Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6944 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rasmin Rasjid
Jakarta: UI-Press, 1983
PGB 0240
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Manuhutu, Ernst Johannis
Jakarta: UI-Press, 2006
PGB 0167
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Hasanah
"Latar belakang: Tuberkulosis (TB) dan kanker paru merupakan dua masalah kesehatan dunia dengan angka kematian yang tinggi. Risiko TB meningkat pada pasien dengan keganasan termasuk kanker paru dengan prevalensi 0,7% - 18,7%. Tuberkulosis paru dan kanker paru memiliki gejala yang mirip sehingga diagnosis keduanya sering kali terlambat menyebabkan prognosis yang lebih buruk. Bronkoskopi merupakan suatu tindakan efektif untuk mendiagnosis TB dan kanker paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi TB paru pada pasien terduga kanker paru melalui pemeriksaan tes cepat molekular (TCM) bilasan bronkus.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dengan subjek terduga kanker paru yang akan menjalani bronkoskopi di RSUP Persahabatan dan berusia minimal 18 tahun pada periode Maret sampai Juli 2024. Bilasan bronkus dilakukan pemeriksaan TCM menggunakan InaTB-Rif untuk mendiagnosis TB.
Hasil: Sebanyak 104 subjek memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dengan karakteristik usia berada pada median 60 tahun (18-80 tahun), jenis kelamin laki-laki (61,5%), status gizi baik dengan indeks massa tubuh normal (60,6%), memiliki riwayat merokok (54,8%) dan bekas TB (21,2%). Subjek penelitian yang memiliki komorbid paling banyak adalah diabetes melitus (DM) tipe 2 yaitu 20,2%. Sebagian besar mengeluhkan batuk, gambaran radiologi mayoritas tampak massa dan kompresi serta massa infiltratif pada temuan bronkoskopi. Proporsi TB paru pada pasien yang menjalani bronkoskopi dengan terduga kanker paru yaitu 22,12% dengan dua pasien terdeteksi resisten rifampisin (8,67%). Analisis bivariat menunjukkan bahwa fibrosis dan ratio neutrofil limfosit memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan hasil TCM.
Kesimpulan: Diagnosis TB pada pasien terduga kanker paru perlu dipertimbangkan terutama pada negara dengan beban TB yang tinggi seperti Indonesia sehingga tata laksana dapat diberikan secara optimal.

Background: Tuberculosis (TB) and lung cancer are two global health problems with high mortality rates. The risk of TB increases in patients with malignancies including lung cancer with a prevalence ranging from 0.7% to 18.7%. Pulmonary tuberculosis and lung cancer have similar symptoms, often leading to delayed diagnosis and resulting in a worse prognosis. Bronchoscopy is an effective procedure for diagnosing TB and lung cancer. This study aims to determine the proportion of pulmonary TB in suspected lung cancer patients through the examination of bronchial washing using a rapid molecular test (RMT).
Method: This was a cross-sectional study with suspected lung cancer patients who would undergo bronchoscopy at Persahabatan Hospital National Respiratory Center and at least 18 years old in the period from March to July 2024. Bronchial washing was examined by RMT using InaTB-Rif to diagnose TB.
Results: A total of 104 subjects met the inclusion and exclusion criteria, with a median age of 60 years (range 18 to 80 years), predominantly were male (61.5%), and demontrated good nutritional status with a normal body mass index (60.6%), had a history of smoking (54.8%), and former TB (21.2%). The most common comorbidity among the subjects was type 2 diabetes mellitus, accounting for 20.2%. Most participants reported cough and radiological findings predominantly revealed masses, compression, and infiltrative masses in bronchoscopy results. The proportion of pulmonary tuberculosis in patients who underwent bronchoscopy for suspected lung cancer was 22.12%, with two patients detected as resistant to rifampicin (8.67%). Bivariate analysis revealed that fibrosis and neutrophil-lymphocyte ratio had a statistically significant with RMT.
Conclusion: The diagnosis of tuberculosis in suspected lung cancer patients needs to be considered especially in high TB burden countries such as Indonesia so the management could be given optimally.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amir Luthfi
"Latar belakang penelitian: Polisi lalu lintas merupakan profesi yang mempunyai risiko sangat besar untuk terpajan zat-zat polutan yang berasal dari asap kendaraan bermotor. Jenis polutan utama pada polusi udara di luar ruangan yaitu karbon monoksida, karbon dioksida, sulfur oksida, nitrogen oksida, volatile organic compounds (VOC) seperti hidrokarbon, particulate matter dan ozon yang akan memberikan efek berupa penurunan fungsi paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi faal paru polisi lalu lintas yang bekerja di wilayah Jakarta Timur.
Metode penelitian : Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian besar Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (JABODETABEK). Penelitian dilakukan di wilayah Jakarta Timur bulan Oktober-Nopember 2012 dengan desain uji potong lintang. Pengambilan sampel menggunakan total sampling melalui kuesioner Pneumobile Project Indonesia, pemeriksaan spirometri, foto toraks PA dan pengukuran kadar CO ekspirasi dan semua subyek akan diminta untuk melakukan demonstrasi penggunaan alat pelindung diri.
Hasil : Seratus tujuh puluh subjek ikut dalam penelitian ini, menunjukkan 83 orang (48,2%) berumur 41 ? 50 tahun dengan status gizi berat badan lebih 90 orang (52,9 %) , perokok aktif 91 orang (53,5 %) dan IB ringan 53 orang (31,2%). Dari Seratus tujuh puluh subjek, dengan masa tugas lebih dari 10 tahun tercatat sebanyak 132 orang (77,5%) dan 111 orang (65,3%) mempunyai kebiasaan pemakaian masker buruk, dengan photo torax normal sebanyak 163 orang (95,9%). Hasil statistk menunjukkan, penurunan nilai faal paru meliputi restriksi ringan sebesar 9,45% atau 16 orang dan obstruksi ringan sebanyak 8 orang (4,7%), serta campuran tercatat 2 orang (1,2%). Selain itu, dari keseseluruhan data yang didapat, 7 orang yang berumur 51-60 tahun dan 7 orang dengan status gizi berat lebih memiliki restriksi ringan. Dari hasil penelitian, didapatkan 11 orang dengan pemakaian masker buruk dan 12 orang subjek yang memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun juga memiliki restriksi ringan, secara statistik ditemukan hubungan yang bermakna antara umur, indeks brikman terhadap faal paru (p<0.05). tapi tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara status gizi, masa tugas, lama tugas, foto thoraks dan kebiasaan merokok serta pemakaian APD terhadap faal paru polisi lalu lintas (p>0.05).
Kesimpulan : Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faal paru dengan seluruh faktor yang diteliti.

Background: Air pollution due to road traffic is a serious health hazard and thus the traffic policemen who are continuously exposed to pollutant, may be at an increased risk. Types of main pollutants in the outdoor air pollution will significantly influence lung function. This study determined the factors that affect pulmonary function of traffic policemen working in the area of East Jakarta.
Method: This study is a part of the major research in the areas of Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi (JABODETABEK). A cross sectional study was conducted among traffic policemen of East Jakarta Region in the period of October-November 2012. This study has assessed respiratory clinical symptoms using questionnaires of Pneumobile Project Indonesia, examined spirometry lung function, chest x-ray, and expiratory CO measurement.
Results: A total of 170 subjects were included in this study. Most of them aged 41 to 50 years (48.2%), were over weight (52.9%), active smokers (53.5%), had low Brinkman Index (31.2%), have worked more than 10 years (77.5%), did not use masker (65.3%), and had normal chest x ray (95.9%). Results of Spirometry examination showed mild restriction in 16 subjects (9.4%), mild obstruction in 8 subjects (4.7%) and mixed problems in 2 subjects (1.2%). This study showed that 11 policemen who did not use masker and 12 policemen with history of work more than 10 year had mild lung restriction. There are significant association between age, Brinkman Index with lung function (p<0.05), but no significant association was found between nutritional status, smoking history, working history, chest x-ray, use a masker with pulmonary function of traffic policemen (p>0.05).
Conclusion: This study showed that age and Brinkman Index significantly affected lung function, but there was no significant association found between lung function with nutritional status, history of smoking, working history, chest x-ray abnormalities, and use of masker among traffic policemen.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Marfiani
"Latar belakang: Aspergilosis Paru Invasif merupakan penyakit yang berbahaya dan berisiko tinggi kematian. Penelitian mengenai skoring sebelumnya berdasarkan parameter risiko klinis dan biomarker baru untuk memprediksi API. Pada penelitian ini peneliti menggunakan parameter sederhana untuk mendiagnosa API. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengembangkan model diagnosis API berdasarkan karakteristik klinis, laboratorium, foto toraks dan komorbid. Metode: Penelitian ini dilaksanakan dengan desain potong lintang, secara retrospeksif, menggunakan data rekam medis di RS Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) sejak Januari 2018 hingga Desember 2022. Model determinan diagnosis Aspergilosis Paru Invasif dikembangkan dari analisis multivariat dengan regresi logistik kemudian diuji performa dan validitas internalnya. Hasil: Total sampel sebanyak 227 pasien dengan eksklusi sebanyak 20 pasien dan yang dilakukan analisis sebanyak 207 pasien. Dua ratus tujuh subjek terdiri dari 110 pasien API dan 97 pasien non-API. Pada penelitian ini demam memiliki skor 2, konsolidasi memiliki skor 2, fibrosis memiliki skor 1, jumlah neutrofil absolut memiliki skor 1, penggunaan steroid memiliki skor 2, Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR) memiliki skor 1. AUC =0.771, p< 0.05 yang menunjukkan hasil performa skor sedang untuk membedakan faktor determinan API. Kesimpulan: Penelitian ini menghasilkan diagnosis API,demam skor 2, konsolidasi skor 2, fibrosis skor 1, jumlah neutrofil absolut skor 1, penggunaan steroid skor 2, NLR skor 1. Skor 0-4 memiliki probabilitas 43,67% atau risiko rendah dan skor 5-8 memliki probabilitas 83,67% atau risiko tinggi faktor-faktor determinan API.

Background: The diagnosis of IPA is complex because it relies on clinical, radiological, and microbiological criteria. Microbiology is at the core of most diagnostic tests/criteria; however, the results take a lot of time. Researchers use a combination of clinical, radiological, laboratory, and comorbid characteristics to diagnose IPA. Objective : This study aims developed IPA diagnosis model based on clinical characteristics, chest X Ray and patients comorbid. Method: This research was carried out with cross sectional design, retrospectively, using medical record data at Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) from January 2018 to December 2022. The determinant model for the diagnosis of Invasive Pulmonary Aspergillosis was developed from multivariate analysis with logistic regression and then tested for performance and internal validity. Results: The total sample was 227 patients with the exclusion of 20 patients and 207 patients were analyzed. Two hundred seven subjects consisted of 115 IPA patients and 92 non-IPA patients. In the multivariate analysis this study involved fever, consolidation, fibrosis, absolute neutrophil count, Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR), and steroid used. In this study, fever had a score of 2, consolidation had a score of 2, fibrosis had a score of 1, absolute neutrophil count had a score of 1, steroid had a score of 2. AUC = 0.771, p< 0.05. Conclusion: This study resulted in a diagnosis of API, fever score 2, consolidation score 2, fibrosis score 1, absolute neutrophil count score 1, steroid score 2. A score of 0-4 has a probability of 43.67% or low risk and a score of 5-8 has a probability of 83.67% or high risk API determinant factors."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrudin Ali Achmad
"ABSTRAK
Untuk mengetahui hubungan antara variabel demografi, geografi, iklim, sosial ekonomi, fasilitas pelayanan kesehatan mikroskopis dan tenaga kesehatan terlatih dengan jumlah kasus TB paru BTA positif, perlu dilakukan penelitian di Jakarta Selatan tahun 2007-2009 dengan studi ekologi melalui pendekatan spasial dan menggunakan data sekunder. Data diolah secara statistik dengan uji korelasi Pearson, dan analisis spasial dengan tehnik Overlay. Hasil penelitian menunjukkan secara statistik tidak ada korelasi antara variabel yang diteliti, sedangkan secara spasial variabel kepadatan penduduk, keluarga miskin dan fasilitas pelayanan kesehatan mikroskopis berpengaruh terhadap jumlah kasus TB paru BTA positif di Kecamatan Tebet, dan di kecamatan lain variabel tidak berpengaruh.

ABSTRACT
To determine the relationship between demographic variables, geography, climate, socio-economic, microscopic health facilities and health personnel trained with the number of BTA positive pulmonary TB cases, need to do research in South Jakarta in 2007-2009 with a spatial approach to ecological studies and to use secondary data. Data was statistically analyzed by Pearson correlation test, and spatial analysis techniques Overlay. The results showed no statistically significant correlation between the variables studied, whereas the spatially variable population density, poor families and microscopic health facilities effect on the number of BTA positive pulmonary TB cases in the District of Tebet, and in other districts did not influence the variables.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T28839
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nirwan Arief
Jakarta: UI-Press, 2005
PGB 0219
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Wina Karinasari
"Latar belakang: Pneumonia rumah sakit adalah infeksi paru yang didiagnosis setelah rawat >48 jam setelah masuk rawat dan tanpa adanya tanda infeksi paru pada saat awal perawatan atau pneumonia yang didiagnosis pada saat awal masuk perawatan dengan riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya dengan jarak antar rawat inap 10-14 hari. Pneumonia rumah sakit merupakan salah satu infeksi nosokomial yang sering terjadi pada perawatan pasien anak di rumah sakit. Kasus pneumonia rumah sakit dapat berakibat meningkatkan angka kesakitan dan kematian, memperpanjang lama rawat inap serta biaya yang dikeluarkan. Tujuan: mengetahui karakteristik dan proporsi mortalitas pneumonia rumah sakit pada anak. Metode: Studi kohort retrospektif dilakukan terhadap subyek usia >1 bulan dan ≤18 tahun di RSCM selama 2015-2018 melalui telusur rekam medis. Hasil: Sebanyak 86 subyek didapatkan dengan karakteristik subyek dengan pneumonia rumah sakit terbanyak pada penelitian ini adalah usia 1-24 bulan, memiliki lebih dari satu komorbiditas status nutrisi gizi baik dan memiliki awitan lambat. Simpulan: Subyek dengan pneumonia rumah sakit terbanyak pada penelitian ini mempunyai karakteristik usia 1-24 bulan, memiliki lebih dari satu komorbiditas, status nutrisi gizi baik, memiliki lama rawat 8-14 hari, dan berawitan lambat. Proporsi mortalitas subyek dengan pneumonia rumah sakit pada penelitian ini sebesar 24,4%. Karakteristik mortalitas juga dapat dipengaruhi oleh status nutrisi yaitu gizi buruk, kelompok usia, jenis komorbiditas, lama rawat dan jenis awitan.

Background: Hospital-acquired pneumonia (HAP) is defined as a pulmonary infection that occurs >48 hours after admission to hospital or within 10-14 days after discharge. It is the most common hospital-acquired infection in children. Its occurrence represents increase hospital stay, additional cost, morbidity and mortality. Objective: To investigate the characteristic and mortality of hospital-acquired pneumonia in children Methods: It is a retrospective cohort study involving 86 subjects through medical records, inclusive to >1 months old - ≤18 years old patients, in RSCM Jakarta within 2015-2018. Results: There are 86 subjects with characteristic of HAP in this study are age 1-24 months old, has more than one comorbidity, good nutritional status and late onset. Conclusion: General characteristic of HAP in this study are, age 1-24 months old, has more than one comorbidity, good nutritional status, length of stay 8-14 days and late onset. The mortality proportion of HAP in this study is 24.4%. The mortality characteristic was influenced by nutritional status (severe malnutrition), comorbidities, age, length of hospital stay and onset of the disease. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia3, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>