Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92864 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Salah satu permasalahan dalam pengelolaan perairan darat adalah penurunan kualitas air yang disebabkan oleh polusi senyawa nitrogen. Mekanisme transformasi senyawa nitrogen oleh bakteri indigenous menjadi langkah penting untuk mengatasi permasalahan tersebut. Aktivitas antropogenik di sekitar Situ Sawangan-Bojongsari memungkinkan terjadinya polusi senyawa nitrogen seperti amonia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas bakteri pengoksidasi amonia serta faktor fisika dan kimia yang mempengaruhinya di Situ Sawangan-Bojongsari. Kelimpahan dan keragaman bakteri pengoksidasi amonia dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia perairan. Kelimpahan tertinggi bakteri pengoksidasi amonia terdapat pada strata 0 cm (270 sel/mL) dan kelimpahan terendah terdapat pada strata 230 cm (73 sel/mL). Bakteri pengoksidasi amonia tidak ditemukan pada bagian sedimen. Gen amoA hanya teramplifikasi dari contoh air. Sebanyak 10 pita gen amoA dengan posisi yang berbeda dapat terdeteksi pada gel DGGE. Sebanyak enam isolat gen amoA memiliki kemiripan sekuen nukleotida dengan amoA dari uncultured bacterium (86-97 percent). Sekuen asam amino dari keenam isolat gen amoA menunjukkan kemiripan dengan protein ammonia monooxygenase (56-93 percent). Sebanyak lima isolat gen amoA teridentifikasi sebagai ammonia monooxygenase dari uncultured bacterium dan satu isolat sebagai ammonia monooxygenase dari Nitrosospira sp. III7. Berdasarkan analisis filogenetik, keenam isolat gen amoA termasuk ke dalam genus Nitrosospira."
551 LIMNO 21:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Bakteri Aeromonas spp. merupakan bagian dari mikroflora perairan. Bakteri ini dapat menyebabkan wabah penyakit pada budidaya ikan yang intensif, yaitu apabila ikan mengalami stress karena kepadatan terlalu tinggi, kualitas pakan yang rendah dan kualitas air yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman bakteri Aeromonas spp. Pada ikan yang dipelihara di keramba jaring apung (KJA) di Waduk Jatiluhur, Jawa Barat dan pada kolam-kolam ikan budidaya di Pulau Lombok dan Sumbawa, berdasarkan uji biokimia. Untuk itu, dilakukan pengambilan sampel bakteri pada bulan April, Mei dan Juli 2012 dari ikan sakit dan ikan yang terlihat sehat dengan cara menyapukan swab di permukaan tubuh ikan. Sampel ditumbuhkan di media TSA yang ditambah Ampisilin, lalu dimurnikan dan diuji dengan serangkaian uji biokimia menurut SNI 7303:2009. Dari penelitian ini diperoleh 50 isolat Aeromonas sp., 12 isolat di antaranya dipastikan merupakan spesies Aeromonas hydrophila, sedangkan 34 isolat merupakan Aeromonas sp., tetapi tidak diketahui dengan pasti spesiesnya dan 4 isolat bukan merupakan Aeromonas sp. Berdasarkan uji motilitasnya, 11 isolat diduga merupakan strain A. hydrophila virulen, 19 isolat merupakan Aeromonas sp. virulen dan 15 isolat merupakan strain Aeromonas sp. non virulen."
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"PENGARUH PENAMBAHAN KOAGULAN TERHADAP EFISIENSI PENURUNAN JUMLAH BAKTERI INDIKATOR PENCEMAR DALAM SISTEM PENGOLAHAN AIR BERSIH Ignasius D.A. Sutapa Pusat Penelitian Limnologi-LIPI E-mail: ignasdas@yahoo.co.id Diterima redaksi : 12 Juni 2013, disetujui redaksi : 6 November 2013 ABSTRAK Salah satu penentu kualitas air terdapatpada sistem pengolahan air baku menjadi air produksi. Proses pengolahan air bersih terdiri dari beberapa tahap diantaranya koagulasi-flokulasi, sedimentasi dan filtrasi dalam mengurangi jumlah bakteri indikator pencemar. Pada penelitian ini zat yang berperan sebagai koagulan ialah Poly Alumunium Clorida (PAC) pada konsentrasi 25 mg/l.Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Juli 2009.Tujuan dari penelitian ini menentukan pengaruh penambahan koagulan terhadap efisiensi penurunan bakteri indicator pencemar dalam system pengolahan air bersih. Dua jenis bakteri yang dipantau adalah Escherichiacolidan Coliform. Berdasarkan uji kualitas air menunjukkan pengaruh yang signifikan dari penambahan PAC terhadap jumlah bakteri indicator pencemar. Jumlah bakteri Coliform air baku sebesar 252 koloni/100 ml turun menjadi 12 koloni/100ml. Sementara jumlah E. coli turun dari sekitar238 koloni/100ml menjadi 8 koloni/100ml. Dari data tersebut diperoleh nilai efisiensi penurunan 95,2 persen untuk Total Coliform dan 96,6 persen E.Coli."
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Windy Dwininda
"Keseimbangan berbagai jenis bakteri pada kulit sangat penting dalam menjaga kesehatan kulit. Permasalahan pada kulit wajah yang muncul salah satunya disebabkan oleh disbiosis mikroba. Penelitian dilakukan untuk menganalisis keberagaman mikrobiom bakteri yang terdapat pada kulit wajah dengan kondisi pH dan kelembaban beragam. Metode analisis diversitas dengan Next Generation Sequencing 16s rRNA. Jumlah responden yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 144 sampel. Hasil analisis pada penelitian ini ditemukan bahwa kelas filum bakteri tertinggi Actinobacterium (49,72%), Proteobacterium (29,86%) dan Firmicutes (18,64%). Pada genus Cutibacterium (41,48%), Neisseriaceae (20,29), Staphylococcus (10,16%) ditemukan terbanyak pada kulit wajah dengan nilai kondisi pH dan kelembaban berbeda. Analisis diversitas alfa dengan indeks Chao1 (p=0,05) dan Faith PD(p=0.004) menunjukan kelimpahan mikrobiom signifikan lebih tinggi ditemukan pada pH tinggi dibandingkan pH normal. Analisis diversitas Alfa pada kelembaban tidak ditemukan signifikan terhadap kelimpahan bakteri mikrobiom wajah. Hasil diversitas beta ditemukan perbedaan kelimpahan mikrobiom bakteri pada sepuluh genus tertinggi yang ditemukan pada pH normal dan pH tinggi serta kelompok kelembaban dengan sangat lembab, lembab dan kering. Kesimpulan penelitian profil genus Cutibacterium, Neisseriaceae, Staphylococcus bakteri paling banyak ditemukan pada pH tinggi dan pH normal seta kelembaban sangat lembab, lembab dan kering. Cutibacterium, Neisseriaceae dan Staphylococcus menunjukan adanya peningkatan pH kulit maka kelimpahan bakteri tersebut semakin meningkat. Pada kelembaban kulit, kelimpahan Cutibacterium dan Staphylococcus menurun seiring penurunan nilai kelembaban kulit.

Balancing various types of bacteria on the skin is crucial for maintaining skin health. One of the issues that arise with facial skin is caused by microbial dysbiosis. Research was conducted to analyze the diversity of bacterial microbiomes on the facial skin with varying pH and moisture conditions. The diversity analysis method used Next Generation Sequencing 16s rRNA, and the study included 144 samples. The results of this research revealed that the highest bacterial phylum classes were Actinobacterium (49.72%), Proteobacterium (29.86%), and Firmicutes (18.64%). The genera Cutibacterium (41.48%), Neisseriaceae (20.29%), and Staphylococcus (10.16%) were the most abundant on the facial skin with different pH and moisture conditions. Alpha diversity analysis using Chao1 index (p=0.05) and Faith PD (p=0.004) indicated significantly higher microbial abundance found in high pH compared to normal pH. However, there was no significant difference in alpha diversity concerning the moisture level and facial bacterial microbiome abundance. Beta diversity analysis showed differences in bacterial microbiome abundance in the top ten genera found between normal pH and high pH, as well as between moisture groups categorized as very moist, moist, and dry. In conclusion, the research profiled the genera Cutibacterium, Neisseriaceae, and Staphylococcus as the most found bacteria in high pH and normal pH conditions, as well as very moist, moist, and dry moisture levels. Cutibacterium, Neisseriaceae, and Staphylococcus showed an increase in skin pH resulting in an increase in the abundance of these bacteria. On the other hand, the abundance of Cutibacterium and Staphylococcus decreased with decreasing skin moisture levels."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Annisa Ramadhani
"ABSTRACT
Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius dalam budidaya ikan. Penyakit ikan dapat disebabkan oleh faktor infeksi (yaitu bakteri) dan faktor non infeksi (yaitu kondisi lingkungan). Karena itu, perlu diberikan senyawa antioksidan dan antibakteri untuk ikan. Eleocharis dulcis atau dikenal sebagai purun tikus/chinese water chesnut adalah tanaman air dari Asia Tenggara yang biasa ditemukan di rawa-rawa. Dalam penelitian sebelumnya, ekstrak metanol daun Eleocharis dulcis menunjukkan aktivitas antioksidan dan ekstrak etanol Eleocharis dulcis peel dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan dan antibakteri terhadap Aeromonas hydrophila, Flavobacterium columnare, Edwardsiella ictaluri dan untuk menentukan kandungan fenolik total dari ekstrak etanol 70% daun Eleocharis dulcis yang diperoleh dari dua metode ekstraksi yaitu maserasi dan UEA. Uji aktivitas antioksidan ditentukan dengan menggunakan metode DPPH dan FRAP. Uji aktivitas antibakteri diukur menggunakan metode difusi cakram dan mikrodilusi. Total konten fenolik ditentukan secara spektrofotometri menurut metode Folin-Ciocalteu. Nilai IC50 dari metode DPPH adalah 46,91 dan 41,00 ppm untuk ekstrak dari maserasi dan metode UEA, masing-masing. Nilai FeEAC dari metode FRAP adalah 223,11 dan 317,95 μmol/g untuk ekstrak dari maserasi dan metode UEA, masing-masing. Dalam metode difusi, zona hambat untuk ekstrak dari maserasi dan metode UEA adalah 7 mm dan 8,8 mm terhadap Aeromonas hydrophila kemudian 6,4 mm dan 7 mm terhadap Flavobacterium columnare. Dalam metode mikrodilusi, nilai MIC adalah 1,56 mg/mL terhadap Aeromonas hydrophila untuk kedua metode ekstraksi. Selain itu, terhadap Flavobacterium columnare dan Edwardsiella ictaluri menunjukkan nilai MIC yang sama, yaitu 6,25 mg/mL untuk ekstrak maserasi dan 3,12 mg/mL untuk ekstrak UEA. Total konten fenol adalah 79,08 mg GAE/gram dan 85,02 mg GAE/gram masing-masing untuk metode maserasi dan UEA. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa metode ekstraksi UEA dapat memperoleh ekstrak daun Eleocharis dulcis dengan aktivitas yang lebih baik, yaitu aktivitas antioksidan yang kuat meskipun aktivitas antibakteri yang lemah terhadap Aeromonas hydrophila, Flavobacterium columnare dan Edwardsiella ictaluri.

ABSTRACT
Fish disease is one of the serious problems in fish farming. Fish disease can be caused by infectious factors (ie bacteria) and non-infectious factors (ie environmental conditions). Therefore, it is necessary to provide antioxidant and antibacterial compounds for fish. Eleocharis dulcis or known as purun rat/chinese water chesnut is an aquatic plant from Southeast Asia commonly found in swamps. In a previous study, Eleocharis dulcis leaf methanol extract showed antioxidant activity and ethanol extract of Eleocharis dulcis peel was reported to have antibacterial activity. The purpose of this study was to evaluate the antioxidant and antibacterial activity against Aeromonas hydrophila, Flavobacterium columnare, Edwardsiella ictaluri and to determine the total phenolic content of 70% ethanol extract of Eleocharis dulcis leaves obtained from two extraction methods namely maceration and UAE. The antioxidant activity test was determined using the DPPH and FRAP methods. Antibacterial activity test was measured using the disk diffusion and microdilution methods. The total phenolic content was determined spectrophotometrically according to the Folin-Ciocalteu method. IC50 values ​​from the DPPH method were 46.91 and 41.00 ppm for extracts from maceration and the UAE method, respectively. The FeEAC values ​​from the FRAP method were 223.11 and 317.95 μmol/g for extracts from maceration and the UAE method, respectively. In the diffusion method, the inhibitory zone for extracts from maceration and the UAE method are 7 mm and 8.8 mm against Aeromonas hydrophila then 6.4 mm and 7 mm against Flavobacterium columnare. In the microdilution method, the MIC value is 1.56 mg/mL against Aeromonas hydrophila for both extraction methods. In addition, the Flavobacterium columnare and Edwardsiella ictaluri showed the same MIC value, ie 6.25 mg/mL for maceration extract and 3.12 mg/mL for UAE extract. The total phenol content was 79.08 mg GAE/gram and 85.02 mg GAE/gram respectively for maceration and UAE methods. Based on the results of this study, it can be concluded that the UAE extraction method can obtain Eleocharis dulcis leaf extract with better activity, namely strong antioxidant activity despite weak antibacterial activity against Aeromonas hydrophila, Flavobacterium columnare and Edwardsiella ictaluri.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vialda Anindita Puteri Sulandri
"Situ Agathis merupakan situ pertama yang menerima aliran air dari saluran DAS Ciliwung menuju wilayah kampus Universitas Indonesia. Keberadaan Situ Agathis dapat memengaruhi kualitas perairan keempat situ lainnya di Universitas Indonesia. Telah dilakukan penelitian mengenai penilaian kualitas air sebagai penyesuaian penggunaan indeks Singscore di Situ Agathis, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat pada bulan maret 2022. Berdasarkan hasil perhitungan indeks Singscore, Situ Agathis tergolong kedalam perairan buruk dengan total nilai kriteria sebasar 34,35. Hasil penilaian indeks Singscore berhubungan dengan hasil perhitungan parameter fisika-kimia air yakni mengindikasikan perairan tercemar. Selain itu, berdasarkan jenis dan komposisinya, makrozoobenthos yang menempati perairan Situ Agathis memiliki kemampuan toleransi terhadap perairan tercemar. Korelasi antara indeks Singscore, parameter fisika-kimia air dan makrozoobenthos dapat dilihat melalui hasil analisis PCA. Hasil menunjukkan adanya korelasi negatif antara indeks Singscore dengan makrozoobenthos. Hasil nilai korelasi negatif disebabkan oleh beberapa famili yang memiliki nilai toleransi besar dapat hidup berdampingan dengan famili yang memiliki nilai toleransi kecil serta nilai indeks Singscore yang memiliki perbedaan jauh pada masing-masing stasiun yang dapat memengaruhi nilai korelasi. Selain itu, analisis PCA menunjukkan parameter fisika yang mempengaruhi keberadaan makrozoobenthos di Situ Agathis meliputi suhu, kekeruhan, dan oksigen terlarut (DO).

Situ Agathis is the first pond to receive water from the Ciliwung watershed to the University of Indonesia campus area. The existence of Situ Agathis can affect the water quality of the other four lakes at the University of Indonesia. Research has been carried out on the assessment of water quality as an adjustment to the use of the Singscore index at Situ Agathis, University of Indonesia, Depok, West Java in March 2022. Based on the results of the Singscore index calculation, Situ Agathis is classified as bad waters with a total criterion value of 34.35. The results of the Singscore index assessment are related to the results of the calculation of the water physico-chemical parameters, which indicate polluted waters. In addition, based on the type and composition, the macrozoobenthos that inhabit the waters of Situ Agathis can tolerate polluted waters. The correlation between Singscore index, water physico-chemical parameters, and macrozoobenthos can be seen through the results of PCA analysis. The results showed a negative correlation between the Singscore index and macrozoobenthos. The results of the negative correlation value are caused by several families having a large tolerance value that can coexist with families that have a small tolerance value and the significant difference in the Singscore index value at each station which can affect the correlation value. In addition, PCA analysis showed that the physical parameters that affect the presence of macrozoobenthos in Situ Agathis include temperature, turbidity, and dissolved oxygen (DO)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Astuti Kristianti
"Telah dilakukan penelitian penilaian terhadap kualitas perairan menggunakan makrozoobentos pada eceng gondok (Eichhornia crassipes) dengan Family Biotic Index (FBI) dan mengetahui struktur komunitas makrozoobentos di Situ Salam Universitas Indonesia. Situ Salam berada di bagian utara kampus UI. Berdasarkan parameter fisika-kimia yang dilakukan yaitu hasil suhu yaitu 28,66—30⁰C, hasil turbiditas yaitu 6,9—8 NTU, hasil kecepatan arus yaitu 0,012—0,071 m/s,hasil dissolved oxygen (DO) yaitu 6,58—9,87 mg/L, hasil derajat keasaman (pH) yaitu 6,79—7,11, hasil kecerahan air yaitu 82—93,66 cm, hasil kedalaman yaitu 179—318,33 cm, hasil nitrat yaitu 0,58—2 mg/L, dan hasil fosfat yaitu 0,47—1,48 mg/L. Berdasarkan hasil FBI, kualitas perairan Situ Salam tergolong kategori buruk dengan nilai FBI berkisar 6,42—6,64. Berdasarkan hasil struktur komunitas makrozoobentos, indeks keanekaragaman tergolong tinggi dengan nilai < 2,50, indeks dominansi tergolong rendah dengan nilai < 0,26 yang menandakan jenis makrozoobentos tidak ada yang mendominansi, indeks Evenness tergolong merata dengan nilai < 0,90 dan indeks kelimpahan berkisar antara 0,2—34,4 ind/tanaman. Berdasarkan hasil dilakukan di Situ Salam parameter fisika-kimia tergolong dalam perairan yang masih dapat ditoleransi oleh makrozoobentos.

An assessment of water quality has been carried out using macrozoobenthos on water hyacinth (Eichhornia crassipes) with the Family Biotic Index (FBI) and to determine the structure of the macrozoobenthos community in Situ Salam, Depok, West Java. Situ Salam is a lake that has a parallel flow from south to north which has a series with Situ Puspa and Situ Ulin. Situ Salam is located in the northern part of the UI campus near the Makara Dormitory, University of Indonesia and comes from the water input of Situ Agathis. Measurements of physico-chemical environmental parameters were carried out namely, temperature with a yield of 28.66—30⁰C, turbidity with a yield of 6.9—8 NTU, current velocity with a yield of 0.012—0.071 m/s, dissolved oxygen (DO) with a yield of 6.58—9,87 mg/L, degree of acidity (pH) with a yield of 6.79—7.11, water brightness with a yield of 82—93.66 cm, depth with a yield of 179—318.33 cm, the nitrate with a yield of 0.58—2 mg/L, and phosphate with a yield of 0.47—1.48 mg/L. Based on the results of the FBI, the water quality of Situ Salam is classified as poor with an FBI value ranging from 6.42—6.64. The diversity index is low with a value of < 2.50, the dominance index is low with a value of < 0.26 which indicates that no macrozoobenthos species dominates, the Evenness index is evenly distributed with a value of < 0.90 and abundance index ranged from 0.2-34.4 ind/plant. Based on the results of measurements of physico-chemical parameters that have been carried out, Situ Salam is classified in waters that can still be tolerated by macrozoobenthos."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliyya Maitsaa Iffat
"Kualitas udara mikrobiologis di dalam lift gedung perlu diperhatikan karena sebagian besar orang lebih memilih untuk menggunakan lift daripada tangga. Banyaknya orang berlalu-lalang memungkinkan mikroorganisme untuk masuk dan mengalami pertumbuhan pada lingkungan yang ideal di dalam lift. Studi literatur mengenai keberadaan bioaerosol di dalam lift masih tergolong sedikit. Oleh sebab itu, penelitian kualitas udara mikrobiologis penting dilakukan di salah satu ruangan pada lingkungan kampus, yaitu lift gedung kuliah saat masa libur dan aktif perkuliahan. Penelitian ini dilakukan di lift pada Gedung S, K dan EC di Fakultas Teknik Universitas Indonesia dengan tujuan untuk mengetahui serta membandingkan hasil konsentrasi bakteri pada masa libur dan aktif perkuliahan, menganalisis pengaruh faktor lingkungan dan potensi sumber pencemar mikrobiologis potensial di sekitar lift gedung perkuliahan. Metode pengambilan sampel pasif digunakan untuk mengambil sampel udara selama 15 menit agar bakteri terdeposisi secara alami ke media Tryptone Soya Agar. Pengambilan sampel permukaan dengan dry swab dilakukan untuk mengetahui apakah tombol panel lift termasuk ke dalam salah satu sumber pencemar mikrobiologis potensial. Dari hasil penelitian dapat diketahui konsentrasi bakteri pada ketiga lift gedung tidak memenuhi baku mutu, yaitu 500 CFU/m3 dan 700 CFU/m3. Pada masa libur, konsentrasi tertinggi sebesar 1.330 CFU/m3 terdapat di lift Gedung EC dan terendah sebesar 608 CFU/m3 terdapat di lift Gedung S. Sedangkan pada masa aktif,  konsentrasi tertinggi sebesar 2.084 CFU/m3 terdapat di lift Gedung S dan terendah sebesar 1.081 CFU/m3 terdapat di lift Gedung K. Hasil uji komparatif menunjukkan bahwa hanya lift Gedung S yang memiliki perbedaan konsentrasi bakteri pada kedua masa perkuliahan. Uji korelasi antara konsentrasi bakteri dengan faktor lingkungan bervariasi tergantung pada kondisi cuaca selama pengambilan sampel. Hanya kecepatan angin yang tidak mempengaruhi karena menyebabkan tidak adanya dispersi mikroorganisme. Sumber indoor bioaerosol seperti keberadaan manusia sebagai pengguna lift sangat berpengaruh sangat kuat terhadap konsentrasi bakteri di dalam lift gedung. Perlu dilakukan pemeliharaan kebersihan secara rutin terhadap pendingin ruangan beserta filter, tombol panel lift, serta lingkungan di sekitar lift gedung agar dapat menurunkan konsentrasi bakteri.

Microbiological air quality in the building elevator needs to be considered because most people prefer to use elevators rather than stairs. The number of people passing by allows microorganisms to enter and grow in the ideal environment of elevator. Literature studies regarding the presence of bioaerosol in elevators are still relatively small. Therefore, microbiological air quality research is important in one of the rooms on the campus environment, the college building elevator during holidays and active periods of lectures. This research was carried out in the elevators of the S, K and EC Buildings at the Faculty of Engineering, University of Indonesia with the air of knowing and comparing the results of bacterial concentration during holidays and active periods of lectures, analyzing the influence of environmental factors and potential sources of potential microbiological pollutants around elevators. The passive sampling method is used to take air samples for 15 minutes so that bacteria are naturally deposited into the Tryptone Soya Agar medium. The surface samples taken by dry swab is done to find out whether the elevator panel button is included in one of the potential microbiological pollutant sources. From the results of research, it can be seen that bacterial concentrations in the three building elevators did not meet the quality standards, 500 CFU/m3 and 700 CFU/m3. During the holidays, the highest concentration of 1.330 CFU/m3 is found in the EC Building elevator and the lowest is 608 CFU/m3 in the S Building. While the active period, the highest concentrations of 2.084 CFU/m3 is found in the S building elevator and the lowest is 1.081 CFU/m3 in the K Building elevator. The comparative test results show that only the S Building elevator has a difference in bacterial concentration in the two lecture periods. Correlation test between bacterial concentration and environmental factors varies depending on weather conditions during sampling Only the wind speed does not affect because it causes no dispersion of microorganisms. Indoor bioaerosol sources such as the presence of humans as elevator users have a very strong influence on the concentration of bacteria in the building elevator. Routine hygiene maintenance needs to be done on air conditioners along with filters, elevator panel buttons, and the environment around the building elevators to reduce the concentration of bacteria."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
" Situ (shallow lake) Cibuntu which is located on LIPI Cibinong Complex facing superficiality caused by sedimentation which was dominated by highly TSS (Total Suspended Solids) load. Local people utilize this shallow lake for fisheries activity. In order to maintain the sustainability of its utilization, it was needed a management concept development based on its aquatics physical characteristics. The objective of this research was to determine the each relation of observed water quality parameter. Monitoring on aquatics physical parameter such as water temperature, turbidity, TSS and water conductivity conducted on March, May, July, October, December 2008 and February 2009 at seven stations. The condition of Situ Cibuntu was characterized by the average of its water temperature 27.64~�C, water turbidity 15.97 NTU, TSS 53.60 mg/L and water conductivity 0.119 ~kS/cm which exhibited this shallow lake waters appropriate for fish culturing water quality standards. The result show that water turbidity was had positive correlation to TSS (r=0.996) which indicated that higher TSS causing water turbidity increased accordingly."
551 LIMNO 19:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Luthfiyani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji jenis dan kelimpahan perifiton pada substrat plastik di Situ Agathis dan Situ Mahoni, menganalisis perbandingan kelimpahan perifiton pada substrat plastik di Situ Agathis dan Mahoni, dan menganalisis kualitas perairan melalui keanekaragaman perifiton pada substrat plastik padat di Situ Agathis dan Situ Mahoni. Penelitian ini menggunakan beberapa parameter diantaranya pH, suhu, oksigen terlarut (dissolved oxygen), kekeruhan (turbidity), kecerahan, arus, dan nitrat (NO3-). Penelitian dilakukan pada bulan September 2022 – Maret 2023 pada 3 stasiun pengambilan sampel di Situ Agathis dan Situ Mahoni. Sampel yang diperoleh dianalisis menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, Indeks kemerataan, dan indeks Dominansi Simpson. Berdasarkan hasil pengukuran parameter fisika kimia di Situ Agathis dan Situ Mahoni didapatkan kisaran pH, suhu, oksigen terlarut, kekeruhan, kecerahan, arus, nitrat (NO3-) secara berturut-turut yaitu 7,05-7,49; 22,9-30,7 ⁰C; 4,7-10,5 mg/l; 3,06-16,2 NTU; 31,8-44 cm; 0,003-0,015 m/s; 2,3-16,8 mg/l. Berdasarkan hasil identifikasi didapatkan 11 kelas perifiton di Situ Agathis dan Situ Mahoni yaitu Bacillariophyceae (13 genus), Chlorophyceae (11 genus), Conjugatophyceae (4 genus), Cyanophyceae (6 genus), Euglenophyceae (3 genus), Klebsormidiophyceae (1 genus), Monogononta (1 genus), Oligohymenophorea (1 genus), Trebouxiophyceae (1 genus), Tubulinea (1 genus), dan Xanthophyceae (1 genus) dengan total 44 genus. Situ Agathis memiliki total kelimpahan perifiton yang lebih tinggi dibandingkan Situ Mahoni dengan niilai berturut-turut 6.219,8 sel/cm2 dan 2.025 sel/cm2. Kelas Bacillariophyceae menjadi kelas dengan nilai kelimpahan perifiton tertinggi di kedua situ. Nilai keaneragaman perifiton di kedua situ menunjukkan bahwa kualitas air Situ Agathis dan Mahoni termasuk dalam kualitas air tercemar sedang.

This study aims to examine the types and abundance of periphyton on plastic substrates in Situ Agathis and Situ Mahoni, analyze the comparison of periphyton abundance on plastic substrates in Agathis and Mahoni Situ, and analyze water quality through periphyton diversity on solid plastic substrates in Agathis and Mahoni Situ. This study used several parameters including pH, temperature, dissolved oxygen, turbidity, brightness, current flow, and nitrate (NO3-). The research was conducted in September 2022 – March 2023 at 3 sampling stations in Situ Agathis and Situ Mahoni. The samples obtained were analyzed using the Shannon-Wiener diversity index, evenness index, and Simpson dominance index. Based on the results of measurements of physico-chemical parameters in the Agathis and Mahoni Situ, the range of pH, temperature, dissolved oxygen, turbidity, brightness, nitrate (NO3-) was obtained, respectively, namely 7.05-7.49; 22.9-30.7 ⁰C; 4.7-10.5 mg/l; 3.06-16.2 NTUs; 31.8-44cm; 0.003-0.015 m/s; 2.3-16.8 mg/l. Based on the identification results, 11 classes of periphyton were found in Situ Agathis and Situ Mahoni, namely Bacillariophyceae (13 genera), Chlorophyceae (11 genera), Conjugatophyceae (4 genera), Cyanophyceae (6 genera), Euglenophyceae (3 genera), Klebsormidiophyceae (1 genus), Monogononta (1 genus), Oligohymenophorea (1 genus), Trebouxiophyceae (1 genus), Tubulinea (1 genus), and Xanthophyceae (1 genus) with a total of 44 genera. Agathis Lake has a higher total periphyton abundance than Mahoni Lake with values of 6,219.8 cells/cm2 and 2,025 cells/cm2, respectively. The Bacillariophyceae class was the class with the highest periphyton abundance in both sites. The value of periphyton diversity in both lakes shows that the water quality of Agathis and Mahoni Lakes is classified as moderately polluted water quality."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>