Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171805 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hesty Afrida
"Dimetil karbonat adalah bahan kimia penting dalam industri yang berperan dalam reaksi alkitasi dan alkoksikarbonitasi. Dimetil karbonat digunakan sebagai pengganti dimetil sulfat ataupun metil halida yang bersifat beracun dan korosif. Dimetil karbonat disintesis dari urea dan alkohol menggunakan katalis senyawa lantanum yang memiliki sifat asam keras berdasarkan prinsip Asam Basa Keras Lunak. Reaksi dilakukan dalam autoclave dengan variasi suhu pemanasan dan distirer selama 6 jam kemudian dilakukan hal yang sama untuk variasi jumlah mol katalis dan reaktan. Produk yang terbentuk dikarakterisasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT), GC, FT-IR, dan GC-MS. Hasil uji menunjukan tidak terbentuknya produk dimetil karbonat selama reaksi berlangsung."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S54243
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ari Fajar Riyanto
"Anisol dapat disintesis melalui reaksi katalitik O-metilasi fenol dengan metanol. Anisol sering dikenal dengan metoksibenzena atau metil fenil eter, merupakan senyawa aromatik sederhana yang termasuk dalam golongan eter. Anisol dan derivatnya digunakan dalam reaksi kima sebagai intermediet untuk sintesis suatu material seperti dyes, farmasi, minyak wangi, fotoinisiator dan agrokimia.
Uji katalitik reaksi katalitik O-metilasi fenol dengan metanol menjadi anisol menggunakan katalis zeolit X dalam fasa cairtelah dipelajari. Reaksi tersebut dilakukan dengan menggunakan katalis zeolit X sebesar 10% berat reaktan (fenol dan metanol) dan perbandingan volume pelarut dimetilsulfoksida (DMSO) dengan reaktan (fenol dan metanol) adalah 10:1. Pelarut DMSO digunakan untuk menjaga suhu reaksi pada 135-155°C. Zeolit X yang digunakan sebagai katalis, berasal dari bahan alam yaitu kaolin yang sebelumnya diaktivasi menjadi metakaolin melalui proses kalsinasi pada suhu 750-850°C.
Perubahan bentuk struktur metakaolin dari kaolin dikarakterisasi menggunakan XRD dan untuk mengetahui komposisi kimianya digunakan XRF. Sintesis zeolit X dilakukan dengan proses hidrotermal pada suhu 900C selama 72 jam menggunakan botol polipropilen dengan komposisi gel yaitu 3.83 Na2O: 1.17K2O : AIQO3: 2.97SiO2 : 118 HQO.
Hasil sintesis zeolit X dianalisis dengan menggunakan XRD dan XRF. Zeolit X hasil sintesis mempunyai komposisi kimia yaitu Na2O 12.50%, Al2O3 32.40%, SiO; 42.50%, KQO 11.10%, TiO2 0.31%, dan Fe2O3 1.18% (% berat) dan rasio Si/Al sebesar 1.33. Uji katalitik dilakukan dengan memvariasikan suhu reaksi pada 135°C, 140°C, 145°C, 150°C, dan 155°C dan molar rasio reaktan (fenol : metanol) pada 1:10, 1:20, 1:30, 1:40, dan 1:50. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu reaksi dan molar rasio reaktan terhadap produk anisol yang terbentuk. Selain itu, uji katalitikjuga dilakukan dengan tanpa menggunakan katalis zeolit X untuk mengetahui pengaruh katalis tersebut.
Hasil reaksi uji katalitik dianalisis menggunakan kromatogratl gas (GC) dan GCIVIS. Berdasarkan percobaan, yield anisol yang terbentuk dari hasil reaksi uji katalitik tanpa menggunakan zeolit X hanya sebesar 40.48% sedangkan yield anisol yang terbentuk dari hasil reaksi uji katalitik pada kondisi yang sama dengan menggunakan katalis zeolit X didapatkan sebesar 74.02%. Hasil reaksi uji katalitik optimum didapat pada suhu reaksi 155°C dan molar rasio reaktan 1:20 dengan persentase fenol yang terkonversi 82.70%, yield anisol yang terbentuk 81 .49%, dan selektifitas fenol yang terkonversi menjadi anisol 98.54%."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Rio Krisdianto
"ABSTRACT
Kebutuhan bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama terus meningkat namun ketersediaan semakin sedikit jumlahnya, maka diperlukan bahan bakar alternatif yang dapat diperbarui dan ramah lingkungan. Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan dapat diperbarui. Biodiesel dapat disintesis melalui proses transesterifikasi trigliserida yang terkandung pada minyak nabati dengan metanol menjadi metil ester menggunakan katalis. Pada proses ini dibutuhkan katalis yang efektif untuk menghasilkan yield yang besar. MOFs digunakan sebagai katalis dengan kelebihannya memiliki sisi asam Lewis dan basa Bronsted, luas permukaan besar, keunikan strukturnya yang meningkatkan peforma katalitik serta dalam proses ini tidak menghasilkan produk samping seperti reaksi penyabunan. Pada penelitian ini, disintesis senyawa MOFs berbasis logam lantanida yaitu lantanum dengan ligan asam tartarat dan asam suksinat. Dilakukan variasi suhu sintesis La-Suksinat MOFs dan La-Tartarat MOFs untuk melihat pengaruh eksitu pada proses sintesis MOFs. Kedua MOFs hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan FTIR, TGA, XRD, BET, serta SEM. Hasil karakterisasi menyatakan La-Suksinat MOFs lebih baik dari pada La-Tartarat MOFs. Kedua MOFs hasil sinteis digunakan sebagai katalis dalam konversi trigliserida yang terkandung dalam minyak goreng kelapa sawit dengan metanol menjadi metil ester. Hasil transesterifikasi dikarakterisasi menggunakan GCMS dan didapatkan hasil La-Suksinat MOFs lebih baik untuk menjadi katalis dibandingkan La-Tartarat MOFs dengan % konversi sebesar 76,107%. Sedangkan La-Tartarat MOFs tidak menghasilkan produk metil ester.

ABSTRACT
The need for fossil fuels as the main energy source continues to increase but the availability of fewer and fewer numbers, it requires alternative fuels that are renewable and environmentally friendly. Biodiesel is an alternative fuel that is environmentally friendly and can be renewed. Biodiesel can be synthesized through the transesterification of triglycerides contained in vegetable oils with methanol to methyl ester using a catalyst. In this process, an effective catalyst is needed to produce large yields. MOFs were used as catalysts with the excess having Lewis acid and Bronsted bases, large surface area, a unique structure that improved catalytic performance and in this process did not produce side products such as saponification reactions. In this study, lanthanide-based metal MOFs were synthesized, that is lanthanum with tartrate acid and succinate acid ligands. Temperature variations of the synthesis of La-Succinate MOFs and La-Tartrate MOFs were carried out to see the effect of this on the synthesis process of MOFs. The two synthesized MOFs were characterized using FTIR, TGA, XRD, BET, and SEM. The results of the characterization state that La-Succinate MOFs are better than La-Tartrate MOFs. Both synthesized MOFs were used as catalysts in the conversion of triglycerides contained in palm cooking oil with methanol to methyl esters. The transesterification results were characterized using GCMS and the results of La-Succinate MOFs were better to be a catalyst than La-Tartrate MOFs with a % conversion of 76.107%. Whereas La-Tartrate MOFs do not produce methyl ester products."
Lengkap +
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qodri Febrilian Erahman
"Xilena dapat disintesis melalui reaksi katalisis alkilasi toluena dengan metanol. Xilena berguna dalam sintesis asam terepthalat yaitu sebagai bahan dasar pembentuk polyester, dan dapat juga digunakan sebagai pelarut pada industri. Penelitian ini melakukan uji katalitik reaksi alkilasi toluena dengan metanol yang dicampurkan pada komposisi azeotrop yaitu pada fraksi toluena 0,134 dengan menggunakan 3 gr katalis zeolit H-ZSM-5 dan 1 gr ??-Al2O3-TiO2. Kombinasi kedua katalis ini berperan dalam reaksi alkilasi dimana katalis ??-Al2O3-TiO2 berfungsi untuk katalisis reaksi dehidrasi metanol menjadi dimetil eter (DME) sedangkan H-ZSM-5 berperan dalam proses alkilasi yang merupakan reaksi substitusi nukleofilik. Sintesis zeolit Na-ZSM-5 dilakukan pada kondisi hydrothermal pada suhu 200oC selama 120 jam dengan menggunakan TPA-Br sebagai zat pengarah, sedangkan sintesis katalis ??-Al2O3-TiO2 dilakukan dengan metode kopresipitasi dimana TiO2 dicampurkan dengan larutan Al2(SO4)3 sebelum terbentuk gel boehmite pada penambahan NH4OH.
Hasil keduanya dikarakterisasi dengan difraksi sinar-X dan FTIR, selain itu dilakukan pula uji keasaman katalis dengan adsorpsi ammonia. Uji katalitik dilakukan dengan memvariasikan suhu katalisis ,yaitu pada 260°C, 280°C, dan 300°C, memakai reaktor berdiameter 1,5 cm, dan mencampurkan toluena dan metanol pada labu reaksi dengan suhu 65oC, kemudian hasil yang didapatkan ditampung dan dianalisis dengan kromatografi gas (GC) dan GCMS. Produk hasil reaksi pada tiap suhu katalis menghasilkan 2 fasa, yakni cairan yang tidak bercampur, kemudian dengan analisis GC dapat diketahui fasa bagian atas merupakan fasa non-polar (fraksi xilena), sedangkan fasa bagian bawah adalah campuran air dan metanol, hasil analisis lebih lanjut dengan GCMS dilakukan hanya pada fasa non polar (fraksi xilena). Hasil yang diperoleh pada uji katalitik mengandung berbagai macam senyawa organik diantaranya : xilena, 1,2,4,-trimetil benzene, 1,2,3,4,-tetrametil benzene, etilbenzen, sikloheksana, dll, dengan % konversi terbaik didapatkan pada suhu katalis 300oC yaitu, sebesar 51,95%. Produk xilena yang dihasilkan paling banyak adalah pada suhu katalis 300°C dengan % distribusi produk sebesar 21,62%."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Malik Muharom
"ABSTRAK Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menemukan bahan bakar alternatif atau bahan bakar pengganti minyak bumi. Proses konversi metanol menjadi senyawa hidrokarbon cair fraksi bensin dikenal sebagai proses Methanol to Gasoline (MTG) menggunakan katalis H-ZSM-5. Metanol merupakan sumber bahan yang dapat diperbaharui dan relatif mudah dimodifikasi dengan bantuan katalis asam untuk menghasilkan fraksi bensin. Mekanisme reaksi pada proses MTG melibatkan beberapa senyawa intermediet yaitu dimetil eter (DME) dan sikloheksana, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mempelajari reaksi katalisis tesebut. Penelitian ini mempelajari reaksi katalisis antara sikloheksana dengan metanol menggunakan katalis ?- Al2O3-TiO2 dan zeolit H-ZSM-5 dengan beberapa variasi perbandingan berat katalis. Katalis ?-Al2O3-TiO2 disintesis dari gel boehmite yang dihasilkan dari penambahan larutan Al2(SO4)3 dengan larutan NH4OH yang ditambahkan TiO2 dan dilakukan proses aging pada suhu 40oC dan dilanjutkan pada suhu 80oC masing-masing selama 96 jam. Zeolit ZSM-5 disintesis dari larutan hidrogel dengan komposisi mol 29 Na2O : 32 TPABr : Al2O3 : 100 SiO2 : 3275 H2O : 17 H2SO4 : 21 KF. Sintesis dilakukan secara hidrotermal pada suhu 150oC selama 120 jam dan dilanjutkan dengan pengubahan Na-ZSM-5 menjadi H-ZSM-5. Katalis dianalisa dengan difraksi sinar-X, spektrofotometri FT-IR, dan analisa luas permukaan dengan metode BET. Reaksi antara sikloheksana dan metanol dilakukan pada komposisi campuran azeotrop dengan variasi suhu reaksi katalisis pada 175o, 200o, 225o, dan 250oC. Hasil analisis GC-MS menunjukkan produk yang dihasilkan berupa campuran senyawa parafin, sikloparafin, dan aromatik. Produk optimum berupa senyawa aromatik diperoleh dalam penggunaan 1 gram katalis ?-Al2O3-TiO2 dan 3 gram katalis zeolit H-ZSM-5 pada suhu 2250C dengan persentase komposisi terbesar adalah p-xilena (42,77%). Kata kunci : ?-Al2O3-TiO2, zeolit H-ZSM-5, azeotrop, katalis, katalisis."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanti Maryana Fenida
"Sumber daya alam banyak sekali digunakan dalam sintesis senyawa organik. Keterbatasan sumber daya alam yang tersedia menyebabkan pemakaian sumber daya alam beralih ke sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Biomassa adalah sumber daya terbaharui yang dapat dihidrolisis untuk menghasilkan senyawa organik bernilai tinggi seperti asam levulinat. Hidrolisis biomassa pertama-tama akan menghasilkan antara lain glukosa yang selanjutnya terhidrolisis menghasilkan senyawa asam levulinat dan asam format. Pada penelitian ini dilakukan hidrolisis glukosa dengan katalis homogen (H2SO4), katalis heterogen (γ-Al2O3/SO4 2-), dan tanpa katalis sebagai pembanding. Katalis heterogen yang digunakan disintesis dari scrap aluminium kemudian dikarakterisasi dengan XRD, XRF, BET, dan FT-IR. Reaksi hidrolisis dilakukan pada suhu 140 ºC dengan variasi waktu yaitu 2 jam, 4 jam, dan 6 jam untuk reaksi dengan katalis homogen; 4 jam, 6 jam, dan 8 jam untuk reaksi dengan katalis heterogen dan reaksi tanpa katalis. Hasil hidrolisis dianalisis dengan HPLC. Dari hasil penelitian ini didapatkan asam levulinat pada reaksi hidrolisis 6 jam dengan katalis homogen sebanyak 2,93% . Untuk produk reaksi katalisis dengan γ-Al2O3/SO4 2- hanya dapat ditentukan banyaknya asam format yang terbentuk, sedangkan asam levulinat tidak terdeteksi karena teradsorpsi pada padatan katalis.

A lot of natural resources are used in the synthesis of organic compounds. Since the availabilities of some natural resources are limited, they are now replaced by the renewable resources. Renewable natural resources such as biomass can be hydrolyzed to produce high added-value organic compounds. At first, biomass is hydrolyzed to produce glucose and then is further hydrolyzed to produce levulinic acid and formic acid. In this research, the hydrolysis of glucose was conducted using sulfuric acid as homogeneous catalyst and γ-Al2O3/SO4 2- as heterogeneous catalyst. As a comparison, the hydrolysis reaction was also conducted without catalyst. The γ-Al2O3/SO4 2- catalyst was first synthesized from aluminium scraps and was characterized by XRD, XRF, BET, and FT-IR. The hydrolysis reactions were carried out at a temperature of 140 ºC and the reaction periods were varied 2 hours, 4 hours, and 6 hours for the homogeneous catalytic; 4 hours, 6 hours, and 8 hours for the heterogeneous catalytic reaction and the reaction without catalyst. The hydrolysis products were analyzed by HPLC. From the result of this study, 2,93% levulinic acid was produced after 6 hours in the hydrolysis reaction with sulfuric acid. By using heterogeneous catalyst only formic acid can be detected because of adsorption levulinic acid on the catalyst."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30690
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Alumina sering digunakan sebagai katalis dalam industri untuk
mengkatalisis berbagai jenis reaksi. Katalis alumina yang digunakan
berulang kali dapat menyebabkan timbulnya senyavva karbon residual.
Senyavva karbon residual ini dapat mengakibatkan penurunan aktifitas dari
katalis alumina. Tujuan penelitian ini adalan meregenerasi katalis alumina
yang terdeaktivasi olen reaksi denidrasi metanol menjadi dimetil eter,
mengetanui kondisi optimum untuk regenerasi dan seberapa efisien dan baik
katalis yang sudan diregenerasi. IVletode regenerasi yang digunakan adalan
pemanasan katalis dalam suatu reaktor pada sunu tinggi dengan
menggunakan udara kering. Hasil penelitan menunjukkan katalis bernasil
diregenerasi sebagian dengan metode tersebut, dengan katalis nasil
regenerasi selama 6 dan 7 jam menunjukkan aktivitas yang paling besar
dibandingkan katalis nasil regenerasi lainnya. Kondisi optimum untuk
regenerasi katalis alumina adalan dengan pemanasan pada sunu 500 °C
selama 6 jam. Katalis nasil regenerasi juga menunjukkan keaktifan yang
tinggi dalam mengkonversi reaktan menjadi produk reaksi.
"
Lengkap +
Universitas Indonesia, 2007
S30441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sara Ayu Sekarini
"Kaolin merupakan mineral alam yang melimpah keberadaannya di
Indonesia dan memiliki kandungan SiO2 dan Al2O3 tertentu yang dapat
digunakan sebagai bahan dasar pembentukkan material lain, seperti zeolit X.
Zeolit X merupakan material aluminosilikat berongga yang memiliki rasio Si/Al
yang rendah(1-1,5) dan banyak digunakan sebagai katalis dalam berbagai
proses industri. Dalam penelitian ini dilakukan sintesis zeolit X dengan
proses hidrotermal pada suhu 900C selama 72 jam dari bahan dasar kaolin
dengan komposisi gel yaitu: 3,83 Na2O : 1,17 K2O : Al2O3 : 2,97 SiO2 : 118
H2O yang divariasikan rasio Si/Al-nya, yakni Si/Al=1,33 dan 1. Zeolit X
tersebut diaplikasikan sebagai katalis dalam reaksi O-metilasi fenol dan
metanol menjadi anisol. Reaksi yang terjadi divariasikan menurut waktu
(6,10,14,18, dan 24 jam) dan %berat katalis (5%,10% ,15%, dan 25% berat
reaktan). Hasil reaksi kemudian dianalisa menggunakan kromatografi gas
dan ditentukan %yield anisol, %konversi fenol, dan %selektifitas katalis.
Kondisi optimum yang tercapai adalah waktu 10 jam dan berat katalis 15%
berat reaktan dengan menggunakan zeolit X (Si/Al=1,33) dimana %konversi
fenol = 85,4%; %yield anisol = 84,6%; dan %selektifitas = 99,1%. Reaksi Ometilasi
juga dilakukan pada minyak jambu mete sebagai sumber fenol
dengan metanol. Hasil reaksi kemudian diekstrak menggunakan etil asetat
dan heksana kemudian diambil fasa organiknya dan dianalisa menggunakan FTIR. Didapati bahwa terbentuk puncak pada daerah 2869 cm-1 yang
menunjukkan –OCH3."
Lengkap +
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, ], 2009
S30516
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>