Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140945 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gian Sugianto
"ABSTRAK
Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram Kabupatan Batu Bara merupakan
wilayah endemis malaria dan masuk urutan tiga besar. Letak geografis wilayah
puskesmas berada di wilayah pantai dari segi lingkungan rumah mempunyai
kondisi yang berisiko sebagai jalan masuknya nyamuk anopheles antara lain
kondisi dinding yang tidak rapat, tidak terapasangnya kawat kasa pada ventilasi
dan tidak adanya plafon. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara
lingkungan rumah dengan kejadian malaria di wilayah Kerja Puskesmas Tanjung
Tiram Kabupaten Batu Bara tahun 2011. Penelitian ini menggunakan desain kasus
kontrol. Kasus dan kontrol adalah subjek yang berkunjung ke puskesmas yang
ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis. Kasus adalah penderita
berusia lima tahun keatas dengan gejala klinis malaria disertai dengan hasil
pemeriksaan sediaan darah menunjukan positif mengandung plasmodium. Kontrol
adalah pengunjung puskesmas berusia lima tahun ke atas dengan gejala demam
tetapi hasil pemeriksaan sediaan darah menunjukan negatif malaria. Variabel
lingkungan rumah yang diobservasi meliputi kondisi dinding rumah, keberadaan
kawat kasa ventilasi dan keberadaan plafon. Variabel kovariat terdiri dari
kebiasaan menggunakan kelambu, kebiasaan keluar malam, keberadaan tempat
perkembangbiakan nyamuk, keberadaan semak. Analisis stratifikasi menunjukan
ada modifikasi efek antara variabel lingkungan rumah dengan tiga variabel
kovariat; kebiasaan keluar malam, keberadaan tempat perkembangbiakan nyamuk,
keberadaan semak, dari empat variabel kovariat tidak ditemukan adanya
confounder. Nilai OR hubungan lingkungan rumah dengan kejadian malaria 2,22
(95% CI: 1,04 – 4,76), artinya responden dengan lingkungan rumah kurang baik
berisiko 2,22 kali terkena malaria dibandingkan dengan responden dengan
lingkungan rumah baik. Kesimpulan ada hubungan lingkungan rumah dengan
kejadian malaria di wilayah Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara

ABSTRACT
Batu Bara district is a region of malaria endemic due to its geographic in a coastal
area. Also the housing condition such as gap in the wall, ventilation without wire
netting, and homes without ceiling make anopheles as malaria vector to break
through into the house. Reseach objectives to determines relationship between
housing condition and malaria incidence in Puskesmas Tanjung Tiram, Batu Bara
District in 2011. This study uses a case-control design. The case were people over
5 years with clinical symptoms of malaria and the blood examination showed
positif plasmodium results. The controls were people over 5 years who visited
Puskesmas with fever symptom but blood examination showed negative ones.
Housing condition variables that observed include the walls condition, the
presence of wire netting ventilation and ceiling. Covariate variable studied include
the habit of using bed nets, night outs habit, mosquitos breeding sites and the
shrubs. Stratification analysis showed effect modification between housing
condition variables with three covariates variables; night outs habit, the presence
of mosquito breeding sites, the presence of shrubs, of four variables covariates did
not find any confounder. OR value relationship of housing condition with malaria
incidence is 2,22 (95% CI: 1,04 – 4,76), means respondent with poorly housing
condition has 2,22 times more chance to suffer malaria than respondent with the
good ones. Conclusion there is a relationship the housing condition and the
incidence of malaria in Puskesmas Tanjung Tiram, Batu Bara District in 2011."
2011
S-FDF
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Wahyuni
"Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu bayi, anak balita, dan ibu hamil. Selain itu, malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Pada tahun 2010 di Indonesia terdapat 65% kabupaten endemis dimana sekitar 45% penduduk di kabupaten tersebut berisiko tertular malaria. Pada tahun 2020 terdapat 515 kasus malaria di Kabupaten Batu Bara, dan pada tahun 2021 meningkat menjadi 952 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian malaria di Kabupaten Batu Bara. Penelitian ini menggunakan desain kasus-kontrol dimana seluruh responden berusia 12 tahun ke atasdimana kasus adalah pasien yang berkunjung ke puskesmas dengan gejala demam dengan hasil pemeriksaan positif dan kontrol adalah mereka yang memiliki gejala demam dengan hasil pemeriksaan negatif malaria. Dari hasil analisis multivariat dengan melibatkan semua faktor risiko secara bersamaan, terlihat variabel yang mempengaruhi kejadian malaria secara signifikan adalah faktor usia dan keberadaan kandang ternak. Berdasarkan kategori usia, maka terlihat responden berusia 12-17 tahun terukur memiliki risiko tertular malaria tertinggi (AOR= 3,85; 1,40 – 10,59) dibandingkan kelompok usia 18- 40 tahun (AOR= 1,79; 0,70 – 4,58). Responden yang menyatakan terdapat kandang ternak besar di sekitar tempat tinggal lebih berisiko 3 kali tertular malaria dibandingkan dengan responden yang tidak berdekatan dengan kandang ternak.

Malaria is still one of the leading public-health problems that can cause death primarily in high-risk groups, namely, infants, toddlers, and expectant mothers. In addition, malaria directly causes anemia and can lower labor productivity. In 2010, in Indonesia, 65% of endemic districts were at risk of contracting malaria. By 2020 there are 515 cases of malaria in Batu Bara, and by 2021 rising to 952. The purpose of this study is to know the risk factors in the incidence of malaria in the Batu Bara. It uses a case-control design. The responders are 12 years of age and above where the cases are those who visit the health center with fever symptoms and positive malaria and controls are those with symptoms of a fever with a malaria negative. From multivariat analysis involving all risk factors simultaneously, there is a significant variable affecting the incidence of malaria that is both the age and the existence of a cattle cage. According to the age category, it shows 12-17 year old respondents with the highest risk of contracting malaria (AOR = 3.85; 1.40-10.59) by those ages 18-40 (AOR= 1.79; 070- 4.58). Those who claim that there is a corral in the neighborhood, having a three times greater risk of contracting malaria than those who not."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Aisyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemakaian kelambu berinsektisida dengan kejadian malaria pada anak usia 0-4 tahun diwilayah Puskesmas Galang Kecamatan Galang Kota Batam tahun 2013. Desain penelitian adalah cross-sectional pada 132 responden. Hasil penelitian membuktikan bahwapada tingkat signifikansi 5% terdapat hubungan bermakna antara jenis kelambu (OR=4,6), lama pemakaian kelambu (OR=2,9), cara pencucian kelambu (OR=3,6), cara menjemur kelambu (OR=2,8), dan pencelupan ulang kelambu (OR=3,6) memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria. Begitu juga pendidikan (OR=2,9), pekerjaan (OR=2,8), dan lama bermukim (OR=3,1) memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria. Analisis regresi logistik menemukan bahwa odds ratio tertinggi dan terendah berturut- turut adalah jenis kelambu yang tidak berinsektisida, lama bermukim ≤ 2 tahun dan cara mencuci dengan dikucek, disikat dan direndam.

This research aimed to know the relation of the use of Insecticide Treated Nets (ITNs) with incidence of malaria in children aged 0-4 years in Primary Helath Care Galang Galang Sub District Batam City 2013. Design research was a crosssectional in 132 respondents. The research has proves that there were meaningful relationship between types of nets (OR = 4.6), while the use of Insecticide Treated Nets (OR = 2.9), the way in washing nets (OR = 3.6), job (OR = 2.8), and retreated insecticide (OR = 3.6) have a meaningful relationship with incidence of malaria. So are education (OR = 2.9), employment (OR = 2.8), and leugth of stay (OR = 3.1) had a significant association with the incidence of malaria. Logistic regression analysis found that the odds ratio is the highest and the lowest row is not the type of insecticide-treated bed nets, long settled ≤ 2 years and by washing with dikucek, brushed and soaked."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurasni
"Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten yang endemis tinggi di Provinsi Lampung. Puskesmas Hanura merupakan wilayah dengan endemisitas yang tinggi dimana API 43,9?. Tujuan penelitian Mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di desa Lempasing puskesmas Hanura. Desain penelitian cross sectional dengan data primer, jumlah sampel 211, dilakukan uji chi-square. Data tentang sosio-demografi, pengetahuan, sikap, perilaku, dan lingkungan dikumpulkan dengan wawancara dan observasi melalui pengisian kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian malaria adalah pendidikan (OR=2,135; 95%CI: 1,168-3,902), dan penggunaan kelambu (OR=1,594: 95%CI: 1,067-2,383). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dan penggunaan kelambu dengan kejadian malaria.

Malaria one of communicable disease still remains public health problem in Indonesia even in the world. Pesawaran District is one high malaria endemic district in Lampung Province. Hanura Health Centre is a high malaria endemic area which its API 43,9?. This study aims to analyze Factors associated with the occurence of malaria in Hanura Health Centre. The design study is cross sectional study, using primary data, the overall samples are 211, chi-square test was done. Data of Socio-demografy, knowledge, attitude, and behavior collected through interview and observation using questionaires. The results showed that two were three variables significantly associated with malaria incidence; education (OR=2,135; 95%CI: 1,168-3,902), and using of bednets (OR=1,594: 95%CI: 1,067-2,383). Concluded that significantly assosiated between education and using bednets."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwandi Subki
"Malaria merupakan salah satu masalah paling serius yang dihadapi oleh negara-negara berkembang. Diperkirakan 1,2 milyar masyarakat Asia Tenggara bermukim di "Area Malaria". Pada tahun 1995, kasus malaria di wilayah tersebut diperkirakan 21,9 juta kasus dan harnpir 32.000 kasus kematian. Di Indonesia 70 juta (35 %) penduduk tinggal di daerah malaria (desa), setiap tahun 3,5 juta penderita, 200.000 SD Positif dan 108 jiwa kematian (0,05 %). Di Sumatera Selatan Parasite Rate (PR) tahun 1998/1999 antara 0,97 % - 3,53 %, Slide Positive Rate pada tahun 1995 menjadi 43,43 %. Angka Annual Malaria Insidence (AMI) di Kabupaten Belitung pada tahun 1998 menjadi 89 %o. Pada tahun 1998 AMI di Puskesmas Membalong 246,7 %o, di Puskesmas Gantung 128,9 %o dan di Puskesmas Manggar 125,09 %o dengan SPR (Slide Possitive Rate) 4 %.
Tingginya angka kesakitan malaria di ketiga wilayah kerja puskesmas tersebut bisa menghambat kegiatan pembangunan sosial ekonomi masyarakat. Keberhasilan penanggulangan malaria tidak hanya tergantung pada parasit, vektor dan lingkungan tetapi juga tergantung pada faktor manusianya terutama perilaku pencegahan. Oleh karena itu dilakukan penelitian pengaruh faktor perilaku dan pengaruh faktor lingkungan terhadap kejadian malaria.
Jenis Penelitian adalah studi observasional dengan disain kasus kontrol dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh faktor perilaku seperti : pemakaian kelambu, cara berpakaian keluar rumah malam hari, pemasangan kawat kasa nyamuk, memakai obat anti nyamuk/repellant dan pembersihan sarang nyamuk sedangkan faktor lingkungan adalah tempat perindukan nyamuk , ternak besar, lama bermukim, perubahan Iingkungan, pekerjaan, pendidikan dan status sosial ekonomi yang berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmasn Membalong, Puskesmas Gantung dan Puskesmas Manggar Kabupaten Belitung Provinsi Sumatera Selatan.
Ada pengaruh pemakaian kawat kasa terhadap kejadian malaria (p = 0,002). Ada pengaruh pemakaian obat anti nyamuk terhadap kejadian malaria (p = 0,001). Ada pengaruh memelihara ternak besar terhadap kejadian malaria (p = 0,0363). Ada pengaruh pembukaan lahan baru terhadap kejadian malaria (p = 0,0000). Ada pengaruh pekerjaan terhadap kejadian malaria (p = 0,007). Ada pengaruh pemakaian kelambu terhadap kejadian malaria (p = 0,0103).
Analisa statistik dampak potensial digunakan untuk mengetahui berapa besar pengaruh (kontribusi) masing-masing variabel dalam kaitannya dengan menurunkan kejadian malaria apabila dilakukan intervensi. Dengan mengetahui kontribusi masingmasing faktor maka dapat ditentukan skala prioritas dalam upaya pemberantasan malaria. Dari perhitungan dampak potensial maka faktor yang paling berpengaruh berdasarkan kontribusinya secara berurutan adalah pemakaian kelambu (90 %), pemakaian kawat kasa (63 %), pembukaan lahan baru (37 %), ternak besar (36 %), pekerjaan (33 %) dan obat anti nyamuk (21 %).
Dari hasil penelitian ini disarankan 1) Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit malaria sehingga masyarakat dapat berperilaku ideal berkaitan dengan pencegahan malaria (ideal behaviour). Seperti memakai kelambu kalau tidur terutama malam hart, memasang kawat kasa di rumah , memakai ()bat anti nyamuk dan seterusnya. 2) Meningkatkan kegiatan Gebrak Malaria Kabupaten Belitung. 3) Melaksanakan penelitian (Operasional Research) untuk mendapatkan model pemberantasan penyakit malaria yang cocok dengan situasi dan kondisi masyarakat di Kabupaten Belitung Provinsi Sumatera Selatan

Malaria is one of the most serious problems encountered by the developing countries. It is estimated that 1.2 billions of people in the South East Asia reside at the "Malaria Areas". In 1995, malaria cases in the areas is estimated to be 21.9 million cases and almost 32,000 cases ended up with death. In Indonesia, 70 millions of people (35%) live in the malaria vulnerable areas (villages) and there is 3.5 millions of people suffer from malaria annually and 200,000 positive SD and 108 people loss their lives caused by this disease (0.05%). In South Sumatra, Parasite Rate (PR) in the year of 1998/1999 ranges from 0.97% to 3.53 %, Slide Positive Rate in 1995 reached 43.43%. The Annual Malaria Incidence (AMI) in Belitung Regency in 1998 becomes 89 In 1998, AMI at the Membalong Public Health Center reached 246.7 °I°°, Gantung 128 °I°07 Manggar 125,09 with SPR (Slide Positive Rate) of 4%.
High Malaria Incidence at said three areas can hinder the social and economic development of the community. The success of the overcoming of the malaria problem does not only depend on the parasite, vector and environment, but also on the human factor, especially the preventive behaviors.
This research is observational in nature applying the case control design with the objective to identify the effect of the behavior factors such as the use of mosquito net, dressing manner during the night, mosquito wire net, mosquito repellants and mosquito hide clearance. While the environmental factors include mosquito production location, cattle, length of living, environmental changes, education and socio-economic status which relate to the malaria incidence at the working area of Membalong, Gantung and Manggar Public Health Centers in the Belitung Regency, South Sumatra Province.
It is identified that there is an effect of using the mosquito wire net to the malaria incidence (p = 0,0002). There is an effect of using the mosquito coil/mosquito repellents to the malaria incidence (p = 0,001). There is an effect of raising big cattle to the malaria incidence (p = 0,0363). There is an effect of opening new land to the malaria incidence (p = 0,0000). There is an effect of occupation to the malaria incidence (p = 0,007). There is an effect of using the mosquito net to the malaria incidence (p = 0,0103).
It is used the statistical analysis on the potential impacts to identify how much the effect (contribution) of each variable in relation to the decreased malaria incidence in case of any intervention. By identifying the contribution of each factor, it can be determined the priority scale in the efforts to prevent malaria incidence. On the basis of the calculation on the potential impact, the most significant factors based on its contribution are consecutively the use of the mosquito net (90%), the use of the mosquito wire net (63%), new land opening (37%), big cattle (36%), occupation (33%) and mosquito repellent (21%).
On the basis of the result of the research, it is recommended to (1) provide a health consultation regarding the malaria so that the public community are able to have the ideal behavior in relation to the malaria prevention such as using the mosquito net when sleeping at night, installing the mosquito wire net, using the mosquito repellent and so forth; (2) improve the Anti-Malaria Movement Activity at Belitung Regency; (3) carry out a research (operational research) to get a appropriate model of the malaria prevention activities in accordance to the situation and the condition of the community at Belitung Regency, South Sumatra Province."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inraini F. Syah
"Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Girian Weru Kecamatan Girian Kota Bitung Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Karakteristik Individu, Perilaku, dan Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Girian Weru Kecamatan Girian Kota Bitung Sulawesi Utara. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain kasus kontrol. Populasi dalam penelitian ini seluruh masyarakat yang bermukim di wilayah kerja Puskesmas Girian Weru Kecamatan Girian Kota Bitung Sulawesi Utara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara lama tinggal (0,41 ;0,19-0,90), perilaku mencegah malaria (14,84; 5,43-40,56), kebiasaan keluar rumah malam hari (70,34; 25,68-192,63), kondisi geografis (12,52; 2,94-53,33), tempat perindukan nyamuk (5,68; 2,73-11,80), dan sumber penularan.

Malaria remains a public health problem in the region of Sub Health Center Girian Weru Girian Bitung city of North Sulawesi. This study aims to determine the characteristics of individual relationships, Behavior, and Environment in Malaria incidence in the Work Area Health Center District Weru Girian Girian Bitung City of North Sulawesi. The study was a quantitative study with case-control design. The population in this study all the people who live in the region of Sub Health Center Girian Weru Girian Bitung city of North Sulawesi.
These results indicate that there was a significant association between length of stay (0.41, from 0.19 to 0.90), behaviors preventing malaria (14.84; 5.43 to 40.56), a habit out at night (70 , 34; 25.68 to 192.63), geography (12.52; 2.94 to 53.33), where the mosquito brood (5.68: 2.73 to 11.80), and source of infection.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sihite, Devi Suryanti
"ABSTRAK
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil. Selain itu, malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Penduduk yang beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari penduduk dunia. Setiap tahun jumlah kasus malaria berjumlah 300-500 juta dan mengakibatkan 1,5 sampai dengan 2,7 juta kematian. Kematian tersebut sebagian besar terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, terutama di daerah endemis malaria seperti di Afrika Sub Sahara dan Asia. Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu daerah endemis malaria di Sumatera Utara. Dari 20 kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, salah satu kecamatan yang endemis adalah Kecamatan Pandan. Pada Januari-Agustus 2010 ditemukan gejala klinis malaria sebanyak 2.267 orang dan 336 kasus positif malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria pada masyarakat di wilayah kerja UPT. Puskesmas Pandan, Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2011. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain coss sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh masyarakat yang bermukim di Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli tengah, Propvinsi Sumatera Utara yang berusia di atas 15 tahun. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan (2,20; 1,11-4,37), pengetahuan (2,77; 1,40-5,50), dan perilaku pencegahan (5,87;2,85-12,09) dengan kejadian malaria pada masyarakat di wilayah kerja UPT. Puskesmas Pandan, Kecamatan Pandan. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah puskesmas tersebut adalah perilaku pencegahan (5,35; 2,55-11,19).

ABSTRACT
Malaria is one of world health problems which could cause death especially to high risk group of infants, children under five, and expectants. Furthermore, it is able to bring about anemia directly and lowers work productivity. Population at risk of malaria amount about 2.3 billion or 41% of world population. Each year case number of malaria are 300 ? 500 million and results 1.5 to 2.7 billion for death. Majority of death happened to children and adults, particularly in endemic area of malaria such as Sub-Saharan Africa and Asia. Middle Tapanuli Regency is one of endemic area of malaria in North Sumatera. Of 20 Sub-districts in this Regency, Pandan is one of endemic area of malaria. On January ? August 2010 found that malaria clinical symptoms as much as 2,267 people and 336 cases of positive of malaria. This study aims to find out factors associated with incident of malaria in community of working area of Pandan Public Health Center, Sub-district of Pandan, Regency of Middle Tapanuli, North Sumatera, year 2011. It is a quantitative research using cross sectional design. Study population on this research are all of community who reside in Pandan Sub-district, Middle Tapanuli Regency, North Sumatera Province age above 15 years. Study results show that there are meaning correlation between education (2.20; 1.11 ? 4.37), knowledge (2.77; 1.40 ? 5.50), and prevention behavior (5.87; 2.85 ? 12.09) with malaria incident in community at working area of UPT Pandan Public Health Center, Pandan Sub-district. The most dominant variable is prevention behavior (535; 2.55 ? 11.9).
"
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyo
"Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara termasuk Indonesia. Angka kesakitan malaria di Indonesia sejak empat tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan penyakit endemis di Propinsi Sulawesi Tengah. Kasus malaria dari tahun ke tahun belum menunjukkan adanya penurunan. Kecamatan Kulawi merupakan salah satu daerah endemis malaria di Kabupaten Donggala.
Berbagai upaya dilakukan untuk menanggulangi malaria antara lain dengan pemberantasan vektor. Pada saat ini telah dikembangkan penggunaan kelambu poles insektisida sebagai suatu Cara dalam penanggulangan vektor malaria, selain berperan sebagai sawar, kelambu poles sekaligus dapat membunuh atau menghalau nyamuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kelambu poles dengan kejadian malaria di Kecamatan Kulawi Kabupaten Donggala Tahun 2001.
Rancangan penelitian adalah kasus kontrol berpadanan. Kasus adalah pengunjung puskesrnas dan talon kontrol yang positif malaria berdasarkan pemeriksaan laboratorium Puskesmas. Sedangkan kontrol adalah tetangga kasus yang berobat Ice puskesmas antara Milan 3uli sampai dengan September 2001 dan negatif malaria berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Jumlah kasus dan kontrol masing-masing sebanyak 120 responden (perbandingan 1:1).
Variabel yang diteliti adalah penggunaan kelambu poles, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, kebiasaan di luar rumah pada malam hari, penggunnaan anti nyamuk, rumah terlindung Ban nyamuk, konstruksi rumah, tempat perindukan, adanya ternak dan bekerja di hutan.
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan kelambu poles mempunyai hubungan yang be ma na dengan kejadian malaria. Responden yang selanna tidur tidak menggunakan kelambu mempunyai risiko terkena malaria 2,91 kali dibandingkan dengan yang selama tidur menggunakan kelambu (p = 0,000, 95% Cl : 1,664;5,136). Sedangkan faktor lain yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah kebiasaan di luar rumah pada malam hari dan rumah terlindung dari nyamuk. Faktor yang mernpengaruhi hubungan antara penggunaan kelambu dengan kejadian malaria adalah rumah terlindung dari nyamuk dan kebiasaan di luar rumah pada malam hari.
Dari hasil penelitian ini dsarankan 1) Meningkatkan penggunaan kelambu poles di daerah endemis yang sulit terjangkau oleh program penyemprotan rumah dan meningkatkan keteraturan pemakaian kelambu poles selama tidur untuk mencegah kontak antara penduduk dengan nyamuk malaria 2) Mengurangi kebiasaan masyarakat berada di luar rumah pada malam hari atau menggunakan penutup tubuh (baju lengan panjang, celana panjang atau sarung) untuk mencegah terjadinya kontak dengan nyamuk 3) Meningkatkan penggunaan kawat kasa baik pada ventilasi maupun jendela rumah dan membiasakan menutup rumah waktu sore hari.

The Association between the Use of Impregnated Bed Nets and Incidence, in Sub-District of Kulawi, Regency of DonggalaMalaria is still an important public health problem in various countries, including Indonesia. Malaria incidence in Indonesia has been increasing since last four years. Up to now, to disease has become endemic in the province of Central Sulawesi Year-by-year, the malaria cases have not decrease yet The sub-district {kecamatan) Kulawi is part of endemic areas in the regency of (kabupaten) Donggala.
Various efforts had been done to control the disease including vector control. A bed nets impregnated with insecticide has currently been developed as means to control the vector. In addition to barrier, this impregnated net might function as killer or remover of mosquito. The aim of this matched case-control study was to know association between the use of impregnated bed-nets and malaria incidence in sub-district Kulawi, regency of Donggala, in year 2001.
A case was defined as a person visiting a community health center (Puskesmas) and positively diagnosed as a malaria patient through Puskesmas laboratory examination. A control was a neighbor of the case who also visited Puskesmas (between July and September 2001) and did not have malaria. The number of cases as well as control was 120 (ratio cases to control 1:1)
Independent variables investigated were use of impregnated bed-nets, ages, gender, education, occupation, knowledge, attitude, the habit of staying outside at night, the use anti mosquito substance, having a protected house (from mosquito), house construction, breeding places, cattle grazing, and working in the forest. Our study result showed that the use of impregnated bed-nets was significantly associated with the incidence of malaria.
Respondents sleeping without the impregnated bed nets were 2,91 times more likely to develop malaria, as compared to tole sleeping with the nets (p x,000, 95% CI : 1,66-5,14). Other factors statistically associated with malaria incidence were the habits oh staying outside at night and having a protected house from mosquito. These two factors confounded the association beetwen the use of the nets and malaria incidence.
Based on our findings, we firstly recomanded to increase the use impregnated bed-nets in endemic areas uncovered by fogging program and improve the regularity of using nets. Secondly, it is suggested to minimize the habit of being outside at night or to use covering clothes (to avoid being bitten by mosquito). Finally, it is recommended to use a wire net for windows ang air ventilation, and to close the doors and windows at night.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8385
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eliyati
"ABSTRAK
Latar Belakang: Provinsi Bengkulu menempati peringkat ke delapan kasus Malaria tertinggi di Indonesia. Dalam empat tahun terakhir (2008-2011) angka kasus Malaria di provinsi Bengkulu terus mengalami peningkatan. Tujuan penelitian untuk mengetahui peran manajemen puskesmas untuk penanggulangan kasus Malaria Metode: Penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Jumlah populasi 174 Puskesmas menggunakan data Rifaskes 2011.
Hasil: Pelatihan sumber daya manusia yaitu pelatihan mikroskopik berhubungan dengan kasus Malaria (p value= 0,032), ketersediaan sarana yaitu ketersediaan obat ACT berhubungan dengan kasus Malaria (p value= 0,026), jumlah penderita yang diobati berhubungan dengan kasus Malaria (p value= 0,001).
Kesimpulan: dari studi ini ditemukan bahwa rendahnya kinerja manajemen puskesmas dalam penanggulangan kasus Malaria disebabkan tenaga pelaksana malaria dan tenaga mikroskopik banyak yang tidak terlatih; ketersediaan obat ACT rendah dan tidak merata; jumlah penderita malaria yang diobati dibawah target.

ABSTRACT
Background: Bengkulu Province is ranked as the highest eighth Malaria cases in Indonesia. In the last four years (2008-2011) the number of Malaria cases in Bengkulu province were continued to increase. The purpose of this study is to determine the role of management of Puskesmas for the Malaria case prevention.
Methods: Quantitative research with cross sectional design. Total population are 174 primary health care centers using Rifaskes data in 2011.
Results: Human resource training such as microscopic training is correlated with Malaria cases (p value = 0.032), facility availability such as the availability of ACT's drug are correlated with malaria cases (p value = 0.026), number of Malaria patients treated are correlated with Malaria cases (p value = 0.001 ).
Conclusion: From this study, it is found that the low performance of health center management in the prevention of Malaria cases are caused by many of Malaria executive employes and the microscopic staff of Malaria are not trained ; availibility of ACT drug is low and uneven, number of Malaria patients who treated are under target."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T38656
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan, 1991
614.532 IND m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>