Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137847 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Mixer settler atau pesawat pengaduk pengenap secara teknis dirancang untuk proses ekstraksi dan pemisahan uranium dari larutan asam fosfat. Hasil perhitungan perekayasaan menunjukkan bahwa pesawat pengaduk pengenap terdiri dari dua bagian, yaitu bagian untuk proses ekstraksi terjadi dalam tangki berpengaduk dan proses pemisahan terjadi dalam tangki pengenap. Tangki berpengaduk bertipe kotak dengan 4 penghalang dengan ukuran lebar 0,8 m, panjang 0,8 m, tinggi cairan 1 m, tinggi tangki 1,05 m dan jenis pengaduk disk 6 blade, daya pengaduk 4 Hp dan tangki pengenap bertipe persegi panjang dengan ukuran lebar 0,8 m, panjang 5 m, tinggi cairan 1 m dan tinggi tangki 1,05 m. Pengambilan uranium dengan efisiensi sampai 91 % diperlukan 3 tingkat ekstraksi, menggunakan pelarut Organik (O) DEHPA-TOPO dalam Kerosene. Perbandingan fase cair dan fase organik (A/O) yang digunakan adalah 2:1. Proses ekstraksi dilakukan dengan arus berlawanan arah dengan pelarut Organik (O) masuk tahap 1 dan cair (A) yang kaya uranium masuk tahap 3. Proses pengenapan berlangsung dengan laju pengenapan 0,000694 m/s, nilai faktor dispersi Ψ= 0,3638 fraksi ringan sebagai fase terdispersi dan nilai bilangan Reynolds (NRE ) = 3.438. Nilai bilangan Reynolds di bawah 5.000, menunjukkan bahwa kualitas pemisahan berjalan dengan baik."
551 EKSPLOR 34:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fachri Fadillah
"Pemisahan gula dari tetes tebu (molasses) menggunakan pelarut minyak nabati dilakukan dengan studi awal melalui proses ekstraksi pelarut sistem cair dalam kolom ekstraksi berpengaduk sederhana. Pada penelitian ini, tetes tebu dengan potensi 2,5 juta ton per tahun di Indonesia dimodelkan sebagai larutan gula 20% dan dipisahkan kandungan gulanya. Pengamatan dilakukan dengan pengujian ekstraksi sederhana dan pengujian kolom ekstraksi yang ditinjau secara umum, serta membandingkan profil ekstraksi antara penggunaan pelarut minyak kelapa sawit dan minyak kedelai, yaitu dengan mengamati profil kecepatan gelembung ekstraksi, koefisien distribusi, dan pengaruh pengadukan terhadap proses ekstraksi. Pada pengujian ekstraksi sederhana diperoleh bahwa sistem dengan pelarut minyak kedelai dan dengan perbandingan volume lebih besar memiliki waktu yang lebih lama pada profil kecepatan gelembung, akan tetapi nilai koefisien distribusinya (Kd) lebih kecil yaitu rata-rata 0,7 dan 0,58, daripada sistem dengan minyak kelapa sawit dengan koefisien distribusi lebih besar yaitu rata-rata 0,1 dan 0,07. Disamping itu, pengujian dalam kolom ekstraksi dilakukan, dengan mengandalkan dua jenis pengadukan dan diperoleh hasil bahwa untuk sistem dengan pelarut minyak kelapa sawit pada pengadukan secara mekanis (mechanic stirring) dapat memisahkan kandungan gula lebih banyak yaitu hingga 14%, daripada pengadukan secara statis (static stirring) yang hanya memisahkan hingga 8%.

The sugar separation from molasses with vegetable oil as solvent was did by apply the pre-eliminary study with liquid extraction process method and use a simple design of mixer extraction column. In this research, the molasses which 2.5 million ton per year potential in Indonesia was modeled as sugar solution and the sugar (sucrose) composition was separated. Observation were made towards a simple test of extraction process and the extraction column with a generally observe, and compare the extraction profile between the system with solvent palm kernel oil and soybean oil, consist a bubble rate profile, distribution coefficient (Kd) and stirring effects towards extraction process. Moreover, system with soybean oil has a longer time of bubble rate, however has a smaller of distribution coefficient where averages 0,7 and 0,58, than the palm oil has the bigger value of distribution coefficient where averages 0,1 and 0,07. Furthermore, on extraction column testing operated by applying two types of stirring, the mechanical stirring which can separate more sugar untill 14%, than the static stirring where just 8%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45905
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fuad Wafa Nawawi
"ABSTRAK
Terak Timah Akhir Slag timah II merupakan produk hasil samping dari peleburan timah tahap kedua. Slag timah II ini mengandung unsur bernilai ekonomi tinggi dalam bentuk unsur radioaktif dan logam tanah jarang. Proses ekstraksi unsur radioaktif U dan Th dan Logam Tanah Jarang LTJ telah dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan tiga tahapan proses. Tahap pertama yaitu proses peleburan dengan NaOH pada 700oC yang bertujuan untuk memecah ikatan silika, sehingga didaptakan endapan bebas silika dengan presentase unsur terendapkan sebesar 91,07 thorium, 81,57 uranium, dan 78,5 unsur logam tanah jarang. Tahap kedua merupakan tahap pelindian dengan menggunakan asam sulfat H2SO4 . Tahap ini bertujuan untuk memisahkan unsur radioaktif U dan Th dengan unsur logam tanah jarang. Pada proses ini didapatkan filtrat dengan persen terlarut Thorium 80,06 , Uranium 74,72 dan Logam Tanah Jarang kurang dari 0.05 . Tahap ketiga yaitu proses pemisahan unsur Th dan U dengan menggunakan metode solvent extraction dengan trioctylamine TOA . Pada kondisi optimal didapatkan jumlah persen terekstrak pada larutan organik yaitu 67 uranium dan 0 thorium.

ABSTRACT
Tin Slag II is a by product of tin smelting process. This Slag contain of high economic elements such as Thorium, Uranium, and Rare Earth Element. Extraction of Th, U, and REE have been studied in this research, by three stage process. First stage was alkaline roasting at 700oC with NaOH to minimize silica content in the hydroxide cake, with precipitation recovery of Th, U, and REE are 80,06 81,57 and 78,5 . Second stage was leaching process using H2SO4 to separate radioactive elements Th and U and REE, with recovery of Th, U, and REE in the filtrate are 97,24 , 74,72 and less than 0.05 REE. Last stage process was solvent extraction using Trioctylamine TOA to separate Th and U. The best separation for U VI and Th was obtained when A O ratio 1 1, concentration of TOA 4 , and mixing time 2 min, were used."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aqila Salmaagista
"Asam suksinat yang digunakan pada berbagai indsutri sebagian besar diproduksi melalui proses kimiawi, yaitu hidrogenasi katalitik menggunakan bahan bakar fosil yang prosesnya berpengaruh buruk bagi lingkungan. Maka, penelitian produksi melalui fermentasi sedang banyak dilakukan. Namun, fermentasi menghasilkan banyak produk samping serta pengotor sehingga dibutuhkan metode separasi yang memiliki selektivitas dan efektivitas tinggi. Salah satu metode yang umum digunakan adalah ekstraksi reaktif menggunakan amina tersier sebagai ekstraktan dan alkohol primer sebagai diluen. Pada penelitian ini digunakan tributylamine sebagai ekstraktan dan 1-decanol sebagai diluen dengan memvariasikan konsentrasi ekstraktan. Ekstraksi dilakukan kepada larutan model fermentasi yang mengandung empat komponen yaitu asam suksinat, asam format, asam asetat, dan asam laktat dengan memvariasikan konsentrasi asam suksinat. Ketiga variasi konsentrasi ini digunakan untuk menentukan konsentrasi optimal untuk ekstraksi reaktif asam suksinat dari larutan model fermentasi. Larutan hasil ekstraksi kemudian dianalisis menggunakan High-Performaces Liquid Chromatography (HPLC) untuk mengetahui konsentrasi asam suksinat untuk kemudian dilakukan perhitungan koefisien distribusi, loading ratio dan efisiensi ekstraksi. Berdasarkan hasil yang diperoleh, larutan model dengan konsentrasi awal asam suksinat 10 g/L memberikan koefisien distribusi dan loading ratio tertinggi yaitu 9,02 dan 0,20 secara berurutan. Efisiensi ekstraksi tertinggi diperoleh pada variasi konsentrasi asam suksinat 5 g/L dengan nilai 90%. Nilai koefisien distribusi dan efisiensi ekstraksi tertinggi diperoleh pada penggunaan ekstraktan dengan konsentrasi 1,25 mol/kg diluen dan loading ratio tertinggi diperoleh pada penggunaan ekstraktan dengan konsentrasi 0,50 mol/kg diluen.

Most of the succinic acid used for industrial purposes is produced through a chemical process using fossil fuels as the raw material, where it is an environmentally unfriendly processes. Therefore, the research for bio-succinic acid production through fermentation is being conducted. But, fermentation produces a lot of by-products so an effective and highly selective separation method is needed. One of the commonly used separation methods is reactive extraction using tertiary amines as the extractants and primary alcohol as the diluent. This study uses tributylamine as the extractant and 1- decanol as the diluent with varying the concentration of extractant. The extraction is done to a model fermentation solution that consists of four components which are succinic acid, formic acid, acetic acid, and lactic acid with the initial concentration of succinic acid as the variations. These variations are used to determine the optimal concentration for succinic acid extraction from the fermentation broth model. The extracted liquid is then analyzed using High-Performances Liquid Chromatography (HPLC) to determine the concentration of succinic acid that then used for the calculation of distribution coefficient, loading ratio and extraction efficiency. Based on the result, the highest distribution coefficient and loading ratio of 9,02 and 0,20, respectively, were obtained at the model fermentation broth with an initial concentration of 10 g/L. Meanwhile, the highest extraction efficiency was obtained at model fermentation broth with an initial concentration of 5 g/L, which was 90%. The highest distribution coefficient and extraction efficiency were obtained on the usage of extractant with a concentration of 1,25 mol/kg diluent and the highest loading ratio was obtained on the usage of extractant with a concentration of 0,50 mol/kg diluent."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian A. L.
"Asam askorbat (vitamin C), adalah vitamin larut air yang banyak digunakan dalam sediaan kosmetik. Vitamin C tidak stabil dan mudah teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat terutama dalam larutan. Derivat vitamin C yang terfosforilasi, Mg dan Na askorbil fosfat lebih stabil, dan banyak digunakan dalam sediaan larutan. Larutan vitamin C saat ini banyak beredar di pasaran dengan komposisi yang bermacam-macam, ada yang mengandung hanya asam askorbat saja dan ada juga yang mengandung campuran asam askorbat dan derivatnya. Penelitian ini dilakukan untuk menetapkan kadar askorbil fosfat dan asam askorbat dalam larutan topikal vitamin C secara KLT densitometri. Kondisi optimal untuk memisahkan askorbil fosfat, asam askorbat dan dehidroaskorbat dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan fase diam lempeng KLT silika gel 60 F254 (Merck), dan kombinasi metanol-air (85:17) sebagai fase gerak. Lempeng dianalisa menggunakan Camag TLC scanner 3, menggunakan detektor uv pada panjang gelombang 244 nm. Hasil pengujian menunjukkan askorbil fosfat dan asam askorbat memiliki linearitas 0,5-3,0 μg. Batas deteksi masing-masing adalah 0,039 μg dan 0,059 μg untuk askorbil fosfat dan asam askorbat, sedangkan batas kuantitasi masing-masing 0,130 μg dan 0,196 μg untuk askorbil fosfat dan asam askorbat. Rata-rata uji perolehan kembali untuk askorbil fosfat adalah 100,15%±1,04%, dan untuk asam askorbat adalah 100,18%±0,98%. Dari tiga sampel yang diperiksa kadarnya, hanya sampel B yang mengandung askorbil fosfat dengan kadar 0,43%. Sedangkan kadar asam askorbat dalam masing-masing sampel adalah 7,5%; 0,34% dan 0,47% untuk sampel A, B dan C."
Universitas Indonesia, 2006
S32549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aimee Alissa
"Asam suksinat atau asam butanadioat digunakan dalam industri adalah sebagai resin, pelapis, dan pemberi pigmen. Aplikasi beserta turunannya digunakan dalam industri farmasi, pangan, pertanian, kimia, dan metal. Bio-asam suksinat dapat diproduksi melalui proses fermentasi bakteri yang dimurnikan dengan metode separasi. Metode separasi yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstraksi reaktif. Separasi menggunakan ekstraksi reaktif mengikat asam suksinat pada fasa organik menggunakan esktraktan melalui reaksi kimia. Triheksilamina dipilih menjadi ekstraktan dari golongan amina karena dapat menjadi ekstraktan efektif untuk asam organik. Diluen dibutuhkan sebagai penstabil ikatan asam suksinat dengan ekstraktan triheksilamina. 1-Butanol dipilih sebagai diluen karena bersifat polar, memiliki rantai pendek, dan bersifat hidrofobis. Percobaan dilakukan menggunakan larutan model fermentasi dengan variasi konsentrasi ekstraktan dan konsentrasi awal asam suksinat kemudian dianalisis konsentrasi akhir asam suksinatnya. Berdasarkan hasil yang diperoleh, koefisien distribusi, loading value, dan efisiensi ekstraksi tertinggi sebesar 16,55, 0,3126, dan 94%, secara berurutan, diperoleh pada konsentrasi awal asam suksinat sebesar 10 g/L dan konsentrasi ekstraktan triheksilamina 1,25 mol/Kg diluen.

Succinic acid or butanedioic acid is used industrially as a resin, coating, and pigmenting agent. Applications and their derivatives are used in the pharmaceutical, food, agricultural, chemical, and metal industries. Bio-succinic acid can be produced through a bacterial fermentation process which is purified by the separation method. The separation method used in this study is reactive extraction. Separation using reactive extraction binds succinic acid in the organic phase using extractants through chemical reactions. Trihexylamine was chosen as an extractant from the amine group because it can be an effective extractant for organic acids. Diluent is needed as a stabilizer of succinic acid bond with trihexylamine extractant. 1-Butanol was chosen as the diluent because it is polar, has a short chain, and is hydrophobic. The experiment was carried out using a fermentation model solution with variations in the concentration of extractant and initial concentration of succinic acid, then the final concentration of succinic acid is analyzed. Based on the results obtained, the highest distribution coefficient, loading value, and extraction efficiency of 16,55, 0,3126, and 94%, respectively, were obtained at the initial concentration of succinic acid of 10 g/L and the concentration of trihexylamine extractant 1,25 mol/Kg diluent."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anto Yamashita Saputra
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan aspal dari Asbuton melalui ekstraksi CaCO3 menggunakan H2CO3 dalam brine water sebagai pelarut. Kadar CaCO3 yang tinggi pada Asbuton akan menurunkan kualitas Asbuton sebagai campuran aspal panas sehingga harus dikurangi. Gas CO2 dilarutkan dalam brine water membentuk H2CO3 dan menghasilkan kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) pada proses ekstraksi. Gas CO2 diperoleh kembali dari pemanasan larutan (Ca(HCO3)2). Parameter keberhasilan ditinjau dari prosentase CaCO3 terlarut, make-up CO2, dan kebutuhan energi.
Hasil optimum dan ekonomis diperoleh pada kondisi 2 bar, 85oC, rasio 0,02 g/mL, laju alir larutan 6 mL/menit, dan larutan NaCl 0,5 M selama 140 menit serta dapat melarutkan CaCO3 sebesar 34%. Produk aspal mengandung 57% aspal, 14% CaCO3, dan 29% mineral lainnya, membutuhkan make-up CO2 0,15 L/g Asbuton dan energi 0,28 kWh/g Asbuton. Aspal ini memenuhi spesifikasi untuk campuran aspal panas dengan jenis 5/55 dan dapat diterapkan pada untuk campuran aspal jenis AC Pen 60.

The purpose of this reasearch is to obtain asphalt from Asbuton rock through extraction CaCO3 using H2CO3 in brine water as solvent. The high content of CaCO3 in Asbuton will decrease the quality of Asbuton as the hot mix asphalt so it must be reduced. Gas CO2 is dissolved in brine water to produce H2CO3 and calcium bicarbonate (Ca(HCO3)2) is produced in extraction process. Gas CO2 be recovered by heating Ca(HCO3)2 solution. The success parameters is evaluated from percentage of CaCO3 that is dissolved, make-up of CO2, and energy needs.
The optimum and economical results obtained at conditions 2 bars, 85oC, ratio 0.02 g/mL, flow rate 6 mL/min, and concentration of NaCl solution 0.5 M up to 140 minutes and can dissolve CaCO3 34%. Asphalt product contained 57% asphalt, 14% CaCO3, and 29% other minerals, needs make-up CO2 0.15 L/g Asbuton and energy 0.28 kWh/g Asbuton. The Asphalt specification suitable for hot mix asphalt with type 5/55 and can be applied to the asphalt mixture type of AC Pen 60.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Sholihatul Amalia
"ABSTRAK
Penelitian imobilisasi limbah uranium telah dilakukan menggunakan bahan matriks synroc siliko-fosfat dengan proses sintering pada suhu tinggi. Proses imobilisasi dilakukan dengan cara mencampurkan limbah radioaktif uranium dengan matriks bahan prekursor oksida (matriks synroc), kemudian campuran tersebut dikeringkan, dan dikalsinasi pada suhu 750 oC. Serbuk hasil kalsinasi dipres dingin dalam cetakan, blok limbah hasil pencetakan kemudian dilakukan proses sintering pada variasi suhu 900 - 1300 oC selama 1 - 4 jam untuk membentuk suatu keramik multi-fase monolit yang kompak padat. Tingkat muat limbah dalam blok synroc limbah divariasi antara 10 sampai 50 % berat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi proses imobilisasi limbah uranium menggunakan matriks synroc supercalcine siliko-fosfat. Kualitas blok synroc limbah hasil imobilisasi ditentukan dengan pengujian densitas, kuat tekan, dan laju pelindihan uranium dan diuji kandungannya menggunakan XRF. Hasil menunjukkan bahwa blok synroc limbah optimum pada suhu sintering 1200 oC selama 3,5 jam dengan tingkat muat limbah sebesar 30 %.

ABSTRACT
The research of uranium waste immobilization using matrix material of silico-phosphat synroc had been carried out by sintering process at high temperature. Immobilization process was carried out by mixing the uranium radioactive waste with oxide precursor matrix material (synroc matrix), then the mixture was dried and calcined at temperature of 750 oC. Then, the powder of calcination result was pressed in the moulder, further the sintering process was carried out at a temperature of 900 - 1300 ° C for 1 to 4 hours to form the synroc of multi-phase ceramic of monolith compact solid. Waste loading in the waste synroc block was varied between 10 to 50% weight. This research aimed to obtain the process technology of uranium waste immobilization using a matrix material of supercalcine silico-phosphate synroc. The quality of waste synroc blocks producted from the immobilization process was determined by testing of the density, compressive strength, and the leaching-rate of uranium, and the composition of synroc obtained by using XRF.
"
2017
S67882
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>