Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68121 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Penetapan kadar EDTA pada produk pangan mayonais menurut Shimadzu Food Product Analysis dan Shimadzu Application News No. L. 214 dilakukan melaui HPLC menggunakan detektor UV-Vis pada panjang gelombang 255 nm karena memilki kromofor yang dapat menyerap sinar UV. Oleh karena itu, penetapan EDTA dapat juga dilakukan secara spektroforometri UV dengan prinsip pembentukan kompleks NaFeEDTA (log K = 25,1) yang dapat terdeteksi pada panjang gelombang 263 nm."
541 JSTK 5:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Melia Kurniati
"ABSTRAK
Dalam Penelitian sebelumnya tanin banyak digunakan sebagai pengompleks ion-ion logam. Pembentukan kompleks asam Iemah tannin dipengaruhi kondisi Iingkungan seperti pH larutan. Pada penelitian ini dipelajari karakteristik tanin, kompleksnya clan kestabilannya pada beberapa pH secara spektrofotometri.
Karakteristik kompleks tanin dipelajari dengan titrasi spektrofotometri. Untuk mempelajari karakter kompleks tanin sebelumnya dilakukan karakterisasi gugus fungsi tanin dengan spektroskopi IR, uv, clan mereaksikan tanin dengan ion Fe 2+ . Ligan makromolekul tanin dititrasi penambahan ion Fe2 . Ligan makromolekul tanin dititrasi dengan ion logam Cu(II) dan Co(II) pada pH yang sama dan secara kontinyu diukur serapannya..
Tetapan kestabilan kondisional kompleks dipelajari dengan persamaan Scatchard dengan parameter v dan v/M yang telah digunakan dalam penentuan tetapan kestabilan kondisional kompleks makromolekul asam humat dan protein.
Analisis tanin dengan IR dan reaksinya dengan ion Fe21 menunjukkan bahwa tanin aldrich yang digunakan dalam percobaan termasuk golongan pirogallol atau tanin terhidrolisis yang mempunyai gugus aktif fenol dan karboksilat. Spektra uv tanin menunjukkan serapan yang meningkat dengan naiknya pH. Spektra komplekS tidak berbeda secara signifikan dengan
spektra ligan bebasnya. Penurunan serapan karena penambahan ion logam setelah koreksi pengenceran sangat kecil clan kurva titrasi yang diperoleh sangat landai.
Secara keseluruhan nilai tetapan kestabilan kondisional kompleks (K') tanin turun pada pH yang lebih tinggi. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya dengan metoda lain maka hasil ini bertolak belakang sehingga penggunaan metoda spektrofotometri uv untuk menentukan tetapan kestabilan kondisional kompleks harus dipertimbangkan kembali."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novian Agni Yudhaswara
"ABSTRAK
Asam lipoat adalah senyawa yang terkandung dalam intra dan ekstraselular yang bertindak sebagai koenzim piruvat dehidrogenase, penangkal racun, pengkat logam berat dan antioksidan. Pengukuran asam lipoat diperlukan untuk mengetahui jumlah asam lipoat yang menjalankan fungsinya baik sebagai koenzim atau antioksidan. Tetapi pengukuran ini membutuhkan alat khusus seperti HPLC dan proses yang tidak mudah. Alat yang umum dan mudah seperti spektrofotometer diharapkan bisa menjadi alat penentuan asam lipoat. Pengukuran asam lipoat menggunakan spektrofotometri dengan metanol UV dan PdCl2 terlihat telah diuji dan diperoleh hasil yang valid dan dapat diandalkan dalam sediaan obat atau farmasi tetapi belum diuji untuk plasma. Pengukuran asam lipoat dalam plasma dan leukosit menggunakan PdCl2 menghasilkan pengukuran yang valid, dengan akurasi, presisi tinggi dan tidak berbeda dengan pengukuran asam lipoat menggunakan HPLC, p= 0,99. Sedangkan UV methanol berbeda dibanding HPLC p= 0,0001 atau tidak valid.

ABSTRACT
Lipoic acid is a compound contained in intra and extracellular that act as a coenzyme of Pyruvate Dehydrogenase, antidote, chelating agent and antioxidant. Measurement of lipoic acid is needed to determine the amount of lipoic acid that performs its functions either as a coenzyme or an antioxidant. But this measurement requires a special tool such as High Performance Liquid Chromatography HPLC and a process that is not easy. A common and easy tool such as a spectrophotometer is expected to be a tool of lipoic acid determination. Measurement of lipoic acid using spectrophotometry with UV methanol and visible PdCl2 has been tested and obtained valid and reliable results in drug or pharmaceutical preparations but not yet tested for plasma. Determination of lipoic acid in plasma and leukocytes using PdCl2 produced valid result, with high accuracy, precision and was not different from lipoic acid measurement using HPLC, p 0.99. While UV methanol was different compare to HPLC p 0.0001 or was not valid."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Ramopolii, David Fernando
"Latar Belakang Sitrulin adalah asam amino non-protein yang terbentuk secara endogen melalui siklus urea pada hati dan ginjal sebagai senyawa intermediet. Beberapa penelitian sebelumnya membuktikan bahwa buah-buahan golongan Cucurbitaceae (seperti semangka, melon, dan mentimun) memiliki kandungan sitrulin. Sitrulin dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit hipertensi dengan menghasilkan nitrat oksida (NO) sebagai vasodilator pembuluh darah. Beberapa penelitian membuktikan bahwa mentimun memiliki kandungan sitrulin untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Penelitian ini ingin membuktikan untuk mengetahui dan membandingkan kadar sitrulin pada buah mentimun lokal dan mentimun jepang. Metode Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif untuk mengetahui kadar asam amino sitrulin dalam protein pada buah mentimun lokal dan mentimun jepang. Metode pembuktian adanya senyawa sitrulin dalam jus mentimun berdasarkan prinsip colorimetric assay Knipp dan Vasak (2000). Hasil Terdapat kandungan sitrulin pada buah mentimun dengan massa rata-rata kadar sitrulin per protein total yang terkandung dalam jenis mentimun lokal dan mentimun jepang secara berurutan adalah (0,291  0,104) mmol/mg dan (0,414  0,106) mmol/mg untuk 100 gram buah. Kadar sitrulin total pada buah mentimun sebesar (1,087  0,042) gram dan mentimun jepang sebesar (1,319  0,068) gram dalam 100 gram sampel buah. Kesimpulan Terdapat kandungan sitrulin pada buah mentimun, baik mentimun lokal dan mentimun jepang dengan perbedaan kadar yang tidak signifikan antara mentimun lokal dan mentimun jepang. Mentimun lokal maupun mentimun jepang dapat digunakan sebagai sumber makanan yang baik dalam mencegah penyakit kardiovaskular contohnya hipertensi dan angina pektoris, serta mengurangi risiko terjadinya komplikasi mikrovaskular pada penderita diabetes mellitus tipe 2.

Introduction Citrulline is a non-protein amino acid that is formed endogenously through the urea cycle in the liver and kidneys as an intermediate compound. Previous studies have shown that Cucurbitaceae fruits (such as watermelon, melon, and cucumber) contain citrulline. Citrulline can reduce the risk of hypertension by producing nitric oxide (NO) as a vasodilator of blood vessels. Several studies have shown that cucumber contains citrulline to reduce the risk of cardiovascular disease. This study wants to determine and compare the levels of citrulline in local cucumbers and Japanese cucumbers. Method This study used a quantitative descriptive approach to determine the levels of the amino acid citrulline per total protein in local cucumber and Japanese cucumber. The method of proving the presence of citrulline compounds in cucumber juice based on the principle of colorimetric assay Knipp and Vasak (2000). Results The content of citrulline in cucumber fruit with the average mass of citrulline content per total protein contained in local cucumber and japanese cucumber types is (0,291  0,104) mmol/mg and (0,414  0,106) mmol/mg of citrulline for 100 grams of fruit, respectively. The total mass of citrulline in 100 grams of local cucumber fruit is (1,087  0,042) grams and japanese cucumber is (1,319  0,068) grams for 100 grams fruit sample Conclusion The presence of citrulline compounds in local cucumber and Japanese cucumber is proved. The content of citrulline in both types of cucumber has a not significant difference levels between local cucumbers and Japanese cucumbers. Local cucumbers and Japanese cucumbers can be used as a good food source in preventing cardiovascular diseases, such as hypertension and angina pectoris, and also reducing the risk of microvascular complications in patients with type 2 diabetes mellitus."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayyada Khairunnisa
"Latar Belakang Sitrulin adalah asam amino non-protein yang diisolasi dari jus semangka (Citrullus lanatus Shard) oleh Koga & Okage pada tahun 1914 dan diidentifikasi hingga tahun 1930. Sitrulin merupakan perantara utama dalam siklus urea yang diproduksi secara alami oleh tubuh. Sitrulin disintesis dari arginin dan glutamin dalam enterosit yang dapat mudah diubah menjadi arginin oleh nitrit oksida. Nitrit oksida adalah salah satu hasil dari sintesis L-arginin oleh enzim NO sintase. Selain diproduksi oleh tubuh, sitrulin juga diproduksi oleh tanaman, salah satunya adalah tanaman famili Cucurbitaceae. Akan tetapi, pembuktian terhadap keberadaan asam amino L-sitrulin dalam buah melon masih minim sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut melalui pengukuran kadar L-sitrulin pada melon. Metode Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui kandungan dan kadar L-Sitrulin pada buah melon hijau (honeydew) dan melon oranye (cantaloupe) menggunakan metode knipp dan vasak. Penelitian ini menggunakan sampel buah melon hijau (honeydew) dan melon oranye (cantaloupe) dengan berat bersih 50 gram yang diolah menjadi jus. Hasil Hasil pengukuran konsentrasi sitrulin pada buah melon hijau dan melon oranye didapatkan bahwa keduanya memiliki sitrulin yang terkandung di dalamnya. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapat konsentrasi sitrulin total pada melon hijau yaitu 1,545 g/100 gram sampel dan pada melon oranye yaitu 0,802 g/100 gram sampel. Kesimpulan Pada buah melon hijau dan melon didapatkan bahwa keduanya memiliki sitrulin yang terkandung di dalamnya. Pengukuran kadar spesifik sitrulin total per protein total pada jus maupun supernatan pasca-TCA menunjukan tren bahwa melon hijau memiliki kadar spesifik sitrulin total per protein total yang lebih tinggi pada melon hijau dibandingkan melon oranye. Hal tersebut juga dibuktikan dengan adanya perbedaan bermakna antara kadar spesifik sitrulin total per protein total pada supernatan pasca-TCA buah melon hijau dan melon oranye yang ditunjukan dengan p<0,05. Dengan adanya kemaknaan ini, maka disimpulkan bahwa buah melon hijau memiliki kadar spesifik sitrulin total per protein total yang lebih tinggi dibandingkan buah melon oranye.

Introduction Citrulline is a non-protein amino acid isolated from watermelon (Citrullus lanatus Shard) juice by Koga & Okage in 1914 and identified until 1930. 7 Citrulline is the main intermediate in the urea cycle which is produced naturally by the body. Citrulline is synthesized from arginine and glutamine in enterocytes which can be easily converted to arginine by nitric oxide. Nitric oxide is one of the results of the synthesis of L-arginine by the NO synthase enzyme. Apart from being produced by the body, citrulline is also produced by plants, one of which is the Cucurbitaceae family. However, evidence for the presence of the amino acid L-citrulline in melons is still minimal so further research is needed by measuring L-citrulline levels in melons. Method This research used a descriptive design with a quantitative approach to determine the content and levels of L-Citrulline in green melon (honeydew) and orange melon (cantaloupe) fruit using the Knipp and Vasak methods. This research used samples of green melon (honeydew) and orange melon (cantaloupe) with a net weight of 50 grams which were processed into juice. Results The results of measuring the citrulline content in green melons and orange melons showed that they both contain citrulline. The calculation results show that there is a total citrulline content in green melons, namely 1.545 g/100 grams of sample and in orange melons, namely 0.802 g/100 grams of sample. Conclusion In honeydew and cantaloupe melons, it was found that both have citrulline contained in them. Measurement of total citrulline levels in protein in total extracts and pasca-TCA supernatants showed a trend that green melons had higher levels of total citrulline in protein than orange melons. This was also proven by the significant difference between total citrulline levels in protein in the pasca-TCA supernatant of green melon and orange melon as shown by p<0.05. With this significance, it can be concluded that green melons have higher levels of total citrulline in protein than orange melons."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Kusumastuti Roosadiono
"Pentingnya ion logam dalam kehidupan organlsme mengalami
peningkatan dalam beberapa tahun terakhir dan telah menghasilkan
pertumbuhan yang cepat dalam bidang kimia bioanorganlk. Asam amino
mempakan salah satu senyawa penting bag! makhluk hidup dan turut
berperan dalam metabolisme dan transpor Ion logam. Kation logam blasanya
berkoordinasi dengan asam amino melalui atom donor yang balk, yaitu N, 0
atau S, yang merupakan dasar pengambilan dan transpor kation logam
dalam tubuh. Penelitian tentang kompleks Ni (II) dengan asam amino
diharapkan dapat mewakili studi tentang nikel dalam sistem biomolekul.
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan kompleks Ni(ll)-Asam amino,
dengan asam amino glisin, asam glutamat dan lisin. Kompleks yang
terbentuk dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan FTIR,
;
kemudian dilakukan penentuan stoikiometri kompleks, uji kelinieran, ,
penentuan tetapan kondisional kompleks dan pengaruh pH terhadap
spektrum kompleks. Transisi elektronik ligan glisin" tegadi pada A = 214.4
nm, asam glutamat" pada A = 217.6 nm dan llsin'pada A = 215.6 nm. Transisi
eiektrpnik kompleks memiliki tiga puncak serapan. Untuk kompleks Ni(glisinat)3" Ai = 598,8 nm; A2= 362,4 nm; A3= 302,0 nm, untuk kompleks
Ni(glutamat)3' Ai =629,2 nm; A2= 389,6 nm; A3 = 301,6 nm dan untuk
kompleks Ni(llslnat)3' Ai = 598,8 nm; A2= 362,0 nm; A3= 302,0 nm. Tiga pita
absorbs! menunjukkan transisi berpusat pada logam, yaitu ^A2g-»^2g (F) (Ai),
3A2g ^^ig(F) (A2). dan %g ->^ig(P) (A3). Vibrasi Ni-N dan NI-0 kompleks
Nl(aa)' muncul pada daerah frekuensl rendah, yaitu dibawah 600 cm \
Vibrasi Ni-N muncul pada daerah 220-210 cm'^ dan vibrasi Ni-0 muncul pada
daerah 240-225 cm'\ Logam Np membentuk kompleks dengan 3 ligan, baik
pada glisin, asam glutamat maupun lisin. Harga log K" kompleks
[Ni(glisinat)3]' = 10.77, log K" kompleks [Ni(glutamat)3]' = 10.44 dan log K'
kompleks [Ni(lisinat)3]" = 10.66. Spektrum kompleks menunjukkan
peningkatan absorbansi dengan kondisi pH semakin basa."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Rizky Amanda
"Dalam penelitian ini, dilakukan variasi nutrisi yang diberikan pada mikroalga Chlorella pyrenoidosa dan Oscillatoria sp. untuk mengetahui pengaruhnya terhadap persentase kandungan protein. Konsentrasi protein yang terkandung dalam mikroalga dilihat dari nilai serapan larutan sampel hasil uji biuret dengan spektrofotometri UV-Visible pada panjang gelombang 540 nm. Pada mikroalga C.pyrenoidosa yang dikultivasi dengan medium Walne, didapatkan protein sebesar 16,78% sedangkan pada medium NPK Urea didapat protein sebesar 12,40%. Penambahan konsentrasi nutrisi juga meningkatkan persentase protein yang dihasilkan kedua mikroalga. Mikroalga C.pyrenoidosa yang dikultivasi dengan NPK Urea 3 ml/L, persentase proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang dikultivasi dengan NPK Urea 2 ml/L (12,40% dan 13,86% berturutturut). Begitu juga dengan C.pyrenoidosa yang dikultivasi dengan Walne dengan konsentrasi 2 ml/L, persentase proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang dikultivasi dengan Walne dengan konsentrasi 1 ml/L (16,78% dan 24,74% berturut-turut). Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh mikroalga Oscillatoria sp. yang dikultivasi dengan NPK Urea 3 ml/L, persentase proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan kultivasi menggunakan NPK Urea 2 ml/L (6,39 % dan 8,98 %). Uji HPLC menunjukkan bahwa asam amino esensial dengan persentase terbesar pada mikroalga Oscillatoria sp. adalah leucine dan pada mikroalga Chlorella pyrenoidosa adalah lysine. Sedangkan untuk kandungan asam amino non esensial tertinggi pada kedua mikroalga adalah glutamic acid.

The effect of nutrition variation on protein accumulation in microalgae Chlorella pyrenoidosa and Oscillatoria sp. Were studied. Protein concentration in microalgae was determined using absorbance of biuret testing method sample with UV-Visible spectrophotometry on wavelength of 540 nm. Microalgae C.pyrenoidosa with Walne nutrition gave total of 16,78% protein, and NPK Urea nutrition gave 12,40% protein. Addition of nutrition concentration also contributed to increased protein accumulate on both microalgae. C.pyrenoidosa cultivated with NPK Urea 3ml/L gave higher protein extracted compared to NPK Urea 2 ml/L (12,40% and 13,86% respectively). C.pyrenoidosa cultivated with Walne 2 ml/L also gave higher protein extracted compared to Walne 1 ml/L (16,78% and 24,74% respectively). Oscillatoria sp. cultivated with NPK Urea 3 ml/L gave higher protein extracted compared to NPK Urea 2 ml/L (6,39% and 8,98% respectively). HPLC test showed that highest percentage of essential amino acid on Oscillatoria sp. is leucine, and C.pyrenoidosa is lysine. For both microalgae, highest non essential amino acid is glutamic acid."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S62060
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>