Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152036 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dini Yulianti
"Campak adalah penyakit yang sangat menular dan menjadi salah satu penyebab utama kematian anak di negara berkembang termasuk Indonesia. Imunisasi campak di Indonesia telah berhasil dilaksanakan dengan baik, tetapi ternyata masih banyak ditemukan kasus campak di beberapa daerah. Salah satu fak-tor yang diduga menjadi penyebabnya adalah daya guna vaksin yang tidak maksimal karena sistem rantai vaksin yang sangat menentukan untuk pengama-nan mutu vaksin tidak berfungsi dengan baik atau para petugas imunisasi tidak melakukan penanganan vaksin sesuai dengan prosedur yang telah ditentu-kan. Berdasarkan atas kenyataan ini, dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan kepatuhan petugas imunisasi terhadap SOP (Standard Operating Procedure) imunisasi dalam penanganan vaksin campak di Kabupaten Kebumen pada tahun 2009. Variabel yang diteliti adalah pendidikan, pelatihan, lama kerja, pengetahuan, sikap, motivasi, imbalan, persepsi kepemimpinan, supervisi dan sarana. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dilakukan secara cross sectional dengan sampel seluruh total populasi sebanyak 69 responden, serta menggunakan data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 60,9% petugas dapat dikategorikan patuh. Variabel independen yang memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan kepatuhan petugas adalah pendidikan, pengetahuan, imbalan dan sarana. Pengetahuan dan sarana merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan petugas, masing-masing dengan nilai OR sebesar 5,195 dan 5,287."
Depok: Fakultas Ilmu kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
613 KESMAS 4:4 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
R. Irawan
"Dewasa ini di Indonesia, campak masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Imunisasi campak telah dimulai tahun 1982 dan cakupan imunisasi mengalami peningkatan. Meskipun demikian, di beberapa daerah masih terdapat Kejadian Luar Biasa (KLB) campak, seperti halnya yang terjadi di Kabupaten Majalengka.
Berdasarkan atas kenyataan ini, dilakukan penelitian yang mengkaji tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan cara pemberian imunisasi campak sesuai dengan SOP Imunisasi di Kabupaten Majalengka, tahun 2002, yang terdiri atas beberapa variabel, antara lain : lama masa kerja, pendidikan, pengetahuan, pelatihan, sikap, perilaku, jarak, transportasi, kelengkapan imunisasi, vaksin campak yang dipergunakan oleh petugas kesehatan di Puskesmas dan insentif.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Majalengka tahun 2002 dengan mempergunakan disain studi potong-lintang (cross sectional), serta mempergunakan data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara, dengan responden yang berjumlah 209 orang yang merupakan seluruh populasi yang telah memenuhi kriteria sampel yang dimaksudkan. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat, multivariat dan deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa 4 (empat) dari 11 (sebelas) variabel yang diperoleh adanya hubungan yang bermakna secara statistik, antara lain : pelatihan petugas (OR = 3,54; 95% CI = 1,42 - 8,82; p = 0,007), pengetahuan (OR = 5,69; 95% CI = 2,10 - 15,44; p = 0,001), sikap (OR = 3,45; 95% CI = 1,40 - 8,50; p = 0,009), dan perilaku (OR 2,26; 95% CI = 0,94 - 5,45; p = 0,068). Selanjutnya, pada penelitian ini tidak ditemukan adanya interaksi pada faktor risiko yang berhubungan dengan cara pemberian imunisasi campak.
Dari hasil penelitian ini disarankan, bahwa masih perlu adanya peningkatan pelatihan bagi petugas kesehatan. Dengan demikian, diharapkan akan mampu trampil dalam memberikan pelayanan imunisasi campak kepada sasaran, terutama dalam hal cara pemberian imunisasi campak kepada sasaran. Di samping itu, dengan adanya pelatihan akan dapat menjawab masalah kebutuhan tenaga imunisasi campak di Puskesmas, Kabupaten Majalengka. Adanya peningkatan pendidikan dan pengetahuan juga perlu diperhatikan. Selain itu, perlu dipertimbangkan adanya upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan. Dengan kata lain masalah pelatihan, pendidikan dan pengetahuan petugas perlu dipertimbangkan secara khusus.
Factors Related to the Staff Obedience to the Measles Immunization Method in Accordance with the SOP of Immunization the Regency of Majalengka in 2002In Indonesia, recently measles is a public health problem. Through measles immunization in Indonesia, which had been established since 1982, it has been, increased the coverage gradually. However, it can be seen that measles outbreak in some areas, such as in the Regency of Majalengka has been occurred in other rural and urban areas.
Based on these facts, a study was carried on investigating the factors related to the staff obedience to the measles immunization method in accordance with the SOP of Immunization, the Regency of Majalengka in 2002. The variables consist of: occupational period, education, knowledge, training, attitude, behavior, distance, transportation, completeness of measles immunization, measles vaccine used by staff in the Public Health and incentive.
The study in the Regency of Majalengka in 2002, made use the cross-sectional design study, and primary data has been accepted through observation and interview, with 209 respondent, namely the whole population meeting the sample criteria mentioned above. Data were analyzed by univariate, bivariate, multivariate and descriptive analysis.
The results of study showed, 4 (four) of 11 (eleven) variables was statistically significant correlation, those are: training (OR = 3.54; 95% CI = 1.42 - 8.82; p = 0.007), knowledge (OR = 5.69; 95% CI = 2.10 - 8.82; p = 0.001), attitude (OR = 3.45; 95% CI = 1.40 - 8.50; p = 0.009), and behavior (OR = 2.26; 95% CI = 0.94 - 5.45; p = 0.068). Furthermore, this study did not show any interaction of risk factors related of the measles immunization.
Based on the research, it is necessary suggested to improve training for the staff gradually. In this way, as was mentioned above, hope to be able to skilled up the staff in order to make a better measles immunization service, mainly in relation to the measles immunization of the target. In addition, by the training, it is hope, the problem of the need of measles immunization staff in the Public Health; the Majalengka Regency can be applied properly. It was also considered necessary to improve knowledge and education efforts. The other words, training, knowledge and education of the staff are necessary given a special attention.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T11189
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boyke Priyono Soewandijono
"Penyakit campak masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, baik dari segi surveilans epidemiologi maupun pemberantasannya. Penyakit campak dapat dikatakan menyebar secara merata di seluruh wilayah Republik Indonesia. Di beberapa daerah masih sering terjadi kejadian luar biasa (KLB), terutama daerah yang sulit dijangkau pelayanan kesehatan seperti daerah transmigrasi (Gunawan, 1987: 62-65).
Adapun KLB campak di Indonesia selama tahun 1989-1993 adalah seperti dalam tabel berikut:
Tabel 1.1.
KLB Campak di Indonesia Selama Tahun 1989 - 1993
Lihat Bentuk PDF
Dari tabel di atas tampak bahwa pada tahun 1992 merupakan puncak dari jumlah KLB, jumlah kasus, dan jumlah Dati II yang mengalami KLB, walaupun jumlah Dati I dan CFR-nya lebih rendah dari tahun sebelumnya. Jumlah Dati I yang mengalami KLB dan CFR tampak meningkat pada tahun berikutnya.
Adapun KLB campak di Propinsi Java Barat antara tahun 1991 sampai dengan tahun 1994 adalah seperti pada tabel berikut:
Taber 1.2.
KLB Campak di Propinsi Jawa Barat Selama Tahun 1991 - 1994
Lihat Bentuk PDF
Dari tabel ini tampak bahwa di Propinsi Jawa Barat jumlah KLB cenderung menurun walaupun CFR-nya cenderung meningkat.
Angka insidens penyakit campak menurut SKRT 1986 adalah 44/10.000 penduduk per bulan atau 528.110.000 penduduk dalam 1 tahun. Kasus campak yang ada sebenarnya lebih besar bila pencatatan dan pelaporannya lebih baik (Ditjen PPM & PLP, 1994). Keadaan lingkungan jelek dan gizi masih kurang akan menyebabkan angka kematian menjadi tinggi. (PPK LPUI, 1992: 13). Pada permulaan tahun 1990 sekitar 1 juta anak-anak di dunia, terutama di negara berkembang, meninggal karena penyakit campak setiap tahun. Case Fatality Rate (CFR) di negara berkembang berkisar 10-20 kali lebih tinggi daripada negara industri (Ditjen PPM & PLP, 1994). Di beberapa negara berkembang sebelum vaksinasi dijalankan.
Kematian karena campak dari semua golongan umur adalah 3,5% atau lebih (Depkes RI, 1984) dan naik menjadi 10% di saat terjadi wabah (Masjkuri, 1987). Dari hasil pelacakan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia ternyata angka kematian masih cukup tinggi, yaitu pada tahun 1989 tercatat 4,6% dan pada tahun 1993 tercatat 7,9% (Ditjen PPM & PLP, 1994). Pada SKRT 1992 penyakit campak menduduki peringkat ke 6 dalam penyebab kematian bayi karena menyebabkan 2,6% kematian bayi, sedangkan sebagai penyebab kematian pada anak umur 1-4 tahun penyakit campak bersama-sama dengan penyakit difteri dan pertusis menduduki peringkat ke 3 karena menyebabkan 9,4% kematian pada golongan umur tersebut. CFR campak di rumah sakit di Jawa Barat pada tahun 1991 tercatat 0% dan pada tahun 1992 meningkat menjadi 1,3%. Hal ini tidak jauh berbeda dengan CFR penderita campak yang dirawat inap di Rumah Sakit di Indonesia dari tahun 1988 sampai dengan tahun 1992 yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1.3.
CFR Penderita Campak yang dirawat inap rumah sakit di Indonesia dari Tahun 1988 -1992
Lihat Bentuk PDF"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Nuraprilyanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan perilaku ibu dan faktorfaktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi campak pada bayi di Kec.Pancoran Mas, Depok tahun 2009.
Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dimana setiap subjek diobservasi sekaligus pada saat yang sama. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia 9 sampai dengan 15 bulan di Kec. Pancoran Mas Depok. Pemilihan sampel menggunakan rancangan klaster dimana populasi dipilih berdasarkan dari subjek atau kesatuan analisis yang berdekatan satu dengan yang lain secara geografis dengan jumlah 100 ibu.
Teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Pengolahan data menggunakan program komputer, disajikan secara univariat dan bivariat.
Hasil penelitian adalah persentase ibu yang memberikan imunisasi campak sebesar 81,5% dan yang tidak memberikan imunisasi campak sebesar 18,5%. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan bermakna secara statistik antara pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan, sarana, dukungan suami, dan keterpaparan informasi terhadap perilaku ibu dalam pemberian imunisasi campak pada bayi.
Untuk meningkatkan cakupan imunisasi campak, disarankan agar Dinas Kesehatan Kec. Pancoran Mas Depok meningkatkan kegiatan pelatihan pada petugas Puskesmas yang nantinya petugas Puskesmas dapat melakukan pelatihan bagi kader sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu dan kesadaran dalam mengimunisasi campak anaknya."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arihni Supriati
"Penyakit campak adalah penyakit yang sangat poteusial untuk menimbulkan wabah. Masalah kematian campak di dunia yang dilaporkan oleh WI-IO pada tahun 2002 sebanyak 777.000 diantaranya berasal dari negara ASEAN, dan I5% dari kematian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penolakan imunisasi campak pada Crash Program Campak di UPF Puskesmas Cimandala Kecamatan Sukaraia Kabupaten Bogor.
Penelitian ini memakai rancangan studi kasus kontrol tidak berpadanan, dengan menggunakan perbandingan kasus kontrol 1:1. Sampel penelitian adalah balita usia 12-59 bulan yang terdaftar dan mengikuti Crash Program campak dengan datang ke pos imunisasi. Jumlah sampel kasus dan kontrol sebanyak 400 orang yang terdiri dari 200 kasus dan 200 kontrol. Balita yang tidak diimunisasi dan orang tuanya tidak bersedia menandatangani infzrmed consent ditetapkan sebagai kasus, sedangkan kontrol adalah balita yang diimunisasi dan orang manya bersedia menandatangani irjormed consent dan berasal dari pos imunisasi yang sama dengan kasus. Komrol dipilih secara acak.
Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat. Berdasarkan llasil penelitian ditemukan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penolakan imunisasi campak adalah penilaian kondisi kesehatan anak OR 15,560 (OR CI 95% 8,84l-27,388), status imunisasi campak OR 3,732 (OR CI 95% 2,122-6,564) dan dukungan tokoh masyarakat OR 3,213 (OR CI 95% 1,763-5,853).
Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis menyarankan kepada UPF Puskesmas Cimandala Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor untuk memberikan kesempatan imunisasi campak kepada balita yang belum diimunisasi campak pada Crash Program campak, memberikan penyuluhan kepada rnasyarakat mengenai imunisasi campak, vaksin campak yang aman, kondisi anak sakit yang boleh dan tidak boleh diberikan imunisasi campak efek samping imunisasi campak dan KIPI, prioritas penyuluhan kepada orang tue balita yang anyéznya belum diimunisasi campak, memberikan kesempatan imunisasi kepada balita yang yang belum diimunisasi campak, serta meningkatkan pendekatan sosial kepada tokoh masyarakat, kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor penulis menyarankan untuk merencanakan strategi baru agar Crash Program campak berikulnya dapat mencapai target lanpa melakukan sweeping dan melakukan advokasi kepada pengambil kebijakan.
Campak tersebut berasal dari Indonesia. Dengan mempertimbangkan serokonversi rate 85% pada bayi umur 9 bulan, cakupan imunisasi campak sebesar 9l,8% pada tahun 2004 hanya dapat memberikan perlindungan sekitar 76,5% bayi, sisanya sebesar 23,5% masuk dalam kelompok rentan campak. Kelompok rentan campak ini akan terus terakumulasi biia tanpa adanya perbaikan cakupan imunisasi dan tanpa intervensi imunisasi tambahan campak. Berdasarkan kenyalaan tersebut di atas maka Indonesia memutuskan untuk melakukan Crash Program campak pada anak balita di daerah risiko tinggi.
Adanya penolakan imunisasi campak merupakan salah satu peuyehab tidak tercapainya target cakupan imunisasi campak di Puskesmas Cimandala Kecamatan Sukaraja Kabupaien Bogor. Namun penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penolakan imunisasi campak belum pernah dilakukan Hal tersebut diatas menarik minat penulis untuk meneliti tentang faktor yang berhubungan dengan penolakan i munisasi campak pada Crash Program Campak tahun 2007.

Measles is known as a disease that potentially creating an outbreak. There are about 777,000 death reported by WHO in 2002, caused by measles, is occur in the ASEAN countries, and l5% of the deaths are from Indonesia. In considering with the sero- conversion rate 85% of 9 months old baby, the coverage of measles immunization at 9l.8% in 2004 is only give protection around 76.5% babies and the other of 23.5% babies are categorized as a group of vulnerable for measles. This group of baby can be continuously accumulated if there is no improvement on the coverage of measles immunization and without any intervention of addition on immunization of measles. Based on the situation, Indonesia is, therefore, established a Crash Program on measles immunization towards children under-five (CU5) at the high risk region.
Unfortunately, there are some refusals of being immunized which make the target on mwsles immunization coverage at Puskesmas Cimandala is cannot be reached Therefore, factors related to reiiisal on measles immunization are interested to study, especially to those that occur during the crash program on measles in 2007. The aim of the study is to find out factors related to the retiisal on measles immunization on the measles? crash program at the UPF Puskesmas Cimandala of Sukaraja sub-district at the District of Bogor.
The design of the study is an unpaired case-control study, with lrl comparable case-control. Sample is children under-tive (CU5) aged 13 to 59 mom's who registered for the crash program of measles immunization at the immunization post. The size of sample is 400 that comprises as 200 sample of case and 200 sample of control. The case is CU5 who are not immunized and the parent is refused to sign the informed consent, while the control is CU5 who have immunized and the parent is agree to sign the informed consent. Both case and control are taken from the same immunization post, and control is chosen randomly. Analysis is in the fomt of univariate, bivariate, and multivariate.
Based on the result of the study, factors related to the refusal of measles immunization are: child health condition assessment (OR: l5.560, 95% CI: 8.841 - 27388); status of measles immunization (OR: 3.732, 95% CI: 2.122 - 6564), and support from community leader (OR: 3.2I3, 95% Cl: 1.763 - 5.853). The study suggested that puskesmas Cimandala should give another chance for measles immunization towards those CU5 who have not been immunized in the crash program, addressing IEC about measles immunization towards community, harmless measles? vaccine, the child condition for being able and unable to immunize, the side effect of measles immunization and KIPI (?), prioritized in giving IBC to those parent whose CU5 is have not immunized, provide another chance of measles immunization for those CU5 that have not been immunized, and increase the approaching towards local community leaders. Suggestion towards the District Health Authority of Bogor that there is a need for new strategy for the next measles Crash Program that in order to reach the target without doing the sweeping and do advocating to the policy's decision makers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34477
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iswandi
"Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang dapat di cegah dengan imunisasi dan masih masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini umumnya menyerang anak umur di bawah lima tahun (Balita) yang di sebabkan oleh virus morbili.
Di Kabupaten PelaIawan Proponsi Riau meskipun keberhasilan cakupan imunisasi campak telah mencapai lebih dari 100 %, sedangkan cakupan Puskesmas Ukui 104,9 %. Namun demikian berdasarkan laporan Puskesmas Ukui pada minggu ke IV bulan April tahun 2002 dilaporkan telah terjadi kasus campak di perkebunan kelapa sawit P.T. Musim Mas Kecamatan Pangkalan Lesung dengan 111 kasus di antaranya 8 orang meninggal (CFR =7,2 % ). Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian campak pada anak usia 9 -- 59 bulan di P.T. Musim Mas Kabupaten PelaIawan tahun 2002. Untuk itu digunakan pendekatan desain kasus kontrol ( Case Control Study).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap kejadian campak pada anak usia (9-59 bin) adalah ventilasi rumah (OR= 44,62), pengetahuan ibu ( OR-6,03 ), status imunisasi campak ( OR=4,77), vitamin A (OR=2,53), interaksi status imunisasi campak dengan ventilasi (00 ,15) dan interaksi pengetahuan ibu dengan ventilasi (OR=1,09).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa anak yang di imunisasi, mempunyai ibu yang berpengetahuan baik tentang penyakit campak dan mendapat Vitamin A dua kali dalam setahun serta tinggal pada rumah dengan ventilasi yang baik dapat mengurangi angka kejadian (insidence rate) campak.
Dari hasil penelitian ini menyarankan untuk meningkatkan cakupan imunisasi, penyuluhan, pemberian Vitamin A dan perbaikan ventilasi rumah tinggal untuk menurunkan angka kejadian campak pada balita.
Daftar Perpustakaan : 44 ( 1982 - 2001).

Factors Related to Measles Incidence to the 5-59 Months of Age Babies at Coconut Industry of F.T. Musim Mas in Pangkalan Lesung Sub District of Pelalawan Regency In 2002Measles is one of the infecting disease that could de prevented by immunization and it is still becoming a health problem in Indonesia. This disease generally attacks the 5 years old baby by its morbili virus.
In Pelalawan regency of the province of Riau, although successful coverage of measles immunization has reached 100%, but the coverage in public health clinic in Ukui sub district is 104,9%. Based on the report of Ukui clinic in the fourth week of April 2002, the incidents of measles that have occurred in coconut industry of RT. Musim Mas of Pelalawan Lesung sub district were 111 cases, where 8 of them died (CFR=7,2%). This research aimed to find out the factors related to the measles incidence to the 9-59 months babies at Pelalawan regency in P.T. Musim Mas in 2002. The approach used was Case Control Study.
The result of the research showed that the key factors influenced measles incidents to the babies (9-59 months) was house ventilation (OR=41,62), mothers' knowledge (OR=6,03), measles immunization status (OR=4,77), Vitamin A (OR--2,53), the interaction of measles immunization status and ventilation (OR 0,15), and the interaction of mother's knowledge and ventilation (OR 1,09).
The research concluded that babies immunization, mothers with good understanding about measles, and giving Vitamin A twice a year and also living in good ventilation house might reduce measles incidence.
The result of the study suggested to increase the immunization coverage, provide illumination, give Vitamin A, and uses house's ventilation in order to decrease the number of measles incidence rate to babies.
Bibliography : 40 (1982-2001).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13026
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Ginanjar
"Di Indonesia, program imunisasi merupakan salah satu program prioritas oleh karena 30% dari. Angka Kematian Bayi (AKB) disebabkan oleh PD3I atau Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi.
Angka Insiden campak di Kabupaten Lebak dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 terus meningkat dimana pada tahun 2003 sebesar 6,38/10.000, tahun 2004 sebanyak 6,41110,000 dan tahun 2005 mencapai 17,96110.000 dan disamping itu frekuensi kejadian luar biasa (KLB) campak dalam 3 (tiga) tahun terakhir juga meningkat yaitu tahun 2003 sebanyak 3 (tiga) kali, tahun 2004 sebanyak 8 (delapan) kali dan pada tahun 2005 sebanyak 9 (sembilan) kafi.
Dari hasil pemantauan dan bimbingan teknis pads tahun 2004 yang dilakukan terhadap seluruh puskesmas mengenai checklist rantai vaksin diperoleh bahwa 23 puskesmas dari 35 puskesmas (66%) yang telah memenuhi standar dalam menangani vaksin di puskesmas, hal ini menunjukkan bahwa penanganan vaksin di puskesmas masih menjadi masalah yang dapat memberikan dampak menurunnya potensi vaksin.
Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan petugas imunisasi terhadap prosedur tetap (protap) penanganan vaksin campak. Metode penelitian dengan desain studi cross sectional. Populasi meliputi seluruh petugas imunisasi puskesmas se Kabupaten Lebak yang berjumlah 443 orarg. Sampling dalam penelitian ini adalah sebanyak 105 orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara melalui kuesioner untuk variabeI independen dan untuk variabel dependen berupa observasi dengan menggunakan checklist. Variabel dependen adalah kepatuhan petugas imunisasi dalam penanganan vaksin campak di puskesmas. Sedangkan variabel independen adalah variabel-variabel individu (umur, pendidikan, pelatihan, lama kerja dan pengetahuan), variabel-variabel psikologis (motivasi dan sikap) dan variabel-variabel organisasi (kepemimpinan, imbalan, supervisi dan sarana).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian kecil responden yaitu sebanyak 38 prang (36,2%) yang patuh terhadap protap penanganan vaksin campak. Dari I 1 variabel yang dianalisis secara bivariat, hanya ada 4 (empat) variabel yang terbukti bermakna secara statistik yaitu variabel sikap, imbalan, pengetahuan, dan motivasi. Sedangkan pada analisis multivariat didapatkan 7 (tujuh) variabel independen yang diduga berhubungan dengan kepatuhan responden terhadap protap penanganan vaksin campak sedangkan variabel yang signifikan berhubungan dengan kepatuhan sebanyak 3 (tiga) variabel yaitu variabel sikap, pengetahuan, dan lama kerja. Adapun variabel yang paling dominan berhubungan adalah variabel pengetahuan.
Dengan basil penelitian ini diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dapat menyusun langkah yang akan diambil untuk meningkatkan kepatuhan petugas imunisasi dalam menerapkan protap penanganan vaksin campak melalui pembinaan teknis yang berkesinambungan dan berjenjang, memberikan penghargaan pada puskesmas dan petugas yang patuh. Pimpinan puskesmas diharapkan memperhatikan hal-hal yang dapat meningkatkan kepatuhan petugas imunisasi misalnya dengan melakukan penyeliaan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas melalui pelatihan baik di tingkat kabupaten maupun propinsi.

Immunization program is one of the priority programs in Indonesia because 30% of baby mortality rate is caused by illness which can be prevented by an immunization.
Measles incident rate increased at sub-province of Lebak from 2003 to 2005 wherc it reached 6,38/10000 in 2003, 6,41110000 in 2004 and 17,96110000 in 2005 and extraordinary occurrence frequency of measles in the last three years increased too. It increased three times in 2003, eight times in 2004 and nine times in 2005,
From monitoring result and technical guide which wee conducted to all of primary health cares concerning a vaccine enchain checklist found that 23 from 35 primary health cares (66%) which have fulfilled standard in handling a vaccine in primary health care, this case indicated that handling a vaccine in primary health care was still become a problem which able to give a degradation impact of vaccine potency,
This research purpose is to find information concerning factors related to compliance of immunization officer toward standard operating procedure of measles vaccine immunization. It used a Cross Sectional Design, 443 population including all immunization officer (primary health care) sub-province of Lebak and 105 samples.
Data collected with interview through questionnaire for independent and dependent variable in the form of observation by using checklist. Dependent variable is compliance of immunization officer in handling of measles vaccine at primary health care. While independent variable is individual variable (age, education, training, job period and knowledge), psychological variable (motivation and attitude) and organizational variable (leadership, reward, supervision and facility).
Research result indicated that some of immunization officers that were 38 people (36,2%) who were compliance toward standard operating procedure of measles vaccine immunization. From 11 analyzed variables with bivariate analysis, there were only 4 significant variables statistically that were attitude, reward, knowledge and motivation variable, While multivariate analysis got that from 7 independent variables which anticipated relate to respondent compliance toward standard operating procedure of measles vaccine immunization, in fact they were only 3 variables which related significantly to compliance that were attitude, knowledge and job period. The most dominant correlated variable was knowledge variable.
From this research result is expected to Public Health Service, Sub-Province of Lebak can plan a step which will be taken to improve compliance of immunization officer in applying a standard operating procedure of measles vaccine immunization by a continual technique construction and ladder, giving appreciation to primary health care and compliance officer. It is also expected to primary health care to pay attention things able to improve a compliance of officer immunization, for example improvement of officer knowledge and skill by training at sub-province and province level.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T18997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Yulianti
"Campak merupakan pcnyakit yang sanngat menular dan sebagai penyebab utama kcmatian anak di negara berkumbang termasuk Indonesia. Imunisasi campak di Indonesia telah berhasil dilaksanakan dengan baik. Namun kenyataannya masih
banyak ditemukan kasus campak dibeberapa daerah. Salah satu fhklor yang diduga menjadi penycbabnya adalah daya guna vaksin yang tidak maksimal dikarenakan sistcm rantai vaksin yang sangat nncncnwkan untuk pcngamanan mulu valcsin tidak
berfungsi clengall baik atau para pemgns inumisasi tidak melakukan pcnanganan vzlksin sesuai dengan yang tclah dilentukan. Bcrdasarkan atas kcnyataan ini, dilakukan penelilian mengcnai faktor-faktor yang berhubungan dcngan kepaluhan petugas imunisasi tcrhadap Standar Proscdur Operasional imunisasi dalam penanganan vaksin campak di Kabupaten Kebumen pada tahun 2009, yang terdiri
atas bcbcrapa variabel, antara lain: pendidikan, pelatihan, Jama kerja, pengelahuan, sikap, motivasi, imbalan, persepsi kepcmimpinan, supervisi dan sarana. Penclilian
menggunakan pcndekatan kuantitatiii dilakukan secara cross sectional dcngan sampel seluruh total pnpulasi sebanynk 69 responden, scrta menggunakan data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara. I-lasil peneliiian
mcnunjukkan responden yang memiliki kepatuhan adalah sebanyak 42 responden (6O,9%). Selanjutnya variabel indcpenden yang mcmiliki hubungan yang bermakna sccara statistik dcngan kepatuhan petugas, antara Iain: pendidikan, pengetahuan,
imbalan dan sarana. Adapnn faktor yang paling dominan bcrhungan dcngan kepaluhan petugas adalah pcngelahuan dan sarana. l`|`lilSiI`|g'l1`|flSil'1g didapntkan nilai
OR scbcsar 5,|95 dan 5,2872

Measles is one of infectious disease which is primary cause of death among
children in developing countries, including Indonesia. Measles immunization
program in Indonesia has been done well enough, but there are still many cases of
measles found in several areas. One of suspected factors is vaeci|1e’s efficiency is not
optimum caused by the chain system of vaccine which is important aspect in
vaccine’s quality was not well functioned or vaccine ofdcer did not administered
vaccine as procedures. Based on this facts, this study objective is to lind out factors
which related to vaccine ofticer’s obedient to standard operating procedure of
immunization on administrating measles vaccine in District of Kebumen year of
2009. Variables of this study are education, training, work duration, knowledge,
attitude, motivation, fee, leadership perception, supervision and facility. This study is
quantitative approach using the cross sectional method with from total population
which are 69 respondents also taken primary data by observation and interview. The
result of this study shows that 42 respondents (60,9%) have obedience. The
independent variables which have statisticaliy signilicant related to ofiicer’s obedient
are education, knowledge, fee and facility. 'I`he dominant factors which related to
officers obedient are knowledge and facility, with OR are 5,l95 and 5,287
respectively.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T34373
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Padri H.
"Campak adalah penyakit infeksi virus yang merupakan penyebab utama kematian pada anak di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Kabupaten Serang sebagai salah satu wilayah bagian /kota di Indonesia yang memiliki masalah kesehatan yang serius terhadap campak dimana peningkatan imunisasi mencapai lebih dari 90% tahun 1998.
Oleh karena itu, studi ini dianjurkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit campak. Studi dibuat berdasarkan studi kasus kontrol dimana anak umur 15-59 bulan dengan gejala klinis campak (demam dan bercak merah) yang didiagnosa oleh bidan puskesmas sebagai kasus dan anak tanpa gejala klinis campak sebagai kontrol. Data dikumpulkan oleh bidan melalui kuesioner.
Studi menemukan bahwa faktor utama yang berhubungan dengan campak adalah umur ibu (OR 2, 74 95% CI: 1, 28-5, 89) dan pengetahuan ibu (OR 2, 01 95% CI: 1, 17-3, 44).
Studi ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu melalui penyuluhan di Posyandu oleh bidan atau kader desa.

Measles is a viral infectious disease that a main cause of morbidity and mortality in younger children in developing countries such as Indonesia. Serang as one of districts in Indonesia has a serious public health problem with measles in spite of increasing coverage immunization reached more than 90% in 1998.
Therefore, this study is aimed to determine the factors related to measles diseases. The study design was case control study where the children age 15-59 months with clinical symptoms of measles (fever and rash) that diagnosed by midwives of Puskesmas selected as the cases and the children with out clinical symptoms of measles selected as the control. Data were collected by the midwives using questioners.
This study found that factors were significant related to measles are the age of mother (OR 2, 74 95% CI: 1, 28-5, 89) and mothers knowledge (OR 2, 01 95% CI: 1, 17-3, 44).
The study recommends increasing the knowledge of the mothers through health promotion in Posyandu by conducting mother classes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nunung Joeniartin
"Hasil laporan Sub Direktorat Imunisasi Depkes RI bersama WHO tentang studi pengukuran keamanan penyuntikan di empat porpinsi di Indonesia (1999) menunjukkan bahwa 37,5% syringe tidak steril, 22,5% bagian jarum tidak steril ketika akan digunakan dan 28,5% bagian jarum dan syringe yang steril tersentuh waktu pemakaian. Di samping itu Laporan Tahunan Imunisasi 1998/1999 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil survei Badan Litbangkes Depkes RI menunjukkan bahwa 40-50% praktek imunisasi tidak aman termasuk pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Hal ini menyangkut kepatuhan petugas pelaksana pelayanan imunisasi.
Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang tingkat kepatuhan petugas terhadap pedoman pelaksanaan pelayanan imunisasi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan petugas tersebut di puskesmas Kota Pontianak Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2000.
Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan potong lintang (cross sectional). Pengamatan dilakukan di 20 Puskesmas di Kota Pontianak sebanyak 100 orang petugas pelaksana pelayanan imunisasi di Puskesmas atau di Posyandu. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan daftar tilik untuk pengamatan kepatuhan petugas, setiap petugas diamati sebanyak tiga kali. Setelah selesai pengamatan dilakukan wawancara tentang hal yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan petugas.
Hasil analisis univariat kepatuhan petugas terhadap pedoman pelaksanaan pelayanan imunisasi nilai total menunjukkan yang patuh sebesar 53,0 %. Pengamatan kepatuhan dilakukan pada tiga komponen kegiatan yang hasilnya menunjukkan bahwa petugas yang patuh terhadap proses pencatatan 81,0%, proses penyuntikan 79,0%, tetapi yang patuh pada proses penyuluhan 8,0%. Petugas dengan tingkat pengetahuan baik lebih sedikit dari yang tingkat pengetahuannya kurang, sebagian besar berpengetahuan baik tentang jadwal imunisasi, sebaliknya sebagian besar berpengatuhan kurang tentang cara imunisasi.
Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kepatuhan petugas terhadap pedoman pelaksanaan pelayanan imunisasi. Petugas yang berpengetahuan baik yang patuh sebanyak 68,1% dan yang pengetahuan kurang yang patuh 39,6%. Variabel pengetahuan menunjukkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan petugas terhadap pedoman pelaksanaan pelayanan imunisasi. Saran, perlu adanya upaya peningkatan kepatuhan petugas dengan peningkatan pengetahuan tentang pelaksanaan pelayanan imunisasi melalui pelatihan, pertemuan maupun supervisi.

Report of Immunization Sub Directorate of the Ministry of Health Republic of Indonesia in a joint project with WHO (World Health Organization) concerning study on measurement of injection safety in four provinces in Indonesia (1999) shows that 37.5% of syringe were not sterile, 22.5% of the needles to use were not sterile and 28.5 % of sterile needles and syringe were touched during their use. In addition, the Immunization Annual Report 1998/1999, based on a survey conducted by National Institute of Health Research and Development of the Ministry of Health Republic of Indonesia, reveals that 4U°/o-50% of the immunization practice were not safe, including the implementation of Bulan lmunisasi Anak Sekolah (BIAS) or School Immunization Program. This finding correlates with the staff compliance in delivering immunization service.
This study was aimed at gathering information regarding level of staff compliance to the implementation guidelines of immunization service and factors that correlate with such staff compliance at all Puskesmas (community health centers) in Pontianak City, West Kalimantan Province, Year 2000.
The study design employed a qualitative approach with a cross sectional method. Observation was conducted at 20 Puskesmas in Pontianak City over 100 operatives or staffs of immunization service at Puskesmas or Posyandu (Integrated-Service Shelter). Data collection was conducted by using checklist to observe the staffs? compliance. Each staff was observed for three times. Following the observation, interviews were set to dig information on factors that correlate with the staffs? compliance to the guidelines.
Result of univariat analysis of the staffs compliance to the guideline shows that 53.0% of the staffs compliance to the guidelines. The observation over the staffs compliance was focused on three components of activities, The results describes that 81.0% of the staffs compliance to recording process, 79.0% of the staffs compliance to injection procedures, and only 8.0% of them compliance to the program dissemination session. The number of knowledgeable staff was far littler that the opposite staff, a lot of the staffs acknowledged the immunization schedule, while most of them were less informed about appropriate immunization procedures.
The bivarians analysis result shows that there is a significant correlation between knowledge level of the staffs and their compliance to the implementation guidelines of the immunization service. 68.1% of the knowledgeable staff's compliance to the guidelines while 39.6% of the less knowledgeable staff-'s compliance to the guidelines. Knowledge variable proved to be the most dominant factor that correlated with the staffs compliance to the implementation guidelines of immunization service. As recommendations, there should be improvement of the staffs? compliance to the guidelines by increasing their knowledge of the guidelines through regular training, meetings or supervisions.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T3338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>