Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 214867 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Telah dilakukan metode analisis korelasi dan analisis spektral untuk mengetahui sinyal aktivitas matahari dan El Nino Southern Oscillation (ENSO) pada pola liputan awan di Indonesia. Dengan menggunakan data Southern Oscillation Index (SO!) sebagai indikator ENSO yang dikorelasikan dengan data liputan awan total masing-masing untuk daerah dengan pola iklim monsun, ekuatorial serta lokal diperoleh koefisien korelasi berturut-turut sebesar 0.8, 0.49 dan 0.85. Sinyal aktivitas matahari muncul pada spektral liputan awan terutama pada saat faktor lain melemah. Sinyal 11 tahun pada spektral SO! mengindikasikan adanya pengaruh tidak langsung aktivitas matahari pada ENSO."
620 DIR 2:2 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Data curah hujan selama 105 tahun telah digunakan untuk empelajari efek korelatif antara siklus matahari dengan kejadian curah hujan di Indonesia. Untuk siklus yang berbeda, diperoleh koefisien korelasi dan signifikasi koefisien korelasi pada data bulan Desember, Januari, Februari (DJF), Maret, April, Mei (MAM), Juni, Juli, Agustus (JJA), September, Oktober, November (SON), dan bulanan. Dapat diketahui bahwa: (i) Luas siklus matahari mempengaruhi curah hujan 3 bulanan di Indonesia, di mana makin sempit luas siklus, korelasinya dengan curah hujan semakin tinggi, kecuali curah hujan bulanan dan, (ii) Pengaruh aktivitas matahari untuk curah hujan jangka panjang (per siklus) adalah lebih baik dibandingkan dengan curah hujan jangka pendek (bulanan). Hal ini, selain disebabkan oleh matahari sebagai penyumbang energi terbesar bagi bumi, juga terakumulasi dengan energi lain, termasuk energi yang tersimpan dalam awan sebagai sumber hujan. Semua itu membutuhkan waktu, dan dengan terkumpulnya energi tersebut selama satu siklus, maka energi yang dihasilkan dapat mempengaruhi curah hujan di Indonesia. Penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui suatu kemungkinan adanya hubungan fisis antara kejadian curah hujan dan aktivitas matahari (bilangan sunspot), dan perubahan partikel â?galactic cosmic raysâ? ke bumi."
620 DIR 3:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Perubahan cuaca antariksa dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan bumi. Untuk mengantisipasi dan meminimalisasi dampak kerugian yang diakibatkan oleh variabilitas cuaca antariksa ini perlu diberikan informasi, baik berupa peringatan (nowcast)maupun prakiraan (forecast). Untuk dapat memberikan informasi semacam ini, diperlukan pemahaman yang baik pada kopling antara matahari, magnetosfer, ionosfer, dan atmosfer atas. Sebagai pemicu timbulnya variabilitas pada cuaca antariksa, matahari merupakan topik penting yang perlu dipahami dan diteliti untuk mengetahui proses yang terjadi di matahari dan bagaimana energi dan medan magnet ditransfer ke ruang antar planet dan ke ruang angkasa dekat bumi."
520 DIR 10 (1) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Matahari merupakan sumber utama perubahan lingkungan antariksa. Pancaran radiasi dan lontaran partikel energetik mempengaruhi orbit dan sistem instrumentasi satelit. Besarnya pengaruh ini tercermin dari aktivitas matahari (diindikasikan oleh fluks radiasi Fio,7) dan aktivitas geomagnet (diindikasikan oleh indeks Ap) yang menjadi parameter lingkungan antariksa. Namun pengaruh kedua parameter ini terhadap ketinggian satelit adalah tidak langsung dalam arti kedua parameter secara langsung mempengaruhi kerapatan atmosfer di sekitar satelit, menyebabkan terjadinya hambatan terhadap satelit dan ini berdampak pada penurunan ketinggian satelit. Dalam makalah ini dapat dilihat bahwa pada tingkat aktivitas matahari yang tinggi, pengaruh kedua parameter ini sangat dominan terhadap penurunan ketinggian satelit di orbit LEO. Sedangkan di orbit MEO, pengaruhnya relatif sangat kecil. ini dapat dilihat pada beberapa kasus satelit yang mengorbit di ketinggian LEO dan MEO seperti yang dilakukan dalam penelitian ini."
620 DIR 2:2 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Emisi semburan radio matahari memerlukan waktu 8,3 menit untuk sampai atmosfer Bumi, sementara CME dan muka gelombang kejut memerlukan waktu 40 sampai dengan 80 jam (bahkan lebih). Adanya keterkaitan proses fenomena semburan radio matahari dan CME, maka semburan matahari merupakan informasi awal tentang aktivitas matahari dan menjadi peringatan dini gangguan di antariksa dan atmosfer Bumi. Kejadian flare matahari akan meningkatkan intensitas radiasi UV,X-ray, fenomena semburan radio (radio burst), dan intensitas lontaran masa korona (CME). CME yang merupakan gerakan gelombang kejut (shock wave) dan partikel energetik akan memiliki implikasi munculnya badai magnetik bumi (geomagnetic storm) yang berakibat adanya gangguan di atmosfer Bumi.
"
621 DIRGA 8 (1-4)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The type III solar radio bursts is an indicator of solar X-ray flare phenomena. The effect of solar X-ray flares to the ionospheric layer is the increasing of minimum frequency (fmin) which indicates the absorption of incoming high frequency (HF) radio wave. Further impact is a disturbance of high frequency radio communications. The number and flux density of type III bursts and X-ray flare can used as an information of ionospheric disturbance possibility. The correlation analysis shows that the number of X-ray flare is related to the number of ionospheric absorption and the time duration of these absorption. The serial event of type III bursts and solar X-ray flare occures during February 6th to 12th, 2010 are an example cases of the early warning of possibility of radio communications disturbances."
600 JADIR 8:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"LAPAN A2 satellite will be placed at 650 km altitude and inclination of 8ï‚° at the beginning of year 2012 based on the initial scenario. This satellite has structure with the size and weight are 60 cm x 60 cm x 80 cm and 65 kg consecutively. Space environment analysis on this satellite using space weather pattern method showed that geomagnetic activity levels, represented by Kp and Dst indices, had range of 2 to 4 and -40 to -9 nT consecutively. It means that the effect of geomagnetic activity will not significantly impact the satellite system. Simulation using SPENVIS also showed small impact of proton and electron on satellite structure. Analyzing on atmospheric drag showed that this satellite has stable orbit. The only possibility of LAPAN A2 satellite experiences charging come from charged particles trapped in South Atlantic Anomaly (SAA) that contain high flux of particles."
600 JADIR 8:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Apsari
"Skripsi ini mengkaji variasi reinterpretasi kosmologi yang tertuang dalam pranata mangsa yang merupakan acuan bercocok tanam yang dipakai oleh petani di pulau Jawa secara turun temurun. Selain itu, skripsi ini juga menjabarkan mengenai reinterpretasi pengetahuan lokal petani mengenai cuaca atau yang disebut sebagai weather lore, yaitu ujaran-ujaran mengenai tanda-tanda alam untuk membaca cuaca yang disampaikan secara lisan. Reinterpretasi yang dilakukan oleh petani yang tergabung dalam anggota kelompok Tani Mulya, Desa Segeran Kidul tersebut merupakan respon mereka dalam menghadapi kondisi perubahan cuaca yang ekstrem atau yang biasa dikenal sebagai fenomena El-Niño dan La-Niña yang menyebabkan kondisi alam menjadi tidak lazim. Keberagaman reinterpretasi tersebut secara individual, dituangkan dalam strategi bercocok tanam yang dilakukan oleh petani kelompok Tani Mulya.
Skripsi ini juga mendeskripsikan bagaimana kelompok Tani Mulya memperoleh sebuah introduksi pengetahuan baru berupa pengukuran curah hujan dan analisis agroekosistem. Meskipun program pengukuran curah hujan tersebut belum mampu membentuk sebuah skema baru berupa analisis mendalam mengenai curah hujan dan implikasinya pada lahan dan pertumbuhan tanaman, namun hal tersebut mampu membuat para petani termotivasi untuk menafsirkan ulang pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya dan memunculkan minat mereka untuk mempertajam kemampuan pengamatan dan analisis mendalam terhadap lingkungan mereka. Dalam mendeskripsikan kisah para petani pengukur curah hujan itu, skripsi ini juga ditunjang oleh data sekunder melalui studi pustaka.

This article probes cosmological reinterpretation variation that occurred in pranata mangsa. Those cosmological reinterpretation becomes a guide to farming. which used by Javanese farmers hereditarily. Moreover, this thesis explains the reinterpretation of farmer’s local knowledge about the weather or commonly referred to as weather lore that is the knowledge of natural sign for predicting the weather that delivered orally. The reinterpretation which done by the farmers in the group Tani Mulya, Segeran Kidul Village is their response to face the changes of weather condition which causes the unstability of natural conditions. The variety of reinterpretation applied individually with on the farming strategy of the group Tani Mulya.
This thesis also describes how the Tani Mulya group get the introduction for new knowledge such as measuring the rainfall. Even though that rainfall measurement program could not form the new schema like deep-analysis of rainfall, it motivates the farmers to reinterprate their knowledge and raises their interest to improve their observation and deep-analytical skill on their environment. In describing the story of those rainfall measuring farmers, this thesis also supported by secondary data which obtained from literature.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S44435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Wibisono
"Hujan ekstrim merupakan salah satu fenomena cuaca ekstrim yang kejadiannya sering memicu bencana alam seperti tanah longsor, banjir bandang, dan erosi tanah. Di Wilayah Jabodetabek khususnya Kota Jakarta sering dilanda banjir akibat adanya curah hujan yang berlebih. Melalui perhitungan stastistik dan analisis spasial serta temporal, penelitian ini mengungkapkan bahwa terjadi kecenderungan kejadian hujan ekstrim di Jabodetabek dari tahun 1980 - 2011. Dengan menggunakan metode site specific threshold dan analisis spasial, ditemukan bahwa kejadian hujan ekstrim cenderung terjadi di wilayah dataran rendah dan dekat jaraknya dari garis pantai. Kejadian hujan ekstrim di Jabodetabek tahun 1980 - 2011 akan lebih sering terjadi dalam siklus 5 tahunan, dan cenderung meningkat kejadiannya meskipun tidak selalu fluktuatif dan tidak terlalu signifikan.

Extreme rainfall is one of the occurrence of extreme weather phenomena are often triggered by natural disasters such as landslides, floods, and erosion. In Jabodetabek region especially the city of Jakarta is often flooded due to excessive rainfall. Through a statistical calculation and analysis of spatial and temporal, this study reveals that there is a trend of extreme rainfall events in Jabodetabek from 1980 - 2011. By using site specific threshold method and spatial analysis, it was found that the incidence of extreme rainfall tends to occur in low lying areas and near distance from the sea. Extreme rainfall events in Jabodetabek from 1980 - 2011 will be more likely to occur in cycles of 5 years, and is likely to increase occurrence though not always fluctuate and are not too significant."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59469
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tandberg-Hanssen, Einar
London: Blaisdell, 1967
523.7 TAN s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>