Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94598 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Telah dilakukan proses difusi teknologi dan pemanfaatan sediaan radiofarmasi Teknesium-99m
Metoksi Isobutil Isonitril (99mTc-MIBI) untuk deteksi penyakit jantung koroner (PJK) pada beberapa
penderita kencing manis (Diabetes Mellitus, DM). Sediaan MIBI disiapkan dalam bentuk kit cair, terdiri
dari dua formula terpisah dan disiapkan sebagai sediaan yang memenuhi persyaratan farmasetika.
Evaluasi biologis dilakukan pada tikus putih untuk melihat rasio distribusi penimbunan sediaan di jantung
terhadap organ sekitarnya, sedangkan uji tapis PJK pada beberapa penderita DM dilakukan dengan
elektrokardiografi (EKG), dan sidik perfusi miokard (SPM) menggunakan Single Photon Emission
Computed Tomography (SPECT) dengan 99mTc-MIBI. Dari 24 subjek penelitian, 17 orang (71%) data
SPM mengindikasikan kelainan miokard dan 7 orang dalam kondisi normal, sedangkan dari data EKG
hanya 2 orang (8%) yang kemungkinan terindikasi PJK, 21 orang normal, dan 1 orang meragukan (equivocal).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SPM memberikan prospek sebagai moda uji tapis yang
dapat diunggulkan untuk memperbaiki penatalaksanaan PJK, dan bisa dijadikan modalitas pendeteksi
lebih dini, khususnya pada penderita DM."
615 JSTFI 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Arus Victor
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resita Dyah Purnama Suci
"Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian yaitu sebesar 30 kematian di dunia. Tahun 2013 prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter adalah sebesar 0,5 , dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 . Sebanyak 68 orang yang menderita penyakit diabetes melitus meninggal karena komplikasi penyakit jantung koroner. Prevalensi orang dengan DM di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 6,9 dan pada tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penyakit diabetes melitus DM dengan prevalensi penyakit jantung koroner PJK di Indonesia. Penelitian ini merupakan analisis lanjut Riskesdas 2013 dengan desain studi Cross Sectional. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk di Indonesia usia ge;15 tahun yang memiliki data variabel penelitian lengkap. Berdasarkan penelitian ini diperoleh bahwa responden yang menderita diabetes melitus memiliki risiko 3,07 kali lebih besar untuk menderita penyakit jantung koroner dibandingkan dengan responden yang tidak menderita diabetes melitus setelah dikontrol variabel usia, hipertensi, obesitas sentral, obesitas, stress, variabel interaksi diabetes melitus dengan usia, dan variabel interaksi diabetes melitus dengan obesitas sentral.
Cardiovascular disease is the leading cause of death which contributes to about 30 of deaths in the world. In 2013, the prevalence of coronary heart disease in Indonesia, based on medical diagnosis was 0.5 and based on medical diagnosis or symptoms was 1,5 . There were 68 of people who suffered from diabetes mellitus died from complications of coronary heart disease. The prevalence of people with diabetes in Indonesia in 2013 was about 6.9 and in 2015. The aim of this study to determine the relationship between diabetes mellitus DM and the prevalence of coronary heart disease CHD in Indonesia. This study is a further analysis of Riskesdas Indonesia Basic Health Research 2013 designed with a cross sectional study. The respondents of this research were all residents in Indonesia at age ge 15 years, those who had completed research variable data. Based on the survey results revealed that respondents with diabetes mellitus are at 3.07 times higher risk of suffering coronary heart disease compared to respondents without diabetes mellitus after controlled by age, hypertension, central obesity, obesity, stress, interaction variable between diabetes mellitus and age, and interaction variable between diabetes mellitus and central obesity."
2017
S66021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Arie Setiawan
"ABSTRAK
Latar belakang Pada pasien diabetes melitus (DM) dengan penyakit jantung koroner 3 pembuluh darah (PJK 3PD) hasil revaskularisasi akan lebih baik dengan bedah pintas koroner (BPK) dibanding intervensi koroner perkutan (IKP) atau medikamentosa. BPK tidak selalu menjadi prosedur yang dikerjakan meskipun sudah direkomendasikan sesuai Skor Syntax, dan tidak semua pasien bersedia menjalani BPK atau IKP. Perlu diketahui apakah pilihan revaskularisasi tersebut mempengaruhi kesintasan 5 tahun. Tujuan Mengetahui perbedaan kesintasan 5 tahun pasien PJK 3PD DM yang menjalani bedah pintas koroner (BPK), intervensi koroner perkutan (IKP), dan medikamentosa di RSCM. Metode Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif dengan pendekatan analisis kesintasan untuk meneliti kesintasan 5 tahun pasien PJK 3PD DM yang menjalani tindakan BPK, IKP, atau medikamentosa. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder 126 pasien PJK 3PD DM yang menjalani BPK, IKP, maupun medikamentosa di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2006-2007 dan diikuti sampai dengan tahun 2011-2012 dengan dilihat adakah kejadian meninggal. Hasil Kesintasan terbaik pada kelompok BPK (93.5%). Proporsi kematian terbesar pada kelompok medikamentosa (36.1%). Kesintasan BPK paling baik secara bermakna dibandingkan IKP dan Medikamentosa. Kelompok IKP memiliki kesintasan yang lebih baik dibanding medikamentosa (69.5% vs 63.9%). Meskipun tidak bermakna secara statistik, namun pada kelompok IKP proporsi keluhan yang ditemukan setelah tindakan lebih sedikit dibanding kelompok medikamentosa (52% vs 38%). Skor Syntax yang berperan menilai kompleksitas stenosis ikut menentukan kesintasan (p 0,039). Kesimpulan Kesintasan 5 tahun pasien PJK 3PD dengan DM yang paling baik didapatkan pada kelompok yang menjalani Bedah Pintas Koroner. Kesintasan 5 tahun pasien PJK 3PD dengan DM yang menjalani IKP lebih baik dibanding Medikamentosa namun secara statistik tidak bermakna. Faktor yang berpengaruh pada kesintasan 5 tahun pasien PJK 3PD adalah kompleksitas stenosis yang dilihat dengan menggunakan skor Syntax.

ABSTRACT
Background In patients with diabetes mellitus (DM) with coronary artery disease involving 3 vessels (CAD 3VD) revascularization results will be better with coronary artery bypass surgery (CABG) compared with percutaneous coronary intervention (PCI) or medical therapy. CABG is not always done despite being recommended in accordance with Syntax Score, and some patients prefer not to go through CABG or PCI . This trial determined whether the choice of revascularization affect 5-years survival. Objectives Knowing the difference in 5-years survival of CAD 3VD DM patients who underwent coronary artery bypass surgery (CABG), percutaneous coronary intervention (PCI) or medical therapy at Cipto Mangunkusumo Hospital. Methods This study was a retrospective cohort study with survival analysis approach to examine the 5-years survival rate of CAD 3VD DM patients undergoing CABG, PCI, or medical therapy. The study was conducted using secondary data of 126 CAD 3VD DM patients who underwent CABG, PCI, or medical therapy at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2006-2007 and followed up to 2011-2012 if there any incident died. Results Best survival in the CABG group (93.5%). The largest proportion of deaths in the medical therapy group (36.1%). The CABG survival was significantly better than the IKP (p=0.01) and medical therapy (p=0.001). PCI group had better survival than medical therapy (69.5% vs. 63.9%). Although not statistically significant, but the proportion of complaints after revascularization in PCI group were found less than medical therapy group (52% vs. 38%). Syntax score that assesses the complexity of stenosis had a significant association with survival (p 0.039). Conclusion 5-years survival of CAD 3VD DM patients is best obtained in the group that underwent CABG. 5-year survival of CAD 3VD DM patients who underwent PCI better than medical therapy but was not statistically significant. Factor that affect the 5-years survival is the complexity stenosis viewed by the Syntax score."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59122
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Martha
"ABSTRAK
Diabetes Melitus merupakan masalah di Perusahaan X, data pemeriksaan kesehatan
berkala tahun 2008-2009 memperlihatkan sebanyak 25% pekerja berisiko menderita
penyakit diabetes melitus. Tujuan utama penelitian ini adalah menjelaskan faktor
risiko penyakit diabetes mellitus pada pekerja perusahaan X, tujuan khususnya
menjelaskan gambaran faktor risiko diabetes, yaitu: dislipidemia, riwayat hipertensi,
stres, merokok, obesitas, kurang olah raga, usia, riwayat keluarga dengan diabetes
mellitus, kebiasaan makan tinggi lemak dan gula. Penelitian ini dilaksanakan pada
Februari ? Mei 2012. Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan studi
cross sectional, dengan sampel 111 orang. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi
diabetes melitus pada perusahaan X sebesar 21,6%. Dari variabel dislipidemia
berhubungan signifikan dengan diabetes mellitus (p= 0,058, OR= 3,36). Variabel
umur ≥ 40 tahun berhubungan signifikan dengan diabetes mellitus (p= 0,038,
OR=5,22). Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah prevalensi
diabetes mellitus di perusahaan X cukup tinggi dan kejadian diabetes ini berhubungan
dengan dislipidemia dan usia ≥ 40 tahun. Dari penelitian ini disarankan untuk
melakukan pola hidup gizi seimbang.

ABSTRACT
Diabetes Mellitus has been a problem to factory X, base on screening of medical
checkup data of factory X on year 2008 ? 2009 shown that 25% of their employee
indicated with Diabetes Mellitus. Mine concern on this research are to explain risk
factor of Diabetes Mellitus to the employee, with more focus on explaining the factor
and risk of Diabetes, which is: Dyslipidemia Syndrome, history of hypertension,
stress, smoking habit, obesity, low physical activity, age, family history with
Diabetes, unhealthy eating habit. This research has conduct on February to May of
2012. The design study used in this study is a cross sectional study, number of sample
are 111 person of sample. The prevalence of Diabetes on factory X are 21,6%. The
Dyslipidemia variable shown significant relation on Diabetes Mellitus (p= 0,058,
OR= 3,36). Age variable of ≥ 40 has direct relation with Diabetes Mellitus (p=
0,038, OR=5,22). Conclusion, from this study it is shown the prevalent of Diabetes
Mellitus on factory X are high and correlation between Diabetes Mellitus with
Dyslipidemia and age ≥ 40 years old. It is suggest from this study to live base on
healthy diet."
2012
T31278
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rubita Rahmarianti
"Salah satu komplikasi mikroangiopati dari penyakit DM dan merupakan penyebab kematian terpenting pada penderita DM adalah Nefropati Diabetik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian Gangguan Ginjal pada penderita DM serta faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian tersebut di RSCM tahun 2012. Penelitian ini dilakukan pada penderita DM yang berobat baik di rawat jalan (Poli DM) maupun rawat inap dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian terdiri dari 255 pasien DM yang terpilih seara random sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 34,9% sampel mengalami Gangguan Ginjal. Hasil dari analisis chi square menunjukan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dan lama menderita DM dengan kejadian Gangguan Ginjal.

One of the microangiopathic complications and the most important cause of death in people with diabetes is Diabetic Nephropathy. The purpose of this study was to describe the incidence of renal disorders in patients with diabetes and the factors that influence the event at the RSCM in 2012. The study was conducted in patients with DM were treated well in the outpatient (Poly DM) and hospitalizations using cross-sectional design. The research sample consisted of 255 patients who elected seara DM random sampling. The results showed that as many as 34.9% of the sample had Kidney Disorders. Results of chi-square analysis showed that there is a relationship between sex and the incidence of long- suffering DM Kidney Disorders."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44912
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakasi Ronald Efraim
"[TUJUAN: Tujuan penelitian ini adalah membandingkan performa uji jalan 400 meter pada wanita antara penyandang diabetes melitus (DM) tipe 2 dan individu sehat, dengan membandingkan kecepatan berjalan dan prediksi ambilan oksigen maksimal (VO2max). METODE: Subyek penelitian adalah wanita dengan DM tipe 2 dan individu sehat, yang dipasangkan berdasarkan kelompok umur. Dilakukan pemeriksaan awal berupa indeks massa tubuh, glukosa sewaktu, ankle-brachial index, tekanan darah, dan nadi pra uji latih. Sebelum diberikan uji jalan 400 meter, subyek melakukan pemanasan pada jalur 20 meter selama 2 menit. Selama pemanasan dan uji latih, nadi diukur tiap 30 detik. Tekanan darah sistolik diukur setelah pemanasan dan dalam 60 detik setelah uji latih. Uji jalan 400 meter dilakukan 2 kali pada hari yang berbeda.

OBJECTIVE: The purpose of this study was to compare the performa of the 400-meter walk test in women between people with type 2 diabetes mellitus (DM) and healthy individuals, by comparing walking speed and predicted maximum oxygen uptake (VO2max). METHOD: Study subjects were women with type 2 DM and healthy individuals, who were paired by age group. Initial examinations were carried out in the form of body mass index, glucose at any time, ankle-brachial index, blood pressure, and pulse before the training test. Before being given a 400-meter road test, the subjects warmed up on a 20-meter track for 2 minutes. During warm-ups and training tests, the pulse is measured every 30 seconds. Systolic blood pressure is measured after warm-up and within 60 seconds of the training test. Test the 400-meter walk is carried out 2 times on different days.;, ]"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: CV Aksara Buana bekerja sama dengan Lipid RSCM-FKUI, Departemen Kesehatan RI dan World Health Organization , 1999
616.462 UNI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Kristanto Mulyantoro
"Kekurangan gizi pada awal kehidupan (1000 hari pertama) terutama masa prenatal akan memberikan multiple effect yang bersifat irreversible yaitu hambatan pertumbuhan linier yang direpresentasikan oleh pendek, pertumbuhan dan perkembangan organ termasuk pancreas yang direpresentasikan oleh diabetes mellitus dan tumbuh kembang otak yang direpresentasikan oleh kemampuan kognitif. Tingginya pendek pada populasi dewasa dan tingginya penyakit diabates mellitus di perkotaan berdasarkan survei Riskesdas 2007 mengindikasikan bahwa gangguan pertumbuhan linier dan perkembangan organ terjadi secara parallel.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai apakah pendek usia dewasa mewakili stunting awal kehidupan dalam menjelaskan risiko penyakit diabetes mellitus usia dewasa.
Penelitian ini memanfaatkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dengan disain cross sectional yang mewakili daerah perkotaan di 33 propinsi di Indonesia. Subyek penelitian adalah 12.639 laki-laki dan perempuan berumur 20 - 49 tahun. Penyakit diabetes mellitus ditegakkan berdasarkan kadar gula darah puasa 2 jam post prandial sedangkan hambatan pertumbuhan linier awal kehidupan diukur dengan pencapaian tinggi badan (pendek) di usia dewasa.
Analisis dilakukan 2 level yaitu : (1) melakukan uji bivariat, stratifikasi, multivariat pada kondisi saat ini (subyek dewasa). (2) Melakukan analisis risiko kekurangan gizi awal kehidupan terhadap penyakit diabetes mellitus menggunakan teori dan bukti ilmiah hasil penelitian sebelumnya. Data yang digunakan dalam analisis penelitian ini cukup memadai yang ditunjukkan dengan konsistensi antar variabel dan konsisten dengan hasil penelitian lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi diabetes mellitus sebesar 3,8% dan proporsi pendek sebesar 37,7%. Pendek usia dewasa pada IMT<23 merupakan faktor risiko penyakit diabetes mellitus OR adjusted 1,52 (CI 95% : 1.08-2.12). Bertambahnya umur meningkatkan risiko terkena penyakit diabetes mellitus dengan OR 3,05 (CI 95% : 1,82-5,09) pada umur 30-39 tahun dan OR 7,58 (CI 95% : 4,69-12,27) pada umur 40-49 tahun. Keluarga kaya mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita diabetes mellitus dengan OR 1.90 (CI 95% : 1.36-2.66). Minum minuman berkafein ≥1 x/hr dapat mencegah penyakit diabetes mellitus dengan OR 0,48 (CI 95% : 0,33-0,71).
Kesimpulan penelitian ini adalah pendek usia dewasa pada kelompok IMT < 23 merupakan faktor risiko penyakit diabetes mellitus.

Malnutrition in early life (1000 first day), especially during pregnancy would cause multiple effect which were irreversible, such as obstruction in linear growth were represented by short stature, growth and development of organs, including the pancreas represented by diabetes mellitus, and brain growth is represented by deficiency in cognitive abilities. The high prevalence of short stature in adult and the high prevalence of diabetes mellitus disease in urban population based on Riskesdas 2007 survey data indicated that disruption of linear growth and organ development occured in parallel.
The purpose of this study was to assess whether short stature in adulthood represent stunting in their early life, in order to explain the risk of diabetes mellitus in adult. This study was utilized data from Indonesian Basic Health Research 2007 with a cross-sectional design representing urban areas in 33 provinces in Indonesia. Subjects were 12,639 men and women aged 20-49 years. Diabetes mellitus was diagnosed based on fasting blood glucose levels, 2 hours post prandial, while linear growth retardation in early life is measured by the attainment of height (short stature) in adulthood. Analysis was done in 2 levels:
(1) Worked on bivariate, stratified, multivariate testing on current conditions (adult subjects). (2) Performed a risk analysis of malnutrition in early life towards diabetes mellitus disease using theories and scientific evidence based on previous researches. The data used in this analysis were sufficient, indicated by consistency between variables and consistency with the results of other related studies.
Results of this study showed that the proportion of diabetes mellitus was 3.8% and the proportion of short stature was 37.7%. Short stature in adults with BMI <23 was a risk factor for diabetes mellitus with adjusted OR of 1.52 (CI 95%: 1:08-2:12). Increasing age increased the risk of diabetes mellitus with 3.05 OR (95% CI: 1.82 to 5.09) at the age 30-39 years and 7.58 OR (95% CI: 4.69 to 12.27) at the age of 40-49 years. Wealthier families have a higher risk of developing diabetes mellitus with OR 1.90 (95% CI: 1.36-.66). Drinking caffeinated beverages ≥1 x / day could prevent diabetes mellitus with OR 0.48 (95% CI: 0.33 to 0.71).
Conclusion of this study was short stature in adult with BMI <23 was a risk factor for diabetes mellitus."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
D1444
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nizmawardini Yaman
"Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) secara empiris telah digunakan sebagai obat alternatif untuk berbagai penyakit termasuk diabetes mellitus. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis efek hipoglikemik kapsul sambiloto sebagai terapi tambahan pada penyandang diabetes melitus tipe 2. Double-blind randomized controlled trial cross-over desain pada 34 subyek dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama sambiloto mendapat 2 kali 2 kapsul sehari selama 14 hari, dan kelompok kedua mendapat plasebo selama 14 hari. Kedua kelompok tetap menggunakan metformin sebagai terapi standar kemudian dievaluasi kadar glukosa darah pasca terapi 14 hari. Pada pemberian kapsul sambiloto selama 14 hari tampak penurunan kadar glukosa darah puasa lebih besar dibandingkan plasebo, tetapi tidak bermakna. Kapsul sambiloto bermakna menurunkan kadar glukosa darah 2 jam setelah makan. Kesimpulan: Kapsul sambiloto dapat menurunkan kadar glukosa darah namun bermakna secara statistik hanya 2 jam setelah makan.

Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) is empirically used as an alternative medicine for various diseases including diabetes mellitus, but the scientific evident for treatment in humans is still limited. This study analyze the effects of hypoglycemic sambiloto capsules as additional therapy in patients with type 2 diabetes mellitus. Double-blind randomized controlled trial, cross-over design in 34 subjects who were divided into two groups. The first groups sambiloto received 2 capsules 2 times daily for 14 days, and the second groups received placebo for 14 days. Both groups kept taking metformin as standard therapy with an the evaluation of blood glucose levels on day 14. The results showed that administration of sambiloto capsules for 14 days, the blood glucose levels is greater compared to placebo but not significantly. Sambiloto capsules significantly reduced blood glucose 2 hours after eating. Conclusions: sambiloto capsules shown to reduced blood glucose levels, but statistically significant only in 2 hours after eating."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
T31426
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>