Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173572 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Emmy Kurniati
"Tujuan penelitian ini untuk menelaah permasalahan yang terjadi dalam pemasaran ubi kayu di Lampung dan mencari alternatif pemecahan masalah.untuk mengatasi permasalahan ubi kayu dalam jangka panjang sangat penting dipertimbangkan menarik partisipasi petani melalui wadah keorganisasiaan ekonomi desa KUD."
Palembang: Kopertis wilayah II Palembang, 2007
507 MANDIRI 9:3 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kristian
"Dengan potensi ekonomi yang besar dari ubi kayu dalam perdagangan dunia dan meningkatnya kebutuhan dunia akan ubi kayu serta dengan keterbatasan-keterbatasan Indonesia dalam meningkatkan produksi ubi kayu, perlu dikaji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi, konsumsi maupun harga ubi kayu di Indonesia. Produksi ubi kayu dipengaruhi secara signifikan oleh variabel harga ubi kayu, luas areal panen ubi kayu dan harga pupuk urea. Konsumsi ubi kayu di Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh variabel jumlah penduduk Indonesia. Harga ubi kayu di Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh variabel luas panen ubi kayu, konsumsi ubi kayu dan panjang jalan beraspal.
Berdasarkan proyeksi, produksi ubi kayu akan mengalami peningkatan jika harga ubi kayu, produktivitas lahan ubi kayu maupun luas panennya ditingkatkan. Konsumsi ubi kayu Indonesia diproyeksikan akan mengalami penurunan jika secara bersamaan ada peningkatan harga ubi kayu, peningkatan pendapatan perkapita dan adanya peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Harga ubi kayu diproyeksikan akan mengalami peningkatan jika konsumsi ubi kayu mengalami penurunan dibarengi dengan penurunan luas areal panen ubi kayu.

With great economic potential of cassava in the world trade and the increasing world demand for cassava as well as the limitations of Indonesia to increase cassava production it needs to be investigated factors that can affect the production, consumption and prices of cassava in Indonesia. Cassava production is significantly influenced by the variable price of cassava, cassava harvested area and price of urea fertilizer. Consumption of cassava in Indonesia is significantly influenced by population of Indonesia. The price of cassava in Indonesia is significantly influenced by cassava harvested area, consumption of cassava and the length of tarred road.
Based on projections, cassava production would increase if cassava price, cassava land productivity and harvested area are improved. Indonesian cassava consumption is projected to decline if there are increasing in cassava price, per capita income and population of Indonesia simultaneously. The price of cassava is projected to increase if the consumption of cassava decreased accompanied by a decrease in the total area harvested cassava.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T43177
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Sinar Harapan, 1086
330.9598 EKO ct (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bambang Guritno
"ABSTRAK
Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan bahan makanan penting di Indonesia setelah padi. dan jagung. Lebih kurang 60% dari produksi ubi kayu di Indonesia digunaan sebagai bahan makanan. 32% digunakan sebagai bahan industri dalam negeri, dan 8% diekspor dalam bentuk gaplek. Luas tanaman ubi kayu di Indonesia selama 5 tahun ter.akhir berkisar 1.4 juta hektar dan lebih kurang 1 juta hektar berada di Jawa. Ditinjau dart kalori yang dihasilkan per satuan luas tanah, ubi kayu menghasilkan kalori lebih tinggi dibandingkan dengan padi dan jagung. Sedangkan apabila ditinjau dari kalori yang dihasilkan per satuan waktu jagung lebih tinggi hasil kalorinya dibandingkan padi dan ubi kayu. Tanaman ubi kayu umumnya ditanam dengan menggunakan bahan tanam yang berupa stek batang. Sedangkan perbanyakan biji, dilakukan hanya untuk kepentingan pemuliaan. Mengingat sangat mudahnya penanaman, peranan mutu stek seringkali diabaikan. hal ini akan mengakibatkan umbi yang diproduksi pertanaman sangat bervariasi.
Hasil-hasil penelitian mutu stek tanaman ubi kayu dari beberapa negara masih beraneka ragam, bahkan ada yang bertolak belakang. Sedangkan informasi ilmiah yang menunjang data-data penelitian dari luar negeri tersebut masih kurang. Akibatnya, standard mutu stek yang baik bagi tanaman ubi kayu masih belum jelas. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh bahan tanam terhadap pola pertumbuhan dan produksi tanaman ubi kayu. Penelitian dilakukan dengan melaksanakan empat percobaan lapang, empat percobaan pot dan dua percobaan laboratorium. Percobaan lapang dilaksanakan di kebun percobaan Cassava Research Project Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya di Bedali, Lawang. Terletak pada ketinggian 450m di atas permukaan laut, 18 km sebelah utara Malang. Mempunyai tipe iklim C3 berdasarkan perhitungan Oldeman (1975). Sedangkan percobaan pot dan laboratorium berturutturut dilakukan di Fakultas Pertanian dan Laboratorium Cassava Research Project Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan antara bagian batang yang digunakan sebagai bahan tanam, yang meliputi ukuran, berat, kandungan pati dan nutrisi dengan pola pertumbuhan tanaman beserta produksi umbi tanaman ubi kayu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian-bagian dari batang yang dipakai untuk stek sangat berpengaruh baik terhadap pertumbuhan maupun produksi umbi dibandingkan dengan umur tanaman pada saat batang yang akan digunakan stek diambil. Produksi umbi yang dihasilkan oleh stek yang berasal dari batang bagian bawah berada pada 6.4% dan 12.7% lebih besar dari pada stek yang berasal dart batang bagian tengah dan atas. Begitu pula dengan ukuran umbinya. Umbi yang dihasilkan oleh stek yang berasal dari batang bagian bawah berukuran 4.1% dan 11.9% lebih besar, dibanding dengan umbi yang dihasilkan oleh stek batang bagian tengah dan atas. Walaupun dalam penelitian secara statistik perbedaan umur tanaman sendiri tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi umbi (kg), tetapi hal yang panting untuk diperhatikan adalah bahwa perbedaan produksi umbi yang dihasilkan oleh stek yang berasal dari batang bagian bawah dan atas dari tanaman yang berumur muda (7 bulan), jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan yang berasal dari tanaman tua (13 bulan). Sebagai gambaran perbedaan produksi umbi yang dihasilkan oleh stek yang berasal dart batang bagian bawah dan atas dari tanaman ubi kayu berumur 11 - 13 bulan berkisar 10% sedangkan dari tanaman yang berumur 7 - 9 bulanberkisar 15%. Perbedaan produksi umbi ini disebabkan pula oleh perbedaan berat total tanaman yang dihasilkan dan bukan karena adanya perbedaan distribusi dari bagian tanaman yang dihasilkan. Stek yang berasal dari batang bagian bawah menghasilkan nilai kurun luas daun (leaf area duration) yang lebih tinggi dibandingkan dengan stek yang berasal dari batang bagian tengah dan atas.Pada awal pertumbuhan diperlihatkan bahwa pertumbuhan tunas dari stek batang bagian atas lebih cepat dibandingkan dengan yang berasal dart stek batang bagian bawah. Akan tetapi untuk pertumbuhan berikutnya terjadi keadaan sebaliknya. Laju pertumbuhan relatif dari bagian-bagian tanaman (akar, batang dan daun) lebih cepat untuk stek batang bagian bawah. Kandungan nutrisi stek bervariasi, tergantung dari bagian batang yang mana stek tersebut berasal. Stek yang berasal dari batang bagian bawah mengandung nutrisi dan pati lebih tinggi dibandingkan yang berasal dari bagian atas. Terdapat hubungan linier yang positif antara kandungan nitrogen dan kalium dengan produksi umbi. Tidak terdapat interaksi yang nyata antara panjang dan diameter stek terhadap produksi umbi. Tetapi baik panjang maupun diameter stek itu sendiri berpengaruh terhadap produksi umbi.
Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa panjang optimum stek berkisar 25 cm. Pada pertumbuhan awal tanaman, stek dengan panjang 25 cm menghasilkan produksi umbi dan laju pertumbuhan umbi yang lebih besar dibandingkan dengan stek yang lebih pendek maupun lebih panjang. Namun demikian, stek yang lebih panjang dart 25 cm me perlihatkan laju pertumbuhan tanaman bagian atas tanah yang lebih tinggi. Semakin besar atau semakin kecil diameter stek, mengakibatkan produksi semakin menurun. Stek berdiameter 2.25 - 2.50 cm menghasilkan produksi umbi yang tertinggi dibandingkan dengan stek yang berdiameter lebih kecil dari 2.25 cm dan lebih besar dari 2.50 cm. Walaupun panjang dan diameter stek berhubungan erat dengan berat stek tetapi dart hasil penelitian tidak terlihat hubungan secara nyata antara berat stek dan produksi umbi.
Dari hasil penelitian ini dapatlah disimpulkan bahwa mutu stek tanaman ubi kayu yang baik adalah stek yang berasal dari batang bagian bawah, berukuran panjang sekitar 25 cm, dan berdiameter 2.25 - 2,50 cm. Sedangkan banyaknya stek bermutu balk yang dapat dihasilkan oleh satu tanaman sangat tergantung dart umur dan caritas tanaman ubi kayu itu sendiri. Diperkirakan panjang batang yang dapat digunakan sebagai stek bermutu baik berasal dari tanaman berumur 11 - 13 bulan, dengan panjang lebih kurang separuh bagian dari pangkal batang.

ABSTRACT
As a food crop in Indonesia, cassava (Manihot esculenta Crantz) plays an important role after rice and maize. About 60% of cassava production in Indonesia is consumed as staple food, 32% is used as industrial material for domestic use, and 8% is exported as dried cassava (?gaplek?). The area of cassava in Indonesia in the last 5 years has been about 1.4 million hectares, about 1 million hectares of which are in Java. On the basis of the calories produced per unit area of land, cassava gives a higher calorie yield than rice or maize. However, on the basis of calories produced per unit area per unit of time, maize produces a higher calorie yield than rice or cassava.
Because propagation is easy, the variation in quality of stem material for propagation has never been seriously investigated. Moreover, research which has been conducted overseas has given variable and sometimes conflicting results. Thus the position regarding quality or stem cuttings for propagation was not clear. Accordingly a research program was undertaken to study the influence of four field experiments, four pot experiments and two laboratory experiments were conducted. The field experiments were conducted in the experimental field of the Cassava Research Project, Faculty of Agriculture. Brawijaya University, at Bedali, Lawang. This is situated 450 m above sea level, 18 km north of Malang. Pot and laboratory experiments were done respectively at the Faculty of Agriculture Brawijaya University, and the Laboratory of the Cassava Research Project, Faculty of Agriculture, Brawijaya University.
The objectives of the experiments were to determine how growth pattern and final root yield are related to age, region of stem, size, length, diameter, weight, carbohydrate and nutrient contents of the propagation material.
Results of the experiments showed that the age of the plant from which cuttings were obtained affected dry matter production, and both root yield and total plant dry weight were significantly influenced by the position on the stem from which cuttings were obtained. Cuttings from the base of the stem gave a higher yield than cuttings from either the medial region (which yielded 6.4% less than basal) or the apical regions (12.7% lees). The difference in yield per hectares were brought about by differences in number and weight of storage roots, but the more important of these two components of yield was the size (weight) of the storage roots. The weight of roots produced from basal-region cuttings was 4.1% greater than from medial-region cuttings and 11.9% greater than from apical-region cuttings. Ave-rage growth rates of plants showed a similar pattern; growth rates from basal, medial and apical cuttings were respectively 24.2, 28.0 and 30.8 g/plant/week.
Although the age of stem did not have a significant effect on yield, the difference between the root yields from basal and apical cuttings was greater for young stem (7 and 9 months old) than for older stems (11 and 13 months old). With young stems, the apical cuttings gave plants which yielded 10% less than those from basal cuttings. With the older stems the difference was 15%. In the initial growth, sprouting of the apical cuttings was quicker than of the basal cuttings, but the subsequent growth of the basal cuttings was more rapid than of the apical cuttings. The relative growth rates of the plant organs (roots, new shoots and new plants) developed from basal cuttings were greater than from apical cuttings. The nutrient content of the cuttings (mg/cutting) varied with position on the parent stem. The oldest section (lowest section) of the stem had the highest nutrient and starch contents. Storage root yield was positively and linearly related to both nitrogen and potassium con-tents of the cuttings. Length and diameter of cutting individually influenced yield. However, there was no significant interaction between them. The optimum cutting length was about 25 cm. For root and storage-root growth, the optimum cutting lenght was 25 cm. This is possibly because cuttings of 25 cm gave plants with higher rates of root and storage-root growth during the initial growth phase than either shorter or longer cuttings. On the other hand, for shoot growth, the rate of growth was greater the longer the cutting. The optimum diameter of cutting was 2.25 - 2.50 cm; yields were lower from cuttings that had bigger or smaller diameters than this. Although cutting length and diameter were related to weight of cutting, there was no relation-ship found between weight of cutting and root yield.
From these results of the experiments it can be concluded that the quality of a cutting is best if it is taken from the basal region of the stem, is about 25 cm long, and has diameter of 2.25 - 2.50 cm. However, in general, any cutting from the lower half of the stem gives satisfactory results.
"
1985
D136
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Food diversificatiion is one of the governmental programs to reduce rice demand. Cassava is a good sources of carbohydrate. The Objective of this research was to show the effect of composition of cassava and soybean flour in flake formula. The flake was enriched with soybean (10%,20/%, 30%, and 40%) as source of protein. Hedonic test was test was used to determine the best product. The result indicated that 10 % soybean mixing was the most accepted."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Nirwanto
"Telah dilakukan penelitian mengenai karakterisasi morfologi ubi kayu (Manihot esculenta, Crantz) tinggi beta karoten. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keragaman morfologi dan pola pita isozim peroksidase (PER), 6-fosfoglukonat dehidrogenase (6-PGD), sikimat dehidrogenase (SDH), dan enzim malat (ME) pada 5 genotipe ubi kayu Mentega 1, Mentega 2, Roti, Ubi Kuning, dan Adira 1. Hasil pengamatan morfologi dan analisis pola pita isozim diuraikan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk dendrogram.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam satu genotipe terdapat keragaman karakter morfologi tetapi tidak dalam pola pita isozim. Karakter pembeda antar genotipe adalah warna daun muda, warna daun tua, warna pertulangan daun bagian atas, warna petiolus, gigi pada daun, warna batang muda, warna batang tua, dan warna parenkim. Berdasarkan dendrogram pola pita enzim PER, genotipe Adira 1 dan Ubi Kuning berada dalam satu cluster.

Research on morphological and isozyme characterization of cassava (Manihot esculenta, Crantz) with high beta-carotene has been done. The study aims to determine the diversity of morphological and isozyme banding pattern of peroxidase (PER), 6-phosphogluconate dehydrogenase (6-PGD), schicimate dehydrogenase (SDH), and malic enzyme (ME) from 5 cassava genotypes (Mentega 1, Mentega 2, Roti, Ubi Kuning, and Adira 1). The results of morphological observation and analysis of isozyme banding pattern was described descriptively and presented in the form of dendrogram.
The results showed that there is a diversity of morphological character in a single genotype but not in isozyme banding pattern. The distinguishing characters between the genotypes are colours of: young leaf, old leaf, basal part of leaf venation, petiolus, teethlets on mature leaf, young stem, old trunk, and parenchyma. Based on dendrogram of PER enzyme banding pattern, Adira 1 and Ubi Kuning are put in the same cluster
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1297
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ayu Lestari
"Keju mozzarella substitute merupakan salah satu alternatif pilihan pengganti keju mozzarella komersiil yang harganya cukup mahal di pasaran. Pembuatan keju mozzarella substitute dilakukan dengan variasi bahan baku, yaitu dengan atau tanpa penambahan bee bread, serta variasi jenis bee bread yang digunakan Penentuan jenis keju mozzarella substitute terbaik dilakukan dengan analisis proksimat, uji organoleptik oleh ahli perkejuan, dan uji hedonic dari masyarakat sekitar. Keju mozzarella substitute terbaik adalah tipe A (tanpa penambahan bee bread), dengan kadar protein sebesar 7%; kadar air 52,92%; kadar abu 1,62%; kadar lemak 14,5%; dan kadar karbohidrat 23,96%.
Dari hasil uji organoleptik yang dilakukan oleh ahli keju, dari ketiga jenis sampel tersebut disimpulkan sampel A (keju mozzarella substitute tanpa penambahan bee bread) lebih acceptable dari segi rasa, aroma, tekstur dan warna dibandingkan kedua jenis sampel lainnya. Di samping itu, hasil uji hedonik juga menunjukkan bahwa responden lebih menyukai keju mozzarella substitute tipe A dengan persentase kesukaan terhadap rasa sebesar 90%; aroma 80%; tekstur 74%; dan warna 80%.

Mozzarella cheese substitute is one of the alternative food choices that can replace the commercial mozzarella cheese which is quite expensive in the market. In this research, manufacturing process of mozzarella cheese substitute is divided into three types, the first type doesn’t use bee bread, the second type use2% of bee bread Trigona, and the third type use2% of bee bread A.dorsata as its raw material. The best mozzarella cheese substitute is determined by using proximate analysis, organoleptic analysis, and hedonic test. The best mozzarella cheese substituteis the first type (without an addition of bee bread) with a protein content of 7%; moisture content of 52,92%; ash content of 162%; fat content of 14,5%; and carbohydrate content of 23,96%.
From the results of organoleptic test conducted by its experts, from three types of the samples are summed sample A (substitute mozzarella cheese without the addition of bee bread) is more acceptable in terms of flavor, aroma, texture and color than the other two types of samples. In addition, hedonic test results also showed that the respondents preferred the substitute mozzarella cheese type A with a preference for flavors percentage of 90%; aroma 80%; texture of 74%; and color of 80%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Mas Chemilo, auhtor
"Singkong dapat menjadi salah satu alternative dalam pengembangan bioethanol dan ekspor di Indonesia. Selain itu tanaman singkong hampir bisa kita jumpai dimana saja. Singkong yang sudah dikeringkan atau biasa di sebut gaplek memiliki nilai untuk di ekspor. Penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui karakterisasi dari singkong untuk dijadikan referensi dalam perancangan rotary dryer dan juga untuk mengetahui pengaruh dari temperatur, aliran udara dan tebal singkong terhadap laju pengeringan singkong.
Dalam kasus ini singkong akan dipotong dengan ukuran 0,3cm, 0,5cm, 0,7cm. Singkong yang diletakkan didalam ruang pengering akan dialirkan udara dengan 3 variasi ketinggian manometer yaitu 10mm, 18mm, 28mm. Udara yang dialirkan juga akan divariasikan temperaturnya yaitu 100℃, 80℃, 60℃. Hasil penelitian menunjukkan bahwa equilibrium moisture content (xe), konstanta pengeringan (k) dan α saling berhubungan. Critical moisture content (xc) sangat dipengaruhi oleh ketebalan potongan singkong dan laju aliran udara pengering.

Cassava can be one of alternatives in developing bioethanol and export in Indonesia. Furthermore cassava can be found almost anywhere. Cassava which had been dried or commonly called gaplek have a sale value for export. This research is meant to observe the character of cassava to be made reference in designing a rotary dryer and also to ascertain the influence of temperature, air flow, and cassava thickness toward drying the cassava.
In this case the cassavas will be cut into pieces with measurement 0,3cm, 0,5cm, 0,7cm. Cassavas that placed in drying chamber will be air flowed with 3 height manometer variations which is 10mm, 18mm, 28mm. Air for flowing also will be variant, which is 100℃, 80℃, 60℃. Research outcome shows that equilibrium moisture content (xe), drying constants (k), and α are interrelated. Critical moisture content (xc) is greatly influenced by cassavas thickness and dryer air flow.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61472
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Richana
"Tingkat konsumsi beras yang tinggi dan melonjaknya impor terigu dan gula merupakan masalah utama dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia. Teknologi bioproses dengan cara enzimatis maupun mikrobiologis untuk beras nonpadi ataupun tepung-tepungan dari bahan lokal mampu meningkatkan mutu produk sehingga sehingga dapat bersaing dengan beras dan terigu. Demikian juga gula cair dapat dibuat dengan cara enzimatis dan mempunyai prospek yang menjanjikan untuk mengurangi impor gula. Pengembangan teknologi bioproses dapat meningkatkan cita rasa, citra, dan daya saing produk pangan dari jagung dan ubi kayu sebagai pengganti beras, terigu, dan gula tebu. Untuk mengurangi kompetisi pemanfaatan produk pertanian untuk pangan dan energi, percarian sumber energi alternatif menjadi sangat penting. Limbah hasil pertanian merupakan sumber bahan bakar yang menjanjikan. Dengan teknologi bioproses, limbah jagung dan ubi kayu dapat diolah menjadi bioetanol sebagai bahan bakar nabati. Pengadaan energi dari limbah pertanian tidak mengganggu pengadaan pangan sehingga mendukung ketahanan pangan"
Kementerian Kementerian RI, 2014
630 PIP 7:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>