Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58125 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hariyadi B. Sukamdani
"Usaha akomodiasi telah dikenal sejak lama, sejak manusia mulai membutuhkan jasa penginapan untuk mendukung kegiatan yang terjadi jauh dari tempat tinggalnya. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, usaha akomodasi tersebut berkembang menjadi industri perhotelan dengan berbagai jenisnya untuk melayani kebutuhan spesifik dari berbagai konsumen.
Kelompok usaha Z atau dapat disebut KUZ adalah suatu kelompok usaha di Indonesia yang mempunyai beberapa kegiatan usaha dan unit usaha yang menonjol adalah perhotelan. Pada awal tahun 1992 kelompok usaha ini mempunyai 11 hotel yang tersebar di beberapa wilayah indonesia. Hotel-hotel yang dimiliki oleh KUZ sebagian besar adalah Business/City Hotel yaitu 9 unit dan Resort Hotel 2 unit.
Dengan berkembangnya perekonomian Indonesia maka diperlukan adanya tambahan kamar dalam dunia perhotelan nasional untuk menampung peningkatan jumlah konsumen baik dalam negeri maupun luar negeri yang bertujuan bisnis atau wisata. Persaingan duni perhotelan semakin keras dengan masuknya investor asing yang mempunyai International Hotel Chain dengan jaringan pemasaran internasional yang kuat. Dalam menghadapi persaingan tersebut KUZ harus dapat mengantisipasi dengan baik, alternatif terbaik bagi KUZ adalah memperbesar kapasitas kamar untuk memperluas pasar pada waktu yang sedini mungkin.
Dalam usaha untuk memperbesar kapasitas kamar tersebut diperlukan investasi yang cukup besar. Mulai akhir tahun 1990. Kondisi perekonomian Indonesia kurang menguntungkan karena pemerintah berusaha untuk menekan laju inflasi yang cukup tinggi dengan menarik dana yang eredar dimasyarakat melalui instrumen SBI, sehingga terjadi pengurangan uang beredar dan menyebabkan meningkatnya suku bunga pinjaman pada lembaga perbankan. Kondisi demikian dikenal dengan sebagai Tigh Money Policy atau Kebijakan Uang Ketat.
Kebijakan uang ketat tidak menguntungkan bagi dunia usaha terutama yang menghasilkan devisa, termasuk dalam hal ini adalah dunia perhotelan, karena rencana untuk melakukan investasi menjadi tertunda sedangkan peluang menarik wisatawan dan usahawan asing untuk berkunjung ke Indonesia cukup besar.
Dalam kondisi yang tidak menguntukan tersebut untuk mebiayai investasinya KUZ mempunyai beberapa alternatif pembiayaan yaitu:
- Bank Loan (Direct Financing)
- Go Public
- Joint Venture
- Obligasi
- Credit Supplier
- Pembiayaan International (Off Shore Loan)
KUZ merencanakan untuk membangun 4 unit hotel yaitu
1. Medan / Hotel bintang 4 / 400 kamar
2. Bandung / Hotel bintang 4 / 350 Kamar
3. Semarang / Hotel bintang 3 / 300 Kamar
4. Ujung Pandang / Hotel bintang 3 / 300 kamar
Pada lokasi yang akan dibangun hotel tersebut, KUZ telah memiliki tanahnya dan status tanah tersebut adalah bankable yaitu dapat dijaminkan pada bank sebagai equity.
Dalam menganalisa alternatif pembiayaan yang ada, metode yang digunakan adalah :
- Net Present Value (NPV)
- Internal Rate of Return (IRR)
- Rasio Keuangan"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hammetje Hartoko Kawanto
"Dalam rangka memenuhi target pembangunan PELITA IV yaitu tingkat pertumbuhan 5 persen per tahun, Indonesia akan membutuhkan dana sebesar 240 triliun rupiah untuk membangun. Jumlah ini relatif besar bila hanya menadi beban Pemerintah sendiri. Dalam hal ini pemerintah hanya mampu menyediakan 45 persen dari jumlah dana tersebut dan sisanya diharapkan akan disediakan oleh sektor swasta.
Dalam perekonomian Indonesia, kelapa sawit memegang peranan yang cukup penting. Produk ini merupakan salah satu bahan dasar dan salah satu kebutuhan pokok masyarakat yaitu minyak goreng. Peranannya dalam ekspor di sektor non?migas sangat penting dan memberikan perolehan devisa yang tidak sedikit. Karena pentingnya industri ini maka pengembangan industri kelapa sawit sangatlah strategis bagi perekonomian Indonesia.
Industri perkebunan dan pengolahan kelapa sawit adalah jenis industri yang padat modal dan padat karya. Kebutuhan modal yang sangat besar untuk investasi di industri ini hanya mungkin bisa terpenuhi bila ditunjang oleh peranan sektor keuangan seperti perbankan, lembaga keuangan bukan bank, lembaga multi finance yang menyediakan fasilitas leasing, modal ventura, asuransi, lembaga dana pensiun, dan pasar modal.
Terdapat banyak hal yang masih dapat ditingkatkan di industri minyak sawit, diantaranya adalah sistem pembiayaan, yang akan dibahas dalam penulisan karya akhir ini. Sistem pembiayaan yang kuat diharapkan mampu menghadapi masalah fluktuasi harga minyak sawit di pasaran internasional yang merugikan baik pihak negara dalam hal penerimaan devisa maupun pihak perusahaan produsen minyak sawit sendiri. Apabila kebutuhan dana sudah demikian meningkatnya karena pertumbuhan perusahaan dan dana dari sumber internal sudah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain, selain menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik dari hutang (debt financing) maupun dengan mengeluarkan saham baru (external equity financing) dalam memenuhi kebutuhan akan dananya.
Jika dalam pemenuhan kebutuhan dana dan sumber eksternal tersebut kita lebih mengutamakan pada hutang saja, maka ketergantungan kita pada pihak luar akan makin besar dan resiko finansialnya pun makin besar. Sebaliknya jika kita hanya mendasarkan pada saham saja, biayanya akan sangat mahal. Biaya penggunaan dana yang berasal dari saham baru (cost or new common stock) adalah yang paling mahal dibandingkan dengan sumber dana lainnya.
Oleh karena itu perlu diusahakan adanya keseimbangan yang optimal antara kedua sumber dana tersebut. Jika kita menggunakan prinsip hati-hati, maka kita mendasarkan pada aturan struktur finansial konservatif dalam mencari struktur modal yang optimal.
Di pasar modal tersedia dana jangka panjang jenis hutang maupun modal sendiri. Perusahaan dapat menarik pinjaman jangka panjang dengan mengeluarkan obligasi, dan menarik dana untuk modal sendiri dengan menjual saham. Hal ini dilakukan dalam rangka mengatasi peraturan pembatasan leverage, diinana suatu perusahaan tidak dapat melakukan pinjaman lebih banyak lagi. Dengan adanya pasar modal, perusahaan tidak terlalu sulit mengatasi keterbatasan ini karena pengumpulan dana dapat dilakukan melalui pasar modal dengan penjualan saham.
Bertitik tolak dan masalah tersebut diatas, maka penulisan karya akhir ini bertujuan untuk mencoba membahas peranan pasar modal sebagai alternatif pembiayaan bagi perusahaan yang bergerak dalam industri minyak sawit.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Boby Sofyan
"Bank Syariah adalah bank yang dalam menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau pembiayaan, berdasarkan pada prinsip syariah. Bank Syariah dalam menjalankan usahanya berpedoman pada tata cara yang mengikuti suruhan dan larangan yang tercantum dalam Al Qur?an dan Al Hadis. Sesuai dengan suruhan dan larangan itu maka yang dijauhi adalah praktek-praktek yang mengandung unsur riba, maisir, gharar dan perbuatan zalim, sedangkan yang diikuti adalah praktek-praktek usaha yang dilakukan di zaman Rasulullah yang tidak dilarang. Salah satu produk usaha jasa perbankan syariah adalah pembiayaan musyarakah dimana dalam hal ini bank melakukan penyertaan sejumlah dana dalam usaha yang dijalankan oleh nasabahnya dengan keuntungan dan kerugian dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing. Akad musyarakah dapat diberlakukan terhadap semua jenis usaha termasuk usaha jasa perhotelan, akan tetapi pada prakteknya dalam usaha jasa perhotelan di Indonesia masih terdapat hal yang bertentangan dengan prinsipprinsip syariah, diantaranya penjualan makanan dan minuman haram serta menjadi tempat terjadinya perbuatan zina. Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini mengenai pembiayaan musyarakah yang diberikan kepada usaha jasa perhotelan. Penulisan dalam tesis ini menggunakan metode yuridis normatif, yaitu menitikberatkan pada perundang-undangan yang berlaku, referensi dan literatur-literatur yang berkaitan dengan hal tersebut. Penelitian yang dilakukan adalah berupa penelitian kepustakaan dalam upaya mencari data yang bersifat sekunder dengan menggunakan bahan hukum primer, sekunder, dan tertier. Dari hasil analisa penelitian ini, pembiayaan musyarakah dapat diberikan pada usaha jasa perhotelan selama dalam usaha jasa perhotelan tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan tetap memperhatikan keberlangsungan usaha perhotelan.

Islamic Bank is a bank that is in rising funds from public communities in the form of saving and channeling them to the public in the form of loan or financing based on Islamic principles. Islamic Bank in running its business activities shall take guidance to the procedures following the instructions/orders and restrictions stated in Al-Qur'an and Al-Hadith. In accordance with the order and prohibition, then those which should be avoided are practices containing elements of usury, maisir, gharar and despotic acts, while those which should be followed are business practices in the era of the Prophet SAW which are not prohibited. One of Islamic banking business services products is musharaka financing in which in this case a bank shall conduct participation a number of funds in the business run by its customers with the profits and losses are divided in accordance with the agreement, while the losses shall be borne in accordance with the portion of their own funds. Musharaka agreement may be applied to all types of business including hotel Industry, however in practice in the hotel industry in Indonesia, there are still matters contradiction to the Islamic principles, among other are the sale of forbidden food and beverages and become a place of fornication. Main issues to be discussed in this writing is musharaka financing provided for hotel industry. The writing of this thesis uses the juridical normative method, namely by focusing on the prevailing law and legislation, references and literatures in relation to that matter. The research to be conducted is in form of literature research in an effort to find out secondary data by using primary, secondary, and tertiary law materials. From the Analysis results of this research, musharaka financing may be given to hotel business services as long as the hotel industry is not contrary with the Islamic principles and by remain observing the continuity of the hotel business."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
T28194
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Meyer Agnes Monang
"Sejak tahun 1991 perkembangan pasar modal Indonesia terasa sangat pesat, bahkan pada tahun 1996 Bursa Efek Jakarta merupakan salah satu bursa terbaik di Asia Tenggara. Prospek pertumbuhan pasar modal di Indonesia yang demikian pesat ini temyata didorong oleh minat para investor asing yang masuk ke dalam pasar modal Indonesia. Tingkat penyertaan investor intemasional di pasar modal Indonesia sangat tinggi hila dibandingkan dengan pasar modal negara lain. Sebaliknya kurang dari 0,22% penduduk Indonesia yang turut serta menjadi investor di pasar modal. Investor-investor asing umumnya hanya tertarik pada saham-saham yang blue chip dan sebagai akibatnya dalam batas tertentu pasar modal Indonesia akan mudah terkena goncangan seperti yang terjadi pada pertengahan tahun 1998 di mana para investor asing banyak yang melepas sahamnya di Bursa Efek akarta.
Dengan kenyataan seperti di atas. upaya meningkatkan peran investor lokal di pasar modal Indonesia sangatlah penting. Melalui pemberlakuan Undang-Undang nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal, peq~erintah sesungguhnya telah menggalakkan kembali pengumpulan dana dan sekaligus meningkatkan peranan investor lokal dengan pembentukan lembaga investasi yang dikenal dengan reksa dana. Namun. karena reksa dana merupakan salah satu altematif investasi yang masih tergolong baru dan semakin banyak manajer investasi yang menawarkan produk-produk reksa dana dengan berbagai jenis dan komposisinya serta menjanjikan tingkat pengembalian yang sangat menarik, maka seringkali timbul persaingan di antara manajer investasi dalam menarik calon investor. Dan sebagai akibatnya manajer investasi berusaha untuk menghasilkan tingkat pengembalian (return) reksa dananya yang lebih tinggi dari manajer investasi lainnya.
Berangkat clan teori pasar yang efisien, John C Bogle seorang investor Amerika yang dikenal sebagai Bapak Reksa Dana Indeks dalam bukunya Bogle on Mutual Funds menyampaikan salah satu kiat untuk mendapatkan reksa dana saham dengan tingkat pengembalian yang lebih baik dari reksa dana saham lainnya, yaitu dengan strategi investasi yang pasif. Strategi mi diterapkan dengan membentuk reksa dana saham yang portofolionya meniru indeks pasar atau yang dikenal sebagai reksa dana indeks. Karena reksa dananya dibuat persis, maka kinerjanya sama dengan kinerja indeks pasar. Dan kenyataannya, indeks pasar berkinerja lebih baik dari sebagian besar reksa dana saham, sehingga reksa dana saham yang meniru indeks pasar mi juga berkinerja lebih baik dan sebagian besar reksa dana saham lainnya.
Penelitian mi bertujuan untuk meneliti apakah kiat investasi pada reksa dana saham di pasar modal Indonesia dengan cara meniru portofolio indeks seperti yang dilakukan oleh John C Bogle dapat membenikan tingkat pengembalian yang lebih baik bila dibandingkan dengan reksa dana saham lainnya yang dibentuk secara strategi aktif.
Analisis yang digunakan di dalam penelitian mi adalah analisis perbandingan kinerja dari lima reksa dana saham yang telah efektif sebelum Januani 1997 dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan ( [HSG) dan indeks LQ-45 yang diasumsikan sebagai reksa dana indeks. Adapun data untuk pengukuran kinerja reksa dana saham digunakan Nilai Aktiva Bersih per Unit Penyertaan (NAB/UP) harlan dan data indeks 1HSG dan LQ-45 harian untuk reksa dana indeks. Selanjutnya untuk perhitungan kinerja digunakan dua metode yaitu metode Tingkat Pengembalian dengan Memperhatikan Risiko (Return-Risk Adjusted Method) dan metode Holding Period Return (HPR) yang tidak memperhatikan faktor risiko.
Penelitian mi dibagi atas dua periode yaitu periode Januari sampai Juli 1997 dan periode Januari sampai Desember 1997. Hal mi dilakukan karena pada pertengaban tahun 1997 Indonesia mengalami suatu krisis ekonomi yang diperkirakan mempengaruhi baik kinerja reksa dana yang diteliti maupun indeks.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa umumnya reksa dana saham yang diteliti memiliki kinerja di atas indeks atau pembandingnya, namun perbedaan return yang ada tidaklah signifikan. Dengan demikian data empiris tidak mendukung conventional wisdom yang menyatakan bahwa portofolio yang dikelola pakar investasi akan memberikan risk adjusted return yang secara signifikan lebih tinggi dari portofolio pasar. Selain itu belum berhasilnya kinerja reksa dana indeks yang dibentuk secara pasif untuk mengalahkan reksa dana saham yang dibentuk secara aktif seperti yang terjadi di negara-negara yang pasar modalnya telah maju dapat disebabkan kondisi pasar modal Indonesia yang belum terlalu lama dibandingkan pasar modal negara-negara lain yang Iebih dulu berkembang yang mengakibatkan harga sekuritas seringkali belum mencerminkan informasi yang sesungguhnya dan pengambilan keputusan investasi masih sering terpengaruh issue atau rumor yang beredar di samping informasi yang ada belum cukup transparan. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
S17859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Rimayanti
"ABSTRAK
Fokus utama dari penelitian dalam karya akhir ini adalah pembuktian eksistensi dan
konsistensi small-firm effect (= lebih tingginya tingkat pengemballan rata-rata dan small-
firm porofolio dibandingkan dengan tingkat pengembalian rata-rata large-firm portfolio dan
market portfolio) pada Bursa Efek Jakarta, dalam berbagai kondisi ekonomi dan kebijakan
moneter selama periode awal 1995 hingga akhir 1998. Pembuktian ini periu dilakukan
sebelum menjadikan small-fIrm effect sebagai dasar pembentukan portofolio yang
diharapkan akan menghasilkan return (tingkat pengembalian) rata-rata yang secara
konsisten lebib tinggi dibandingkan return rata-rata pasar. Lebih jauh ¡agi, penelitian ini
juga ditujukan untuk melihat seberapa besar pengaruh dan signifikansi dan perubahan
variabel-variabel kondisi dan kebijakan moneter yang telah dipilih terhadap mean process
dan small-firm dan large-firm portfolio.
Hasil pengujian selama seluruh periode penelitian membuktikan eksistensi daji
small-firm effect pada Bursa Efek Jakarta selama periode awal 1995 hingga akhir 1998.
Dengan membagi-bagi peniode penelitian, ditemukan bahwa small-firm effect tidak
konsisten sepanjang periode penelitian. Terbukti bahwa perubahan kondisi ekonomi dan
perubahan kebijakan moneter mempengaruhi konsistensi dan small-firm effect. Merupakan
fenomena yang menarik bahwa small-firm effect pada Bursa Efek Jakarta eksis pada
periode krisis ekonomi dan periode kebijakan moneter restriktif/kontraktif berlawanan
dengan hasil dan penetitian-penelitian terdahulu di AS yang menunjukkan bahwa small-firm
effect terjadi pada periode kebijakan moneter ekspansif.
Melalui proses pemodelan terhadap small-firm dan large-firm return, didapatkan
bahwa secara umum variabel-variabel kondisi dan kebijakan moneter yang dipilih, Iebíh
berpengaruh terhadap small-firm return dibandingkan terhadap large-firm return. Hasil
dan proses pemodelan juga menunjukkan bahwa pengaruh perubahan dan vaniabel-variabel
kondisi dan kebijakan moneter terhadap mean process menjadi lebih signifikan dalam masa
krisis ekonomi dibandingkan dalam masa perekonomian normai, dengan variabel yang
paling berpengaruh adalah return US dolar dan tingkat suku bunga PUAB (Pasar Uang
Antar Bank)."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syamsudin
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Sejak peluncuran paket Juni 1993 dan Mei 1995 mengenai
deregulasi otomotif, harga otomotif yang semula diharapkan turun
ternyata tidak terjadi seperti yang diharapkan. Memang setelah
paket Mei 1995 terjadi penurunan harga pada banyak merk mobil,
akan tetapi penurunan yang terjadi tidak begitu berarti.
Pasar industri kendaraan bermotor, khususnya mobil di
Indonesi a terrnasuk suatu fenomena yang unik. Situasi
perekonomian bukan merupakan satu-satunya faktor yang rnutlak
yang menentukan pola pembelian mobil. Banyak faktor yang turut
mempengaruhi. Sering terjadi permintaan mobil meningkat di kala
trend perekonomian menurun. Pasaran industri otomotif tampaknya
akan semakin semarak dengan keluarnya Inpres No. 02/1 996 tanggal
19 Pebruari 1996 yang antara lain melahirkan hak pembuatan mobil
nasional kepada PT Timor Putra Nasional. Pernbuatan mobil
nasional ini diperkirakan akan rnenurunkan harga mobil, terutama
untuk sedan kelas 1600 cc ( dirnana sedan Timor berada). Dengan
adanya penurunan harga ini maka dapat diproyeksikan bahwa
permintaan akan mobil, terutarna untuk jenis sedan akan rneningkat
pada masa-rnasa mendatang. Dengan k ondisi ini, maka peluang
dalam bisnis otomotif tetap menjanjikan tingkat keuntungan yang
baik. Untuk lebih meningkatkan keuntungan, pengusaha otomotif di
Indonesia umumnya menguasai usaha dari hulu (pabrik komponen dan
perakitannya), hingga kegiatan distribusinya.
Tingginya permintaan akan kendaraan bermotor diatas,
mendorong salah satu perusahaan karoseri di Jawa Tengah, yaitu
PT Mekar Armada Jaya, untuk mendirikan sebuah perusahaan yang
bergerak di bidang pembiayaan kredit kendaraan bermotor (KKB).
Selain alasan tersebut, maka rencana pendirian mi merupakan
kelanjutan dan kegiatan Divisi Kredit perusahaan yang selama
ini dalam skala kecil telah melayani pembelian kendaraan dengan kredit dari dealer-dealer perusahaan di daerah Magelang dan sekitarnya, yang mana kegiatan tersebut menunjukkan peningkatan.
Lonjakan kegiatan dari Divisi Kredit tersebut, mendorong
perusahaan untuk mendirikan secara terpisah suatu perusahaan
pembiayaan konsumen dengan badan hukum sendiri, yaitu PT Armada Finance. Mengingat cukup tingginya investasi yang diperlukan, maka PT Armada Finance mengadakan kerjasama pembiayaan dengan bank untuk mendanai sebagian kebutuhan dananya. Prinsip kerjasama yang akan dijalankan oleh PT Armada Finance dan bank adalah dengan joint financing, dimana total pembiayaan kendaraan setelah dikurangi dengan pembayaran uang muka konsumen akan dibagi dalam prosentase tertentu antara PT Armada Finance dan bank. Bank utarna yang direncanakan untuk kerjasama tersebut adalah salah satu bank pemerintah.
Selain permasalahan pendanaan proyek, maka hal lain yang
harus diperhatikan oleh perusahaan adalah ketatnya peraturan
pemerintah dalam mengawasi kegiatan industri pembiayaan. Hal ini dikarenakan industri pembiayaan ikut mempengaruhi stabilitas moneter. Pada tahun 1995 telah keluar kebijakan yang antara lain menghentikan izin baru bagi perusahaan yang akan bergerak dilembaga pembiayaan. Ketentuan lain yang penting adalah mengenai permodalan, dimana jumlah modal yang disetor atau simpanan pokok dan simpanan wajib Perusahaan Pembiayaan adalah sebesar
a. Perusahaan Swasta Nasional sekurang-kurangnya sebesar Rp
10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah);
b. Perusahaan patungan sekurang-kurangnya sebesar Rp
25.000.000.000 (dua puluh lima milyar rupiah);
c. Koperasi sekurang-kurangnya Rp 5.000.000.000 (lima rnilyar
rupiah);
yang harus dipenuhi dalam waktu 3 tahun sejak berlakunya putusan tersebut atau sejak mendapatkan izin.
PT Armada Finance memperoleh izin usaha pada akhir tahun
1994. Dengan modal disetor awal sebesar Rp 2.000,0 juta, maka
perusahaan merencanakan pada tahun I operasionalnya dapat
merealisjr sekitar 913 perjanjian kredit, dengan total
pembiayaan sebesar Rp 21.500,0 juta. Dari jumlah mi sebesar
20,0% atau Rp 4.300,0 juta akan dibiayai dengan uang muka dan
konsumen, 70,0% atau Rp 15.050,0 juta akan dibiayai dari kredit modal kerja bank, dan sisanya sebesar 10,0% atau Rp 2.150,0 juta dibiayai dari modal sendini perusahaan.
Dari proyeksi keuangan, maka tenlihat bahwa pada tahun I
operasional perusahaan bisa mendapatkan laba sebelum pajak
sebesar Rp 102,6 juta, tahun II sebesar Rp 1.274,3 juta, tahun
III sebesar Rp 2.077,4 juta, tahun IV sebesar Rp 2.409,5 juta
dan tahun V sebesar Rp 2.565,2 juta. Dari internal fund
generated tersebut dan ditambah dengan setoran modal yang
dilakukan oleh perusahaan, maka pada akhir tahun ketiga
operasional perusahaan sudah bisa mengakumulasikan modal
sejumlah Rp 10.403,6 juta. Dari analisa keuangan dan didukung
oleh analisa SWOT, maka diperkirakan perusahaan akan mampu masuk dalam posisi 20 besar perusahaan pembiayaan swasta nasional di Indonesia yang membiayai KKB.
Lingkungan yang sangat besar pengaruhnya terhadap
industri pembiayaan yang dimasuki perusahaan adalah lingkungan
remote dan operasional. Dukungan penuh dari group perusahaan
yang sudah lama bergerak dalam bidang industri karoseni,
diharapkan akan dapat membantu kelancaran operasional
perusahaan, baik dalam mengantisipasi persaingan maupun
kebijakan pemenintah yang begitu ketat mengatur industni mi.
Selain arialisa keuangan diatas, maka hasil analisa
lingkungan usaha dengan mempertirnbangkan kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal, menunjukkan bahwa rencana investasi proyek mi layak untuk dibiayai. Pendirian perusahaan ini juga mempunyai dampak sosial yaitu berupa penciptaan lapangan kerja dan memberikan tambahan pendapatan bagi negara berupa pajak.
Untuk pengembangan perusahaan, maka hendaknya pengurus
perusahaan mengkonsentrasikan secara penuh dalam pengelolaan
bisnisnya tanpa harus menjalankan perusahaan-perusahan lain dan group perusahaan. Hal mi untuk mejnbangun suatu company image yang kuat. Mengingat usaha KKE merupakan usaha jasa, maka hendaknya perusahaan menanamkan suatu service excellent dalam diri setiap pegawai perusahaan. Selain itu kegiatan pemasaran sangat perlu digalakkan. Untuk tahap pertama, mungkin perusahaan harus banyak melakukan pendekatan langsung kepada sebanyak mungkin dealer kendaraan bermotor.
Dalam pengembangan perusahaan, maka strategi yang dapat
digunakan oleh perusahaan adalah strategi integrasi. Untuk itu
maka akumulasi dana yang dihasilkan sebaiknya digunakan untuk
memperbanyak dealer perusahaan. Dalam rangka bersaing, maka
strategi yang bisa digunakan adalah strategi cost leadership.
Strategi mi ditempuh dengan mencari sumber dana yang semurahmurahnya, sehingga perusahaan bisa mengambil spread yang tinggi dari konsumen atau membebankan tingkat bunga yang lebih rendah dari saingan. Untuk itu perlu dijaga hubungan baik dengan kreditur dalam rangka mendapatkan credit line.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangaribuan, Peter M.
Depok: Universitas Indonesia, 1995
S23071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>