Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97270 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harnoko S.
"Sekitar tahun 1983 Pemerintah Indonesia mengeluarkan berbagai kebijaksanaan deregulasi. Kebijaksanaan tersebut dimaksud untuk memberikan suasana lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sejalan dengan itu, dunia usaha juga berusaha menempatkan dirinya agar leading dibidang masing-masing yang semakin kompetitif. Tujuan utama yang berupa profit, growth dan market share harus bisa dicapai, dilain pihak sasa ran yang berupa customer satisfaction, efficient dan productivity harus terpenuhi.
Praktek akuntansi manajemen yang bergaya tradisional belum mampu memenuhi kebutuhan informasi dalam dunia usaha yang memiliki investasi yang bersifat advance manufacturing technology. Berbagai pendekatan strategik dilakukan antara lain dengan cara penggunaan otomasi komputer untuk membantu manajemen dalam penggunaan sumber daya yang menguntungkan untuk memproduksi barang atau jasa yang kompetitif, dalam kaitannya dengan cost, quality dan timing yang tepat. Dengan demikian manajemen dapat mengendalikan dan mengambil tindakan ?untuk mengontrol apa yang menyebabkan aktifitas-aktifitas yang mengkonsumsi sumber daya dan mengeliminir biaya-biaya yang tidak diharapkan untuk terjadi. Di dalam cost man agement system, pengendalian biaya difokuskan pada aktifitas-aktifitas atau kondisi yang menyebabkan/mendorong suatu aktifitas mengkonsumsi biaya.
Munculnya teori activity based costing yang baru dikembangkna di Amerika Serikat merupakan jawaban kebutuhan cost management system, yang merupakan kunci keberhasilan untuk meningkatlan kinerja operasional yang dicerminkan dalam aktifitas-aktifitaS. Sekalipun masih relatif baru, Leon ini berusaha mengejar ketinggalan dan menyelaraskan praktek akuntansi rnanajemen, terutama di Indonesia yang sebagian besar masih beronientasi tradisional.
Lube Oil Blending Plant (LOBP) Pertamina UPPDN III Jakarta merupakan salah satu strategic business unit di lingkungafl Pertamina yang ditugasi mengelola sektor pelumas untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Sebagai BUMN yang telah mendapatkan predikat ?sehat sekali? dan Departemen Keuangan, Pertamina berkewajiban untuk meningkatkan masalah efisiensi dan produktifitas atas kegiatan di Pertamina UPPDN III. Penulis menjadikan LOBP sebagai konsep perancangan cost management system, namun studi ini hanya membatasi pada organisasi manufaktur. Dengan menggunakan sistem ini diharapkan manajemen dapat memperoleh informasi yang relevan untuk melakukari evaluasi atas biaya-biaYa yang ditimbulkan oleh berbagai kegiatan pemicu biaya (cost driver).
Sekalipun masih terbatas pada tahap perancangan, namun diharapkan konsep ini dapat dijadikan sebagai moment untuk memperkenalkan praktek akuntansi manjemen yang relevan dengan kebutuhan perkembangan dunia usaha dewasa ini sebagai upaya continues improvement untuk mengejar ketinggalan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arahon Fransiska
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dalam pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) di Area Kerja Lube Oil Blending Plant (LOBP) PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta Tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada periode April - Mei 2014 dengan jumlah responden 110 orang. Analisis data dengan menggunakan uji statistik Chi-Square yang menunjukan ada hubungan motivasi pemakaian APD terhadap perilaku pemakaian APD (p-value = 0,002), ketersediaan APD (p-value = 0,004) dan pengawasan pemakaian APD (p-value = 0,004). Sebaliknya, tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang APD (p-value = 0,576), Sikap pemakaian APD (p-value = 0,134), penerapan peraturan tentang APD (p-value = 0,383) dengan perilaku pemakaian APD pada pekerja di area kerja Lube Oil Blending Plant (LOBP) PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta. Untuk meningkatkan perilaku positif pamakaian APD di area kerja Lube Oil Blending Plant (LOBP) PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta harus dilakukan pelatihan, pengawasan, penerapan reward dan punishment.

This study aims to determine the factors related to the use of Personal Protective Equipment (PPE) in Lube Oil Blending Plant (LOBP) PT. Jakarta Pertamina Lubricants Production Unit 2014. Research was a quantitative descriptive study with cross sectional approach. This research was conducted in the period April-May 2014, with the number of respondents 110 people. Data analysis using Chi-Square statistical test that showed association motivation towards the use of PPE usage behavior (p-value = 0.002), availability of PPE (p-value = 0.004) and control the use of PPE (p-value = 0.004). In contrast, there was no significant relationship between knowledge of the APD (p-value = 0.576), use of PPE Attitude (p-value = 0.134), the implementation of regulations on PPE (p-value = 0.383) with the use of PPE in the behavior of workers in the work area Lube Oil Blending Plant (LOBP) PT. Jakarta Pertamina Lubricants Production Unit. To increase positive behaviors in the work area the use of PPE at Lube Oil Blending Plant (LOBP) PT. Jakarta Pertamina Lubricants Production Unit to do the training, supervision, implementation of reward and punishment."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwitya Indri Lestari
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat stres kerja terhadap work ability index (WAI) pada pekerja di area Lube Oil Blending Plant PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta Tahun 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian dilakukan terhadap 107 pekerja pada periode Mei – Juni 2014. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 51,4% pekerja mengalami stres berat dan 48,6% pekerja mengalami stres ringan, untuk WAI terdapat 49,5% pekerja dengan WAI buruk dan 50,5% pekerja dengan WAI baik.
Hasil uji statistik menggunakan Chi Square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tipe manajemen (p value = 0,610), hubungan interpersonal (p value = 0,239), dan fokus karir (p value = 0,797) dengan tingkat stres kerja. Sebaliknya terdapat hubungan antara desain kerja (p value = 0,011) dan lingkungan kerja (p value = 0,005) dengan tingkat stres kerja. Selain itu terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres kerja dengan WAI (p value = 0,015). Untuk meningkatkan kemampuan kerja pada pekerja PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta perlu membuat pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan kerja pekerja. Pemberian pelatihan dimaksudkan agar dapat memenuhi standar kerja yang telah di tetapkan oleh perusahaan.

The aim of this study is to analyze the relationship between the level of job stress among Work Ability Index (WAI) on workers in Lube Oil Blending Plant PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta 2014. The design of study was cross sectional. The study was conducted on 107 workers from May to June 2014. The data were collected by using a questionnaire. The result shows that 51.4% of workers are experiencing severe stress and 48.6% of workers experiencing mild stressed, furthermore, there are 49.5% workers with poor and 50.5% of workers with good WAI.
Chi Square result shows that there are no correlation between the type of management (p value = 0.610) with the level of work stress, interpersonal relationships (p value = 0.239), and career concerns (p value = 0.797). Otherwise, there is a significant correlation between the level of the design of tasks with work stress (p value = 0.011) and work environment (p value = 0.005). Moreover, there is a significant relationship between the level of work stress with WAI (p value = 0.015). To improve the skill of workers, PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta needs to make training, so that, they can improve the capability of their workers. The purpose of training is to fulfill the working standard which have been set by the company.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55207
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
V. Hari Namto Heru P.
"PERTAMINA telah ditunjuk oleh Pemerintah sebagai satu-satunya badan usaha yang melaksanakan produksi pelumas guna memenuhi kebutuhan pelumas nasional melalui Keppres No. 18 tahun 1988. Untuk itu PERTAMINA telah membangun tiga Lube Oil Blending Plant di Jakarta, Cilacap dan Surabaya. Berbeda dengan tugas PERTAMINA untuk menyelenggarakan pelayanan bahan bakar minyak (BBM), yang bersifat nir laba, pelayanan pelumas bersifat menguntungkan.
Sejalan dengan era persaingan bebas, monopoli tersebut akan segera berakhir dan PERTAMINA harus siap bersaing dengan pasar global. Oleh karenanya Manajemen telah memberikan perhatian kepada bisnis pelumas agar lebih profesional dan efisien.
Sumber ketidakefisienan bisnis pelumas PERTAMINA salah satunya bersumber pada pengelolaan persediaan yang belum profesional. Hal ini tampak pada tingginya frekuensi stockout dan overstock persediaan yang berakibat tingginya biaya pengelolaan persediaan. Untuk mencari solusi ketidakefisienan, diperlukan evaluasi pada sistem perencanaan dan pengendalian material produksi. Sebagai obyek penelitian dipilih LOBP Cilacap.
Perusahaan manufaktur saat ini menerapkan sistem Manufacturing Resource Planning (MRP II) sebagai alat dalam mengelola persediaan material produksi. Berkaitan dengan permasalahan yang terjadi di LOBP Cilacap, akan dicoba diterapkan secara teoritis MRP II tersebut di LOBP serta dievaluasi pengaruhnya terhadap biaya pengelolaan persediaan pada periode waktu produksi yang sama.

PERTAMINA is the only company, which is assigned by the government to produce lube oil to fulfill national necessity of lube oil. The assignment is expressed by Keppres no. 18 / 1988. For that reason PERTAMINA built three Lube Oil Blending Plant in Jakarta, Cilacap and Surabaya. This assignment is different to the assignment in national fuel oil services, where in the fuel oil services PERTAMINA gets no profit, but lube oil business is profitable.
Together with free market era, the protection for PERTAMINA will be ended soonest and PERTAMINA must be ready to compete with the global market. Facing this competition, PERTAMINA management has been giving more attention to this business to improve its professionalism and efficiency.
One of this business inefficiency comes from the less of professionalism in managing the inventory. This is shown in the inaccurate of inventory, where the frequency of shortage and overstock is too high. This will be increasing the inventory cost or production cost at the end. To solve this problem, it is needed to evaluate the existing inventory planning and controlling system and comparing to the appropriate theory. Cilacap tube oil blending plant is chose as the object of this research.
At this recent time, manufacturing company applies Manufacturing Resource Planning (MRP II) as tool of inventory management Related with the problem facing in Cilacap blending plant, it will be tried to implement MRP Il theoretically. As the goals of this research, the implementation of MRP II will be compared to the existing inventory management and will be evaluated its influence."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T2906
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syukri
"Pelumas adalah salah satu produk non BBM yang menjadi andalan untuk mendapatkan laba bagi PERTAMINA. Oleh sebab itu optimasi produksi perlu dilaksanakan dalam menghadapi persaingan pasar. Melalui studi simulasi, dilakukan percobaan-percobaan untuk mengoptimalkan sarana produksi yang telah ada. Yaitu dengan memilih kombinasi terbaik dari tanki-tanki blending yang digunakan untuk memproduksi pelumas khusus dalam kemasan liter dan kemasan galon.
Dari 8 tanki blending dengan 4 macam tipe kapasitas yang ada di LOBP, dapat dibuat 14 macam kombinasi tanki blending dimana setiap kombinasi terdiri dari 2 tanki blending. Setiap kombinasi akan menghasilkan batch size produk yang berbeda.
Permintaan pelumas dalam kemasan sangat berfluktuasi setiap harinya. Qleh sebab itu penentuan kombinasi yang paling baik sangat diperlukan, agar stole pelumas dtgudang tidak kekurangan atau tidak bertebihan (overstock) dalam mengantisipasi permintaan yang ada. Diharapkan model yang dibuat dalam studi ini dapat digunakan dan dikembangkan dikemudian hari."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyoman Pudja Asmara
"ABSTRAK
Permasalahan yang dihadapi oleh Lubes Oil Blending Plant (LOBP) Jakarta dewasa ini adalah perencanaan dan pengendalian persediaan material yang sesuai dengan kondisi yang ada diperusahaan. Beranjak dari masalah tersebut, maka tujuan dari studi ini adalah menyusun perencanaan dan pengendalian persediaan sebagai upaya memperbaiki sistem yang ada.
Dari hasil evaluasi dan analisa, maka diusulkan suatu alternatif untuk pemecahan masalah tersebut yaitu dengan pendekatan Material Requirement Planning (MRP). Masukan utama dari metode MRP adalah Master Production Schedule (MPS) , Bill of Material (BOM) dan inventory Record dan sebagai keluarannya adalah perencanaan produksi atau perencanaan pembelian.
Proses MRP meliputi netting , lotting dengan memperbandingkan tiga teknik lot size untuk mendapatkan ukuran lot yang ekonomis, serta diikuti dengan offseting dan explosion.
Dengan penerapan metode MRP yang diusulkan diharapkan Perusahaan tidak akan kehilangan penjualan potensial sebesar Rp 45,3 miliyar pada tahun 199711998.
Metode MRP dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

ABSTRACT
Problem faced by Jakarta Lubes Oil Blending Plant (LOBP) nowadays are the planning and inventory control problems which must be in accordance with the firm's condition and business environment. Based on the problems identified, the objective of this study is to document the planning and inventory control as a mean to improve the existing system.
From the evaluation and analysis results, it is proposed to use the Material Requirement Planning (MRP) approach to solve the problems.The main input for the MRP method are the Master Production Schedule (MPS), Bill of Material (BOM), and Inventory Record, while the output are the Production Planning and Purchase Order Planning.
MRP processes include the netting and lotting by comparing three lot size technique to find out the most economical lot size and then followed by the offseting and explosion.
By implementing the proposed MRP method, the company would not lose its approximately Rp 45.3 billion potential sales in the year 199711998.
The MRP method also supplies necessary information to be considered in the decision making process.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Sumardiyanto
"ABSTRAK
Pengembangan sistem informasi yang menangani suplai dan distribusi BBM di PERTAMINA Unit PPDN IV belum dirancang sebagai suatu sistem pendukung keputusan, sehingga belum mampu mendukung manajemen dalam pengambilan keputusan.
Sistem informasi yang baik selalu dirancang dengan memperhatikan kebutuhan user. Rancangan Sistem Pendukung Keputusan Manajemen Suplai dan Distribusi BBM ini diawali dengan mengajukan questionnaire kepada Kepala Pengadaan PERTAMINA Unit PPDN IV, untuk menggali kebutuhan terhadap informasi yang diharapkan dapat menunjang proses pengambilan keputusan.
Rancangan Sistem Pendukung Keputusan ini terdiri dan empat subsistem utama, yaitu :
1. Rancangan Sistem Informasi / Aplikasi
Didahului dengan analisis terhadap sistem informasi pengelolaan suplai dan distribusi BBM yang digunakan saat ini untuk mengetahui kekurangan dan kelemahannya, kemudian membuat diagram arus data dan rancangan integrasi sistem aplikasi suplai dan distribusi BBM.
2. Rancangan Tampilan Grafis
Data dan laporan operasional suplai dan distribusi BBM yang dikumpulkan dari depot/instalasi disusun dalam bentuk tabel, dan kemudian ditampilkan dalam bentuk grafis untuk memudahkan analisa.
3. Rancangan Skenario Pola Suplai dan Distribusi BBM
Diawali dengan pengumpulan data karakteristik Instalasi / Depot / Terminal Transit, data actual thruput tiap lokasi, serta pola suplai dan distribusi BBM yang berlaku saat ini, kemudian membuat penggambaran secara grafis skenario pola suplai dan distribusi BBM secara komprehensif pada berbagai kondisi yang mungkin terjadi di lapangan.
4. Rancangan Tampilan Sistem Pendukung Keputusan
Pada dasarnya rancangan tampilan Sistem Pendukung Keputusan ini merupakan gabungan dari rancangan-rancangan yang dibuat sebelumnya, kemudian disusun dalam bentuk tampilan menu untuk memudahkan user dalam menggunakannya.
Pembahasan mengenai pemanfaatan Sistem Pendukung Keputusan ini diuraikan dengan mengacu kepada tampilan menu utama dan memberikan contoh penerapan dalam proses pengambilan keputusan pada pengelolaan suplai dan distribusi BBM.
Faktor-faktor penentu keberhasilan (critical success factors) dalam penerapan rancangan Sistem Pendukung Keputusan Manajemen Suplai dan Distribusi BBM tidak terlepas dari keputusan pemakai (user needs) pada saat memanfaatkan sistem ini dalam proses pengambilan keputusan, yaitu: akurasi data / informasi, ketepatan waktu, kelengkapan informasi, relevansi dengan permasalahan, serta kemudahan dalam penggunaan.

ABSTRACT
The development of information systems which handle fuel oil supply and distribution at PERTAMINA Domestic Supply and Marketing Unit IV is not designed yet as a decision support system, so that it's not yet capable to supporting the management in decision-making.
A good information system is designed with take notice of user needs. The design of Decision Support System of Fuel Oil Supply and Distribution Management is began with proposed questionnaire to Head of Supply PERTAMINA Domestic Supply and Marketing Unit IV, intend to explore user needs in information which is expected could be supporting decision-making process.
Decision Support System design consist of four main subsystems, as follows:
1. Information / Application System Design
To begin with analyzed the existing information systems which handle fuel oil supply and distribution, intend to discover weaknesses and disadvantages, then prepared the Data Flow Diagram and integrated application systems fuel oil supply and distribution.
2. Graphics Display Design
The operational data and reporting of fuel oil supply and distribution which is collected from depots was arranged in table's format and then appeared in graphic?s format, in order to easier in analysis.
3. Scenario in Fuel Oil Supply and Distribution Pattern Design To began with data characteristic of depots, actual thruput in each location, and also existing fuel oil supply and distribution pattern collecting, then prepared illustration of scenario in fuel oil supply and distribution pattern graphically in comprehensive way on various conditions which possibly occurred on field.
4. Decision Support System Display Design
Basically, Decision Support System Display design represents combination of several designs which prepared previously, then arranged in a menu display to make easy to use.
Discussion about utilization of Decision Support System is explained based on main menu display and presented some examples of implementation in decision-making process on management fuel oil supply and distribution.
The critical success factors in implementation Decision Support System of Fuel Oil Supply and Distribution Management Design is inseparable with user needs at the moment when use this system in decision-making process, as follows: data / information accuracy, timeliness, information completeness, relevance with the problems, and easy to use.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S8628
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toebagus Fauzi Soelaksonohadi
"Pola Pengendalian D1stribusi Minyak Tanah yang disusun oleh Pertamina, ditujukan agar masyarakat dapat memperoleh minyak tanah dengan mudah, yaitu dapat memperoleh segala tempat yang dikehendaki, pada setiap waktu yang dikehendaki, dengan jumlah yang d1kehendaki, serta dengan harga yang wajar dan serendah mungkin Hal tersebut sangat penting dilakukan, karena jika masyarakat terhambat atau bahkan tidak dapat memperoleh minyak tanah, akibatnya akan terjadi gejolak-gejolak sosial di masyarakat PERTAMINA Unit Pembekalan Dalam Negeri III dipilih sebagai obyek penelitian karena instansi yang bertanggung jawab di wilayah DKI Jakarta, di mana propinsi ini merupakan propinsi yang paling padat penduduknya di Indonesia, dan merupakan pusat segala macam kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Pola Pengendalian Distribusi Minyak Tanah yang dilaksanakan oleh Pertamina U-PDN III di Wilayah D.K.I Jakarta, serta untuk mengetahui hambatan-hambatan apa yang timbul di dalam melaksanakan pola tersebut
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pola Pengendalian Distritusi Minyak Tanah dilaksanakan dengen memakai saluran distribusi dengan 2 atau 3 tingkat, serta dengan distribusi yang bersifat distribusi insentif. Hasil lainnya adalah bahwa hambatan-hambatan yang mungkin terJadi dari para agen maupun pangkalan dengan mempermainkan jumlah persediaannya telah dapat d1atasi dengan membuat kontrak mengenai "Jatah harian dan denda, serta dengan mewaj1bkan kepada pangkalan untuk memasang papan pengumuman yang isinya tulisan tentang H E T yang berlaku pada saat itu"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gama Widyaputra
"ABSTRAK
Organisasi yang dibentuk dengan tujuan tertentu menerlukan suatu alat untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai, untuk mengetahui pencapaian tujuan tersebut digunakan pengukuran kinerja (performance measurement). Ada beberapa jenis performance measurement dan salah satunya pengukuran non tradisionil adalah balanced scorecard dengan keunggulan dapat mengukur hal-hal non finansial dan juga menyeimbangkan keempat misi kinerja. Pengukuran kinerja yang selama ini berjalan di PERTAMINA walau belumn dijalankan secara menyeluruh, masih bersifat tradisional dan hanya berdasarkan kinerja keuangan dan praduktifitas. Sedangkan dalam menghadapi tantangan masa datang di mana unit operasi akan menjadikan Strategic Business Unit (SBU) yang memberikan keuntungan baik secara financial maupun non finansial, SBU harus memiliki tujuan strategic dalam rangka menjalankan perusahaan yang berdasarkan Visi dan Misi. Pembuatan Balanced scorecard di unit operasi perkecil di Oil PPDN yaitu depot berguna untukmengukur pencapaian target yang telah ditentukan sebelumnya. Balanced scorecard adalah suatu alatukur yang didasari atas empat perspeklif ukuran yaitu financial, konsumen, bisnis internal dan belajar dan pertumbuhan yang saling diseimbangkan (balanced). Dari pembuatan Balanced scorecard untuk depot Lubuk Linggau sebagai studi kasus ternyata Balanced scorecard dapat diimplementasikan dengan hasil pengukuran yang informant terdapat nilai kenaikan positif 3% pada perspektif keuangan, negatif (-14%) dari perspektif konsumen, positif 23% pada bisnis internal, dan positif 2% pada belajar dan perhrnrbuhan. Nilai pasitif berarti kinerja diatas target sedangkan nilai negatif menunjukan kinerja dibawah target, dan pengukuran kinerja depot Lubuk Linggau tersebut diketegarikan menjadi depot dengan kinerja baik Selain sebagai alai ukur Balanced scorecard dapat memberikan indicator untuk manajernen mengenai kinerja, sehingga pihak managemen dapat menentukan inisiatf yang akan diarahkan untuk mencapai tujuan strategis.
Dengan menggunakan Balanced scorecard didepot Lubuk Linggau dapat disimpulkan bahwa alat ukur ini dapat digunakan dan dikembangkan di Unit PPDN II dan Unit lainnya serta tidak tertutup kemungkinan dengan modifkasi dapat digunakan pada organisasi lain.

An Organization needs took to evaluate its objective achievement. The tool that can be used for this purpose is performance measures. There are several types of performance measurement, one of them is balanced score card that can measure and can balance financial factors and non financial factors. PERTAMINA has a traditional one that measures on financial productivity aspect although these measures have not been used comprehensively. In the future PERTAMINA should build a Strategic Business Unit (SBU) for its operation unit that can give profit in financial aspect and advantages in non finance aspect. The SBU must have objectives to run the company by vision and mission. The balanced scorecard for the lower operation unit or fuel terminal in Div PPDN was used to measure the objective target that has been determined Balanced scorecard is a performance measurement basically uses 4 balanced perspectives ; finance, customer, internal business, learning and growth. The application of balanced scorecard in Lubuk Linggau free terminal as a case study has shown that this tool can be implemented. The measurement result are positives3% for finance, negatives (-I4%) for customer. positives 23% for internal business, and positives 2% for learning and growth. Positives value means the performance is higher than the large!, and negative value means the performance is lower than the Target, this measurement give result that the Lubuk Linggau fire terminal has Good category in performance. The result of balanced scorecard measurement can be an indication of organization performance so that the management can make proper initiatives to meet the strategic objectives.
As a conclusion, balanced scorecard can be applied in Lubuk Linggau fuel terminal and developed in Unit PPDN II and other units; modification of this measurement is still possible to other organization."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>