Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178586 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Aisah
"Kelompok sebaya wanita usia subur (WUS) yang ada dan berkembang di masyarakat sudah banyak terbentuk salah satunya adalah kelompok sebaya dalam wadah PKK RT. Salah satu permasalahan yang terjadi pada kelompok WUS adalah anemia gizi besi (AGB). Kelompok sebaya PKK RT diharapkan dapat membantu WUS dalam melakukan pencegahan AGB. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh edukasi kelompok sebaya terhadap perubahan perilaku dalam pencegahan AGB, jenis penelitian eksperimen semu, desain non-equivalent pretest-postest with control group, dengan intervensi edukasi kelompok sebaya PKK RT. Proses penelitian telah dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2008 di Kota Semarang dengan metode multistage random sampling, jumlah sampel 110 (55 responden kelompok perlakuan, dan 55 responden kelompok kontrol). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata umur WUS 35.5 tahun dengan pendidikan WUS terbesar SMA. Ada hubungan yang signifikan antara usia dengan pengetahuan (p<0.05). Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pengetahuan dan sikap (p<0.05).
Ada perbedaan yang signifikan (p<0.05) rata-rata nilai pengetahuan, sikap, ketrampilan antara sebelum dan setelah pada kedua kelompok, namun masih lebih tinggi pada kelompok perlakuan yang mendapat intervensi edukasi kelompok sebaya. Ada perbedaan yang signifikan (p<0.05) rata-rata nilai pengetahuan, sikap, ketrampilan antara kelompok perlakuan dan kontrol. Intervensi edukasi kelompok sebaya mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang dapat dilihat dari nilai p<0.05, berarti bahwa pengetahuan, sikap, dan ketrampilan tidak dipengaruhi oleh umur dan tingkat pendidikan tetapi dipengaruhi oleh intervensi edukasi kelompok sebaya. Berdasar hasil tersebut perlu optimalisasi kelompok sebaya wanita yang sudah ada di masyarakat, mengintegrasikan upaya promotif dan preventif AGB kedalam programnya.

There are many existing and developing fertile age women (FAW) peer groups in community, one of them is peer group in PKK RT. Since ferrous deficiency anemia (FDA) was frequently suffered by FAW, peer group of PKK RT was expected to facilitate FAW in preventing FDA. The purpose of this study was to examine the effect of peer group’s education on behavior change in preventing FDA. A quasi-experimental design using non-equivalent pretest-posttest with control group was employed in this study and the intervention was education for PKK RT peer group. Data collection was conducted from March to June 2008 by multistage random sampling at Semarang. Samples were 110 FAW comprised of 55 FAW in intervention group and 55 FAW in control group. Mean of age was 35.5 years old and majority of educational background was high school (51.8%).
The result showed that age significantly related to knowledge (p<0.05). Mean of knowledge, attitude and skill exhibited significant differences between intervention and control group (p<0.05). Intervention of education in peer group significantly affected knowledge, attitude and skill (p<0.05) which were not interfered by age and educational background. It is recommended that existing peer groups of FAW in community need to be optimized and health promotion and prevention efforts should be integrated in the programs of the FAW peer group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisah
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Ulfah
"Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang berisiko mengalami masalah kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi sebaya terhadap perubahan perilaku pencegahan anemia gizi besi pada remaja putri (10-19 tahun). Metode yang dipakai quasi experiment yang terdiri dari dua kelompok 41 remaja putri sebagai kelompok intervensi dan 41 kontrol. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling yang dilanjutkan dengan simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan edukasi sebaya berpengaruh secara signifikan terhadap pengetahuan (p=O,OOO), sikap (p=O,OOO), dan keterampilan (p=O,OOO) pencegahan anemia gizi besi. Hasil uji MANCOV A menunjukkan edukasi sebaya dipengaruhi oleh lamanya menstruasi (p=O,OOO). Edukasi sebaya dapat digunakan sebagai salah satu upaya mengubah perilaku remaja putri yang bisa diintegrasikan dalam pelayanan keperawatan di sekolah

Female adolescent is one of the aggregate who risk of having health problems. This study aimed to determine the effect of peer education on the change of behavior of iron deficiency anemia prevention in female adolescent (1 0-19 years). The research design was quasi experiment with two groups involving 41 female adolescent as the intervention group and 41 in control groups. The sampling technique used was stratified random sampling, followed by simple random sampling. The result showed that peer education significantly affects the knowledge (p=O,OOO, attitude (p=O,OOO), and skills (p=O,OOO) of iron deficiency anemia prevention. MANCOVA test showed that peer education is affected by duration of menstruation (p=O,OOO). Peer education can be used as an attempt to change the behavior of female adolescent, which could be integrated in the school nursing service."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T46089
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Lita Dwi Suryani
"Background: Iron deficiency anemia IDA is commonly found and is associated with worse functional capacity in heart failure HF . Ferrous Sulfate FS tablets are cheap and widely available in Indonesia, but there has not been much research conducted to prove its efficacy in improving iron stores and functional capacity in HF patients with IDA.
Aim: To determine the efficacy of FS tablets in improving iron stores and functional capacity in HF patients with IDA.
Methods: We conducted a randomized double blind controlled trial RCT enrolling 54 HF patients LVEF 50 with IDA Ferritin 100 ng mL or 100 300 ng mL with Tsat 20 at outpatient clinic of National Cardiovascular Center Harapan Kita from January to July 2016. Patients were randomized 1 1 to received FS or placebo for 90 days, we then evaluated the change in 6MWT distance as primary end point and changes on NT proBNP and post 6MWT serum lactate levels as secondary end points.
Results: 41 patients had completed the study Treated Group,n 22 Control Group,n 19. We found not only improvement on Tsat 14,13 9,66 p 0,000, ferritin 114,42 20,52 ng mL p 0,000 and Hb 1,085 0,365 gr dL p 0,005 levels, but also significant improvement in 6MWT distance in treated group 46,23 35,93 meter from baseline p 0,000. As for the secondary end points, there were reductions on NT ProBNP 2236,00 492,00 16476,00 vs. 1439,50 29,00 5027,00 pg mL p 0,011 and serum lactate 1,30 0,70 3,60 to 1,20 0,50 2,30 mmol L p 0,3 levels compared to baseline.
Conclusion: Oral administration of FS for 90 days not only improves iron stores but also functional capacity in HF patients with IDA, without significant reductions on NT ProBNP and post 6MWT serum lactate levels."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kinantika Nur Dewanti
"Masalah anemia gizi besi (AGB) pada remaja putri saat ini masih tinggi. Faktanya pengetahuan, sikap dan tindakan remaja putri dalam pencegahan anemia masih kurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan edukasi kesehatan masih belum dilakukan secara optimal. Edukasi kesehatan adalah usaha untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan sesorang. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh edukasi kesehatan interaktif dalam jaringan terhadap perilaku pencegahan anemia gizi besi pada remaja putri.Penelitian menggunakan rancangan quasi experiment dengan control group. Jumlah sampel terdiri dari 41 responden kelompok intervensi dan 41 responden kelompok kontrol. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner. Analisa data yang digunakan yaitu paired t test dan pooled t test. Hasil penelitian menunjukkan edukasi kesehatan interaktif dalam jaringan berpengaruh secara signifikan terhadap pengetahuan (p= 0,000), sikap (p=0,000), dan tindakan (p=0,022) pencegahan anemia gizi besi pada remaja putri. Edukasi kesehatan interaktif dalam jaringan dapat diterapkan sebagai upaya peningkatan perilaku pencegahan anemia gizi besi pada remaja putri yang dapat diintegrasikan dalam pelayanan keperawatan di sekolah.

The problem of anaemia iron deficiency in female adolescent is still high. In the fact, adolescent’s knowledge, attitude and practice about anaemia prevention is still lack. This showed that health education intervention was not optimal. Health education is an effort to improve knowledge, attitude and practice of adolescent about anaemia iron deficiency prevention. This study aimed to determine the effect of online interactive health education on behavior of iron deficiency anaemia prevention in female adolescent. The research was quasi experiment with two groups involving 41 female adolescent as the intervention group and 41 in control group. Instrument used a questionnaire. Data were analyzed using a unpaired and paired t-test. The results showed that online interactive health education significantly effected on knowledge (p=0,000), attitude (p=0,000), and skill (p=0,022) of anaemia iron deficiency prevention in female adolescent. The online interactive health education could be applied as an effort to enhance the anaemia iron deficiency preventive behavior of female adolescent which could be integrated in the school nursing service."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Luthfansyah Prabowo
"ABSTRAK
Di Indonesia, Anemia Defisiensi Besi masih merupakan permasalahan umum terutama masyarakat pada kelompok remaja putri, wanita hamil, serta anak-anak dibawah usia 5 tahun. Pemerintah dan Dinas terkait telah berupaya dengan sangat keras melalui program suplementasi dan fortifikasi pangan sehingga berhasil menurunkan prevalensi ADB, namun hasil tersebut masih diatas angka prevalensi 15 yang mengindikasikan bahwa ADB merupakan permasalahan gizi yang umum dan serius di Indonesia Kurniawan dkk., 2006 . Fortifikasi besi secara langsung juga menurunkan kualitas organoleptis dan memperpendek masa simpan dikarenankan sifat besi yang mudah mengalami oksidasi dan reduksi pada kondisi pH tertentu, oksidasi Fe2 menjadi Fe3 . Mendasarkan pada pendekatan permasalah tersebut, maka metode mikroenkapsulasi dipandang sebagai metode atau strategi sangat tepat untuk melindungi besi. Namun sebelum fortifikasi dilakukan, hal pertama yang dilakukan adalah mencari jenis besi yang paling efektif untuk dienkapsulasi menggunakan polimernya. Oleh Karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan pengujian efektifitas control rilis beberapa jenis besi Besi Sulfat, Besi Fumarat, Besi Glukonat menggunakan polimer kitosan. Polimer kitosan digunakan dalam penelitian ini dikarenakan kitosan memiliki sifat seperti tidak beracun, biodegradable, biokompatibel sehingga cocok untuk digunakan dalam pelepasan obat terkendali didalam tubuh. Besi yang digunakan adalah Besi Sulfat, Besi Fumarat, dan Besi Glukonat. Alasan penggunakan jenis besi ini Karena ketiga jenis besi ini merupakan jenis besi yang memiliki bioavabilitas kemampuan tubuh menyerap suatu senyawa yang tinggi dan besi ini merupakan besi food grade yang berarti aman dikonsumsi oleh tubuh. Dari penelitian ini didapatkan jenis besi yang paling baik dienkapsulasi dengan kitosan adalah besi glukonat 1:1.5 dengan nilai EE 80 , oksidasi awal 15.2 , loading capacity 1.4 , dan juga rilis kumulatif mencapai >70 besi glukonat 1:2 dengan nilai EE 82.8 , oksidasi awal 27.1 , loading capacity 2.0 , dan juga rilis kumulatif mencapai >70 Di Indonesia, Anemia Defisiensi Besi masih merupakan permasalahan umum terutama masyarakat pada kelompok remaja putri, wanita hamil, serta anak-anak dibawah usia 5 tahun. Pemerintah dan Dinas terkait telah berupaya dengan sangat keras melalui program suplementasi dan fortifikasi pangan sehingga berhasil menurunkan prevalensi ADB, namun hasil tersebut masih diatas angka prevalensi 15 yang mengindikasikan bahwa ADB merupakan permasalahan gizi yang umum dan serius di Indonesia Kurniawan dkk., 2006 . Fortifikasi besi secara langsung juga menurunkan kualitas organoleptis dan memperpendek masa simpan dikarenankan sifat besi yang mudah mengalami oksidasi dan reduksi pada kondisi pH tertentu, oksidasi Fe2 menjadi Fe3 . Mendasarkan pada pendekatan permasalah tersebut, maka metode mikroenkapsulasi dipandang sebagai metode atau strategi sangat tepat untuk melindungi besi. Namun sebelum fortifikasi dilakukan, hal pertama yang dilakukan adalah mencari jenis besi yang paling efektif untuk dienkapsulasi menggunakan polimernya. Oleh Karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan pengujian efektifitas control rilis beberapa jenis besi Besi Sulfat, Besi Fumarat, Besi Glukonat menggunakan polimer kitosan. Polimer kitosan digunakan dalam penelitian ini dikarenakan kitosan memiliki sifat seperti tidak beracun, biodegradable, biokompatibel sehingga cocok untuk digunakan dalam pelepasan obat terkendali didalam tubuh. Besi yang digunakan adalah Besi Sulfat, Besi Fumarat, dan Besi Glukonat. Alasan penggunakan jenis besi ini Karena ketiga jenis besi ini merupakan jenis besi yang memiliki bioavabilitas kemampuan tubuh menyerap suatu senyawa yang tinggi dan besi ini merupakan besi food grade yang berarti aman dikonsumsi oleh tubuh. Dari penelitian ini didapatkan jenis besi yang paling baik dienkapsulasi dengan kitosan adalah besi glukonat 1:1.5 dengan nilai EE 80 , oksidasi awal 15.2 , loading capacity 1.4 , dan juga rilis kumulatif mencapai >70 besi glukonat 1:2 dengan nilai EE 82.8 , oksidasi awal 27.1 , loading capacity 2.0 , dan juga rilis kumulatif mencapai >70.

ABSTRACT
In Indonesia, Iron Deficiency Anemia is still a common problem, especially for people in groups of young women, pregnant women, and children under 5 years of age. The Government and the relevant Dinas have worked very hard through food supplementation and fortification programs that have succeeded in reducing the prevalence of ADB, but the results are still above the prevalence rate of 15 indicating that ADB is a common and serious nutritional problem in Indonesia Kurniawan et al., 2006 . Direct iron fortification also decreases organoleptic qualities and shortens the shelf life due to the oxidation and reduction of pH at certain pH conditions, the oxidation of Fe2 to Fe3 . Based on the approach of the problem, the microencapsulation method is seen as a very appropriate method or strategy to protect iron. But before fortification is done, the first thing to do is to find the most effective type of iron for encapsulation using the polymer. Therefore, in this study will be tested the effectiveness of the release control of several types of iron Iron Sulfate, Iron Fumarate, Iron Gluconate using chitosan polymer. Chitosan polymer used in this research because chitosan has properties such as non toxic, biodegradable, biocompatible so suitable for use in the release of controlled drugs in the body. The iron used is ferrous sulfate, ferrous fumarate, and ferrous gluconate. The reason for using this type of iron Because these three types of iron is a type of iron that has a high bioavailability body ability to absorb a compound and iron is a food grade iron which means safe to eat by the body. From this research, the best iron species encapsulated with chitosan are 1 1.5 iron gluconate with EE 80 , initial oxidation 15.2 , loading capacity 1.4 , and also cumulative release reaches 70 and iron gluconate 1 2 with EE value of 82.8 , initial oxidation of 27.1 , loading capacity 2.0 , and also cumulative release reaching 70.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fany Insani Fajri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakterististik individu usia, jenis kelamin, dan status gizi berdasarkan IMT/U , status sosial ekonomi status pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, daerah tempat tinggal, dan pengeluaran untuk konsumsi , pola konsumsi frekuensi makan, frekuensi konsumsi daging, sayuran hijau, dan buah , dan aktivitas fisik, serta faktor yang paling dominan dengan kejadian anemia pada remaja usia 15-19 tahun di Pulau Jawa. Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan menggunakan data sekunder Indonesian Family Life Survey IFLS 2007 dari RAND Corporation. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja di wilayah Pulau Jawa.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar hemoglobin remaja di wilayah Pulau Jawa pada tahun 2007 sebesar 13,61 g/dl. Persentase kejadian anemia di wilayah Pulau Jawa sebesar 16,6 . Analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan karakteristik individu jenis kelamin , status sosial ekonomi status pekerjaan ibu , pola konsumsi frekuensi konsumsi sayuran hijau , dan aktivitas fisik terhadap kejadian anemia pada remaja di wilayah Pulau Jawa. Secara multivariat, diketahui bahwa jenis kelamin merupakan faktor dominan terhadap kejadian anemia pada remaja di wiilayah Jawa Tengah pada tahun 2007.

The purpose of this research is to know the relation between individual characteristics age, sex, and nutritional status based on BMI Age , sosio economic status parents rsquo job status, education of parents, leaving area, and spending of food consumption , consumption pattern eating frequencies, frequencies of eating meat, green vegetables, and fruits , and physical activity, also dominant factor of anemia in adolescents aged 15 19 years old on Java Island. This study use cross sectional design with Indonesian Family Life Survey data on 2007 from RAND Corporation. The population of this study are all of the adolescents in Java Island.
The result shows that the average of haemoglobin in adolescesnts at Java Island on 2007 is 13,61 g dL. Percentage of anemia in Java Island is 16,6 . Bivariate analysis shows that there are relation between sex, mother rsquo s job status, frequencies of eating green vegetables, and physical activity toward anemia in adolescents at Java Island. Multivariate analysis shows that sex is the dominant factor of anemia in adolescents at Java Island on 2007.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69020
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Putri Azizah
"Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan anemia nutrisional yang menjadi penyebab anemia tersering. Anemia defisiensi besi memiliki dampak terhadap pertumbuhan, perkembangan kognitif, gangguan perilaku, serta gangguan sistem imun pada anak. Kota Tangerang Selatan merupakan wilayah perkotaan  dengan prevalens anemia pada remaja putri cukup tinggi yaitu 35,32%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalens ADB pada anak usia 24-59 bulan di PAUD wilayah perkotaan, mengetahui profil anak dengan ADB, dan mengetahui rerata Hb dan Ret-He pada populasi tersebut. Penelitian potong lintang ini menggunakan metode pengambilan sampel cluster random sampling. ADB ditegakkan apabila kadar Hb <11 g/dl disertai Ret-He ≤27,65 pg, dan defisiensi besi apabila Ret-He ≤27,65 pg tanpa anemia. Hasil penelitian, jumlah subjek adalah 91 anak, terdiri dari 44 lelaki (48%) dan 47 perempuan (52%), median usia 45 bulan (24-59). Prevalens ADB adalah 13,2% (12 dari 91) didominasi usia 48-59 bulan, jenis kelamin perempuan, status gizi baik, penghasilan orangtua cukup, pendidikan orangtua sedang, lahir cukup bulan, mendapat ASI eksklusif, tidak mendapat suplementasi zat besi, mendapat obat cacing dalam 6 bulan terakhir, dan sedang dalam kondisi infeksi akut. Rerata Hb anak usia 24-59 bulan adalah 11,84 ± 1,03 g/dl, median Ret-He untuk anak usia 24-59 bulan adalah 28,9 (18,2-32,8) pg. Rerata Hb pada anak yang mengalami ADB adalah 10,13 ± 0,38 g/dl, median Ret-He pada anak yang mengalami ADB adalah 23,30 (18,2-27,6) pg. Sebagai kesimpulan, prevalens ADB pada anak usia 24-59 bulan di PAUD wilayah perkotaan masih cukup tinggi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui etiologi dan faktor risiko terjadinya ADB pada anak.

Iron deficiency anemia (IDA) is  nutritional anemia and the most prevalent cause of anemia. It has longterm impact on growth, cognitive development, behavioral disorders, and immune disorders in children. Tangerang Selatan is an urban area with high prevalence of anemia in female adolescence, about 35.32%. The aims of this study is to know the prevalence of IDA in children aged 24-59 months in preschools in urban areas, to know the profile of children with IDA, and to know the mean Hb and Ret-He in this population. This is a cross-sectional study with cluster random sampling methods. IDA is defined if Hb value <11 g/dl with Ret-He ≤27.65 pg, iron deficiency if Ret-He ≤27.65 pg without anemia. Results of this study, the total subjects was 91 children, consist of 44 male (48%) and 47 female (52%), the median age was 45 months (24-59). The prevalence of IDA was 13.2% (12 of 91), dominated by age 48-59 months, female gender, normal nutritional status, good parental income, moderate parental education, full term birth, exclusively breastfeeding, not receiving iron supplements, received deworming within last 6 months, and in state of acute infection. The mean Hb for children aged 24-59 months was 11.84 ± 1,03 g/dl, the median Ret-He was 28.9 (18,2-32,8) pg. The mean Hb in children with IDA was 10.13 ± 0,38 g/dl, the median Ret-He was 23.30 (18,2-27,6) pg. Conclusions, the prevalence of IDA in children aged 24-59 months in preschool in urban area is quite high. Further research is needed to determine the etiology and risk factors of IDA in children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siadari, Ida R.
"Anemia gizi besi merupakan salah satu masalah gizi yang rentan dialami oleh remaja putri. Tingkat pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pemenuhan kebutuhan zat besi pada remaja putri di kota Depok. Desain penelitian yang digunakan deskriptif korelatif. Penelitian ini dilakukan pada 80 remaja putri di SMPN 9 Depok dengan metode pengambilan sampel random sampling.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku remaja putri terhadap pemenuhan kebutuhan zat gizi besi (p value=0,707; α=0,05). Peneliti merekomendasikan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh peer group terhadap perilaku pemenuhan kebutuhan gizi besi.

Anemia deficiency of iron is one of the nutritional problems experienced by vulnerable teenage girls. The level of knowledge is one factor that affects a person's behavior.
The aim of this research was to determine the correlation between the level of knowledge and iron needs behavior in teenage girls in Depok. Design research is descriptive correlative. This research was conducted on 80 teenage girls in SMPN 9 Depok with random sampling method.
The result concluded that there was no correlation between the level of knowledge and behavior of teenage girls on the fulfillment of nutritional needs of iron (p value = 0.707; α = 0.05). The researcher recommends further research on peer group influence with behavior of iron nutrition needs.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5858
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Masa remaja adalah masa transisi dari anak ke dewasa, dimana terjadi
pertumbuhan pesat. Zat besi dibutuhkan Iebih banyak untuk memenuhi pertambahan
volume darah (Pillitteri, 1999). Insiden anemia pada remaja di USA sebesar 25%,
sedangkan di Indonesia sebesar 20-40%. Siswanto (2002) mengatakan 35% remaja
pernah mendengar anemia, dan hanya 10% dapat menjelaskan dengan benar akibat
anemia terhadap kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi
remaja terhadap anemia gizi besi (AGB). Digunakan desain deskriptif dengan metoda
simple random sampling. Kuesioner sebagai alat pengwnpul data berisi pertanyaan
mengenai data demografi dan Iinglcungan, informasi tentang anemia, zat besi dan
AGB, serta pernyataan tentang sikap dan pendapat terhadap anemia. Didapat 45
responden dari klub remaja Pathfinder dan AKPER Ruspau Antariksa. Pengolahan
dan analisa data mengglmakan rumus mean dan standar deviasi. Hasil penelitian
menggambarkan responden terbanyak perempuan, kelompok usia 18-20 tahun, duduk
di SMU, tinggal didaerah perkotaan. Infonnasi tentang anemia terutama didapat dari
media dan sekolah, Pengerlian yang benar tentang anemia dan AGB dimiliki setengah
dari yang pernah menerima informasi. Remaja mengetahui secara umum fungsi zat
besi, penyebab AGB, gejala anemia, sumber makanan zat besi, akibat anemia, serta
upaya penauganan dan pencegahannya. Beberapa mengalami anemia lebih dari satu
tahuu yang lalu dan pada umumnya melakukan pengobatan. Hasil skor dari pendapat
dan sikap disesuaikan dengan tingkat persepsi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
sebagian besar remaja mempunyai persepsi positifterhadap AGB (57,78%) dan
sisanya cenderung positif (42,22%)."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5434
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>