok perlakuan.

The aims of this study were to investigate the effect of 100 gram per day spinach juice during four weeks on serum NO level and blood pressure in young adult male. The study was a parallel! randomized clinical trial Thirty four subjects of second semester male student Medical faculty of Udayana University were selected using certain criteria. The randomly (block randomization) thirty four subject were divided into two group. The treatment group {nc-·cJ7) received spinach juice and nutrition counseling; the control group (n"" 17) received nutrition counseling alone. Data collected included age, physical activity, body mass index, intake of energy, sodium, and inorganic nitrate using 2 x 24 hours food recall and food record. Laboratory findings {semm nitrite, nitrate, and NO.; levels) and blood pressure examination were done before and after intervention, For statistical analysis, unpaired Hest and Mann Whitney were used with the level of significance was 5%. Seventeen subjects in the treatment group and sixteen subjects in the control group completed the study and analyzed. Median of age were 18 (l7-19) years old. The physical activity index in both groups were low. The characteristic of the two groups were closely matched pH base line (p>0,05). After four weeks intervention, all subjects consumed energy achieved the recommended diet with an average of 84.93± 10,60 % in the treatment group and 88,19±5,47 % in the control group. The average intake of sodium in both groups were lower than Indonesian recommended dietary allowance 2004 (I 083,00 (834,84-1797,50) mg/day vs 923,95 (676,20-2494,05) mg/day). The average intake of inorganic nitrate in the treatment group increased significantly than in the control group (130,33 (107,28-195,85) mg/day vs. 30.79 (9,47-118,38) mg/day), 1n conclusion, there were increase in serum nitrite, nitrate and NOll levels which were higher in the treatment group, although not statistically significant (p>O,OS). There were also no significant decrease in systolic and diastolic blood pressure in the treatment group (p>0,05). In conclusions, the effects of lOO gram per day spinach juice during four weeks did not increase serum nitrite, nitrate and NOx level and also were not decrease systolic and diastolic blood pressure in the treatment group. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32849
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bororing, Martine Lucianne
"Tujuan penelitian adalah diketahuinya kolerasi antara IMT dan kadar kolesterol LDL serum pada subyek dengan hiperkolesterolemia Penelitian ini menggunakan disain pre post test, pada penderita hiperkolesterolemia yang mernenuhi kriteria penerimaan dan tidak memenuhi kriteria penolakan, Serta telah mengikuti penelitian yang telah diselenggarakan di Departernen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia satu tahun lalu yang beijudul ?Pengaruh Pemberian Fitosterol dan Serat terhadap Profil Lipid dan [3 Karoten pada usia 20 tahun atau lebih?. Data yang diambil meliputi, karaktcristik demografi, asupan makanan., aktivitas fisik, IMT, dan kadar kolesterol LDL serum. Jumlah subyek adalah 38 orang berusia rata-rata 43,26 ;l: 8,08 tahun dan 68,42% subyek adalah perempuan dan 44,'74% berpendidikan tinggi.
Rerata pola asupan: pola asupan kalori 1388,ll i- 274,08 kkal; pola asupan 1-carbohidrat 166,13 =I= 41,39 g, pola asupan lcmak 61,76 i 17,76 g; pola asupan kolestcrol 169,31 i 71,83 mg dan pola asupan serat 7,5 i 2,22 g; Rerata asupan: asupan kalori l4l3,07 i 482,71 kkal atau 77,30 i 28,00% KKT; asupan karbohidrat 182,01 J; 67,87 g atau 34,93 4: l0,34% KKT; asupan lernak 51,58 i 26,36 g atau 17,15 3; 8,64% KKT; asupan kolesterol 145,86 i 120,44 mg dan asupan serat 16,82 t 11,38 g. Rerata Indeks aktivitas fisik 8,05 i 1,12 dan 100% subyek penelitian memiliki aktivitas tergolong scdang dan tinggi. Rerata IMT 26,84 i 4,84 kg/m2 dengan 89,5% tergolong obes sekarang. Rerata kadar kolesterol LDL 160,24 4; 27,06 mg/dL dengan 4'/,37% memiliki kadar kolesterol LDL tinggi dan sangat tinggi sekarang. Tidak terdapat korelasi antara IMT dan kadar kolesterol LDL serum.

To determine the correlation of BMI and LDL Cholesterol Serum in hypercholesterolemia subject Research with pre post rest design in hypercholesterolernia subject that fulfill the inclusion criteria and not in exclusion criteria, and has joined last year research executed by Department of Nutrition of Medical Faculty, University of Indonesia with title ? The Effect of Phytosterol and Fibre toward Lipid Profile and [3 Karoten at the age of 20 years old or upper ?. Data taken include demographic characteristic, nutrition intake, physical activity, BMI, and LDL cholesterol scrum level. Number of subject is 38 people within average of 43,26 i 8,08 years old, 68,42% are women and 44,74% are graduated.
The average intake pattern : calory intake l388,ll i 274,08 kkal; carbohydrate intake 166,13 i 41,39 g, fat intake 61,76 i 17,76 g; cholesterol intake 169,31 i 71,83 mg and fibre intake 7,5 1 2,22 g. Intake average 1 calory intake 1413,ov e 422,71 mal or 77,30 1 28,00% KKT; carbohydrate intake 182,01 :te 67,87 g or 34,93 :iz l0,34% KKT; fat intake 51,58 i 26,36 g or 17,15 :t 8,64% KKT; cholesterol intake l45,86 i 120,44 mg and fibre intake 16,82 i 11,38 g. Average of the physical activity index 8,05 i 1,12 and l00%. Research subject have middle and high activities. Average BMI 26,84 i 4,84 kg/m2 with 89,5% in obese. The average of LDL cholesterol serum 160,24 i 27,06 mg/dL with 47,37% have high and highest LDL cholesterol level. There is no correlation between BMI and LDL cholesterol serum."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T32855
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Herdiana Christanty
"Tesis ini membahas mengenai hipertensi pada supir bus AKAP di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian hipertensi, faktor-faktor yang berhubungan, serta dan faktor dominan darikejadian hipertensi dikalangan supir bus AKAP. Faktorfaktor tersebut mencakup faktor yang tidak dapat dimodifikasi maupun yang dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur dan riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga. Sementara, faktor yang dapat dimodifikasi yaitu kegemukan, olahraga, merokok, profil lipid, konsumsi alkohol, dan pola makan. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Penelitan dilakukan secara kuantitatif dengan desain potong lintang (cross sectional) . Penelitian ini selama bulan April-Juli 2014. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 310 orang.
Hasil penelitian menunjukkan 31,9% supir bus AKAP mengalami hipertensi. Maka terdapat hubungan antara umur, kadar kolesterol total, kadar trigliserida, IMT, persen lemak perut, persen lemak tubuh, konsumsi alkohol, dan konsumsi buah. Hasil analisis multivariat, umur, kolesterol total, trigliserida, konsumsi alkohol masuk dalam model akhir multivariat, dimana konsumsi alkohol sebagai faktor dominan protektif terhadap hipertensi. Konsumsi alkohol dalam jumlah sedang dapat meningkatkan HDL yang mengurangi resiko hipertensi.

This thesis discusses the hypertension in AKAP bus drivers in West Java, Jakarta and Banten in 2013. Purpose of this study is to describe the incidence of hypertension, associated factors, and the dominant factors of hypertension among AKAP bus drivers. These factors include factors that are not modifiable and modifiable. Factors that can not be modified are age and family history of hypertension. Meanwhile, factors that can be modified, namely obesity, exercise, smoking, lipid profile, alcohol consumption, and diet. Hypertension or high blood pressure is a blood vessel disorder that results in the supply of oxygen and nutrients carried by the blood to the inhibited tissues that need it. Research conducted by the quantitative cross-sectional design (cross-sectional). This research during the month of April to July 2014. Samples in this study amounted to 310 people.
The results showed 31.9% had hypertension AKAP bus driver. So there is a relationship between age, total cholesterol, triglycerides, BMI, percent abdominal fat, percent body fat, alcohol consumption, and the consumption of fruit. Results of multivariate analysis, age, total cholesterol, triglycerides, alcohol consumption included in the final multivariate models, where the consumption of alcohol as a dominant protective factor against hypertension. Moderate alcohol consumption may increase HDL reduces the risk of hypertension."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>