Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101149 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Rainfall is the most important input component in the hydrologic process. Rainfall characteristic, which are intensity, duration, depth, and frequency. Intensity that is related to duration and frequency can be expressed by Intensity-Duration-Frequency (IDF) curve. IDF curve can be used to calculate floods design using by rational method. The objective of the research is to create IDF curve on flood prone area on Banjarnegara regency. In this study, daily rainfall depth was calculated by frequency analysis, which was started by determining the daily maximum mean rainfall, followed by calculated statistical parameter to choose the best distribution. Intensity could be calculated by Mononobe method. The result of this study indicated that the Log Normal distribution fit to most of data. The rainfall design for time periods 2, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 40, 50 and 100 year are 116.3, 131.5, 140.2, 144.8, 147.8, 150.1, 151.9, 154.8, 156.9, dan 163.3 mm. The highly intensity of ranfall must be happen on short duration, but the lowly intensity of ranfall must be happen on long duration.
"
600 JIDR 2:1 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Krisna Dharmawan
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Hanifa
"Bencana banjir, yang salah satu penyebabnya adalah kondisi cuaca, semakin sering terjadi sejak akhir 1990-an. Banjir yang sering terjadi di Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu disebabkan oleh karakteristik fisik cekungan yang berbentuk seperti basin. Ditambah curah hujan tinggi terjadi secara terus-menerus untuk jangka waktu tertentu dalam sehari. Pengamatan curah hujan dilakukan dengan metode penginderaan jauh, yaitu menggunakan algoritma PERSIANN CCS. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis perbedaan distribusi wilayah banjir di DAS Citarum Hulu serta distribusi spasial dan temporal curah hujan penyebab kejadian banjir tersebut. Penelitian ini menggunakan data curah hujan per jam satelit yang telah diolah menggunakan algoritma PERSIANN CCS<. Dalam pengolahan data tersebut, dilakukan metode statistik untuk memperoleh nilai akurasi dan metode aritmetika untuk mengklasifikasikan nilai curah hujan satelit. Hasil spasial menunjukkan wilayah banjir aktual tersebar di setiap sub-DAS Citarum Hulu, yaitu di bagian hulu dan hilir sub-DAS. Secara temporal, banjir selalu terjadi pada Sub-DAS Cisangkuy dan jarang terjadi di Sub-DAS Ciwidey. Distribusi spasial curah hujan di DAS Citarum Hulu dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bagian utara dan selatan. Rata-rata curah hujan per jam kelompok sub-DAS tersebut memiliki pola yang sama. Secara temporal, distribusi curah hujan di DAS Citarum Hulu memiliki kesamaan pola pada setiap tahunnya. Curah hujan penyebab banjir adalah hujan yang terjadi selama lebih dari enam jam. Hujan tersebut turun beberapa hari sebelum kejadian banjir. Kejadian hujan terjadi pada siang hingga sore hari.

Floods, which one of its cause is weather condition, are often happened since late 90s. Floods in Upper Citarum Watershed are caused by watershed’s physical characteristics which basin-like-shaped. In addition, high level rainfall happened continuously for a long term in a day. Rainfall observation is done by remote sensing method. It is PERSIANN CCS algorithm. This research aims to analyse spatio-temporal actual flood area in Upper Citarum Watershed and spatio-temporal rainfall distribution which are the caused of floods. This research used hourly rainfall data of PERSIANN CCS algorithm to obtain rainfall distribution in Upper Citarum Watershed. In data processing, statistical method had been done to generate data accuracy and arithmetic method to classify rainfall. Spatial result shows actual flood area are spreaded in every sub-watershed of Upper Citarum, which are in its upstream and downstream. Temporally, floods frequently happen in Cisangkuy Sub-Watershed and infrequently happen in Ciwidey Sub-Watershed. Spatial rainfall distribution in Upper Citarum Watershed is divided into two categories which are north and south region. The average hourly rainfall of each categories has the same pattern regionally. Temporal rainfall distribution also has the same pattern every year. The rainfall, which is causing floods, is a more-than-six-hours-long rain. The rain falls several days before the floods happened. It happened in the afternoon up to evening."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah
"DAS Ngrowo Ngasinan merupakan sebagian wilayah dari Kabupaten Trenggalek. Wilayah tengah DAS berupa dataran rendah dan cekungan, sehingga sering terjadi banjir. Penelitian ini mengkaji tentang wilayah sebaran genangan banjir beserta faktor penyebabnya dari tahun 1992-2008. Analisis yang dilakukan yaitu secara deksriptif tentang wilayah sebaran banjir yang terdapat di daerah yang memiliki bentang alam dataran dan landai terutama pada penggunaan tanah berupa sawah dan pemukiman. Hasil asosiasi semua faktor, didapatkan faktor curah hujan yang cukup berpengaruh terhadap kejadian banjir di Trenggalek. Selain itu, faktor topografi wilayah yang relatif datar dan landai serta adanya perubahan fungsi lahan dari kawasan hutan menjadi wilayah pemukiman, tegalan atau kebun campuran dan lahan terbuka juga ikut berpengaruh terhadap kejadian banjir di DAS Ngrowo Ngasinan.

Catchments area of Ngrowo Ngasinan is still part of Trenggalek Regency. The middle region of this catchments area is plain and dip, thus flood is often occurred. This research is to study about distribution region for ponds of flood as well as their cause factors from 1992 - 2008. The analysis which is used is descriptive to allocation of precipitation zone along catchments in order to locate in flatland area and plain, particularly mountain. From association of all factors are obtained that rainfall influences flood up on flood occurrence. Besides topography, which is relatively flat, plain, and the existence of function cause of forest zone to settlement and opened land also influences up on flood occurrence in Ngrowo Ngasinan catchments area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S34178
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Firdausy Musa
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S33571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Eko Kusratmoko
"Karakteristik aliran Cliwung (233 km2) dalam kaitannya dengan distribusi curah hujan telah dikaji dalam upaya untuk melihat pengaruh struktur penggunaan lahan saat ini dalam proses hidrologi. Memanfaatkan data curah hujan dan aliran air untuk periode 5 tahun (1990 - 1994) diperlihatkan bahwa distribusi hujan selama musim angin timur (Juni - September) sampai dengan pancaroba akhir (Oktober - November), terutama didominasi dengan tipe hujan konvektif yang mempengaruhi perbedaan karakteristik aliran tahunan. Sementara distribusi hujan selama musim angin barat (Desember - Maret) memainkan peranan yang tidak signifikan. Hujan konvektif terutama yang terjadi di wilayah hilir mendorong kepada pembentukan aliran langsung yang besar. Struktur penggunaan lahan saat ini khususnya untuk wilayah bagian hilir, emaminkan peranan penting terhadap kejadi tersebut."
2001
JUGE-2-Juli2001-39
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Julham Maulana
"Kelembaban tanah sangat berpengaruh pada kehidupan manusia, terutama pada wilayah pertanian seperti Kabupaten Kebumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial dan variasi kelembaban tanah menurut jenis tanah, lereng, ketinggian, penggunaan tanah serta pengaruh curah hujan di Kabupaten kebumen pada tahun 2013 dan 2014. Data kelembaban tanah pada penelitian didapatkan menggunakan metode segetiga dalam pengolahan citra.
Berdasarkan hasil analisis overlay dan penghitungan statistik, kelembaban tanah di Kabupaten Kebumen yang relatif kering cenderung berada pada wilayah tengah Kabupaten Kebumen yang didominasi oleh lahan terbangun dengan ketinggian dan kemiringan lereng yang relatif rendah dan seragam, sedangkan kelembaban tanah normal cenderung berada pada bagian utara dan barat daya Kabupaten Kebumen yang didominasi oleh tutupan lahan vegetasi alami dengan ketinggian dan kemiringan lereng yang relatif lebih besar. Kelembaban tanah Kabupaten Kebumen dipengaruhi oleh curah hujan, terutama pada curah hujan 20 hari sebelumnya.

Soil moisture is very influential in human life, especially in agricultural areas such as Kebumen. This study aims to determine the spatial patterns and variations in soil moisture by soil type, slope, elevation, land use and the influence of rainfall in Kebumen Regency in 2013 and 2014. Soil moisture obtained using triangle method from image processing.
Based on overlay analysis and statistic calculation, soil moisture which is relatively dry in Kebumen tend to found at the center Kebumen region which dominated by the build-up land cover with altitude and slope are relatively low and homogenous, while the normal soil moisture tends to found at the north and southwest Kebumen, dominated by natural vegetation land cover with altitude and slope are relatively larger. Kebumen soil moisture influenced by rainfall, especially on rainfall 20 days earlier.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61206
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Irawati
"ABSTRAK
Banjir di Jakarta sudah terjadi sejak kota Jakarta didirikan, dan upaya penanganannya juga sudah dimulai sejak timbulnya masalah banjir ini pada zaman Belanda. DKI Jakarta dengan luas kurang lebih 65.000 hektar, hanya 30% atau 19.500 hektar yang merupakan wilayah resapan, dan jumlah penduduk mencapai sekitar 10.000.000 jiwa pada tahun 1996, ditambah sekitar 250.000 jiwa pendatang Baru setiap tahunnya, dan pada tahun 1994 wilayah terbangun di Jakarta mencapai 86,5% dengan pertambahan mencapai 2.900 hektar setiap tahunnya, akan menimbulkan banjir yang semakin meningkat setiap tahunnya. Padahal sebagai ibu kota dan urat nadi perekonomian Indonesia, banjir di Jakarta akan sangat mempengaruhi arus lalu lintas serta kegiatan perdagangan dan perekonomian, belum lagi kerugian yang ditimbulkannya cukup banyak; puluhan orang meninggal dunia, ratusan bahkan ribuan rumah rusak, roda perekonomian terhambat, dan tidak berfungsinya sentra-sentra produksi untuk beberapa waktu serta berbagai penyakit yang kemudian timbul sesudalh terjadinya banjir tersebut. Dari pengamatan luas wilayah banjir, terlihat bahwa semakin lama wilayah banjir semakin luas, terutama pengamatan banjir yang dilakukan pada tahun 1979 dibandingkan terhadap wilayah banjir tahun 1996.
Untuk meneliti dan mengkaji wilayah banjir di Jakarta, harus dibedakan dalam tiga bagian genangan, yaitu wilayah aliran berat, wilayah aliran tengah dan wilayah aliran timur Jakarta, hal tersebut didukung oleh adanya pola pengendalian air di DKI Jakarta yang juga terbagi menjadi tiga sistem pengendalian. Di wilayah aliran tengah dan timur Jakarta, air masih dapat dikendalikan sepenuhnya. sedangkan di wilayah aliran barat Jakarta genangan air, baik yang disebabkan oleh hujan lokal maupun hujan dari hulu sangat berat dikendalikan (Martsanto, 1979).
Masalah Penelitian
Atas dasar latar belakang masalah yang telah dikemukakan tersebut, maka masalah dalam penelitian ini meliputi:
1. Meneliti berbagai faktor yang mempunyai peluang menjadi penyebah banjir di Jakarta, khususnya di wilayah aliran Barat Jakarta.
2. Meneliti faktor yang dominan menjadi penyebab banjir.
Dengan demikian, maka permasalahan yang diajukan dalam tulisan ini adalah:
1. Mengapa di beberapa wilayah aliran Barat Jakarta luas wilayah banjir pada tahun 1996 semakin meningkat dibandingkan dengan kondisi tahun 1979?
2. Dari faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab banjir, faktor apa yang paling mempengaruhi terjadinya peningkatan luas wilayah banjir tersebut?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Memberikan masukan untuk penataan dan pengelolaan lingkungan mengenai faktor-faktor yang harus diperhatikan agar perluasan wilayah banjir dapat diminimalisasi.
Tujuan khusus penelitian ini yaitu:
1. Menetapkan faktor-faktor yang menjadi penyebab banjir di Jakarta, khususnya di wilayah aliran Barat Jakarta.
2. Menetapkan faktor dominan yang menjadi penyebab banjir di wilayah aliran Barat Jakarta.
Metode Penelitian
Penelitian mengenai wilayah banjir di wilayah aliran barat Jakarta menggunakan metode penelitian ex post facto, yaitu metode yang dipergunakan untuk memilih suatu fenomena causal effect yang telah nyata terjadi di lapangan.
Teknik analisis data untuk mengetahui hubungan kualitatif dan kuantitatif antara variabel dependen (wilayah banjir) dengan variabel independen (intensitas curah hujan, persentase wilayah terbangun, morfologi wilayah, rata-rata ketinggian wilayah, persentase fasilitas drainase, dan persentase penduduk membuang sampah ke badan air) dilakukan dengan:
1. Analisa korelasi pets : dengan cara inelakukan metode pertampalan peta ternatik antara variabel dependen dengan masing-masing variabel independen. Peta tematik untuk masing-masing variabel diperaleh berdasarkan peta tematik yang sudah tersedia, ataupun berdasarkan data tabulasi yang kemudian dipetakan, disesuaikan dengan tujuan penelitian.
2. Analisa statistika : dengan nielakukan uji regresi berganda yang diuji kembali dengan uji ANOVA dan uji T. Uji regresi berganda digunakan apabila parameter dari suatu hubungan fungsional antara satu variabel dependen dengan lebih dan satu variabel independen ingin diestimasikan dalam suatu fenomena dengan asuinsi bahwa model tersebut adalah linier, sedangkan uji ANOVA digunakan untuk menguji kepastian dari persamaan regresi secara total atau disebut juga uji serentak, semen tara uji T dilakukan untuk menguji apakah masing-masing variabel indep en den mempunyai pengaruh tambahan terhadap variabel dependen. Penghitungan dengan metode analisa statistika dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS for Windows Release 7.0.
Hasil Penelitian
1. Hasil Analisis Korelasi Peta:
Banjir pada tanggal 19 hingga 21 Januari 1979, terjadi pads scat intensitas curah hujan 5-15 menit berkisar antara 139-199 mm, sedangkan banjir pada tanggal 10-11 Februari 1996 terjadi pada saat intensitas curah hujan 5-15 menit berkisar wilayah dengan ketinggian kurang dari 10 meter dpl dengan kondisi morfoligi rawa, dan dijurnpai pada wilayah dengan persentase wilayah terbangun mencapai lebih dari 70%.
2. Hasil Analisis Statistik:
Hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara luas wilayah banjir dengan intensitas curah hujan, persentase wilayah terbangun, morfologi wilayali, rata-rata ketinggian wilayah, persentase fasilitas drainase, dan persentase penduduk membuang sampah ke badan air, dengan nilai R2 sebesar 0,92. Berdasar uji regresi berganda antara wilayah banjir dengan seluruh variabel bebas, ternyata bahwa 88% kejadian banjir disebabkan oleh pertambahan wilayah terbangun, sedangkan 80% kejadian banjir disebabkan oleh perilaku penduduk membuang sampah ke badan air.
Sementara dari hasil uji regresi dapat dinyatakan bahwa, setiap kenaikan mm intensitas curah hujan akan meningkatkan 0,13 hektar luas wilayah banjir, dan setiap satu persen pertambahan bias wilayah terbangun akan meningkatkan banjir sebesar 0,90 hektar, sedangkan setiap satu persen tambahan penduduk yang membuang sampah ke badan air akan menambah banjir sebesar 0,80 hektar, dan setiap penambahan satu meter ketinggian wilayah akan mengurangi banjir sebesar 0,79 hektar.
Kesimpulan
1. Banjir di wilayah aliran Barat Jakarta merupakan interaksi berbagai faktor, seperti ditemui pada wilayah dengan ketinggian rendah kurang dari 10 m dpl, dengan kondisi morfologi rawer, serta jumlah penduduk membuang sampah ke badan air lebih dari 20%, seperti di Penjaringan, Cengkareng, Kapuk, Rawa Buaya. Paola wilayah yang merupakan cekungan diantara ketinggian 10-30 m dpl, dengan kondisi morfologi dataran rendah alluvial, dan jumlah penduduk membuang sampah ke badan air mencapai lebih dari 15%, seperti di sekitar Bin tare, Tanah Kusir, Slipi, dan Ulujami. Peningkatan luas wilayah banjir terjadi pada wilayah dengan persentase luas wilayah terbangun yang terbesar, seperti di sekitar Penjaringan, Cengkareng, Pesanggrahan, dan Grogol Petamburan. Banjir yang ditemui di wilayah aliran Barat Jakarta, ditemui pada saat intensitas curah hujan 5-15 menit saat itu mencapai 139-199 mm pada tahun 1979, dan pada saat intensitas curah hujan 5-15 menit mencapai 75-150 mm pada tahun 1996.
2. Faktor yang paling dominan mempengaruhi pertambahan luas banjir di wilayah aliran barat Jakarta adalah kondisi lingkungan binaan yaitu pertambahan luas wilayah terbangun dan perilaku penduduk membuang sampah ke badan air.
Saran:
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka pengelolaan banjir untuk meminimalisasi pertambahan luas wilayah banjir sebaiknya dilakukan dengan cara:
1. Pengaturan mengenai besarnya wilayah terbangun di Jakarta, dan menambah jalur-jalur hijau dan hutan kota di seluruh wilayah kota.
2. Ijin mendirikan bangunan sebaiknya diberikan hanya untuk wilayah yang tinggi, dan setiap pengembang atau perorangan yang akan membangun perumahan harus membangun lebih tinggi dari pada banjir yang telah ditetapkan.
3. Sistim pengelolaan sampan perlu dilaksanakan dengan balk, yang tidak hanya melibatkan pihak Pemexintah, namun juga melibatkan pihak swasta dan peran serta masyarakat.
4. Membuat peraturan mengenai keharusan setiap perumahan, dan perkantoran membuat sumur-sumur resapan atau setiap pengembang perumahan membangun kolam-kolam penampungan air hujan serta sistim drainase yang berwawasan lingkungan.

Dominant Factors Influencing Flood Areas (A Case Study of Westside Jakarta Stream Flows)Flood has occurred since the establishment of Jakarta, and the measures to overcome has started since the problem arose during the Dutch regime. With an area of at least 65,000 hectares, the infiltration area covered 30% or 19,500 hectares only. The total population of 10,000,000 people in 1996 has an annual steady increase of 250,000 people every year. The built-up area covered 86,5% in 1994 with 2,900 hectare accretion every year, hence, no wonder if flood problems increase every year. As a capital city and the centre of economic activity in Indonesia, flood problems in Jakarta affected transportation flow, economic and trading activity, and riot to mention the financial loses; many people were . killed, hundreds even thousands houses damaged, economic activity obstructed, and the production center could not operate for a while, contagious diseases occured after the flood too.
For research and assessment of flood area in Jakarta, there are three separated parts; namely the westside stream flow, centerside and eastside stream flow, each supported by the water control management system. Water has been fully managed at the center and eastside stream flow, but it was very difficult to manage flood at the westside stream flow because of local or upper region rain.
Research Problems
Based on the background former mentioned, problems involved in this research are:
1. Examining factors which have an opportunity to be Influencing factors at westside streamflow Jakarta.
2. Examining the dominant causal factor of flood area at the westside streamflow Jakarta.
In terms, the problems being issued in this paper are:
1. Why the innundation area at westside streamflow Jakarta increasing in 199G compared to 1979?
2. What dominant factor which influencing flood area at the westside streamflow Jakarta?
Purpose
General Purpose:
To give some recommendation for environment management condition on the issue of noticed factors to .minimized increasing of flood area.
Specific purpose are:
1. To determine the causal factors of flood area at the westside streamllow Jakarta.
2. To determine the dominant factor which influencing flood area at the westside streamllow Jakarta.
Research Method
For the research of innundation area at the westside stream flow in Jakarta, ex post facto Method is used. It chose the causal effect phenomenon that occured in the field.
The technical data analysis to find out the qualitative and quantitative correlation between dependent variable (flood area) and independent variables (rain intensity, built-up percentage area, morphology condition, elevation condition, drainage facility, and percentage of peoples who throw away the garbage into the river), will was carried out by:
1. Mapping correlation analysis : this was done by overlay, namely the thematic map of dependent variable with every consecutive independent variable map. The thematic map of every independent variable was obtained on the bases of the available thematic map or from tabulation data which was mapped, in line with the objectives of the study.
2. Statistical analysis : by using multiple regression, ANQVA, and T test analysis. A multiple regression analysis will be used when the parameter of functional relationship between one dependent variable with more than one independent variable being estimated in one phenomenon with the assumption that the model is linier, whereas the ANOVA analysis was used to test simultaneous analysis or totally regression analysis, and the T test was used to test whether or not each independent variable has additional influence towards dependent variable. The statistical analysis was done by using the SPSS software for Windows Release 7,0.
Result
1. Mapping Correlation Analysis Results :
Flood at the 19'1' to 21st January 1979 occurred when 5-15 minutes rain intensity are between 139 to 199 mm, and flood at the 10th, to 1114 February 1996, the rain intensity were between 75 to 150 mm. The biggest innundation area found was at the area with less than 10 meters elevation, on the swampland morphology, and more than 70% built-up area.
2. Statistical Analysing Results
The multiple regression analysis showed that there is strong correlation with R2 = 0.92, between flood area and rain intensity, built up area percentage, morphology condition, elevation condition, drainage facility, and percentage of peoples who disposed the garbage into the river. The multiple regression analysis between flood area with all variable independent showed 88% flood phenomenon caused by the rapid built up area, and 80% flood phenomenon caused by people disposing garbage into the river.
Meanwhile the regression analysis results, showed that eves milimeter high rain intensity will increase by 0.13 hectare flood area, and every 1% more built up area will increase by 0.90 hectare flood area, and every 1% more people disposed the garbage, into the river will increase by 0.80 hectare flood area too, but every one meter high elevation area will decrease by 0,'79 hectare flood area.
Summary
1. The flood at westside streamflow Jakarta are result of interacted factors, such found on the low region with less than 10 m elevation, with swamp morphology condition and more than 20% people disposed the garbage into the river. It found at Penjaringan, Cengkareng, kapuk and Rawa buaya area. Flood was found at the basin region between 10-30 m elevation, with alluvial lowland morphology, and more than 15% people disposed the garbage into the river. It found around Bintaro, Tanah kusir, Slipi, and Ulujami. The increasing of innundation area occurred on the rapid built up area, such as around Penjaringan, Cengkereng, Pesanggrahan and Grogol Petamburan. Flood at westside streamflow Jakarta occurred in the 1979 when 5-15 minutes rain intensity reach 139-199 mm, and in the 1996 when 5-15 minutes rain intensity reach 75-150 mm.
2. The dominant factor influencing flood area at the westside streamflow Jakarta are the social environmental eonditions,there are the increasing of built up area and community behaviour disposed the garbage into the river.
Suggestion
Based on actual research, the management effort in handling flood in order to minimize the increasing of innundation area can be issued by:
1. To limit the built up area at Jakarta, which including the green heft and city park addition in a whole town region of Jakarta. Issue a strict building construction code and permit. The permits for build area should be given only for high elevation region, and each developer or individual who built an estate have an obligation to construct the built ground higher than flood plain being settled.
3. To increase garbage system management effort which involve not only local authority but also private groups and community role, and prohibit accumulation of waste as well as prohibit utilization of rivers as waste bowl (waste disposal bowl).
4. Regulations in providing infiltration well on every residential and office or to construct of rain water ponds and drainage system with natural concept to every developer.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faiz Syaiful Islam
"Sungai telah menjadi jalur alami bagi air di daratan, dengan kemampuan volume air yang bertambah maupun berkurang, sehingga, berpotensi untuk banjir, Terlebih, bagi banyak penduduk DKI Jakarta yang bermukim di Jakarta Barat yang sering mengalami dampak banjir secara terus menerus, sehingga, penelitian mengenai dampak banjir secara spasial di Jakarta Barat kemudian dilakukan. Melalui estimasi sebaran dampak banjir dan analisis permukiman yang terdampak di segmen Kembangan Utara–Kedoya Utara. Selaku dua wilayah kelurahan dengan penduduk korban banjir terbanyak di Jakarta Barat. Penelitian selanjutnya  dilakukan dengan metode pemodelan genangan, sehingga, dihasilkan tinggi genangan  dan bahaya banjir yang tersebar. Setelah model genangan diketahui  proses overlay kemudian dilakukan. Melalui unit permukiman yang terkena dampak dari jangkauan genangan, sehingga, hasilnya dapat dinyatakan sebagai persen. Dampak banjir dari Sungai Pesanggrahan lebih banyak berpotensi untuk tersebar ke wilayah timur laut Segmen Kembangan Utara–Kedoya Utara, seperti RW 10 di Kedoya Utara, serta, RW 3, 4, 6, & 7 di Kembangan Utara, dengan RW 10 Kedoya Utara sebagai wilayah tergenang paling tinggi dan RW 3 Kembangan Utara sebagai wilayah tergenang paling luas. Selain itu, unit permukiman yang berpotensi terdampak banjir dari Sungai Pesanggrahan, banyak ditemui di, wilayah timur laut Segmen Kembangan Utara–Kedoya Utara, seperti RW 3, 4, & 6 Kembangan Utara, hingga mencapai 34,8 %, dengan banyaknya permukiman padat & saluran parit yang sempit di wilayah tersebut, sehingga, disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai keterkaitan dari penduduk, jarak ideal permukiman terhadap saluran air (sungai & parit), serta, perubahan tutupan lahan terhadap dampak banjir di Kelurahan Kembangan Utara – Kedoya Utara.

The river has become a natural pathway for water on land, with the ability to increase or decrease the volume of water, so that it has the potential for flooding. the spatial impact of flooding in West Jakarta was then carried out. Through estimation of flood impact distribution and analysis of affected settlements in the Kembangan Utara–Kedoya Utara segment. As the two urban villages with the largest flood victim population in West Jakarta. Subsequent research was carried out using the inundation modeling method, so that the resulting inundation height and scattered flood hazard. After the inundation model is known, the overlay process is then carried out. Through the residential units affected by the extent of the inundation, thus, the results can be expressed as a percentage. The impact of flooding from the Pesanggrahan River has more potential to spread to the northeastern area of the Kembangan Utara–Kedoya Utara Segment, such as RW 10 in North Kedoya, as well as, RW 3, 4, 6, & 7 in North Kembangan, with RW 10 Kedoya Utara as an area inundated the highest and RW 3 Kembangan Utara as the most extensive inundated area. In addition, many residential units potentially affected by flooding from the Pesanggrahan River are found in the northeastern region of the Kembangan Utara–Kedoya Utara Segment, such as RW 3, 4 & 6 Kembangan Utara, up to 34.8%, with the number dense settlements & narrow ditches in the area, therefore, it is suggested to carry out further research on the relationship of the population, the ideal distance of settlements to waterways such as rivers or ditches, as well as changes in land cover to the impact of flooding in Kembangan Utara and Kedoya Utara Villages."
Depok: 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>