Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99868 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ulina Karo-karo
"Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) tidak hanya sebagai bumbu masakan dan obat, tetapi jika ditekuni dengan sepenuh hati akan memberi nilai kepuasan, bahkan sebagai penopang kehidupan. Penelitian kualitatif dengan metode ?Individual?s life history? pada satu keluarga yang telah memanfaatkan tanaman obat sejak lama di Tanah 600 Kecamatan Medan Marelan. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengalaman satu keluarga yang berhasil memanfaatkan tanaman obat keluarga sebagai sumber pendapatan keluarga. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan dan wawancara mendalam. Penelitian dilakukan pada periode Februari-April 2009. Informan adalah Mak Intan, dilengkapi dengan keterangan suami, anak, menantu dan orang lain yang mengenal Mak Intan. Analisis data dilakukan dengan teknik ?on going analysis?. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan TOGA memerlukan pengetahuan, perjuangan untuk mengembangkan TOGA dan keinginan-keinginan. Pengetahuan diperoleh tidak hanya dari warisan keluarga dan membaca tetapi dapat ditingkatkan dengan adanya pujian dan jalinan kerja, baik dengan Dinas Kesehatan atau teman seprofesi. Perjuangan pengembangan TOGA dimulai dengan tahap jamu gendong, mengikuti pameran, dan pembuatan jamu instan. Pemanfaatan TOGA akan memberikan nilai ekonomis, nilai keindahan, dan nilai kepuasan."
Depok: Fakultas Ilmu kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
613 KESMAS 4:5 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kloppenburg-Versteegh, J.
Yogyakarta: C.D. R.S. Bethesda dan Andi Offset, 1988
633.88 KLO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Setiyowati
"Penelitian ini membahas determinan keputusan ibu menggunakan herbal berkhasiat obat untuk mengatasi masalah kesehatan pada anak. Penelitian deskriptif koleratif ini dilakukan pada 72 responden. Faktor-faktor yang diteliti meliputi usia, pendidikan, pekexjaan, pengetahuan, status ekonomi keluarga, ketersediaan herbal berkhasiat obat, biaya pengobatan, kepercayaan, dan persepsi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan (p- value 0,0l4), ketersediaan (p-value 0.032), kepercayaan (p-value 0,039), dan persepsi (p-value 0,04) dengan keputusan ibu menggunakan herbal berkhasiat obat (CI 95%; a 0,05). Rekomendasi penelitian ini yaitu perlu adanya sosialisasi mengenai herbal berkhasiat obat dan pemanfaatannya sehingga dapat dijadikan tindakan awal ibu untuk mengatasi masalah kesehatan anak.

This study discusses determinants of mother's decision to use efficacious herbal medicine to treat health problems in children. Koleratif descriptive study was conducted on 72 respondents. Factors studied include age, education, occupation, knowledge, family economic status, availability of herbal, medical expenses. beliefs, and perceptions.
The results showed a signyicant relationshht between knowledge (p-value 0. 014), availability (p-value 0. 032), beliefs (p-value 0.039), and perception (p-value 104) with the mother’s decision to use efficacious herbal medicine (CI 95%; a 0.05). Recommendation for this study is socialization the uses of efficacious herbal medicine is needed as primary treatment to solve health problems in children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5862
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hery Soeryoko
Yogyakarta: Andi, 2011
616.462 HER d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Silvy Sulistiosari
"Penelitian ini tennasuk dalam jenis penelitian cross sectional dengan mengambil 54 responden dari 62 orang dukun beranak. Sebagai responden pelengkap diambil ibu yang telah melahirkan dengan bantuan responden dan masih dalam masa nifas, jumlahnya 41 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sampling acak sederhana. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri di rumah masing-masing responden menggunakan kuesioner dengan pertanyaan terbuka dan tertutup. Karakteristik dukun beranak diantaranya adalah umur 61-70 tahun, asal Pandeglang, telah menjadi dukun beranak selama 11-20 tahun; karakteristik ibu adalah umur 26-30 tahun, asal Pandeglang, dan jumlah anak 1-5 orang. Keluhan/masalah terbanyak setelah ibu melahirkan menurut dukun beranak adalah perut yang sakit/mulas, sedangkan menurut ibu adalah payudara yang bengkak dan nyeri. Obat tradisional banyak digimakan setelah ibu melahirkan, baik untuk perawatan maupun untuk mengatasi keluhan/masalah setelah melahirkan. Sebagjan besar obat tradisional tersebut sudah umum digunakan dan dijuiiipai dalam kehidupan sehari-hari, seperti kunyit, lempuyang, kencur, daun pepaya, dan daun sembung. Ibu yang telah menggunakan obat tradisional menyatakan telah merasakan khasiat obat tradisional (merasa lebih baik) dalam waktu kurang dari I hari (85,4%). Obat tradisional yang digunakan oleh ibu setelah melahirkan dapat dikatakan cepat membenkan efek dan tidak memilild efek samping berbahaya.

The main purpose of this research is to get informations about traditional medicines used after giving birth by midwives in Cimanuk subdistrict, Pandeglang. This research is included to cross-sectional research by taking 54 respondents from 62 midwives. Mother who has given birth by midwife's help and still in puerperium time (6 weeks after labouring) were taken as complementary respondents; the amount is 41 persons. Data collecting was conducted by the researcher herself at the house of every respondents using a questionaire which contains opened and closed questions. Characteristics of midwives are 61-70 years old, from Pandeglang, have been midwife for 11-20 years; charakteristics of post-partus mothers are 26-30 years old, from Pandeglang, and have 1-5 children. The majority complaints/problems suffered by mothers giving birth according to midwives is stomach ache and to post partus mothers is swollen and painfril breasts. There are many traditional medicines used by midwives to treat and solv the complaints/problems after giving birth. These traditional medicines are commonly f used and seen everyday, such as turmeris, galingale, lempuyang, sembung and papaya leaves. Post-partus mothers who have used the traditional medicines said that they had felt better already within less than a day (85,4%). Traditional medicine used by post-partus mothers could be determined as fest-efifecting medicines and relatively without dangerous side effects."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martinus
"Penderita karatak di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Usia penderita katarak juga semakin muda. Penyembuhan dengan operasi mahal dan beresiko gagal. Oleh karena itu, dibutuhkan pengobatan dengan sediaan obat yang mudah dibuat dan aman digunakan. Bunga telang (Clitoria ternatea L.) mengandung antosianin yang memiliki kemampuan untuk meluruhkan katarak. Ekstraksi air panas terhadap 2 tangkai bunga telang pada 20 ml aquades menghasilkan kadar antosianin maksimum pada suhu pelarut 80oC yaitu 2,5 mg/l.
Katarak diuji pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley jantan berumur 10 hari hasil induksi natrium selenit (Na2Se2O3) 20 μmol/kg BB tikus. Pengujian kemampuan peluruhan katarak dilakukan dengan cara meneteskan ekstrak bunga telang pada mata tikus. Penetesan dilakukan dengan dosis 2, 3, dan 4 tangkai bunga telang dan frekuensi penetesan 1x,2x dan 3x sehari. Sifat keaktifan peluruhan katarak diuji dengan melihat penurunan tingkat kekeruhan lensa mata tikus dari tingkat 5 hingga 1.
Hasil penetesan menunjukkan semakin besar dosis antosianin dan semakin sering dilakukan penetesan memberikan peluruhan katarak yang semakin besar. Penetesan ekstrak bunga telang dengan dosis 2 tangkai dan frekuensi penetesan 3x sehari menghasilkan tingkat kekeruhan terendah yaitu tingkat 1. Dosis 4 tangkai dan frekuensi penetesan 1x sehari menghasilkan tingkat kekeruhan tertinggi yaitu tingkat 4. Kemampuan peluruhan ekstrak bunga telang berkisar antara 20% pada dosis 4 tangkai dan 1x penetesan hingga 80% pada dosis 2 tangkai dan 3x penetesan.

The number of cataract patients in Indonesia keeps increasing every year. It has also affected younger people. Healing with operation is getting more expensive and has higher risk. Hence, it needs more alternative medicine which can be easily made and found. Butterfly pea (Clitoria ternatea L.) contains anthocyanin which is able to decay the cataract. The Extract of the butterfly pea with 80oC water, which resulting the level of the extracted anthocyanin is 2.5 mg/l. The cataract, induced from sodium selenite (Na2Se2O3) 20 μmol/kg is tested on male ten-days-old laboratory rats, Rattus norvegicus.
The experiment of cataract decaying is done by shedding the pea?s extract on the rats? eyes. The shedding is practiced with 2, 3, and 4 stalks of butterfly peas, and the frequency is once, twice and third times a day. The characteristics of the cataract decaying are experimented by observing the turbidity level reduction of the rats eyes, with five to one scales.
The shedding shows the higher dose of anthocynin and more often the frequency, the bigger cataract will be decayed. The extract shedding of two stalks of butterfly peas and the third times a day frequency produces the lowest turbidity level which is one. The extract of four stalks of butterfly peas and once a day frequency ends with the highest turbidity level which is four. The decay ability of the extract butterfly pea is around 20% at dose 4 stalks and once frequency and 80% at dose 2 stalks and third times frequency of shedding.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44486
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhli
Jakarta: Restu Agung, 2005
633.88 FAD t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: BALITBANGKES, 2011
633.88 IND
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Tamsiah Yulianti
"Penelitian laboratorium telah dilaksanakan. untuk meme
riksa 12 tanaman obat, yang diduga masing-masiig mengandung
zat bakteriostatjk atau bakterisid.
Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menipelajar
secara kualitatif aktifitas antibakteni in vitro dan
tanaman terhadap Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa
dan Staphylococcus aureus.
Pilihan untuk mengambil Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa dan Staphylococcus aureus sebagai kuman percoba
an didasarkan atas kenyataan, bahwa inikroorganisma tersebut
dianggap merupakan kuman patogen yang paling sening ditemu
kan pada infeksi manusia, terutama pada. infeksi genitourina
rius;. mikroorganisma tersebut pada .umumnya adalah resisten
terhadap banyak antibiotik.
Tes aktifitas antibakteni dilakukan dengan cara cakram
dengan melaksanakan teknik Kirby-Bauer dengan beberapa
modifikasi dan penyesuaian, seperti yang biasa dikerjakan
di Bagian Mikrobiolo.gi Fakultas Kedokteran Universitas Indo
nesia Jakarta.
Hasil tes aktifitas antibakteni adalah sangat baik,
oleh karena 8 dari sejumlah 12 tanaman obat yang dipeniksa
menunjukkan hasil pengaruh antibakteri secara in vitro yang
sangat jelas, seperti yang diperlihatkan berturut-turut oleh Allium sativum L, Psidium guajava L, Punica granatum L
var alba. Areca catechu L, sedangkan Lf tanaman (Averrhoa bi
limbi L, Boesenbergia pandurata (Poxb.) Schlecht, Moringa
oleifera Larnk dan Musa brachycarpa Backer) inemperlihatkan
aktifitas antibakterj yang leinah.
Aktifitas antibakterj terhadap ketiga jenis kuman (Escherichia
coil, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus)
yang dicoba diperiihatkan oleh tanarnan Ailium sativum L.
Aktifitas antibakteri hanya terhadap kuman Staphylococcus
aureus adaiah tanaman Areca catechu L, Boesenbergia pandura
ta (Poxb.,) Schlecht, Moringa oleifera Lamk, Psidium guaja-.
va L dan Punica granatum L var aiba, sedangkan Averrhoa biiirnbi
L adaiah positif antibakterial hanya terhadap Pseudomonas
aeruginosa; disamping itu Musa brachycarpa Backer agk
nya memperiihatkan a,ktifitas antibakteri yang relatif iemah
terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coil.
Mernpe].ajari hasil yang diperoieh dari penelitian laboratoriurn,
maka dapat diambil kesimpuian sebagai benikut
1. Beberapa tanaman obat yang terbukti mengandung zat anti-.
bakteni, dapat digunakan iangsung sebagai obat untuk men
hiiangkari infeksi kuman, oleh masyarakat yang tinggal di
daerah terpencil.
2. Dari sejumiah 12 tanaman obat yang dipeniksa, Allium sativuin
L yang aktifitas antibakterinya terhadap ke 3 spesies
kuman yang dicoba, dapat dianggap sebagal antibakteri
yang berspektrum lebar.
3. Sernua tanaman obat yang dicoba dan terbukti mengandung
zat antibakteri, sebaiknya dicoba lebih lanjut terhadap
spesies kuman yang jumiahnya lebih besar yang diasingkan
dari pasien (strain liar).
14. Semua tanarnan obat yang dicoba, yang secara kualitatif
menunjukkan aktifitas antibakteri, sebaiknya dicoba le-
: bih lanjut secara kuantitatif.
5. Oleh karena zat antibakteri yang dicoba itu merupakan ba
han kasar (crude) yang diekstraksi dari tanaman, maka Se
baiknya penelitian lanjutan dilakeanakan untuk mengetahui
zat apa yang sesungguhnya mempunyai aktifitas antibakteni.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizahwati
"ABSTRAK
Untuk memperluas dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maka penanganan obat tradisional serta pengembangannya harus didasarkan pada kepentingan masyarakat. Hal ini berarti penggunaan obat tradisional untuk pengobatan harus mempunyai dasar-dasar yang kuat sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan khasiatnya secara medik.
Tanaman tapak liman (Elephantopus Scaber Linn) telah lama dikenal oleh masyarakat sebagai salah satu obat tradisional yang mempunyai banyak khasiat, diantaranya adalah penyakit kuning dan memperbaiki fungsi hati. Penyakit kuning merupakan penyakit yang prevalensinya cukup tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan suatu ekstrak yang memberikan efek anti hepatotoksik paling kuat. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama mencari ekstrak yang mempunyai efek anti hepatotoksik paling kuat selanjutnya dari ekstrak tersebut dilakukan pencarian efek dosis efektif. Tiga puluh ekor tikus putih jantan galur Spragul Dawley dibagi secara acak dalam lima kelompok. Kelompok I adalah kelompok kontrol normal, kelompok II adalah kelompok kontrol perlakuan yang diberi karbon tetraklorida 0,40 mg/g BB dosis tunggal. Kelompok III adalah kelompok yang diberi ekstrak petroleum benzen 100 mg/200 g BB, kelompok IV adalah kelompok yang diberi ekstrak kloroform 100 mg/200 g BB dan kelompok V adalah kelompok yang diberi ekstrak etanol 40% mg/200g BB.
Efek anti hepatotoksik ditentukan dengan mengukur aktivitas GPT dan GOT plasma dan pemeriksaan histopatologi hati. Hasil penelitian tahap ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol 40% memperlihatkan efek anti hepatotoksik yang paling baik analisis secara statistik menunjukkan tidak adanya perbedaaan bermakna dengan kelompok kontrol normal (p<0,05).
Pada penelitian tahap selanjutnya tikus dibagi dalam 5 kelompok secara acak. Kelompok I adalah kelompok kontrol normal, kelompok II adalah kelompok kontrol perlakuan, kelompok III adalah kelompok yang mendapat ekstrak etanol 40% dosis 25 mg/200 g BB, kelompok IV mendapat dosis 50 mg/200 g BB dan kelompok V adalah kelompok yang mendapat dosis 100 mg/200 g BB.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kelompok IV mempunyai efek anti hepatotoksik yang paling baik. Analisis secara statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan yang sangat bermakna antara kelompok V, dengan kelompok I. Secara histopatologi memperlihatkan perbaikan yang mendekati keadaan sel hati normal.
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 40% akar tapak liman dengan dosis 50 mg/200 g BB mempunyai efek anti hepatotoksik yang paling kuat. "
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>