Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115877 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"LAPAN A2 satellite will be placed at 650 km altitude and inclination of 8ï‚° at the beginning of year 2012 based on the initial scenario. This satellite has structure with the size and weight are 60 cm x 60 cm x 80 cm and 65 kg consecutively. Space environment analysis on this satellite using space weather pattern method showed that geomagnetic activity levels, represented by Kp and Dst indices, had range of 2 to 4 and -40 to -9 nT consecutively. It means that the effect of geomagnetic activity will not significantly impact the satellite system. Simulation using SPENVIS also showed small impact of proton and electron on satellite structure. Analyzing on atmospheric drag showed that this satellite has stable orbit. The only possibility of LAPAN A2 satellite experiences charging come from charged particles trapped in South Atlantic Anomaly (SAA) that contain high flux of particles."
600 JADIR 8:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Matahari merupakan sumber utama perubahan lingkungan antariksa. Pancaran radiasi dan lontaran partikel energetik mempengaruhi orbit dan sistem instrumentasi satelit. Besarnya pengaruh ini tercermin dari aktivitas matahari (diindikasikan oleh fluks radiasi Fio,7) dan aktivitas geomagnet (diindikasikan oleh indeks Ap) yang menjadi parameter lingkungan antariksa. Namun pengaruh kedua parameter ini terhadap ketinggian satelit adalah tidak langsung dalam arti kedua parameter secara langsung mempengaruhi kerapatan atmosfer di sekitar satelit, menyebabkan terjadinya hambatan terhadap satelit dan ini berdampak pada penurunan ketinggian satelit. Dalam makalah ini dapat dilihat bahwa pada tingkat aktivitas matahari yang tinggi, pengaruh kedua parameter ini sangat dominan terhadap penurunan ketinggian satelit di orbit LEO. Sedangkan di orbit MEO, pengaruhnya relatif sangat kecil. ini dapat dilihat pada beberapa kasus satelit yang mengorbit di ketinggian LEO dan MEO seperti yang dilakukan dalam penelitian ini."
620 DIR 2:2 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Perubahan cuaca antariksa dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan bumi. Untuk mengantisipasi dan meminimalisasi dampak kerugian yang diakibatkan oleh variabilitas cuaca antariksa ini perlu diberikan informasi, baik berupa peringatan (nowcast)maupun prakiraan (forecast). Untuk dapat memberikan informasi semacam ini, diperlukan pemahaman yang baik pada kopling antara matahari, magnetosfer, ionosfer, dan atmosfer atas. Sebagai pemicu timbulnya variabilitas pada cuaca antariksa, matahari merupakan topik penting yang perlu dipahami dan diteliti untuk mengetahui proses yang terjadi di matahari dan bagaimana energi dan medan magnet ditransfer ke ruang antar planet dan ke ruang angkasa dekat bumi."
520 DIR 10 (1) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Interplanetary structures are important for the development of geomagnetic disturbance. The structures include intense north-southward Interplanetary Magnetic Field, the shock, solar wind density and velocity, and probably the magnetic cloud. We studied five events of magnetic clouds which occurred in the minimum phase of solar activity in order to understand solar wind-magnetosphere coupling. The correlations between storm intensity and the different solar wind parameters will also be presented as well. By analyzing five magnetic clouds occurred in 2006 and the associated geomagnetic enhancement, we found that not all magnetic clouds lead to geomagnetic disturbances. "
600 JADIR 8:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Data curah hujan selama 105 tahun telah digunakan untuk empelajari efek korelatif antara siklus matahari dengan kejadian curah hujan di Indonesia. Untuk siklus yang berbeda, diperoleh koefisien korelasi dan signifikasi koefisien korelasi pada data bulan Desember, Januari, Februari (DJF), Maret, April, Mei (MAM), Juni, Juli, Agustus (JJA), September, Oktober, November (SON), dan bulanan. Dapat diketahui bahwa: (i) Luas siklus matahari mempengaruhi curah hujan 3 bulanan di Indonesia, di mana makin sempit luas siklus, korelasinya dengan curah hujan semakin tinggi, kecuali curah hujan bulanan dan, (ii) Pengaruh aktivitas matahari untuk curah hujan jangka panjang (per siklus) adalah lebih baik dibandingkan dengan curah hujan jangka pendek (bulanan). Hal ini, selain disebabkan oleh matahari sebagai penyumbang energi terbesar bagi bumi, juga terakumulasi dengan energi lain, termasuk energi yang tersimpan dalam awan sebagai sumber hujan. Semua itu membutuhkan waktu, dan dengan terkumpulnya energi tersebut selama satu siklus, maka energi yang dihasilkan dapat mempengaruhi curah hujan di Indonesia. Penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui suatu kemungkinan adanya hubungan fisis antara kejadian curah hujan dan aktivitas matahari (bilangan sunspot), dan perubahan partikel â?galactic cosmic raysâ? ke bumi."
620 DIR 3:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Hingga saat ini telah ada delapan orang turis antariksa yang melancong ke Stasiun Antariksa
Internasional (ISS, International Space Station). Dalam hal kepergian seseorang turis antariksa perlu
diperhatikan beberapa hal antara lain : akomodasi, kegiatan, penerbangan ke sub orbit maupun ke
orbit, hotel dan ressort, pencocokan antara turis dan profesionalisme, dan proteksi lingkungan.
Makalah ini memuat secara singkat perihal tersebut. Selain itu, dalam makalah ini disinggung juga
tentang mahluk hidup terutama Laika, seekor anjing yang pernah ikut serta dibawa ke antariksa."
520 DIR 10 (1) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Upaya mempertahankan Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), harus dilakukan secara terus menerus dan tanpa henti dengan mengembangkan berbagai paradigma baru yang senantiasa disesuaikan dengan perubahan zaman. Terlebih lagi dalam era yang terbuka, demokratis dan berbasis otonomi daerah, dibutuhkan suatu strategi yang dapat memberikan ketahanan yang optimal untuk keberadaan NKRI. Salah satu sektor yang belum secara maksimal dibangun adalah sektor keantarariksaan. Tanpa kedaulatan Antariksa Indonesia, tak seorang pun akan yakin bahwa Indonesia itu berdaulat. Tulisan ini ditujukan untuk menggugah segenap Bangsa Indonesia akan betapa pentingnya membangun Kedaulatan Antariksa Indonesia demi tercapainya makna kedaulatan NKRI yang sesungguhnya."
JKL 21 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Emisi semburan radio matahari memerlukan waktu 8,3 menit untuk sampai atmosfer Bumi, sementara CME dan muka gelombang kejut memerlukan waktu 40 sampai dengan 80 jam (bahkan lebih). Adanya keterkaitan proses fenomena semburan radio matahari dan CME, maka semburan matahari merupakan informasi awal tentang aktivitas matahari dan menjadi peringatan dini gangguan di antariksa dan atmosfer Bumi. Kejadian flare matahari akan meningkatkan intensitas radiasi UV,X-ray, fenomena semburan radio (radio burst), dan intensitas lontaran masa korona (CME). CME yang merupakan gerakan gelombang kejut (shock wave) dan partikel energetik akan memiliki implikasi munculnya badai magnetik bumi (geomagnetic storm) yang berakibat adanya gangguan di atmosfer Bumi.
"
621 DIRGA 8 (1-4)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan metode analisis korelasi dan analisis spektral untuk mengetahui sinyal aktivitas matahari dan El Nino Southern Oscillation (ENSO) pada pola liputan awan di Indonesia. Dengan menggunakan data Southern Oscillation Index (SO!) sebagai indikator ENSO yang dikorelasikan dengan data liputan awan total masing-masing untuk daerah dengan pola iklim monsun, ekuatorial serta lokal diperoleh koefisien korelasi berturut-turut sebesar 0.8, 0.49 dan 0.85. Sinyal aktivitas matahari muncul pada spektral liputan awan terutama pada saat faktor lain melemah. Sinyal 11 tahun pada spektral SO! mengindikasikan adanya pengaruh tidak langsung aktivitas matahari pada ENSO."
620 DIR 2:2 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The type III solar radio bursts is an indicator of solar X-ray flare phenomena. The effect of solar X-ray flares to the ionospheric layer is the increasing of minimum frequency (fmin) which indicates the absorption of incoming high frequency (HF) radio wave. Further impact is a disturbance of high frequency radio communications. The number and flux density of type III bursts and X-ray flare can used as an information of ionospheric disturbance possibility. The correlation analysis shows that the number of X-ray flare is related to the number of ionospheric absorption and the time duration of these absorption. The serial event of type III bursts and solar X-ray flare occures during February 6th to 12th, 2010 are an example cases of the early warning of possibility of radio communications disturbances."
600 JADIR 8:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>