Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140419 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Perairan danau dan sungai Poso sudah lama diketahui sebagai daerah penangkapan ikan sidat. Ikan sidat termasuk famili Anguillidae merupakan ikan katadromus yaitu ikan yang hidup di perairan tawar (sungai/danau), bermigrasi ke laut untuk melakukan pemijahan dan setelah itu kembali lagi ke perairan tawar untuk melanjutkan siklus hidupnya. Benih ( glass eel/elver) sidat di aliran Sungai Poso sendiri bergerak dari Muara Poso, kemudian bermigrasi anadromus untuk sampai ke perairan tawar melewati beberapa wilayah sungai seperti Sungai Pandiri, Sulewana menuju Rawa Tentena dan kemudian berakhir di Danau Poso. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik perairan yang dilalui fase-fase ikan sidat. Penelitian karakteristik perairan ikan sidat telah dilakukan pada bulan Maret, Mei, Juli dan September 2012 dengan metode survei berstrata. Dari pengamatan diperoleh hasil bahwa karakteristik dari lima stasiun pengamatan hampir sama, dimana karakteristik dasar perairannya berbatu dan berpasir, vegetasi yang tumbuh di sekitar sungai juga sama seperti pohon-pohon besar dan alang-alang. Kondisi kualitas perairan di aliran Sungai Poso yang dilewati oleh fase-fase ikan sidat juga masih mendukung untuk kehidupan sidat."
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Ikan sidat (Anguilla spp.) merupakan ikan bernilai ekonomis penting. Beberapa Negara seperti Jepang, Korea dan Negara-negara di Eropa merupakan pangsa pasar ikan sidat yang potensial. Penyebaran ikan ini di Indonesia sangat luas, salah satunya perairan Danau Poso Sulawesi Tengah. Stok ikan sidat memiliki keterbatasan karena belum dapat dikembangbiakkan dengan sistem budidaya, sehingga ketersediaannya sangat tergantung dari alam. Sampai saat ini aktivitas perikanan terhadap ikan sidat adalah kegiatan pembesaran sampai ukuran bernilai ekonomis. Penelitian dilakukan dari Mei-September 2012 di Pusat Penelitian Limnologi LIPI. Tujuan penelitian untuk mengetahui kondisi kualitas air pada sistem pemeliharaan yang sesuai untuk pembesaran larva ikan sidat. Pembesaran larva sidat menggunakan dua sistem pemeliharaan, yaitu sistem bak air diam (kubus) dan bak air mengalir ( raceway) dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter konduktivitas (p=0,047), Nitrit (p=0,004), Suhu (p=0,046), Pospat (p=0,049) serta Total Pospat (p=0,032) menunjukkan perbedaan nyata pada dua sistem pemeliharaan tersebut. Hasil analisis PCA menunjukkan pertumbuhan berat (W) dan panjang (L) larva sidat dipengaruhi oleh konsentrasi DO, Suhu, TP, PO4 dan NH4. Rata-rata pertumbuhan panjang larva sidat pada bak air diam 65,59 % (3,19 cm) sedangkan pada bak air mengalir 65,92 % (3,25 cm). Rata-rata pertumbuhan berat larva sidat pada bak air diam 384,49 % (0,756 gr), sedangkan pada bak air mengalir 412,72 % (0,796 gr). Hasil ini menunjukkan bahwa bak uji air mengalir lebih baik untuk pemeliharaan atau pembesaran larva ikan sidat."
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Syahbana
"[ABSTRAK
Minyak ikan dikenal sebagai sumber polyunsaturated fatty acids (PUFA) yang baik dan digunakan untuk tujuan farmasetika dan suplemen pangan secara luas. Dalam penelitian ini, bahan baku ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) dikarakterisasi dan minyak ikan diekstraksi dari tulang ikan sidat dengan metode Bligh & Dyer dan wet rendering. Komposisi asam lemak dari minyaknya dianalisa dan dikuantifikasi menggunakan kromatografi gas. Hasil yang diperoleh menunjukkan, total by-product pengolahan ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) mencapai 26,38%, kandungan lemak tulang ikan sidat 17,33 ± 0,58 g/100 g. Rendemen minyak ikan sidat yang diekstraksi dengan metode Bligh dan Dyer adalah 17,12%. Berdasarkan hasil analisis asam lemak minyak ikan sidat, diperoleh kandungan SFA 19,87%, MUFA 25,84%, PUFA 13,84%. Komposisi asam lemak utama minyak ikan sidat adalah asam palmitat 13,58%, asam oleat 20,94%, asam linoleat 4,01%, EPA 1,57% dan DHA 4,84%. Rendemen tertinggi ekstraksi minyak ikan dari tulang ikan sidat menggunakan metode wet rendering adalah sebesar 6,95% yang didapat pada pada suhu 80ºC, waktu perebusan 60 menit. Penambahan waktu perebusan menjadi 90 menit pada suhu yang sama, tidak berpengaruh nyata terhadap persentase rendemen. Kondisi ekstraksi metode wet rendering terbaik berdasarkan persentase rendemen dan nilai hasil uji mutu dari minyak ikan adalah suhu perebusan 60°C, waktu perebusan 60 menit dengan persentase rendemen sebesar 5,53%, asam lemak bebas 0,47% , bilangan asam 9.277,55 mg KOH/kg, bilangan peroksida 38,35 meq/kg, bilangan anisidin 25,84 meq/kg dan total oksidasi 102,55 meq/kg. Hanya kandungan asam lemak bebas saja yang mempunyai nilai sesuai standar yang diperbolehkan.

ABSTRACT
Fish oils have been recognized as good sources of polyunsaturated fatty acids (PUFA) which are widely used for pharmaceutical purposes and as food supplements. In this study, eels (Angguilla bicolor bicolor) as a raw material was characterized and fish oil from eels bone were extracted using Bligh & Dyer and wet rendering method. The fatty acid composition of the oil was analyzed and quantified using gas chromatography. Results showed that the total yield of by-product of eel reached 26,38 %, the lipid content of eels bone was 17.33 ± 0.58 g/100 g. Yield of eel bone oil extracted by Bligh and Dyer method was 17.12%. In the fatty acid analysis of eel bone oil, it was discovered that SFA was 19.87%, MUFA was 25.84%, and PUFA was 13.84%. The Composition of major fatty acids in the oil from the bone were palmitic acid (13.58%), oleic acid (20.94%), linoleic acid (4.01%), EPA (1.57%), and DHA (4.84%). The highest yield of fish oil from eel bone with wet rendeering exctraction method was 6.95% on temperatur 80ºC and boiling time 60 minutes. At the same temperatur, an additional time to 90 minutes was not significantly different to percentage of yield. The best condition for wet rendering exctraction method is boiling temperature 60°C, boiling time 60 minute with value of yield, free fatty acid, acid value, peroxide value, anisidin value and total oxidation is 5,53%, 0,47%, 9.277,55 mg KOH/kg, 38,35 meq/kg, 25,84 meq/kg and 102,55 meq/kg respectively. Result showed that only free fatty acid value which meet the standar requirement.
;Fish oils have been recognized as good sources of polyunsaturated fatty acids (PUFA) which are widely used for pharmaceutical purposes and as food supplements. In this study, eels (Angguilla bicolor bicolor) as a raw material was characterized and fish oil from eels bone were extracted using Bligh & Dyer and wet rendering method. The fatty acid composition of the oil was analyzed and quantified using gas chromatography. Results showed that the total yield of by-product of eel reached 26,38 %, the lipid content of eels bone was 17.33 ± 0.58 g/100 g. Yield of eel bone oil extracted by Bligh and Dyer method was 17.12%. In the fatty acid analysis of eel bone oil, it was discovered that SFA was 19.87%, MUFA was 25.84%, and PUFA was 13.84%. The Composition of major fatty acids in the oil from the bone were palmitic acid (13.58%), oleic acid (20.94%), linoleic acid (4.01%), EPA (1.57%), and DHA (4.84%). The highest yield of fish oil from eel bone with wet rendeering exctraction method was 6.95% on temperatur 80ºC and boiling time 60 minutes. At the same temperatur, an additional time to 90 minutes was not significantly different to percentage of yield. The best condition for wet rendering exctraction method is boiling temperature 60°C, boiling time 60 minute with value of yield, free fatty acid, acid value, peroxide value, anisidin value and total oxidation is 5,53%, 0,47%, 9.277,55 mg KOH/kg, 38,35 meq/kg, 25,84 meq/kg and 102,55 meq/kg respectively. Result showed that only free fatty acid value which meet the standar requirement.
;Fish oils have been recognized as good sources of polyunsaturated fatty acids (PUFA) which are widely used for pharmaceutical purposes and as food supplements. In this study, eels (Angguilla bicolor bicolor) as a raw material was characterized and fish oil from eels bone were extracted using Bligh & Dyer and wet rendering method. The fatty acid composition of the oil was analyzed and quantified using gas chromatography. Results showed that the total yield of by-product of eel reached 26,38 %, the lipid content of eels bone was 17.33 ± 0.58 g/100 g. Yield of eel bone oil extracted by Bligh and Dyer method was 17.12%. In the fatty acid analysis of eel bone oil, it was discovered that SFA was 19.87%, MUFA was 25.84%, and PUFA was 13.84%. The Composition of major fatty acids in the oil from the bone were palmitic acid (13.58%), oleic acid (20.94%), linoleic acid (4.01%), EPA (1.57%), and DHA (4.84%). The highest yield of fish oil from eel bone with wet rendeering exctraction method was 6.95% on temperatur 80ºC and boiling time 60 minutes. At the same temperatur, an additional time to 90 minutes was not significantly different to percentage of yield. The best condition for wet rendering exctraction method is boiling temperature 60°C, boiling time 60 minute with value of yield, free fatty acid, acid value, peroxide value, anisidin value and total oxidation is 5,53%, 0,47%, 9.277,55 mg KOH/kg, 38,35 meq/kg, 25,84 meq/kg and 102,55 meq/kg respectively. Result showed that only free fatty acid value which meet the standar requirement.
, Fish oils have been recognized as good sources of polyunsaturated fatty acids (PUFA) which are widely used for pharmaceutical purposes and as food supplements. In this study, eels (Angguilla bicolor bicolor) as a raw material was characterized and fish oil from eels bone were extracted using Bligh & Dyer and wet rendering method. The fatty acid composition of the oil was analyzed and quantified using gas chromatography. Results showed that the total yield of by-product of eel reached 26,38 %, the lipid content of eels bone was 17.33 ± 0.58 g/100 g. Yield of eel bone oil extracted by Bligh and Dyer method was 17.12%. In the fatty acid analysis of eel bone oil, it was discovered that SFA was 19.87%, MUFA was 25.84%, and PUFA was 13.84%. The Composition of major fatty acids in the oil from the bone were palmitic acid (13.58%), oleic acid (20.94%), linoleic acid (4.01%), EPA (1.57%), and DHA (4.84%). The highest yield of fish oil from eel bone with wet rendeering exctraction method was 6.95% on temperatur 80ºC and boiling time 60 minutes. At the same temperatur, an additional time to 90 minutes was not significantly different to percentage of yield. The best condition for wet rendering exctraction method is boiling temperature 60°C, boiling time 60 minute with value of yield, free fatty acid, acid value, peroxide value, anisidin value and total oxidation is 5,53%, 0,47%, 9.277,55 mg KOH/kg, 38,35 meq/kg, 25,84 meq/kg and 102,55 meq/kg respectively. Result showed that only free fatty acid value which meet the standar requirement.
]"
2015
T45227
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najwa
"Penelitian ini membahas terkait pemberdayaan masyarakat dalam program budidaya sidat Desa Kebonmanggu, dibahas dari disiplin ilmu kesejahteraan sosial. Urgensi dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam kerangka CSR yang dilakukan dengan kerjasama bersama pemerintah daerah, sehingga pelayanan yang diberikan kepada masyarakat menjadi lebih optimal dan efektif. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober 2022 hingga Mei 2023 menggunakan studi dokumen dan wawancara mendalam pada 8 orang informan yang dipilih melalui teknik purposive samping. Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa tahapan pemberdayaan yang dilakukan dalam program budidaya sidat Desa Kebonmanggu. Tahapan tersebut mencakup sosialisasi dan pendaftaran program Gesari, verifikasi lapangan, pengumuman hasil seleksi, pembinaan Gesari Academy, pencairan dana, pembelanjaan, pengembangan metode budidaya, penjualan sidat, pembinaan, monitoring, evaluasi, dan reward. Dalam setiap tahapan tersebut, terdapat peran dari aktor pendamping yang terlibat dalam pelaksanaan untuk membantu kelompok Sidat Bumi menjalankan programnya. Aktor pendamping yang terlibat adalah Dinas Perikanan dan Kelautan sebagai dinas pendamping program, Pemerintah Desa Kebonmanggu, dan perusahaan PT Semen Jawa itu sendiri yang terlibat dalam pelaksanaan program. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh PT Semen Jawa dalam kerangka CSR, memiliki tahapan program nya sendiri dan menunjukkan beberapa perbedaan dengan tahap pengembangan masyarakat yang biasa dilakukan oleh Organisasi Pelayanan Kemanusiaan (Human Service Organizations). Program pemberdayaan masyarakatnya juga melibatkan aktor-aktor pendamping yang membantu kelompok usaha dalam pelaksanaan program, mencerminkan peran-peran dari agen perubahan atau community worker. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bersumbangsih bagi program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial pada mata kuliah intervensi komunitas terkait materi pengembangan masyarakat dan peran agen perubahan (community worker), bahwa perusahaan juga dapat melakukan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat melalui kerjasama dengan pemerintah daerah sebagai upaya untuk mencapai kesejahteraan sosial bagi masyarakat.

This research discusses the empowerment of the community in the eel cultivation program in Kebonmanggu Village, analyzed from the discipline of social welfare. The urgency of this research is to understand the implementation of community empowerment within the framework of corporate social responsibility (CSR), in collaboration with the local government, in order to optimize and make the services provided to the community more effective. This study was conducted using a qualitative approach with a descriptive type. Data collection was carried out from October 2022 to May 2023 using document studies and in-depth interviews with 8 selected informants using purposive sampling technique. The research findings indicate several stages of empowerment carried out in the eel cultivation program in Kebonmanggu Village. These stages include program socialization and registration, field verification, announcement of selection results, Gesari Academy mentoring, fund disbursement, expenditure, cultivation method development, eel sales, mentoring, monitoring, evaluation, and reward. In each of these stages, there is a role played by accompanying actors involved in the implementation to assist the Sidat Bumi group in running their program. The accompanying actors involved are the Department of Fisheries and Marine Affairs as the program's partner agency, the Kebonmanggu Village Government, and PT Semen Jawa company itself, which is involved in the program's implementation. The conclusion of this research is that the community empowerment program conducted by PT Semen Jawa within the framework of CSR has its own program stages and shows some differences compared to the stages of community development usually carried out by Human Service Organizations. The community empowerment program also involves accompanying actors who assist the business group in program implementation, reflecting the roles of change agents or community workers. The results of this research are expected to contribute to the Social Welfare Science study program, specifically in the community intervention course, regarding community development topics and the role of change agents (community workers), highlighting that companies can also implement community development and empowerment programs through cooperation with the local government as an effort to achieve social welfare for the community"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abhirama Prima
"Ikan sidat (Anguilla Sp.) merupakan ikan yang laku di pasaran internasional dan memiliki harga yang tinggi karena memiliki kelimpahan kandungan nutrisi. Proses pemijahan ikan sidat dilakukan di wilayah estuari yang memiliki kondisi fisik yang sesuai untuk hidupnya benih ikan sidat. Teluk Pelabuhanratu merupakan salah satu wilayah estuari yang memiliki kelimpahan benih ikan sidat. Penduduk sekitar Teluk Pelabuhanratu memanfaatkan benih ikan sidat sebagai mata pencaharian tambahan. Penangkapan benih sidat memberikan manfaat besar secara ekonomi bagi penduduk setempat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola rantai nilai benih ikan sidat di Kecamatan Pelabuhanratu dan Simpenan. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan analisa deskriptif dan spasial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua lokasi penangkapan benih ikan sidat yakni, Muara Ci Mandiri dan Sungai Cimandiri. Pada lokasi produksi Muara Cimandiri, membentuk 2 pola distribusi sedangkan pada Sungai Cimandiri hanya membentuk 1 pola distribusi. Pendapatan yang didapat oleh pelaku distribusi benih ikan sidat pada setiap simpul bervariasi bergantung kepada tingkatan karakteristik pelaku.

Anguilla sp, seawater fish which is one of the most popular fish in the international market and has a high price becausit has an abundance of nutrient content. Eel fertillization process conducted in the estuary which has the appropriate physical condition for its glass eel. Pelabuhanratu bay is one of estuary zone that has an abundance of glass eel. Local population around the bay Pelabuhanratu utilize glass eel as additional livelihood. The locals will sell and distribute to other locals who act as sellers were larger, continued until to the export company.
This study aims to determine how is the pattern of glass eel's value chain in the Pelabuhanratu and Simpenan district and to determine the income of each actor in the glass eel's value chain in Pelabuhanratu and Simpenan district. The method that is used in this research is qualitative method with descriptive and spatial analysis.
The results showed that there are two catching locations of glass eel namely, Cimandiri estuary and Cimandiri River. At the production site Cimandiri estuary, forming two distribution patterns while at the River Cimandiri only form one pattern of distribution. Income, which earned by the actor of glass eel distribution on each node varies depending on the levels and characteristics of the actor.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deo Saputra Irianto
"Sidat (Anguilla spp.) merupakan ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting, baik untuk pasar lokal maupun luar negeri. Teluk Pelabuhanratu merupakan daerah dengan potensi besar bagi penyediaan benih ikan sidat. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kehidupan ikan sidat adalah salinitas, karena secara alami ikan sidat bermigrasi dari perairan tawar, payau, dan laut atau sebaliknya. Sehingga diperlukan cara untuk menggambarkan persebaran larva ikan sidat (impun) berdasarkan salinitas. Untuk mengetahui nilai salinitas diperoleh dari citra Landsat 8 tahun 2015 dan 2016 menggunakan pendugaan salinitas Algoritma Cimandiri (Supriatna et al., 2016).
Penelitian dilakukan di muara Ci Mandiri, Ci Tepus dan Ci Maja berdasarkan bulan basah dan bulan kering. Keberadaan larva ikan sidat (impun) yang diperoleh dari hasil tangkapan terjadi saat bulan kering dimana hasil tangkapan terbanyak terjadi di mulut muara. Hasil tangkapan berkurang jika semakin jauh dari mulut muara, yaitu pada bagian pantai ke arah laut dan bagian dalam muara sungai dengan nilai salinitas ke arah laut meningkat sedangkan nilai salinitas ke arah sungai berkurang.

Eel (Anguilla spp.) is consumed fish that has an important economic value, either for local or international market. Pelabuhanratu Bay is an area with big potension for supplying eel seed. One of important factor which affect an eel existence is salinity, because eel migrate from fresh water, brakish, and sea naturally although the otherwise so that need ways to describe the distribution of glass eel by the salinity. To find out the percentage of salinity, it obtained from Landsat 8 Imagery year 2015 and 2016 using salinity prediction of Algorithm Cimandiri (Supriatna et al., 2016).
The research has been conducted at Ci Mandiri Estuary, Ci Tepus Estuary, and Ci Maja Estuary based on wet month and dry month. The existence of glass eel which is obtained from the catch was occurs on dry month when the most catch was occurs at the edge of estuary. The catch is reduced if it?s farther from the edge of estuary, at the beach towards the sea and the inside of river estuary with the percentage of salinity towards the sea is increase while the percentage of salinity towards the river is decrease.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64632
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, 2005
303.609 598 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmalia Puspita
"Abon ikan adalah produk olahan dari daging ikan, melalui kombinasi proses pengolahan. Pembuatan makanan olahan dari ikan sidat (Anguilla bicolor) yakni produk abon ikan dipercaya mampu memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, layak untuk dikonsumsi bagi para konsumennya dan juga memiliki daya simpan yang relatif lebih lama dibandingkan produk olahan ikan lainnya seperti nugget, baksi dan sosis ikan. Pembuatan abon ikan sidat ini dilakukan dengan variasi bahan baku murni daging ikan sidat dan campuran lengkuas (Alpinia galngan Sw) dengan rasa original dan pedas. Penentuan kualitas produk abon ikan sidat dengan melakukan analisis proksimat dan juga organoleptik pada setiap tipe. Untuk kandungan protein terbaik, diperoleh oleh abon ikan sidat tipe A1 dengan kandungan 35,0%, sedangkan tipe B1 34,7%, A2 29,3% dan B2 21,3%. Untuk analisis organoleptik, terbaik diperoleh oleh tipe A2 mengenai rasa 82,4%; warna 84,4%; tekstur 84,8% dan Aroma 84,8%.

Shredded fish is processed product of fish meat, through a combination of processing. The manufacture of processed foods of eel (Anguilla bicolor) shredded fish product believed to fill the nutritional needs of the community, suitable for consumption for customers and also have a shelf life that is relatively longer than other processed fish products such as nuggets, meatball and fish sausages. Manufacture of shredded eel is done with pure raw material variations eel meat and mix with galangal (Alpinia galngan Sw) with the original flavor and spicy. Determination of product quality shredded eel by proximate analysis and also organoleptic analysis on every type. For the best protein content, obtained by shredded eel type A1 with a content of 35.0%, while 34.7% of type B1, A2 and B2 29.3% to 21.3%. For organoleptic analysis, the best test results obtained by A2 type about the taste 82.4%; color 84.4%; texture 84.8% and 84.8% of Aroma."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Mitos memiliki peran bagi kelestarian benda cagar budaya di situs yang ada di Desa Hanggira, Lempe, dan Bariri. Penelitian ini berupaya mengungkap keberadaan mitos yang berkembang di seputar areal situs yang ada di tiga desa tersebut dan mengungkap nilai dan peranan mitos bagi kelestarian tinggaalan arkeologis. Metode penelitian yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah metode studi kepustakaan, survey, deskriptif analitik, dan penyajian secara naratif. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa mitos yang berkembang di areal situs yang terdapat di tiga desa tersebut pada umumnya mengisahkan tentang peristiwa ketokohan dan peristiwa terjadinya suatu tempat yang dianggap pernah terjadi pada masa lampau. Tinggalan cagar budaya dalam situs-situs itu diyakini sebagai bukti fisik dari peristiwa sejarah. Nilai-nilai yang terdapat dalam mitos-mitos adalah nilai historis, solidaritas, patriotisme, dan edukatif. Mitos-mitos itu juga memiliki peran dalam menjaga kelestarian benda cagar budaya yang ada di situs-situs tersebut, yakni sebagai media untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan sejarah kolektifnya, menumbuhkan solidaritas sosial, menumbuhkan kebanggaan mereka akan kepahlawanan leluhurnya, dan menumbuhkan kesadaran mereka akan perbuatan negatif yang telah dilakukan oleh leluhurnya. Adanya kesadaran, kebangaan, dan keyakinan masyarakat ketiga desa itu memberikan dampak positif terhadap kelestarian tinggalan budaya megalitik yang ada di sana. Sampai saat ini mesyarakat ketiga desa itu secara bersama-sama menjaga, merawat, dan melestarikan warisan budaya leluhur mereka itu."
JNANA 19:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Purwaningsih
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai struktur komunitas lamun, ikan dan plankton di perairan Kepuh, Teluk Banten. Penelitian ini dilakukan menggunakan transek site untuk lamun, pengambilan sampel ikan dengan jaring bondet, dan plankton dengan menggunakan plankton net (Kitahara dan Norpac) serta pengukuran kualitas air sebagai parameter lingkungan. Data yang dikumpulkan dipelajari struktur komunitasnya dengan menghitung komposisi jenis, kepadatan dan indeks ekologi (keanekaragaman dan dominansi).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di perairan Kepuh, Banten, Ditemukan 4 spesies lamun dan yang dominan adalah E. acoroides dengan nilai indeks dominansi 0,6 dan nilai indeks keanekaragaman 0,7 serta kepadatannya 616 tunas/m2. Species ikan yang dominan adalah Siganus canaliculatus dengan nilai indeks dominansi 0,15 dan indeks keanekaragaman 2,4 serta kepadatannya 435 individu ikan. Plankton terdiri dari fitoplankton yang dominan adalah Nitzschia dengan nilai indeks dominansinya 0,137 dan indeks keanekaragaman 2,37 serta kepadatannya 4.500.608 sel/m3 dan zooplankton yang dominan adalah Calanus dengan nilai indeks dominansinya 0,16 dan nilai indeks keanekaragaman 2,18 serta kepadatannya 2.246 individu/m3.

ABSTRACT
research on community structure of seagrass, fish and plankton in Kepuh coastal, Banten Bay has been conducted. This research was conducted using the transect method for seagrass, sampling fish with nets Bondet , and plankton using plankton net ( Kitahara and Norpac) as well as the water quality measurements of environmental parameters . Data collected studied the community structure by counting the species composition , density and ecological indices ( diversity and dominance ).
The results showed 4 seagrass species found. The dominant speciesof seagrass was Enhalus acoroides, the dominance index was of 0.6 and diversity index was 0.7 and density was 616 shoots/m2 . The dominant fish species was Siganus canaliculatus, the dominance index values of 0.15 and 2.4 as well as the diversity index , and density was 435 fish specimens . Plankton consists of dominant phytoplankton was Nitzschia, dominance with an index was 0.137 and diversity index was 2.37 and density 4.500.608 cel/m3 and is the dominant zooplankton Calanus with dominance index was 0.16 and the value of diversity index 2.18 and density 2.246 individu/m3.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T37663
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>