Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83001 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Restu Juniarti
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi kesadaran dari pembeli dalam menyadari
hokum trademark antara logo asli dan logo palsu berdasarkan tingkah laku kebiasaan pembeli.
Hukum trademark, jurnal, buku, dan website akan digunakan dalam menunjang penelitian ini.
Ada 2 metode yang akan di gunakan yaitu penelitian kuantitatif dan tinjauan pustaka. Dapat
disimpulkan bahwa keaslian suatu logo dan identifikasinya berdasarkan daripada kebiasaan
tingkah laku pembeli menunjukan hasil yang unik dimana group pembeli yang tidak menyukai
membeli barang bermerek memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi dalam mengidentifikasi
keaslian suatu logo daripada group yang biasanya membeli barang bermerek

ABSTRACT
The purpose of this research is to investigate the awareness of customers in trademark law
recognizing between authentic logo and imitation logo based on their buying behavior.
Trademark law, journals, books, and websites will be used in this paper. Two research methods
will be applied, quantitative research and literature review. To conclude, the authenticity of logo
and identification from customer buying behavior found a unique result where the group of
people who do not like to buy branded product has more awareness in identifying the
authenticity of logo rather than the group of people who usually buy branded product."
2016
S63345
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Restu Juniarti
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi kesadaran dari pembeli dalam menyadari hokum trademark antara logo asli dan logo palsu berdasarkan tingkah laku kebiasaan pembeli. Hukum trademark, jurnal, buku, dan website akan digunakan dalam menunjang penelitian ini. Ada 2 metode yang akan di gunakan yaitu penelitian kuantitatif dan tinjauan pustaka. Dapat disimpulkan bahwa keaslian suatu logo dan identifikasinya berdasarkan daripada kebiasaan tingkah laku pembeli menunjukan hasil yang unik dimana group pembeli yang tidak menyukai membeli barang bermerek memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi dalam mengidentifikasi keaslian suatu logo daripada group yang biasanya membeli barang bermerek. Kata Kunci: Hukum trademark, kesadaran pembeli, keaslian produk, produk palsu, kebiasaan tingkah laku pembeli T.J Kooijenga LL.M Kesadaran dari Hukum Trademark dalam Mengidentifikasi Keaslian Logo

ABSTRACT
The purpose of this research is to investigate the awareness of customers in trademark law recognizing between authentic logo and imitation logo based on their buying behavior. Trademark law, journals, books, and websites will be used in this paper. Two research methods will be applied, quantitative research and literature review. To conclude, the authenticity of logo and identification from customer buying behavior found a unique result where the group of people who do not like to buy branded product has more awareness in identifying the authenticity of logo rather than the group of people who usually buy branded product. Key words Trademark law, customer awareness, authentic, imitation, customer buying behavior T.J. Kooijenga LL.M. Awareness of Trademark Law in Identification the Logo Authenticity."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boy Prawiranegara
"Kurangnya pemahaman mengenai perbedaan antara perlindungan Hak Cipta dan Merek menyebabkan munculnya sengketa Hak Cipta yang sesungguhnya merupakan sengketa Merek. Pada dasarnya Perlindungan Hak Cipta hanya diterapkan dalam kaitannya dengan komersialisasi Ciptaan. Ciptaan yang dimaksud dalam konteks perlindungan Hak Cipta adalah karya yang memiliki sifat khas dan pribadi yang menunjukan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra. Dengan demikian yang menjadi objek adalah Ciptaan itu sendiri yang dikomersialkan melalui perbanyakan atau pengumuman. Sedangkan perlindungan Merek pada dasarnya bertujuan melindungi produk, baik itu berupa barang ataupun jasa, dari asosiasi yang keliru terkait sumber dari produk tersebut yang kemudian akan melindungi produsen maupun konsumen atas produk yang bersangkutan. Merek sendiri didefinisikan sebagai tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Perbedaan antara kedua perlindungan diatas sering menjadi kabur terutama ketika kekayaan intelektual yang disengketakan berupa logo yang dijadikan Merek. Perlindungan ganda memang dimungkinkan terhadap logo yang dijadikan Merek namun penerapannya haruslah melihat kembali kepentingan sebenarnya dibalik klaim yang diajukan penggugat. Jika ingin melindungi sebuah Ciptaan dari tindakan yang melanggar hak eksklusif seseorang atas sebuah Ciptaan (baik hak ekonomi maupun moral) maka gunakanlah perlindungan Hak Cipta. Namun gunakanlah perlindungan Merek apabila yang ingin dilindungi adalah sebuah produk (barang maupun jasa) dari adanya pemalsuan asosiasi oleh pihak lain (kompetitor) yang dapat mengganggu tingkat penjualan maupun reputasi produk tersebut.

Lack of understanding of the difference between the protection of Copyright and protection of Trademark led to Copyright disputes which actually, if correctly characterized, at the heart of Trademark domain. Copyright deals with protection of works in the domain of literature, science, and art. The set of rights copyright law offers creators all relate to exploitation of the work itself. On the other hand, Trademark law deals with association of a product, it gives the right holder the ability to attempt to control the association consumers make when they encounter a mark. Trademark law seek to protect a product (services or goods) from false association. Law No. 15 of 2001 regarding Marks defined Trademark as sign in the form of a picture, name, word, letters, numeral composition of colours, or a combination of said elements, having distinguishing features and used in the activities of trade in goods or services.The line between these two different regime is often blurred when it comes to logo. Logo, particularly when they are used as a mark, is one of those spaces of intellectual property where there is great deal of overlap between Copyright and Trademark. Even though Copyright and Trademark protection may be applied to such a logo, its application, when a dispute arise, should depend on the interest the claimant seek to protect. Copyright protection should be applied if the interest seek to protect are the incentives given by Copyright law and the economic rights that come form the limited monopoly copyright law grants. Trademark protection applied when the interest seek to protect inhere in integrity, reputation, or false association of a product."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S54485
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gindamora Andiafari
"Kekosongan hukum Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek merupakan ketentuan yang rentan menimbulkan masalah sehingga harus segera ditetapkan oleh pemerintah. Akibatnya, pengertian dan kriteria merek terkenal serta pengertian dan penjelasan lebih lanjut mengenai barang dan jasa tidak diketahui secara pasti dan menimbulkan ketidakpastian hukum. Alasannya karena untuk menentukan keterkenalan suatu merek sangat tergantung pada penilaian hakim yang memeriksa sengketa tersebut. Walaupun Indonesia tunduk pada instrumen internasional seperti (The Paris Convention for the Protection of Industrial Property/Konvensi Paris) dan (Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights, Including Trade in Counterfeit Goods/TRIPs), tetapi semua ketentuan yang terdapat didalamnya juga tidak memberikan pengertian yang jelas dan lengkap mengenai perlindungan barang yang tidak sejenis. Ketentuan ini juga memberikan kebebasan kepada setiap negara anggota untuk menetapkan dan mengatur keterkenalan suatu merek di negaranya masing-masing. Oleh sebab itu, penentuan keterkenalan suatu merek pada akhirnya diserahkan kepada Majelis Hakim. Pada dasarnya perlindungan terhadap merek terkenal bisa menerapkan azas itikad tidak baik kepada Pemohon yang mendaftarkan mereknya secara tidak jujur karena membonceng, meniru, atau menjiplak ketenaran suatu merek sehingga merugikan pihak lain atau menimbulkan kondisi persaingan curang, mengecoh, atau menyesatkan konsumen. Pada akhirnya semua pihak hanya berharap agar Peraturan Pemerintah yang sudah diamanatkan oleh undang-undang dapat segera disahkan sehingga sengketa yang berkaitan dengan pemboncengan merek terkenal dapat diselesaikan atau dapat dihindari.

The absence of law on article 6 (2) UU Nomor 15 Tahun 2001 on Trademark is a regulation that potentially will cause problems that has to be fixed by the Goverment. The result is that the definition and criteria of famous trademark along with whether the definition and explanation afterward of the different category of goods and service is not known so it result in uncertainly of law. The reason to determine the degree of famous on trademark relies heavily on jugde?s valuation that handle the dispute. Even though Indonesia had adopted to International convention such as Paris Convention for the Protection of Industrial Property and Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights, Including Trade in Counterfeit Goods/TRIPs, the all the provisions inside those convention do not give clear and comprehensive definiton on protection of different category of goods. Those conventions give freedom to each member states to determine and govern the degree of famous in their territory. Therefore the determination on the degree of famous eventually will be given to the judges. Basically, the protection on famous trademark can also apply the good faith principle to the applicant who register their trademark untruthfully because they attach, imitate or copy the famous of a particular trademark causing loss on other sides or unhealthly competitions, tricked or deceived consumers. Finally, all sides only hope that Goverment Regulatory that is mandated by Regulations can be finalized and validated, so the disputes relating to the attachment of famous trademark can be settled or can be prevented as possible.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S57612
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Putera Nugraha
"United State Patent and Trademark Office menerbitkan laporan yang mengkaji bahwa adanya praktik Trademark Bullying yang merupakan penggunaan serta penegakan Hak atas merek sebagai aset tak berwujud dari suatu perusahaan seringkali diinterpretasikan secara berlebihan atau diperkeras sehingga bersifat mengintimidasi dan membahayakan perusahaan lain dalam menjalankan usahanya. Tidak sedikit pengusaha – pengusaha kecil di Indonesia yang memiliki merek sebagai aset mereka, usaha-usaha ini memiliki sumber daya finansial yang tidak banyak sehingga ketika usaha-usaha ini harus berhadapan dengan proses litigasi merek yang ternyata mengintimidasi, keuangan dari usaha-usaha ini akan terganggu. Hal tersebut tentu mengganggu jalannya kegiatan usaha-usaha ini. Untuk menganalisis masalah tersebut, digunakan penelitian hukum normatif yang dilakukan secara deskriptif analisis. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa praktik tersebut tidak ditemukan, tetapi jika ada Undang-Undang Tentang Merek dan Indikasi Geografis (“UU No. 20 Tahun 2016”) serta Undang-Undang Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (“UU No. 5 Tahun 1999”) sudah memberikan perlindungan hukum yang cukup untuk menghadapi permasalahan tersebut
United State Patent and Trademark Office issuing a report that studied that thereis a Trademark Bullying practice which is use and enforcement of its Trademark right as an intangible assets from a company frequently being excessively misinterpreted or being hardened until its become intimidating and harass another company in running their businesses. In Indonesia There is not a few small businesses that have a trademark as their assets, these small businesses has insufficient financial resources, so when these small businesses have to deal with litigation proceeding that intimidating their businesses, their financial resources will be hampered, and such conduct will disrupt these small businesses activity. Normative research with descriptive-analysis method will be used to analyse this matter. The results of the research shows that such practice (Trademark Bullying Practice) not found in Indonesia, but if such practice appear, Indonesian Trademark Law and Indonesia Business Competition Law already provide legal protection to face the Trademark Bullying Practice."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Jened
Jakarta: Kencana, 2015
346.048 8 RAH h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nofrizal
"[Penulisan tesis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Tinjauan
Pencatatan Perjanjian Lisensi Merek Pada Direktorat Jenderal Kekayaan
Intelektual menurut UU no. 15 tahun 2001 tentang merek. Permasalahan dalam
tesis ini adalah apakah undang-undang merek sudah cukup mengatur tentang
perjanjian lisensi merek, apakah konsekuensi atas perjanjian lisensi yang belum
dicatatkan pada Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, apakah kendalakendala/
hambatan dalam praktek dengan belum diterbitkannya PP tentang tata
cara pencatatan perjanjian lisensi merek. Penulisan tesis ini menggunakan metode
penelitian hukum normatif dengan data sekunder sebagai sumber datanya.
Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek, belum cukup mengatur
tentang hal-hal yang berkaitan dengan merek terutamanya tentang perjanjian
Lisensi Merek. Karena dalam undang-undang ini hanya terdapat aturan secara
umum, belum terdapat aturan yang mengatur secara khusus tentang merek
tersebut. Konsekuansi yang didapat oleh penerima atau pemberi lisensi adalah
tidak mendapatkan perlindungan hukum terhadap perjanjian lisensi yang mereka
buat atas Hak Kekayaan Intelektual. Karena perjanjian lisensi yang tidak
dicatatkan pada Direktorat Jenderal, maka tidak akan mengikat pihak ketiga..
Kendala-kendala/hambatan dalam praktek dengan belum diterbitkannya Peraturan
Presiden tentang tata cara pencatatan perjanjian lisensi adalah mengakibatkan
perjanjian lisensi itu tidak di proses oleh Direktorat Jenderal, serta syarat-syarat
atas pencatatan perjanjian lisensi tersebut tidak dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya. Akibat lain adalah pemohon merasa kurang perlu mencatatkan suatu
perjanjian lisensi yang dibuatnya, sehingga mengakibatkan berkurangnya
pemohon;This thesis aims to determine how Registration Overview Trademark
License Agreement In the Directorate General of Intellectual Property by Law no.
15 2001 about the trademark. The problem in this thesis is Does the law
governing the trademark has enough trademark licensing agreement, whether the
consequences of the license agreement which has not been recorded at the
Directorate General of Intellectual Property, whether the obstacles / barriers in
practice by not issuing the PP regarding the procedure of recording the license
agreement trademark. This thesis uses normative law research method with
secondary data as its data source.Act No. 15 of 2001 on Trademarks, have not
sufficiently regulate on matters relating to the trademark mainly on Trademark
License Agreement. Because in this law there are only general rules, yet there
were rules governing specifically about the trademark. Consequences obtained by
the recipient or licensor is no legal protection against license agreements they
make. Due to licensing agreements that are not listed in the Directorate General,
it will not be binding on third parties .Constraints / obstacles in practice by not
issuing a Presidential Regulation on the procedure of registration of the license
agreement is resulting in a license agreement it is not in the process by the
Directorate-General, as well as on registration terms of the license agreement
can not be implemented properly. Another consequence is the applicant felt less
need to record a license agreement made, thus resulting in fewer applicants, This thesis aims to determine how Registration Overview Trademark
License Agreement In the Directorate General of Intellectual Property by Law no.
15 2001 about the trademark. The problem in this thesis is Does the law
governing the trademark has enough trademark licensing agreement, whether the
consequences of the license agreement which has not been recorded at the
Directorate General of Intellectual Property, whether the obstacles / barriers in
practice by not issuing the PP regarding the procedure of recording the license
agreement trademark. This thesis uses normative law research method with
secondary data as its data source.Act No. 15 of 2001 on Trademarks, have not
sufficiently regulate on matters relating to the trademark mainly on Trademark
License Agreement. Because in this law there are only general rules, yet there
were rules governing specifically about the trademark. Consequences obtained by
the recipient or licensor is no legal protection against license agreements they
make. Due to licensing agreements that are not listed in the Directorate General,
it will not be binding on third parties .Constraints / obstacles in practice by not
issuing a Presidential Regulation on the procedure of registration of the license
agreement is resulting in a license agreement it is not in the process by the
Directorate-General, as well as on registration terms of the license agreement
can not be implemented properly. Another consequence is the applicant felt less
need to record a license agreement made, thus resulting in fewer applicants]"
Universitas Indonesia, 2015
T44285
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nahda Chairunnisa Utami
"Skripsi ini membahas mengenai analisis pendaftaran merek yang merupakan nama umum berbahasa asing. Sebagaimana yang diatur di Pasal 20 huruf f Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, sebuah merek tidak dapat didaftarkan apabila merek tersebut merupakan nama umum. Pemasalahan yang timbul adalah Undang-Undang tersebut belum memberikan aturan konkrit mengenai kriteria merek dianggap sebagai sebuah nama umum berbahasa asing, sehingga menyebabkan ketidakjelasan penerimaan pendaftaran merek di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Metode yang digunakan oleh Penulis dalam skripsi ini adalah metode yuridis-normatif. Penulis juga membahas mengenai penerimaan pendaftaran sebuah merek yang merupakan nama umum dan upaya hukum bagi para pihak yang keberatan terhadap sebuah merek mengandung nama umum berbahasa asing. Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa Undang-Undang tidak mengatur secara jelas terkait dengan terminologi “nama umum”, sehingga pemeriksa merek hanya bertumpu pada petunjuk teknis secara internal serta pemikiran subjektif untuk memutuskan mengenai penerimaan atau penolakan pendaftaran merek. Sehingga, dibutuhkan aturan yang lebih konrit mengenai kriteria dan batasan nama umum berbahasa asing yang tidak dapat dilakukan pendaftarannya sebagai merek dengan merujuk pada pertimbangan hakim serta pendapat ahli dari beberapa putusan sengketa merek yang berkaitan dengan nama umum.

This thesis discusses the registration of trademarks which are general names in foreign languages. As regulated in Article 20 letter f of The Law Number 20 of 2016 concerning Marks and Geographical Indications, mark cannot be registered if the mark is a general name. The problem that arises is that the Law has not provided concrete rules regarding the criteria for a mark to be considered as a general name in a foreign language, resulting in unclear acceptance of mark registration. The method used by the author is the juridical-normative method. The author also discusses the acceptence of trademark registration which is a general name and the legal remedy that can be taken by the parties. Based on the research, the Law does not clearly regulate the term of "general name", so the trademark examiners only rely on technical instructions internally and subjective thinking to decide regarding acceptance or rejection of trademark registration. Therefore, more concrete rules are needed regarding the criteria and limitations of common names in foreign languages which cannot be registered as trademarks by referring to judges considerations and expert opinions from several decisions on trademark disputes relating to common terms."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardi Nurcahyo
"Undang-undang merek di berbagai negara memberikan hak bagi pemilik merek terdaftar untuk memberikan surat persetujuan (letter of consent) kepada pihak lain dalam mendaftarkan merek serupa dengan tingkatan yang berbeda-beda. Namun, penggunaan letter of consent tersebut dapat mengakibatkan kemungkinan kebingungan pada publik. Bagaimana Indonesia sebaiknya mengatur mengenai penggunaan letter of consent tersebut dengan mempertimbangkan kepentingan privat pemilik merek terdaftar dan kepentingan publik guna
mencegah adanya kemungkinan kebingungan pada publik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis dan memaparkan mengenai pengaturan letter of consent dalam pendaftaran merek di Indonesia, Singapura dan Malaysia, dampak dari penggunaan letter of consent tersebut, serta menganalisis dan memaparkan bagaimana sebaiknya sikap Indonesia mengatur penggunaan letter of consent dalam pendaftaran merek di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan perbandingan, pendekatan peraturan perundang-undangan dan pendekatan analitis. Pendekatan tersebut dilakukan dengan cara membandingkan antar Undang-undang merek Indonesia, Singapura dan Malaysia dan menganalisisnya dengan sistem dan konsep hukum di bidang merek. Pengaturan letter of consent pada setiap negara (Indonesia, Singapura dan Malaysia) berbeda-beda. Penggunaan letter of consent ternyata memiliki dampak positif dan negatif sehingga kedepannya Undang-undang Merek Indonesia harus memberikan batasan penggunaan letter of consent guna menghindari adanya dampak negatif tersebut. Batasan tersebut yaitu letter of consent tidak dapat digunakan terhadap merek identik untuk barang atau jasa sejenis.

Trademark law in several countries provides a rights for the registered trademark owner to
provide a letter of consent to other party in registering similar trademark with different degrees. However, the use of letter of consent may cause a likelihood of confusion to the
public. How Indonesia supposed to regulate the said use by considering the private rights of registered trademark owner and public interest to prevent such a likelihood of confusion to the public. The purpose of this research is to analyze and explain relating to the use of the letter of consent in trademark registration in Indonesia, Singapore, and Malaysia, as well as to analyze and explain on how Indonesia supposed to regulate the use of letter of consent in Indonesian trademark registration. The method used in this research is a normative juridical by using comparative approach, statute approach, and analytical approach. The said
approach is carried out by comparing between trademark law of Indonesia, Singapore, and Malaysia and analyze it with system and concept of law in the trademark field. Letter of consent regulation in each country (Indonesia, Singapore, and Malaysia) is different. The use of the letter of consent have a positive and negative impacts so that the later Indonesian
Trademark Law must provide the limitation of the use of the letter of consent to avoid the
said negative impact. The limitation is that letter of consent cannot be used to the identical
trademark with the same kind of goods or services.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Syah Alam
"Penghapusan merek adalah tindakan pencoretan merek terdaftar dari Daftar Umum Merek. Bermula dari Undang-Undang Merek No. 19 Tahun 1992, penghapusan merek dapat dilakukan atas prakrasa Direktorat Jenderal HKI. Sampai dengan Undang-Undang Merek No. 15 Tahun 2001, ketentuan penghapusan merek atas prakarsa Direktorat Jenderal HKI masih tercantum dengan berbagai penyempurnaannya. Peraturan mengenai penghapusan merek atas prakarsa Direktorat Jenderal HKI masih tidak jelas mulai dari prosedur hingga upaya hukum yang dapat ditempuh sehingga menyebabkan berbagai masalah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan pendekatan undang-undang. Penulis menggunakan bahan hukum primer, sekunder dan tersier serta menggunakan pendekatan kualitatif. Ketentuan penghapusan merek atas prakarsa Direktorat Jenderal HKI yang kurang jelas menyebabkan masalah. Masalah-masalah yang ada menyebabkan ketentuan penghapusan tersebut menjadi sulit untuk digunakan.

Trademark revocation is trademark deletion action from General Registration. Began from Law No. 19 Year 1992, trademark can be revoked by the Registrar. Until Law No. 15 Year 2001, trademark revocation regulation is still intact with any kind of complements. The regulation regarding trademark revocation by the Registrar is still unclear from its procedure until the remedies that cause problems. This thesis discusses the trademark revocation by the Registrar. This research uses normative legal research method with legislation approach. The author uses primary, secondary and tertiary legal materials using a qualitative approach. The unclear regulation cause problems. The problems cause the revocation regulation becomes hardly use."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S56898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>