Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97228 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Gibran Khalil
"Energi angin adalah salah satu energi baru dan terbarukan yang sedang dikembangkan sebagai energi alternatif untuk mengatasi krisis energi yang akan dihadapi. Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah yang memiliki potensi angin yang cukup baik untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Salah satu teknologi yang banyak digunakan untuk pemanfaatan energi menjadi pembangkit listrik adalah turbin angin. Dalam pembangunan turbin angin, terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi diantaranya yaitu kecepatan dan arah angin, kemiringan lereng, dan beberapa faktor lain seperti penggunaan tanah dan wilayah permukiman. Dengan kondisi angin di Nusa Tenggara Timur yang memiliki kecepatan rata-rata 3 m/s hingga 7 m/s maka jenis turbin angin skala menengah sangat cocok untuk dikembangkan. Sehingga hasil dari penelitian ini yaitu berupa gambaran mengenai potensi angin di Nusa Tenggara Timur serta wilayah yang berpotensi untuk pembangunan turbin angin untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kebutuhan akan energi.

Wind energy is one of the new and renewable energy is being developed as an alternative energy to overcome the energy crisis to be faced. East Nusa Tenggara is a region that has a good enough wind potential to be used as a power plant. One of technology that is widely used for the utilization of energy into electricity generation is wind turbines. In the construction of wind turbines, there are several variables that affect them is the speed and direction of wind, slope, and several other factors such as the landuse and residential areas. With the wind conditions in East Nusa Tenggara which has an average speed of 3 m/s to 7 m/s the kind of medium scale wind turbine is suitable to be developed. So the results of this research in the form of an overview of the wind potential in East Nusa Tenggara and the region that have the potential for development of wind turbines to meet the needs of the community in need of energy."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63396
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abyan Habib Yuntoharjo
"Saat ini energi baru dan terbarukan sedang dalam masa pengkajuan dalam pengimplementasiannya agar dapat berkembang di waktu yang akan dating. Salah satu sumber energi baru dan terbarukan yang digunakan di Indonesia merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), yang mengkonversikan tenaga angin untuk memutar rotor yang kemudian diubah menjadi tenaga listrik. Penggunaan PLTB yang sudah diinterkoneksikan pada salah satu daerah di Sulawesi bagian Selatan (SulbagSel), akan dijadikan penelitian guna melihat daya keluaran dan tegangan yang dihasilkan oleh masing-masing PLTB. Dengan merubah kecepatan angin pada PLTB dapat dilihat keluaran maksimal dan minimal yang terjadi. Studi ini dilakukan terdiri dari studi stabilitas yang menggunakan perangkat lunak DIgSILENT PowerFactory. Hasil dari studi stabilitas yaitu tegangan pada tiap sistem tetap tidak menyalahi aturan dari IEC yang berlaku. Pada tiap level tegangan terjadinya pergeseran tidak lebih dari 1,23%, namun telah adanya ketidakstabilan saat PLTA Poso lepas dari sistem, yang menyebabkan ketidakstabilan tegangan pada PAMONA karena berada dibawah batas yang ditentukan oleh gridcode. Kinerja dari masing-masing PLTB menghasilkan daya aktif dan reaktif yang cukup, dimana dibutuhkan kecepatan angin yang bervariasi untuk menentukan besar daya yang diberikan, dengan daya terbesar PLTB Sidrap 17.557 MW dengan daya reaktif -0.021 MVAr pada tegangan 1.001 p.u. dan PLTB Tolo menghasilkan daya 35.229 MW dengan daya reaktif sebesar 1.086 MVAr pada tegangan 1 p.u.

Currently new and renewable energy is in a period of progress in its implementation in order to develop in the future. One of the new and renewable energy sources used in Indonesia is the Bayu Power Plant (PLTB), which converts wind power to rotate the rotor which is then converted into electric power. The use of pltb that has been interconnected in one of the regions in South Sulawesi (South Sulawesi), will be used as research to see the output power and voltage produced by each PLTB. By changing the wind speed on the PLTB can be seen maximum and minimal output that occurs. This study consisted of a stability study using DIgSILENT PowerFactory software. The result of the stability study is that the voltage in each system remains not in violation of the rules of the applicable IEC. At each voltage level the occurrence of a shift of no more than 1.23%, but there has been instability when the Poso hydropower plant is detached from the system, which causes voltage instability in PAMONA because it is below the limit specified by the grid code. The performance of each PLTB produces sufficient active and reactive power, where it takes a varied wind speed to determine the amount of power provided, with the largest power Sidrap PLTB 17,557 MW with reactive power -0.021 MVAr at a voltage of 1,001 p.u. and PLTB Tolo producing 35,229 MW of power with reactive power of 1,086 MVAr at 1 p.u."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Kusumo Probo Ndaru
"Selama ribuan tahun dunia telah mengandalkan energi fosil sebagai bahan bakar dan energi bagi kehidupan. Ketersedian energi fosil semakin menurun seiring berjalannya waktu. Di lain sisi, dunia dan Indonesia memiliki cadangan energi dari sektor energi baru terbarukan salah satunya adalah energi dari gelombang laut. Salah satu wilayah yang memiliki potensi energi gelombang laut adalah daerah Sumba, Nusa Tenggara Timur dan PLTGL sangat cocok untuk daerah pulau-pulau yang terpencil. Eco Wave Power hadir sebagai PLTGL dengan teknologi yang dapat berkerja dengan sendirinya dalam menghasilkan energi listrik dari gelombang laut dalam kondisi apapun. Analisis risiko keekonomian diperlukan untuk mendapatkan studi kelayakan pembangunan suatu PLTGL. Penelitian ini dilakukan di empat titik berbeda di pulau Sumba. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh tiga dari empat titik yang layak untuk diwujudkan, yaitu titik koordinat 9,8S 119,4E; 9,8S 119,6E; dan 9,8S 119,2E. Titik koordinat 9,8S 119,2E menghasilkan analisis keekonomian terbaik dengan nilai NPV sebesar $1.610.050,29, IRR sebesar 21,71%, PBP selama 4,66 tahun dan LCOE sebesar 82,35 e/MWh. Perbandingan LCOE dengan pembangkit listrik lainnya juga dianalisis dalam penelitian ini. Hasil analisis sensitivitas didapatkan bahwa faktor besaran biaya pokok (BPP) dan faktor kapasitas merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam penelitian ini.

For thousands of years the world has relied on fossil energy as fuel and energy for life. The availability of fossil energy decreases all the time. On the other side, the world and Indonesia have energy reserves from the renewable energy sector, which is energy from ocean waves. One area that has ocean wave energy potential is the Sumba, East Nusa Tenggara and PLTGLs are very suitable for remote island areas. Eco Wave Power comes as PLTGL with technology that can work by itself in producing electrical energy from ocean waves under any conditions. Economic risk analysis is needed to obtain a feasibility study on the construction of a PLTGL. This research was conducted at four different points on the island of Sumba. Based on the calculation results obtained three of the four points that are feasible to be realized, namely the coordinate point 9.8S 119.4E; 9.8S 119.6E; and 9.8S 119.2E. The coordinate 9.8S 119.2E produces the best economic analysis with an NPV is $1,610,050.29, IRR is 21.71%, PBP for 4.66 years and LCOE is 82.35 e/MWh. Comparison of LCOE with other power plants was also analyzed. The results of the sensitivity analysis found that the principal cost factor (BPP) and capacity factor were the most influential factors in this study."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dezetty Monika
"ABSTRAK
Pembangkit listrik tenaga angin yaitu suatu pembangkit listrik yang menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik. Pada saat ini energi angin untuk pembangkit listrik menggunakan angin alami, padahal ada angin yang dihasilkan bukan dari alami seperti dari blower pendingin ruangan (AC). Hembusan angin yang dihasilkan dari kipas pendingin ruangan ini berkisar antara 0 sampai 6 m/detik dengan jarak pengukuran 0 cm dari kipas, dari kecepatan angin yang dihasilkan maka dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Tetapi angin keluaran pada blower juga bersifat menyebar dan tidak merata di bagian kiri dan dibagian kanan, sehingga dipasang dua turbin dan dua generator untuk memanfaatkan kecepatan angin secara maksimal dan nilai efisiensi untuk generator pertama sebesar 15,4% dan generator kedua sebesar 17,72%. Dari hubungan ini dapat dipastikan bahwa energi listrik yang dihasilkan tidak sebesar yang dihasilkan oleh pembangkit angin alami, tetapi dengan kecepatan angin yang dihasilkan akan dapat menghasilkan energi listrik. Dalam penelitian ini memanfaatkan blower pendingin ruangan dengan merek dan kapasitas yang bervariasi, yaitu Produk A dengan kapasitas 2,5 pk, Produk B dengan kapasitas 1 pk dan Produk C dengan kapasitas 0,5 pk. Daya yang dihasilkan dari generator dengan keluaran angin kipas pendingin ruangan Produk B berkapasitas 1 pk lebih besar dari yang lain. Dimana daya pada generator yang dihubungkan secara parallel dengan beban lampu LED 1 sebesar 0,0495 watt dan beban lampu LED 2 sebesar 0,048 watt. Sedangkan daya pada generator yang dihubungkan secara seri dengan lampu LED 1 sebesar 0,044 watt dan beban lampu LED 2 sebesar 0,06 watt.

ABSTRACT
Wind power plant is a power plant that uses wind as an energy source to produce electrical energy. Now the wind energy for electricity generation using natural wind, beside that there is wind generated not from the natural as from the blower air conditioner (AC). Gusts of wind generated from the cooling fan ranges from 0 to 6 m/sec with a measurement range of 0 cm from the fans, from the resulting wind speed, it can be used as a power plant. But the wind on the blower output also is diffused and unevenly on the left and on the right, so installed two turbines and two generators to utilize to the maximum wind speed and the efficiency of the first generator by 15.4% and amounted to 17.72% the second generator, From this relationship can be ascertained that the electrical energy generated is not as big as that produced by natural wind generation, but with the speed of wind generated electricity will be able to generate energy. In this study, utilizing the air-conditioning blower with brands and varying capacities, namely the Products A with a capacity of 2.5 pk, the Products B with power is 1 pk and the Products C with power is 0.5 pk. The power produced from wind generators with output cooling fan which Products B with power is 1 pk larger than the other. Where the power resulted by generators connected in parallel with lamp LED 1 just produce 0.0495 watts and lamp LED 2 just produce 0.048 watts. Mean while, the power resulted by generators connected in series with the lamp LED 1 just produce 0.044 watts and lamp LED 2 just produce 0.06 watts."
2016
T45594
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fidel Rezki Fajry
"ABSTRAK
Keberadaan Fish Cold Storage sangat diharapkan bagi Nelayan di Pulau Kei Kecil untuk menjaga kualitas Ikan tetap baik. Dikarenakan terletak di area terpencil dan memiliki daya pembangkitan listrik terpasang yang terbatas, menjadi faktor kendala dalam pembangunan Fish Cold Storage. Penelitian ini membahas penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu mode hybrid dengan sistem off-grid menggunakan dua set Baterai Bank yang beroperasi secara bergantian setiap 24 jam untuk melistriki DC Fish Cold Storage berdasarkan data harian lama penyinaran matahari dan kecepatan angin. Penentuan kapasitas sistem pembangkitan listrik dilakukan dengan empat skenario menggunakan tipe baterai bank yang berbeda. Dari hasil simulasi, sistem pembangkitan listrik mode hybrid Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu tidak handal dan optimal sehingga diperoleh konfigurasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu 170kW dan Baterai Bank Tipe AGM 48VDC ndash; 2265AH sebagai sistem pembangkitan yang handal dan optimal dengan biaya energi Rp 2.523/kWh. Sistem pembangkitan listrik ini memenuhi semua kriteria kelayakan ekonomi pada kondisi ideal dengan menetapkan tarif listrik sebesar Rp 9.828/kWh pada kondisi ideal dan diperoleh payback period selama 6 tahun 6 bulan 7 hari, net present value sebesar Rp 3.017.428, internal rate of return sebesar 9,002 , dan profitability index sebesar 1.6438.

ABSTRACT
The existence of Fish Cold Storage is highly expected by Fishermen in Kei Kecil Island to preserve the Fish quality well. Due to located on remote areas and having limited existing power generation as becoming the obstacles in development of Fish Cold Storage. This study discuss about hybrid sea floating photovoltaic and wind turbine with off grid system using two sets of battery banks that operate interchangeably every 24 hours for powering DC Fish Cold Fish Storage based on daily solar irradiance duration and wind speed data. Determination the power generation system capacity is done by four scenarios which is using different battery bank type. Based on simulation result, hybrid sea floating photovoltaic and wind turbine are not reliable and optimum, so the configuration of 170kW Wind Turbin and 48VDC 2265AH Battery Bank of AGM is selected based on the reliability and optimized level with the cost of energy of Rp 2.523 kWh. Those selected power generation system fulfill all economic feasibility criteria by setting electricity tariff of Rp 9.828 kWh on ideal condition with receiveing payback period for 6 years 6 months 7 days, net present value of Rp 3,017,428, internal rate of return of 9.002 , and profitability index of 1.6438."
2018
T51193
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Prakasa Anom Putra
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aspek ekonomi berbagai konfigurasi proses tenaga surya terkonsentrasi diterapkan di Nusa Tenggara. Penggunaan sistem penyimpanan energi diteliti penerapannya terhadap tenaga surya yang dikonsentrasikan karena penggunaannya pada sumber energi yang berselang, seperti energi surya, dinilai mampu mengatasi permasalahan pasokan dan permintaan energi listrik. Sistem tangki ganda (panas dan dingin) menjadi yang konvensional pada tenaga surya terkonsentrasi, sementara tangki jenis termoklin masih berada dalam tahap penelitian.. Penelitian ini akan dilakukan dengan menyimulasikan enam jenis skenario pembangkitan dengan kedua jenis tangki tersebut dan skenario tanpa menggunakan sistem penyimpanan energi. Skenario dilakukan dengan menjalankan siklus termodinamika Rankine dan Brayton. Seluruh data yang berkaitan akan menggunakan data yang tersedia di Nusa Tenggara Timur dengan WACC sebesar 10% dan umur guna proyek selama 25 tahun. Hasil penelitian menyatakan bahwa di penerapan siklus Brayton menghasilkan energi lebih besar, tetapi efisiensi keseluruhannya kecil dibandingkan siklus Rankine. Hal tersebut menuntun kepada lebih besarnya LCOE skenario yang menjalankan siklus Brayton dibandingkan siklus Rankine. Penggunaan tangki jenis termoklin mampu untuk menekan biaya investasi, sehingga sistem yang menggunakan sistem tangki termoklin memperoleh LCOE lebih rendah dibandingkan dengan sistem tangki. Di antara semua jenis skenario, sistem yang menjalankan sistem tangki termoklin dengan siklus Rankine mampu menghasilkan LCOE paling rendah. Hasil LCOE tersebut sebanding dengan LCOE sumber energi lain di Indonesia.

This study aims to determine how the economic aspects of various configurations of concentrated solar power processes are applied in Nusa Tenggara. The employment of energy storage systems is investigated for its application to concentrated solar power because its use in intermittent energy sources, such as solar energy, is able to overcome problems of supply and demand for electrical energy. The double tank system (hot and cold) is becoming the conventional one on concentrated solar power, while the thermocline type tank is still in the research stage. This research will be carried out by simulating six scenarios by incorporating both types of tanks, without using energy storage systems, and is running with Rankine and Brayton thermodynamic generation cycles. All related data will use Nusa Tenggara Timur availability with WACC of 10% and 25 project lifetimes. The results of the study state that the application of the Brayton cycle produces more energy, yet the overall efficiency is lower than the Rankine cycle. This leads to a larger LCOE of scenarios running the Brayton cycle than the Rankine cycle. The use of a thermocline tank can reduce investment costs so that a system using a thermocline tank system obtains a lower LCOE than the double tank system. Among all types of scenarios, the system with thermocline tank and Rankine cycle were able to produce the lowest LCOE. The results of the LCOE are comparable to the LCOE of other energy sources in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachry Dzaky Al Qadri Sabil
"Saat ini kebutuhan energi di dunia pada umumnya, dan di Indonesia khususnya terus meningkat. Hal itu dipicu oleh pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan pola konsumsi energi yang senantiasa meningkat. Pada tahun 2005, cadangan minyak bumi diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 18 tahun. Untuk itu diperlukan upaya diversifikasi pembangkit listrik dengan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan salah satunya adalah energi angin. Diketahui pemanfaatan energi angin untuk kebutuhan listrik di Indonesia hanya 0,0006 GW dari total potensi sebesar 9,29 GW. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana potensi angin yang berada di Kabupaten Gunung Kidul. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) berupa analisis spasial yaitu weighted overlay berdasarkan 6 variabel yaitu kecepatan rata-rata angin, jaringan jalan, wilayah pemukiman, kemiringan, ketinggian, serta penggunaan tanah dari Kabupaten Gunung Kidul. Berdasarkan analisis spasial diketahui lokasi potensial untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga angina berada di Desa Tepus, Kabupaten Gunung Kidul. Desa Tepus memiliki rata-rata kecepatan angin pada tahun 2015 sebesar 6,2 m/s dengan arah angin dominan berhembus dari arah tenggara. Kebutuhan listrik dari Desa Tepus adalah 308.759 kWh/bulan dengan konsumsi terbanyak berasal dari sektor perumahan dengan daya 450 VA.

Nowadays, the energy needs in Indonesia in particular, and generally in the world are increasing due to population growth, economic growth, and the pattern of energy consumption. According to data released by The Ministry of Energy and Mineral Resources in 2005, petroleum reserves are expected to run out within 18 years, therefore, we need a solution to diversify electricity power plant with environmental friendly alternative energy sources, one of them is wind energy. Based on blueprint released by The Ministry of Energy and Mineral Resources, it is known that the use of wind energy for electricity needs in Indonesia is only 0,0006 GW of the total potential of 9,29 GW. Potential location for the development of wind power plants in Kabupaten Gunung Kidul that aims to determine the potential of wind energy itself in Kabupaten Gunung Kidul. The analysis was conducted using spatial analysis with weighted overlay analysis based on 6 variables of average wind speed, road network, residential area, slope, altitude, and land use in Kabupaten Gunung Kidul. Based on spatial analysis, it is known that the potential location for the development of wind power plants located in Tepus Village, Gunung Kidul Regency. Based on data processing and field survey is known that the village of Tepus has an average of wind speed in 2015 of 6,2 m/s with the dominant wind direction blowing from the southeast. From the result of the field survey, it is known that the electricity needs of the village of Tepus are 308.759 kWh/month where housing sector with 450 VA is the sector with the most consumption."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mujammil Asdhiyoga Rahmanta
"Penelitian kajian optimasi & analisis ekonomi distribusi Liquified Natural Gas (LNG) terhadap penurunan biaya bahan bakar penyediaan tenaga listrik pada pembangkit listrik di Wilayah Nusa Tenggara bertujuan untuk menentukan alokasi & fasilitas yang harus dibangun dalam distribusi LNG, serta mendapatkan kajian analisis keekonomian berdasarkan parameter kelayakan finansial distribusi LNG ke pembangkit listrik di wilayah Nusa Tenggara. Penelitian dilakukan dengan optimasi rute distribusi LNG dengan fungsi tujuan meminimalkan biaya transportasi. Optimasi rute distribusi dilakukan dengan pendekatan greedy algorithm dan integer linear programming. Rute distribusi hasil optimasi digunakan untuk menghitung besarnya Capital Expenditure (Capex) & Operasional Expenditure (Opex) terminal distribusi LNG. Kajian ekonomi distribusi LNG dilakukan dengan menganalisis besarnya nilai internal rate of return (IRR), payback period (PP) dan Net Present Value (NPV). Pembangkit listrik yang dikaji adalah Pusat Listrik Mesin Gas (PLTMG) yang mana mampu menggunakan bahan bakar jenis high speed diesel (HSD) dan gas alam. Terdapat enam PLTMG di Wilayah Nusa Tenggara antara lain Bima, Sumbawa, Lombok Peaker, Rangko, Maumere, & Kupang Peaker. Penelitian ini menggunakan basis data operasional tahun 2020 dimana harga rata-rata HSD di Wilayah Nusa Tenggara sebesar 5.620 Rp/liter dengan nilai kurs tengah Bank Indonesia sebesar 14.105 US$/Rp. Dari analisis dan pembahasan dihasilkan bahwa kebutuhan LNG per tahun untuk enam PLTMG dengan total kapasitas daya mampu netto 346 MW, capacity factor (CF) 44%, dan equivalent availability factor (EAF) 95% di Wilayah Nusa Tenggara adalah 449.497,43 m3/tahun. Optimasi distribusi LNG menghasilkan kombinasi rute Bontang, Bima, Sumbawa, Lombok Peaker, Bontang yang dilayani kapal ukuran 7.500 m3 dan Bontang, Rangko, Maumere, Kupang Peaker, Bontang yang dilayani kapal ukuran 2.500 m3 dengan total biaya transportasi 19.666.335 US$/tahun. Diperlukan 6 terminal LNG untuk memenuhi kebutuhan gas yaitu Bima, Sumbawa, Lombok Peaker, Rangko, Maumere, dan Kupang Peaker dengan total biaya Capex 151.941.482,95 US$. Menggunakan skema modal disetor (equity) 40%, pinjaman (debt) Bank 60% dengan bunga 10% cicilan selama 20 tahun, nilai Capex sebesar 151.941.482,95 US$, Opex sebesar 27.263.408,67 US$, maka sekurang-kurangnya diperlukan margin harga penjualan sebesar 5,5 US$/MMBTU sehingga distribusi LNG tersebut layak secara finansial dengan payback period selama 10 tahun, IRR 8,35%, dan nilai NPV postif sebesar 244.712.335,64 US$ pada tahun ke-20. Berdasarkan data tahun 2020, nilai biaya pokok penyediaan (BPP) tenaga listrik PLTMG di Wilayah Nusa Tenggara dengan LNG margin harga 5,5 US$/MMBTU adalah 8,42 Cent US$/kWh, lebih rendah 13% dibandingkan dengan BPP dengan HSD sebesar 9,69 Cent US$/kWh.

Research on optimization studies & economic analysis of Liquified Natural Gas (LNG) distribution towards reducing fuel costs of energy at power plants in the Nusa Tenggara Region aims to determine the allocation & facilities that must be built in LNG distribution, as well as obtain an economic analysis study based on financial feasibility parameters distribution of LNG to power plants in the Nusa Tenggara region. The research was conducted by optimizing the LNG distribution route with the objective function of minimizing transportation costs. Distribution route optimization is done by using the greedy algorithm approach and integer linear programming. The distribution route of the optimization results is used to calculate the amount of Capital Expenditure (Capex) & Operational Expenditure (Opex) of the LNG distribution terminal. The study of the economics of LNG distribution was carried out by analyzing the internal rate of return (IRR), payback period (PP), and Net Present Value (NPV). The power plant studied is the Gas Engine Power Plants (GEPP) which is capable of using high-speed diesel (HSD) and natural gas fuels. There are six GEPPs in the Nusa Tenggara Region, including Bima, Sumbawa, Lombok Peaker, Rangko, Maumere, & Kupang Peaker. This study uses an operational database in 2020 where the average price of HSD in the Nusa Tenggara Region is 5,620 Rp/liter with the Bank Indonesia middle rate of 14,105 US$/Rp. From the analysis and discussion, it is found that the LNG demand per year for six PLTMGs with a total net capacity of 346 MW, capacity factor (CF) 44%, and equivalent availability factor (EAF) 95% in the Nusa Tenggara Region is 449,497.43 m3/year. Optimization of LNG distribution resulted in a combination of routes Bontang, Bima, Sumbawa, Lombok Peaker, Bontang served by 7,500 m3 ships and Bontang, Rangko, Maumere, Kupang Peaker, Bontang served by 2,500 m3 ships with a total transportation cost of 19,666,335 US$/year. 6 LNG terminals are needed to meet gas needs, namely Bima, Sumbawa, Lombok Peaker, Rangko, Maumere, and Kupang Peaker with a total Capex cost of 151,941,482.95 US$. Using a 40% paid-in capital (equity) scheme, 60% Bank loan (debt) with 10% interest in installments for 20 years, Capex value of 151,941,482.95 US$, Opex of 27,263,408.67 US$, then at least a minimum sales price margin of 5.5 US$/MMBTU is required so that the LNG distribution is financially feasible with a payback period of 10 years, an IRR of 8.35%, and a positive NPV value of 244,712,335.64 US$ in the 20th year. Based on 2020 data, the cost of energy (COE) of GEPPs in the Nusa Tenggara Region with an LNG price margin of 5.5 US$/MMBTU is 8.42 Cent US$/kWh, 13% lower than COE with an HSD of 9.69 Cents US$/kWh."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kania Dyah Nastiti
"Perancangan ini membahas tentang perancangan kapal powership untuk mengatasi defisit listrik pada daerah Kupang, Nusa Tenggara Timur. Perancangan ini ditujukan untuk mengetahui rancangan kapal powership yang baik untuk perairan Nusa Tenggara Timur serta mengetahui nilai efisiensi dan ekonomi dari berbagai macam campuran udara-gas dari mesin dual fuel yang digunakan sebagia pembangkit listrik di perancangan ini. Perancangan dilakukan dengan studi literatur dan perhitungan rumus untuk mengetahui nilai-nilai untuk prarancangan kapal (ukuran utama, stabilitas, beban muatan), desain lines plan dan general arrangement, ukuran konstruksi, nilai efisiensi dan ekonomi mesin dual fuel. Ukuran utama kapal powership yang dibuat adalah displacement 18692.326 ton dengan panjang keseluruhan 159.079 m, panjang antara perpendicular 152.717 m, lebar 18.715 m, tinggi 10.3973 m dan draft 7.4861 m. Kapal ini dapat mengangkut 10 buah mesin pembangkit listrik dual fuel dengan kapasitas mesin masing-masing 12 MW. Hal ini dikarenakan defisit daerah kupang NTT berdasarkan data rasio elektrifikasi tahun 2010 yang dikeluarkan oleh PLN adalah 120 MW. Semakin besar gas yang dgunakan dalam mesin dual fuel maka akan memperkecil kecepatan putaran yang dibutuhkan mesin pada output maksimum. Pada output minimum, massa gas yang diinjeksikan tidak akan terlalu mempengaruhi, sehingga kecepatan putaran yang dibutuhkan tidak akan banyak berubah dan cenderung konstan pada masing-masing rasio Z. Untuk menghasilkan output maksimum dengan biaya yang minimum sebaiknya digunakan gas yang lebih banyak yang akan menyebabkan kecepatan putaran rendah.

This design project discusses the powership design to overcome the power defisit in the area of Kupang, East Nusa Tenggara. This intended to determine the best design of powership for the waters of East Nusa Tenggara as well as knowing the efficiency and economics of various kinds of diesel oil-gas mixture of dual fuel engines are used in this design. The design is done with the study of literature and calculation formula to determine the values for vessel pre-design (primary measure, stability, payload), design lines and general arrangement plan, the size of the construction, the value of economic efficiency of dual fuel engines. The main measure powership ship made is 18692.326 tons displacement with an overall length of 159 079 m, the length between the perpendicular 152 717 m, width of 18 715 m, height 10.3973 m and 7.4861 m draft. This ship can carry 10 pieces of dual fuel engine power with engine capacity 12 MW each. This is because the area Kupang NTT deficit based on 2010 electrification ratio data issued by PLN is 120 MW. The greater natural gas used in dual fuel engines will reduce engine speed required at maximum output. At minimum output, the mass of injected gas will not affect, so that the required speed of rotation will not change much and tend to be constant in each ratio Z. To produce maximum output at minimum cost should be used more gas that will cause the speed low round."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S65966
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riko Mardiansyah
"Medan magnet adalah ruang disekitar magnet dimana tempat benda-benda tertentu mengalami gaya magnetik. Gaya magnetik dapat ditimbulkan oleh bendabenda yang bersifat magnet. Di samping itu, gaya magnet juga dapat timbul karena adanya arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar. Medan magnet yang timbul disekitar arus listrik dapat dimanfaatkan atau disadap melalui rangkaian solenoida. Proses penyadapan ini didasari adanya proses tegangan induksi elektromagnetik oleh solenoida. Dalam proses penyadapan menggunakan solenoida akan dihasilkan tegangan sadap. Nilai tegangan sadap yang dihasilkan oleh solenoida tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jarak antara sumber medan magnet terhadap solenoida, besarnya medan magnet pada sumber, permeabilitas magnetik bahan solenoida dan jumlah lilitan solenoida serta luas penampang solenoida. Dengan pertimbangan beberapa faktor tersebut, penulis merancang sebuah solenoida yang baik, dengan harapan medan magnet yang ada di lingkungan sekitar dapat dimanfaatkan secara optimal. Tegangan sadap yang terbesar diperoleh dari jarak yang terdekat dengan sumber medan magnet, jumlah lilitan, menggunakan inti besi dan memperluas penampang solenoida. Tegangan sadap terbesar yang dihasilkan ialah 8.52 Volt dan dapat digunakan pada aplikasi sederhana seperti menyalakan lampu LED.

Magnetic field is the space around a magnet where the place of certain objects having magnetic force. Magnetic force can be caused by objects with magnetic. In addition, the magnetic force also arises because of the electric current following in a conductor. Magnetic field arising around an electric current can be exploited or tapped through a circuit solenoid. Tapping process is based on a process of induced voltage electromagnetic solenoid. In the process of tapping using a solenoid, will be generated a voltage tap. Tapping the voltage value generated by the solenoid is influenced by several factor, that is the distance between the source of the magnetic field of the solenoida, the magnitude of the magnetic field on the source, permeability magnetic material solenoid dan the number of solenoid coil and the sectional area of the solenoid. With consideration of several factors, the authors designed a solenoid with the expectation magnetic field environment around can be used optimally. The biggest voltage tap can be got from the closest area to source of magnetic field, number of solenoid coil, using iron core and increasing sectional area of the solenoid. the biggest voltage tap results is 8.52 Volt and can be used in simple application, such a turning on the LED."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42660
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>