Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44963 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Ternate merupakan sebuah pulau vulkanik di Maluku Utara, didalamnya terdapat gunung api aktif (G. Gamalama) berketinggian 1.715 m dpl. Di pulau ini terdapat tiga danau (Tolire Besar, Ngade dan Tolire Kecil) yang berdasarkan proses terbentuknya digolongkan sebagai danau vulkanik dengan type Maar. Pengukuran yang dilakukan di Danau Tolire esar pada tahun 2011 menghasilkan informasi kondisi fisik danau dan daerah tangkapannya. Danau Tolire dikelilingi oleh tebing curam setinggi 60-80m, tidak mempunyai outlet dan inlet hanya berupa alur air dari puncak Gunung. Luas DTA danau adalah 244,2 Ha dengan tanah ber-ordo Inceptisols dan Ultisols, dengan Iklim termasuk ke dalam tipe iklim B (Basah). Kedalaman maksimum danau 43,1 m, diameter 600 m, luas badan air 26,5 Ha, kecerahan danau hanya ,4 m, salinitas, DO serta profil pH dan ORP mempunyai pola yang hampir sama, yang mengindikasikan bahwa pada kedalaman antara 8 dan 9 m adalah lapisan chemocline atau oxycline. Lapisan permukaan cenderung bersifat oksidatif dan lapisan dasar reduktif. Tidak dijumpai adanya stratifikasi lapisan danau oleh perbedaan suhu, dengan suhu permukaan 30C. Daya dukung danau terhadap biota ikan sangat rendah, dimungkinkan karena faktor tingginya kandungan sulfida dan lingkungan yang terisolir."
570 LIMNO 21:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"At present, ecosystem function in lake ulak lia can be found as i.e. : recreation area, fisheries and retention basin of music river.Meanwhile , the basis data of these ecosystem function was limited and difficult to assess so far...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Waty Darmawaty
"Kehadiran manusia di suatu lingkungan akan menimbulkan pengaruh timbalbalik karena kegiatannya memenuhi kebutuhan hidup dasar maupun kebutuhan hidup sampingan, selain itu kegiatan manusia itu sendiri akan menghasilkan limbah yang pada gilirannya akan mempengaruhi lingkungan khususnya air di lingkungannya (Situ Cigayonggong). Dalam membina hubungan timbal-balik dengan lingkungannya, manusia harus mampu beradaptasi. Pengalaman beradaptasi terhadap lingkungannya itu diartikan sebagai kearifan lingkungan (environmental wisdom) yang merupakan mekanisme untuk menjaga keseimbangan lingkungan, sedangkan perilaku manusia dalam kaitannya dengan pemeliharaan lingkungan berkaitan dengan persepsi mereka mengenai lingkungan alam.
Situ Cigayonggong adalah suatu ekosistem lahan basah di Kabupaten Subang yang perlu dijaga eksistensinya, karena situ ini dimanfaatkan oleh sebagian besar penduduk Desa Kasomalang Wean untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari (minum, mandi, mencuci, mengairi sawah/kolam, dan lain-lain). Tahun 1981 situ ini luasnya 3,87 Ha, sekarang luasnya tinggal sekitar 2,87 Ha.
Permasalahan pokok yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah dampak aktivitas penduduk terhadap kelestarian fungsi situ bagi keseimbangan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendapatkan data mengenai kondisi kualitas air Situ Cigayonggong dengan adanya limbah yang berasal dari aktivitas manusia di sekitarnya; 2) mengetahui aktivitas penduduk yang terkait dengan kehadiran Situ Cigayonggong; 3) mengetahui kondisi dan persepsi masyarakat yang ada di sekitar Situ Cigayonggong terhadap fungsi situ, serta 4) mengetahui kearifan lingkungan yang berkembang.
Hipotesis penelitian ini adalah tekanan penduduk serta memudarnya kearifan lingkungan mempercepat penyusutan sumber daya alam perairan dan kualitas lingkungan.
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah mengenai aktivitas manusia yang dapat mempengaruhi perubahan kualitas lingkungan, khususnya terhadap fungsi ekosistem lahan basah (situ), serta sebagai masukan untuk program-program pengendalian pencemaran dan pengelolaan perairan.
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari sampai Juli Tahun 2003 di Situ Cigayonggong, Desa Kasomalang Wetan, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, dengan menggunakan metode Ex Post Facto. Pengambilan data primer meliputi pengambilan sampel fisik, kimia, dan biologi kualitas air serta pengambilan data sosial melalui penelitian di lapangan dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari dinas/instansi terkait serta literatur yang mendukung.
Hasil kajian latar belakang sejarah Desa Kasomalang Wetan dan Situ Cigayonggong memperlihatkan ada peningkatan jumlah penduduk serta perubahan lingkungan di sekitar kawasan Situ Cigayonggong. Hampir sebagian besar desa ini merupakan areal perkebunan kopi milik Belanda (sekitar abad ke-18) telah mengalami perubahan menjadi permukiman penduduk. Indikasi perubahan kondisi Situ. Cigayonggong di lokasi penelitian tersirat dari jawaban responden mengenai perubaban tersedianya air, luas situ dan kondisi ikan di Situ Cigayonggong (sekitar 80%) menyatakan semakin berkurang.
Hasil telaah hubungan fungsional indeks kualitas air permukaan dan dasar (nilai R2 =0,78-0,86) serta indeks keragaman bentos dengan habitatnya (nilai R2=0,84-0,99) memperlihatkan aktivitas manusia di sekitar Situ Cigayonggong menyebabkan perubahan kualitas air serta keragaman jenis makroinvertebrata bentos. Hasil analisis aspek sosial memperlihatkan kondisi sanitasi penduduk yang kurang baik, pudarnya kearifan lingkungan serta kehadiran pendatang yang kurang memperhatikan kearifan lingkungan turut mempercepat penurunan sumberdaya alam dan kualitas lingkungan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
Pertumbuhan penduduk yang pesat dan kemajuan teknologi yang mempermudah manusia mengolah sumber daya alam sekitarnya sering dilakukan tanpa mengenal batas daya dukung ataupun daya tampung, sehingga menimbulkan mutual depletion, sangat cepat. Akibatnya keseimbangan lingkungan menjadi rusak atau terganggu. Hasil penelitian yang dilakukan selama periode bulan Januari sampai Juni 2003, diketahui:
1. Hasil analisis kondisi kualitas air Situ Cigayonggong selama pengamatan tanggal 13 Mei - 10 Juni 2003 memperlihatkan adanya dampak negatif akibat efek antropogenik dengan indikasi sebagai berikut:
a. Stasiun IV (stasiun yang tidak mendapat masukan limbah hasil aktvitas manusia) memiliki kualitas air lebih baik dibanding stasiun I, II dan III (stasiun-stasiun yang menerima limbah hasil aktivitas manusia). Indeks kualitas air tertinggi sebesar 3,99 terdapat pada stasiun IV, sedangkan indeks kualitas air terendah sebesar 2,79 terdapat pada stasiun II (Indeks kualitas air angkanya 1 sampai 5 dengan kategori 1=buruk; 2=agak buruk; 3=sedang; 4=baik; dan 5=baik sekali).
b. Makroinvertebrata bentos yang ditemukan di Situ Cigayonggong sebanyak 8 jenis, terdiri atas kelas Oligochaeta (2 jenis), Gastropoda (3 jenis) dan Pelecypoda (3 jenis). Makroinvertebrata bentos tersebut adalah jenis yang biasa ditemukan pada kondisi bahan organik yang melimpah. Nilai indeks keragarnan makroinvertebrata bentos selama penelitian di Situ Cigayonggong, berkisar antara 0,27 (stasiun II)-1,38 stasiun IV).
2. Bentuk aktivitas penduduk yang terkait dengan kehadiran Situ Cigayonggong adalah pemanfaatan Situ Cigayonggong untuk sumber air minum dan memasak, mandi, mencuci, mengairi sawah/kolam, serta pemanfaatan lainnya (usaha pencucian kendaraan serta usaha industri kecil pabrik tahu).
3. Kondisi dan persepsi penduduk di sekitar Situ Cigayonggong adalah:
a. Penduduk Desa Kasomalang lebih mudah menangkap informasi secara lisan dari teman, tetangga (orang-orang terdekatnya) dibandingkan sumber informasi lainnya. Kondisi ini mempengaruhi pengetahuan dan pemaharnan mereka terhadap lingkungannya. Penduduk Desa Kasomalang Wetan di lokasi penelitian menyatakan Situ Cigayonggong harus dipertahankan, tetapi tidak diikuti dengan perilaku yang menunjang kelestariannya. Masih terdapat penduduk yang rumahnya tidak dilengkapi saluran pembuangan limbah rumah tangga, membuang sampah ke sungai, serta membuang hajat besar di sungai ataupun Situ Cigayonggong.
b. Persepsi Penduduk Desa Kasomalang Wetan untuk fungsi situ yang dianggap paling panting oleh penduduk Desa Kasomalang Wetan adalah untuk menjaga ketersediaan air di desanya serta untuk kepentingan sehari? hari.
4. Kearifan lingkungan yang masih bertahan di Desa Kasomalang Wetan adalah pantangan menangkap ikan pada hari Senin dan Jumat, pantangan berenang bagi pendatang, serta bentuk jamban tradisional memakai pancuran yang dibangun di atas kolam ikan.
Sebagai upaya untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan khususnya Situ Cigayonggong maka dapat disarankan:
1. Perlu penerangan lebih lanjut kepada masyarakat khususnya pengelola Pesantren Darussalam agar tidak memanfaatkan mata air secara langsung dari sumbernya, tetapi dengan cara ditampung terlebih dahulu dalam bak penampungan, selanjutnya dialirkan melalui pipa-pipa mengikuti ketinggian tempat. Demikian juga dengan limbah yang dihasilkan oleh Pesantren Darussalam, pabrik tahu dan tempe, supaya limbahnya diolah terlebih dahulu menggunakan teknologi pengelolaan limbah sederhana (misal kolam pengendapan, kolam fakultatif, kolam maturasi).
2. Pengetahuan lingkungan hidup dapat disampaikan melalui media informasi yang sudah ada (cerarnah-ceramah agama).
3. Kearifan lingkungan yang ada di Desa Kasomalang Wetan perlu dikembangkan menjadi peraturan tertulis. Hal ini untuk menghindari pemanfaatan Situ Cigayonggong secara berlebihan, dan mencegah turunnya daya tampung serta kualitas perairan setempat.

Anthropogenic Effect on the Degradation of Lake Function (A Case Study of the Existence of Organic Substance by Means of Biological Indicator in the Cigayonggong Lake, Subang District)The presence of human being in environment is causing adverse effect due to their fulfillment of primary and secondary needs. Their activities generate wasted material that will in turn be able to give impact on aquatic environment. To develop their relationship with environment, an adaptation is required. Experience of adaptation is abstracted as ecological wisdom that once become environmental balance mechanism, while people's behavior in relation to environmental preservation have something to do with their perception on it.
The Cigayonggong Lake is one of wetland ecosystem in Subang Regency that need to be preserved since most of villagers of East Kasomalang Village where it belong to, get benefit of its existence for their daily activities such as drinking, bathing, washing, watering paddy field and fish pond, etc. The area of the lake is decreasing from 3,87 Ha in 1981 to 2,87 at present.
The main issue discussed in this research is the impact of peoples activities on the lasting of lake function for environmental balance, mean while the objectives are: 1) To obtain data about water quality of Cigayonggong Lake due to discards from surrounding peoples activities; 2) To acknowledge the villagers activities related to Cigayonggong Lake; 3) To acknowledge the villagers perception about lake function; and 4) To acknowledge ecological wisdom developed in the area.
Hypothesis of this research is the pressure of population growth and disappearance of environmental wisdom accelerate the decreasing in water resource and environmental quality. Results of this research are expected to be the scientific information about people?s activities that effect the environmental quality changes, especially wetland ecosystem, and to be utilized for pollution control program as well as water resource management.
The research was conducted from January to July 2003 in the Cigayonggong Lake, East Kasomalang Village, Jalancagak Sub District, Subang Regency, using the Ex Post Facto Method. Primary data inquiry includes physical, chemical, and biological parameters of water quality; meanwhile socials aspects data inquiry includes observation and interview. Secondary Data were obtained from related institutional offices and literary.
Study of historical background of East Kasomalang Village and the Cigayonggong Lake area indicates significant population growth and environmental changes around the Cigayonggong Lake area. Major part of the village area which used to be the Dutch occupied coffy plantation (18th century), have converted into settlement. These environmental changes also can be known from respondent answer about water availability, lake area and fish condition of the lake that 80 percent of them confirm a decreasing.
Result of functional relational analysis of the top with bottom part of water quality index (R2= 0.78-0.86) and diversity index of benthic macro-invertebrate with its habitat (R2 = 0.84-0.99), indicates that people activity around the Cigayonggong Lake cause changes in water quality and diversity of benthic macro-invertebrate. Social aspect analysis indicates of poor condition of sanitation system, decreasing environmental wisdom and the new settler which are unfamiliar with local value, have accelerated degradation in natural resource and environment quality.
Conclusion:
The rapid population growth and the advance of technology that ease them to exploited natural resource in their surrounding often make them ignore its carrying capacity that cause natural depletion and disturb environmental balance. Here are the details:
1. Result of water quality analysis of the Cigayonggong Lake for measurement period of May 13 to June 10th show anthropogenic effects that cause degradation of lake function, as following details:
a. Station IV (not receiving any discards of people activity) has better water quality index than 3 other station (station I, II and III) that receive people activity discards. The highest water quality index (3,99) in on station IV, mean while the lowest (2,79) is in station II (Quality Index 1 =worst; 2=not good; 3= median; 4=good; 5 -best).
b. Benthic macro-invertebrate found in the Cigayonggong Lake consist of 8 genus. They are Oligochaeia (2 species), Gastropods (3 species) and Pelecypoda (3 species). Such benthic macro-invertebrate found in fair organic concentration. The range of benthic macro-invertebrate diversity index is 0,27 (station II) to 1,38 (station IV).
2. People activities which related to the existence of Cigayonggong Lake are cooking, bathing, washing, watering paddy field, and other purpose such as home industry.
3. Perception and condition of people living around the Cigayonggong Lake are:
Spoken information among close person is the most accepted source that influences their understanding about environment. Their demand for the lake preservation is not supported with their behavior to environment. The most important function of the lake in the respondent perception is to preserve water source and daily needs.
4. Ecological wisdom which is still preserved in East Kasomalang Village is forbiddance to catch fish on Monday and Friday, to swim in the lake for visitor, and to place traditional closet over fish pound.
To recommendation to preserve the lasting existence of the Cigayonggong Lake function are:
1. Need further explanation to people and especially the board of Pesantren Darussalam about the importance of letting the water flow in ground reservoir before being pumped out with certain regulation, and its recommended to pump out directly from its source. Further more waste water produced (by Pesantren Darussalam and local home industry) need to be stabilized in any waste water treatment.
2. Environmental education can be transferred through existing media such as religious speech.
3. Environmental wisdom need to be developed into written rule, to prevent an over exploitation of the lake and degradation of its carrying capacity, as well as its water quality."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 12258
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erik Wijaya Nurmiftalifa Handoyo
"Pulau Ternate merupakan pulau vulkanik yang terbentuk dari tubuh Gunung Gamalama. Litologi di pulau ini didominasi oleh produk-produk vulkanik hasil erupsi gunung berapi. Akan tetapi, belum ada penelitian mengenai karakterisasi produk vulkanik dan sumbernya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik endapan piroklastik, proses, dan mekanisme erupsi pada saat pembentukan endapan piroklastik di daerah penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Grain Size Distrubution (GSD) dan analisis komponen. Hasil penelitian menghasilkan data komponen pumice sebanyak tujuh jenis dan lithic sebanyak empat jenis. Mekanisme pengendapan yang membentuk endapan piroklastik merupakan pyroclastic fall. Terdapat setidaknya tiga kali fase erupsi yang membentuk endapan piroklastik, yaitu fase erupsi Gunung Telaga dan dua fase erupsi Gunung Gamalama yang ditandai dengan persebaran komponen.

Ternate Island is a volcanic island formed from the body of Mount Gamalama. The lithology of island is dominated by the volcanic products of the volcano eruption. However, no research has been done on the characterization of volcanic products and their sources. The study aims to identify the characteristics of pyroclastic deposits, processes, and eruption mechanisms at the time of the formation of pyroclastic deposits in the research area. The methods used in this study are Grain Size Distrubution (GSD) and component analysis. The results of the research resulted in data on the components of the pumice as many as seven types and the lithic as four types. The sedimentary mechanism that forms the pyroclastic deposits is a pyroclastic fall. There are at least three phases of the eruption that form the pyroclastic deposits, namely Mount Telaga's eruptive phase and two Phases of Mount Gamalama's Eruption characterized by the spread of components."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Danau Sentarum memilik banyak hutan rawa, berada di daerah aliran sungai (DAS) Kapuas bagian hulu dan merupakan wilayah konservasi."
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Lobster air tawar (LAT) merupakan jenis krustasea asing baru di Danau
Maninjau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis LAT dan beberapa informasi awal tentang LAT yang ada di Danau Maninjau, serta potensi dampaknya terhadap ekosistem danau. Penelitian dilakukan di tiga lokasi yaitu Sigiran, Batu Nanggai, dan Bayur pada bulan Maret 2011. Lobster air tawar ditangkap menggunakan alat tangkap rago (perangkap) yang dipasang pada sore dan diangkat pada pagi keesokan harinya. Rago dilengkapi dengan umpan yang terdiri dari campuran kelapa, pelet, dan ikan mati. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa jenis LAT yang ada di Danau Maninjau adalah Cherax quadricarinatus. Lobster yang tertangkap memiliki ukuran beragam, dengan rerata panjang karapas untuk lobster jantan 50,93 (6,68-80,36) mm, sedangkan lobster betina 54,35 (39,33-73,37) mm. Rerata berat basah total lobster jantan 38,75 (10,9-125,6) gram dan lobster betina 37,49 (12,5-82,4) gram. Selain itu juga ditemukan lobster betina yang membawa juvenil pada kaki renangnya sebanyak 2,36% dari tangkapan total. Beberapa hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagai jenis asing baru, populasi lobster air tawar, Cherax quadricarinatus telah berkembang mantap di Danau Maninjau. Hal ini berdampak positif secara ekonomi, namun juga berpotensi akan berdampak negatif sebagai jenis invasif ."
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Suryanti
"Bencana alam yang banyak terjadi belakangan ini menyebabkan kualitas udara pada daerah setempat menjadi terganggu dan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Salah satu contoh bencana alam yang sangat mempengaruhi kondisi kualitas udara adalah adanya letusan Gunung berapi. Seperti diketahui bersama bahwa Indonesia memiliki beberapa Gunung Berapi, salah satu diantaranya adalah Gunung Kelud . Gunung Kelud yang berlokasi didaerah Jawa Timur, meletus pada tanggal 13 Februari 2014 sekitar pukul 22.50 WIB. Debu vulkanik yang keluar akibat meletusnya Gunung Kelud tersebut memiliki dampak terhadap kesehatan manusia dan lingkungan sekitar. Pada manusia dapat mengakibatkan terjangkitnya beberapa penyakit seperti Infeksi Saluran Pernapasan, Gatal-gatal, Batuk, Iritasi pada mata dan lainnya.
Telah dilakukan studi pemantauan sampel serta analisis parameter kualitas udara yaitu konsentrasi Total Suspended Partikulat (TSP), analisis kandungan senyawa kimia TSP serta bentuk morfologi dari TSP akibat pengaruh debu vulkanik dari letusan Gunung Kelud tersebut. Selain itu dilakukan juga analisis parameter kualitas udara yang lain yaitu kandungan SO42- dan NO3- yang terlarut dalam air hujan. Sampel telah diambil dari 6 lokasi yang diperkirakan terkena dampak dari debu vulkanik letusan Gunung Kelud yaitu daerah Semarang, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Bandung, dan Bogor.
Dari hasil pengamatan dan analisis pada keenam daerah tersebut, diperoleh hasil konsentrasi TSP yang cukup tinggi akibat pengaruh letusan Gunung Kelud pada daerah Yogyakarta sebesar 4.418.757 μg/m3 . Analisis konsentrasi dan kandungan senyawa kimia TSP serta kandungan SO42- dan NO3- yang terlarut dalam air hujan diamati pada saat sebelum dan sesudah letusan Gunung Kelud, sedangkan analisis bentuk morfologi diamati pada periode waktu saat terjadi letusan Gunung Kelud.

Natural disaster has frequently happened in Indonesia that affects the air quality is the presence of a volcanic eruption. Kelud is one of the volcanoes in Indonesia, located in East Java, erupted on February 13, 2014 at around 22:50 pm. Volcanic ash that comes out from the eruption of Mount Kelud can lead to outbreaks of diseases such as respiratory diseases, rashes, cough, irritation of the eyes, destroy the environment and others.
This research have been conducted to monitoring and analysis of air quality parameters, namely the concentration of Total Suspended Particulate (TSP), the analysis of chemical compounds TSP and TSP morphology due to the influence of volcanic ash from the eruption of Mount Kelud. Furthermore, this research was also analyzes for other air quality parameters, namely the content of SO42- and NO3- were dissolved in rainwater. The Samples have been taken from an estimated six locations affected by volcanic ash eruption of Mount Kelud; they are Semarang, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Bandung and Bogor.
From the observation and analysis of the six regions, the result shows that TSP concentrations are quite high due to the influence of the eruption of Mount Kelud in the Yogyakarta area of 4,418,757 g / m3. Analysis of concentration and content of chemical compounds TSP and SO42- and NO3- content dissolved in rain water was observed at the time before and after the eruption of Mount Kelud, while the analysis of the morphology observed in the period of time when the eruption of Mount Kelud.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T43100
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Taviana
"Potensi material vulkanik hasil letusan Gunung Sinabung memberikan manfaat bear untuk pemenuhan pembangunan infrastruktur. Material vulkanik secara kualitas memiliki kandungan silika yang relatif kuat sebagai material pengisi dan sudah memenuhi standard kualitas sebagai bahan pengisi campuran betan. Dalam proses pengerasan beton dari umur 1 hari sampai dengan mencapai umur 28 hari perlu adanya perlakuan pada beton sehingga kekuatan yang diharapkan akan tercapai. Hal tersebut dikarenakan terjadinya proses hidrasi pada semen akibat adanya penguapan air dengan temperatur di atas 10 C."
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2020
690 MBA 55:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adittya Atmadja
"Pada tahun 2018, Merapi kembali memperlihatkan tanda keaktifannya. Letaknya yang dekat dengan area penduduk membuat Gunung Merapi perlu dipantau sebagai langkah mitigasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas vulkanik yang terjadi dengan metode gravitasi-mikro. Melalui gravitasi-mikro dapat dilihat perubahan nilai gravitasi dari waktu ke waktu, mencerminkan perubahan massa ataupun densitas yang terjadi. BPPTKG telah melakukan pengukuran menggunakan gravimeter Scintrex CG-5 pada 10 titik dari utara ke selatan di bulan April dan Desember 2018; Maret dan Desember 2019; serta Agustus 2020. Analisis hasil perubahan gravitasi juga dikorelasikan dengan catatan kejadian erupsi, data seismisitas, deformasi EDM, emisi gas SO2 serta informasi pendukung lainnya dari Laporan Aktivitas Mingguan. Didapati perubahan nilai gravitasi dari waktu ke waktu akibat aktivitas vulkanik yang terjadi sepanjang April 2018 – Agustus 2020, dengan nilai paling fluktuatif pada area relatif dari puncak ke sisi utara dan diduga sebagai kantung magma dangkal. Kemudian dilakukan juga estimasi perubahan massa material vulkanik pada area tersebut dari setiap periodenya. Pada Desember 2018 terjadi pengurangan massa sebesar 9,148 megaton akibat ekstrusi material vulkanik dari erupsi sebelumnya serta peristiwa pertumbuhan kubah lava. Pada Maret 2019 terjadi proses kristalisasi magma dan pelepasan gas, menyebabkan penambahan massa sebesar 0,658 megaton. Pada Desember 2019 terjadi pengurangan massa sebesar 8,867 megaton setelah kejadian erupsi. Pada Agustus 2020, terjadi penambahan massa akibat injeksi suplai magma baru sebesar 7,13 megaton. Injeksi ini diduga berkaitan erat dengan aktivitas Merapi di tahun 2021.

In 2018, Merapi volcano begin to show volcanic activity. It is located near densely populated area and need to be monitored for mitigation. The purpose of this research is to analyze the volcanic activities using microgravity method. Changes in gravity values from time-to-time reflecting changes in subsurface mass and density, can be seen through microgravity. A total of 10 stations measurement from north to south were acquired by BPPTKG using Scintrex CG-5 gravimeter in April 2018 and December 2018; March 2019 and December 2019; and August 2020. Analysis of changes in gravity value also corelated to eruption log, seismic activities, emission of SO2 gas, EDM deformation, and other supporting information stated in Weekly Activity Report. Changes in gravity values were found from time-to-time due to volcanic activities during April 2018 - August 2020 with the most fluctuating values found in the area relative from the peak to the northside and suspected to be a shallow magma pocket. Then the estimation of changes in the mass of volcanic material in that area also conducted from each period. In December 2018, there was a 9,148 megatons mass deficit due to the extrusion of volcanic material following to prior eruptions and growth of the lava dome. Magma crystallization and degassing process occurred in March 2019, lead to 0,658 megatons increased mass. 8,867 megatons mass deficit occurred in December 2019, following to the prior eruptions. In August 2020, there was a 7,13 megatons mass increased due to injection of new magma supply. This injection is expected correlate to Merapi activity in 2021.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Icha Musywirah Hamka
"ABSTRAK
Jenis penelitian ini adalah etnografi yang berfokus pada aktivitas pemanfaatan ekosistem danau dan bentuk-bentuk kebijakan pengelolaan yang ditetapkan oleh pemerintah dan kelembagaan adat. Teknik pengumpulan data adalah studi pustaka, observasi partisipasi, dan wawancara mendalam. Lokasi penelitian meliputi empat wilayah kecamatan yang memiliki wilayah danau terluas yakni Kecamatan Tempe, Kecamatan Sabbang Paru, Kecamatan Tanasitolo Dan kecamatan Belawa. Informan adalah masyarakat sekitar danau, tokoh adat, serta kepala dan staf SKPD yang terkait dengan manajemen danau. Penelitian ini menemukan Danau Tempe menjadi sumber daya milik bersama (common property resources) karena dapat dimanfaatkan dan diakses secara bersama oleh semua orang tanpa batasan yang tegas. Bentuk kebijakan pengelolaan danau dirancang dan dibuat oleh pemerintah dan lembaga adat lokal. Bentuk kongkrit kebijakan pengelolaan danau, dijabarkan dalam peraturan daerah serta dalam bentuk system norma, upacara adat dan pamali-pamali, yang pengawasannya dilakukan oleh pembuat kebijakan, serta masyarakat. Secara de yure, Danau tempe dikelola secara kolaborasi (collaborative management ) antara pemerintah dengan lembaga adat, namun secara de facto, fungsi manajemen kolaborasi tidak optimal sehingga Danau Tempe tampak seperti sumber daya yang bisa diakses oleh siapa saja, tanpa aturan ( open access )

ABSTRACT
This research is a ethnography type that focused to the activity of lake ecosystem and forms of management policies set by governments and traditional institutions. The data collection technique is literature, participant observation and deep interviews. Research Location covers four regions districts that had the largest lake district area of Tempe, District Sabbangparu, district Tanasitolo and district Belawa. Informants are people around the lake, traditional leaders and also the heads and staff SKPD who related to lake management. This study found that the lake Tempe as be a common property resources (common property resources) because it can be shared and utilized by all people without clear limits. Forms of lake management policy is designed and made by local government and traditional institutions. Concrete forms of lake management policy, spelled out in local legislation as well as in the form of system norms, ceremonies and taboos-taboos, the monitoring carried out by policy makers and the public. In de yure, Tempe Lake managed in collaboration between the government and indigenous institutions (collaborative management), but de facto, collaboration management functions are not optimal so Tempe lake looks like resources that can be accessed by anyone, without rules (open access) "
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>