Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4038 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Matahari merupakan sumber utama energi, menjadi penggerak dan sebagai sumber gangguan bagi atmosfer bumi. Kondisi matahari selalu mengalami perubahan dalam skala waktu pendek (detik, menit, dan 27 hari-an) dan skala panjang (misalnya siklus matahari 11 tahun). Perubahan dalam skala waktu pendek dari matahari yang mempengaruhi lingkungan antariksa dikatakan sebagai cuaca antariksa. Hubungan matahari-bumi merupakan pembahasan tentang fenomena aktivitas matahari sebagai sumber energi dan gangguan terhadap orbit satelit dan dinamika sampah antariksa, magnet antariksa dan magnet bumi regional, dinamika ionosfer dan propagasi gelombang radio, dan dinamika
atmosfer tengah dan atas bumi, serta peran aktivitas matahari pada pemanasan dan perubahan iklim global. Parameter aktivitas matahari yang perlu ditinjau adalah bintik matahari (sunspot), solar flux (F10.7), flare optik (Hα) dan flare X-ray, ultra violet (UV), semburan radio (radio bursts), lontaran massa
korona (Coronal Mass Ejection/CME), angin surya (solar wind) dan solar proton.
"
621 DIRGA 9 (1-4)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Adha
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S38356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu penghasil gas rumah kaca yang banyak menjadi sorotan adalah gas CO2. Gas ini paling banyak diemisikan dari pemakaian energi dan menyebabkan pemanasan global, oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan untuk menguranginya. Salah satu contoh pengimplementasiannya adalah gas CO2 yang disuntikkan ke dalam tanah, selain itu ada pula penyuntukkan CO2 cair kedalam laut."
520 DIRGA 10:3 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Variabilitas curah hujan merupakan penyebab utama dalam jumlah keseimbangan air di setiap Daerah Aliran Sungai (DAS) dalamskala ruang dan waktu, sehingga variabilitas curah hujan memiliki peranan penting terhadap debit aliran permukaan. Tidak hanya curahhujan sebagai
input
utama, tingkat penutupan lahan dan sifat fisiktanah dengan berbagai konsep pun merupakan
input
penting dalammenjaga kesetimbangan jumlah air dalam suatu DAS, sehinggamenghasilkan satu kesetimbangan neraca air, dan debit aliranpermukaan dianggap sebagai keluaran yang berpeluang untukkebutuhan sektor. Data yang digunakan adalah luaran model GCM
Geophysical Fluid Dynamics Laboratory
(GFDL) curah hujan dalamsatuan (mm) yang direduksi dari skala global menjadi lokal. Selain itudata curah hujan (mm) satelit
Tropical Rainfall Measuring Mission
(TRMM, 3B43) dengan resolusi 0,25 derajat (setara dengan 27,5
km
2
),suhu (
0
C) dari
Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer
(MODIS)level dengan resolusi 0,045 derajat (setara dengan 5 km
2
). Begitu puladata observasi curah hujan, suhu dan debit aliran permukaan(mm
3
/det) dari tahun 2001 hingga 2009 yang digunakan untuk validasidata satelit dan model atmosfer. Korelasi antara curah hujan observasidengan satelit dan luaran model atmosfer masing-masing sebesar 0,76dan 0,65. Dengan menggunakan metode
Hydrological Simulation Model
(HYSIM) dapat diketahui proyeksi debit aliran permukaan dimasamendatang berbasis model atmosfer di DAS Citarum, Jawa Barat.Berdasarkan debit aliran perhitungan dan observasi dari tahun 2001hingga 2009, ternyata memiliki kesesuaian yang sangat mirip dengankoefisien korelasi 0,8. Setelah dikalibrasi proyeksi debit aliran tahun2011 hingga 2019 adalah mengikuti pola tahun-tahun sebelumnyadengan korelasi 0,6. Debit aliran dipengaruhi dengan curah hujan diwilayahnya. Berdasarkan curah hujan proyeksi, diketahui bahwa curahhujan meningkat seiring dengan meningkatnya curah hujan, makaketersediaan air pun lebih banyak, sehingga debit aliran permukaan diDAS Citarum diperkirakan cenderung meningkat."
600 JADIR 8:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Schubert, Richard C.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1981
697.78 SCH f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Marque, Christophe, editor
"This book presents current research in solar radio astronomy and shows how well it fits in the exceptional scientific context brought by the current space solar observatories. It essentially contains contributed research and review papers presented during the 2010 Community of European Solar Radio Astronomers (CESRA) meeting, which took place in Belgium in June 2010. "
New York: [Springer, ], 2012
e20425156
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Rian Pramudia Salasa
"Solar filament adalah objek pada kromosfer atau korona matahari yang dapat menjadi indikator terjadinya aktivitas-aktivitas cuaca antariksa (space weather). Aktivitas-aktivitas tersebut dapat menimbulkan efek pada kehidupan di bumi seperti gangguan pada pembangkit listrik, kerusakan pada komponen satelit dan wahana luar angkasa, membahayakan aktivitas manusia di luar angkasa, mengakibatkan gangguan pada sistem berbasis komunikasi radio, dan lain-lain. Deteksi filament merupakan bagian penting dari aktivitas peramalan dan peringatan dini serta riset terhadap cuaca antariksa. Pengamatan filament dilakukan menggunakan teleskop dengan fiter Hydrogen-Alpha (H-Alpha). Hingga saat ini telah teradapat beberapa metode yang dikembangkan untuk melakukan deteksi filament pada citra H-Alpha secara otomatis. Namun metode-metode tersebut masih menggunakan algoritma tradisional yang berbasis intensity thresholding, yang mana sangat bergantung pada banyak langkah preprocessing untuk melakukan binerisasi citra H-Alpha. Penelitian ini memanfaatkan deep learning berbasis CNN yaitu Mask R-CNN untuk melakukan deteksi dan ekstraksi fitur-fitur matahari pada citra H-Alpha secara otomatis dan real-time. Hasil dari deteksi dan ekstraksi fitur ini kemudian disimpan ke dalam basis data hingga dapat digunakan dalam memenuhi kebutuhan data untuk aktivitas riset, peramalan, dan sistem peringatan dini. Citra yang digunakan dalam penelitian adalah citra H-Alpha milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), yang diambil pada bulan Oktober 2017 – Agustus 2018. Sistem yang dirancang dapat mendeteksi filament dan fitur-fitur matahari lainnya dalam waktu 0.3 detik dengan skor ketelitian hingga 0.95.

Solar filament is an object in the Sun’s chromosphere, in which its appearance used as indicator of Sun’s activites in term of space weather. The Sun’s activities itself affect human life in any ways, such as disturbance on power grids, errors on satellites and spacecrafts, anomalies on radio waves based systems, etc. Thus, solar filament detection is an important task on forecasting, early warning, and other research activities regerding the Sun on solar physics topic. Filament observation carried out using solar telescope equipped with Hydrogen-Alpha (H-Alpha) filter, and captured in an image using a capture device. There are some methods has developed to detect filament on H-Alpha images automatically. Most of them uses traditional algorithm based on intensity thresholding, which is very dependent on many preprocessing steps in the binarizing process. This study utilize CNN based deep learning named Mask R-CNN to perform real-time, automatic detection and ectraction of filaments and other solar features on H-Alpha images. The detection and extraction results then recorded in a database to satisfy data availability on solar activity related tasks. This study uses H-Alpha images obtained from Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), captured between October 2017 - August 2018. This study shows that the implemented Mask R-CNN based system detects filament and other solar features in approximately 0.3 seconds with 0.95 precision score."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universita Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini akan mengulas potensi emisi metana dari sumber genangan banjir
dengan alasan pertama baru sedikit pustaka yang menyebutkan banjir sebagai salah
satu sumber emisi metana yang bersifat antropogenik (dampak dari kegiatan manusia),
temporer (sewaktu-waktu), dan bentuk emisi yang berupa sumber area. Ke dua,
kejadian banjir yang cenderung, semakin hari semakin memiliki frekuensi yang tinggi
setiap tahun, area yang terkena banjir semakin meluas dengan genangan yang
semakin meninggi setiap kejadian banjir. Ke tiga, penyebaran konsentrasi metan yang
dapat sampai ke lapisan stratosfer berpotensi memanasi bumi (pemanasan global) dan
terjadinya penipisan lapisan ozon (lubang ozon). Oleh karena itu melalui tulisan ini
akan diulas mengapa banjir berpotensi sebagai sumber emisi metan. Potensi emisi
metana dari banjir dapat dilihat dari warna air genangan selama banjir yang berwarna
sebagian besar adalah coklat tanah, luas areal yang terkena banjir, ketinggian
genangan air, dan lama kawasan tergenang air selama beberapa hari. Hasil estimasi
emisi CH4 dari lahan banjir hanya 0,0002 % dari semua sumber emisi CH4. Walaupun
prosentasi emisi CH4 dari sumber banjir sangat kecil, tetapi kecenderungan daerah
yang terkena banjir dari tahun ke tahun semakin meluas dengan tinggi genangan lebih
tinggi dan lama tergenang yang lebih lama."
620 DIR 15:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Kata cuaca antariksa sangat erat hubungannya dengan perubahan yang terjadi pada matahari,magnetosfer, ionosfer dan atmosfer. Matahari sebagai sumber energi di lingkungan antariksa memberikan pengaruh terbesar pada cuaca antariksa. Energi matahari yang sampai ke bumi dapat berasal dari angin matahari, flare dan CME. NOAA telah membuat skala mengenai besarnya energi
radiasi, efek pada wahana antariksa dan manusia, frekuensi gangguan selama 1 siklus matahari dan lama waktu gangguan untuk mengetahui kondisi cuaca antariksa saat itu.
"
621 DIRGA 9 (1-4)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>