Ditemukan 11186 dokumen yang sesuai dengan query
"The Mincerian earnings functions are estimated using cross section and time series data for Korea during the 1993-2002 period. Male and female workers with university and higher education earn 1.8 and 2.9 times more than with the middle school and under education in 2002, respectively."
330 JER 12:1 (2009)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Seth, Michael
Hawaii: University of Hawaii Press, 2002
KOR 370.519 5 SET e
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Sett, Michael J.
Honolulu: University of Hawai'i Press, 2002
370.519 5 SET e
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Dina Namora Andiani
"Penelitian ini bertujuan untuk menghitung tingkat pengembalian investasi pendidikan di Provinsi Kalimantan Barat, untuk seluruh kabupaten dan kota dengan menggunakan model mincerian earnings function. Hasil estimasi menggunakan data individual SAKERNAS tahun 2019 sampai dengan tahun 2022. Hasil regresi menggunakan model Mincerian Function dengan melihat hasil dari uji multikolineritas dan heteroskedastisitas dimana hasilnya positif dan signifikan sebesar 3,88% (2019), 3,83% (2020), 3,41% (2021), dan 3,20% (2022) antara lama sekolah dan peningkatan pendapatan. Dengan demikian, dapat disimpulkan untuk individu yang berpendidikan tinggi akan memperoleh pendapatan yang semakin besar.
This research aims to calculate the rate of return on education investment in West Kalimantan Province, for all districts and cities using the Mincerian earnings function model. Estimation results using SAKERNAS individual data from 2019 to 2022. Regression results using the Mincerian function model with a multicolineritas test and a heteroscedasticity test, the result namely positive and significant at 3.88% (2019), 3.83% (2020), 3.41% (2021), and 3.20% (2022) between years of schooling and increased income. Thus, it can be concluded that individuals with higher education will earn greater income."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Seoul: Ministry of Education and National Commission for Unesco, 1962
951.9 EDU
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Fisher, James Earnest
Seoul: Yonsei University Press, 1970
370.951 9 FIS d
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Agnes Nabila
"Kondisi kesetaraan gender dalam pendidikan di Indonesia merupakan isu yang terus mengalami kemajuan, meskipun begitu hal tersebut belum sejalan dengan kondisi kesetaraan gender secara global. Berdasarkan Global Gender Gap Index (GGGI) tahun 2021, Indonesia masih menempati urutan 101 dari 156 negara dengan skor 0,688 atau 68,8 persen kesetaraan gender. Peringkat Indonesia dalam sub indeks GGGI, terutama dalam capaian pendidikan, berada pada posisi cenderung di bawah. Penelitian ini mengkaji kondisi ketidaksetaraan gender dalam pendidikan dan dampaknya terhadap kemiskinan di Indonesia pada tingkat kabupaten/kota. Dengan menggunakan data panel dari tahun 2012 hingga 2021, analisis ini mengungkap variasi dalam ketimpangan gender dalam pendidikan di berbagai kabupaten/kota. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang negatif dan signifikan antara ketidaksetaraan gender dalam pendidikan, yang diukur menggunakan rasio rata-rata lamanya sekolah perempuan dibandingkan laki-laki, dengan indikator kemiskinan, yang menandakan bahwa peningkatan kesetaraan gender dalam pendidikan dapat membantu upaya pengentasan kemiskinan. Penelitian ini menekankan pentingnya pendekatan kontekstual untuk mengatasi tantangan dan peluang yang spesifik di berbagai wilayah. Rekomendasi kebijakan mencakup promosi kesetaraan gender dalam pendidikan, penghapusan stereotip gender, dan mempertimbangkan faktor-faktor seperti pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, akses internet, dan program bantuan sosial dalam upaya pengentasan kemiskinan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pembuatan kebijakan untuk mencapai kesetaraan gender dan pengentasan kemiskinan di Indonesia.
The condition of gender equality in education in Indonesia is an issue that continues to make progress, although it is not yet aligned with the global gender equality situation. Based on the Global Gender Gap Index (GGGI) in 2021, Indonesia still ranks 101 out of 156 countries with a score of 0.688 or 68.8 percent gender equality. Indonesia's ranking in the GGGI sub-index, particularly in educational attainment, is relatively lower. This research examines the condition of gender inequality in education and its impact on poverty in Indonesia at the district/city level. By using panel data from 2012 to 2021, the analysis reveals variations in gender disparities in education across different districts/cities. The research findings show a significant negative relationship between gender inequality in education, measured by the ratio of average years of schooling for females compared to males, and the poverty indicator, indicating that an increase in gender equality in education can contribute to poverty alleviation efforts. The research emphasizes the importance of a contextual approach to address specific challenges and opportunities in different regions. Policy recommendations include promoting gender equality in education, eliminating gender stereotypes, and considering factors such as economic growth, population size, internet access, and social assistance programs in poverty alleviation efforts. This research is expected to contribute to policy-making efforts to achieve gender equality and poverty reduction in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Rahmi Fitrianti
"Tesis ini membahas tentang ketidaksetaraan gender dalam pendidikan di Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian eksplanatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat ketidaksetaraan gender dalam pendidikan bagi perempuan yang disebabkan oleh pengaruh akses, partisipasi, kontrol, manfaat serta nilai terhadap pendidikan. Faktor penting yang mendorong terciptanya ketidaksetaraan gender dalam pendidikan adalah nilai. Nilai yang ada membentuk stereotip negatif yang menyebabkan terjadinya marjinalisasi, subordinasi dan beban kerja pada perempuan di Kecamatan Majalaya.
This thesis discusses gender inequality in education in Majalaya district, Karawang, West Java, by using an explanative qualitative approach. The result of the study shows that there is a gender inequality in women education influenced by the access, participation, control, benefits and value in the community. Value plays as an important influencing factor that creates gender inequality in education. The existing value in Majalaya district forms a negative stereotype that causes women marginalization, subordination and over-load work."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T29599
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
Salman Rafi Alifiansyah
"Segregasi jenis kelamin dalam pendidikan memberikan dampak positif seperti berkembangnya peran gender yang progresif serta meminimalisir pelecehan seksual yang dialami murid perempuan di sekolah campuran. Akan tetapi, diketahui pula bahwa segregasi jenis kelamin mengurangi kualitas dan frekuensi interaksi dengan lawan jenis. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman seksualitas pada laki-laki dan perempuan yang pernah bersekolah dengan sistem segregasi jenis kelamin. Penelitian ini mengambil 8 (delapan) orang responden dewasa muda, yang terdiri dari empat laki-laki dan empat perempuan. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, kemudian hasilnya dianalis secara fenomenologis. Hasil penelitian menemukan bahwa minimnya interaksi dengan lawan jenis selama sekolah menyebabkan permasalahan, seperti kesulitan dalam berinteraksi dengan lawan jenis, serta hubungan romantis yang terlambat. Dalam hubungan pertemanan, seluruh partisipan membutuhkan paling lama 3 bulan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang menggabungkan jenis kelamin. Meskipun begitu, diketahui bahwa tiga partisipan tidak memiliki hubungan pertemanan yang personal dengan lawan jenis. Dalam hubungan romantis, hanya tiga partisipan yang pernah atau sedang menjalin hubungan romantis dengan lawan jenis. Dua partisipan kesulitan untuk mengidentifikasi aspek negatif dari pasangan. Sedangkan itu, satu partisipan lainnya merasa tidak nyaman untuk melakukan kontak fisik yang berlebihan dengan pasangannya, seperti berpelukan atau berciuman.
Gender segregation in education has positive impacts, such as the development of progressive gender roles and the minimization of sexual harassment experienced by female students in coeducational schools. However, it is also known that gender segregation reduces the quality and frequency of interactions with the opposite sex. Therefore, this study aims to understand sexuality among men and women who have attended gender-segregated schools. The study involved 8 young adult respondents, comprising four men and four women. Data collection was done through interviews, and the results were analyzed phenomenologically. The study found that the lack of interaction with the opposite sex during school leads to issues such as difficulty in communicating with the opposite sex and delayed romantic relationships. In terms of friendships, all participants took a maximum of 3 months to adapt to a mixed-gender environment. However, it was revealed that three participants did not have personal friendships with the opposite sex. In romantic relationships, only three participants had been or were currently in romantic relationships with the opposite sex. Two participants had difficulty identifying negative aspects of their partners. Meanwhile, another participant felt uncomfortable engaging in excessive physical contact with their partner, such as hugging or kissing."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Salamah Althea Pradana
"Pemikiran tradisional dari ajaran Konfusianisme masih memengaruhi tingkah laku dan pola pikir masyarakat Korea Selatan sampai saat ini. Ajaran Konfusianisme cenderung meninggikan laki-laki dan membedakan peranan laki-laki dan perempuan. Peran yang terbatas dan posisi yang lebih rendah daripada laki-laki, meminimalkan hak dan kekuasaan perempuan. Peran gender ini terbentuk atas dasar stereotip terhadap gender tertentu. Salah satu drama Korea yang menentang stereotip atas peran gender tersebut dan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah drama Strong Woman Do Bong Soon. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran gender khususnya terhadap perempuan yang digambarkan dalam drama Strong Woman Do Bong Soon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan bahwa di balik peran gender, terdapat pandangan tokoh-tokoh lain di sekitar Bong-soon yang melemahkan posisi dan perannya sebagai perempuan. Pandangan-pandangan tersebut seperti terjadinya marginalisasi, subordinasi, stereotip, dan kekerasan. Berkebalikan dari judulnya, apa yang digambarkan pada drama ini justru menampilkan bahwa perempuan Korea Selatan masih dianggap lemah. Makna “kuat” pada drama ini tidak hanya sekadar kekuatan fisik semata tetapi juga kemandirian, kepercaya dirian dan keberanian perempuan. Drama ini dianggap penulis sebagai bentuk harapan perempuan Korea Selatan untuk mendobrak stereotip yang dilekatkan pada mereka.
Traditional thinking from Confucianism still influences the behavior and mindset of South Korean society to this day. Confucian teachings tend to elevate men and differentiate the roles of men and women. Limited roles and lower positions than men, minimize women's rights and power. These gender roles are formed on the basis of stereotypes against certain genders. One of the Korean dramas that opposes the stereotype of gender roles and which will be discussed in this study is the drama Strong Woman Do Bong Soon. This study aims to describe gender roles, especially for women depicted in the drama Strong Woman Do Bong Soon. The method used in this study is a qualitative descriptive method. Based on the results of the study, the researcher found that behind gender roles, there were views of other characters around Bong-soon that weakened her position and role as women. These views such as the occurrence of marginalization, subordination, stereotypes, and violence. Contrary to the title, what is described in this drama actually shows that South Korean women are still considered weak. The meaning of "strong" in this drama is not only physical strength but also women's independence, self-confidence and courage. This drama is considered by the author as a form of hope for South Korean women to break the stereotypes attached to them."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library