Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152328 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lestari Indah
"ABSTRAK
Indonesia sejak paruh kedua tahun 1997 dilanda krisis ekonomi yang diawali dengan
apresiasi nilai dollar yang diikuti dengan kebijakan uang ketat yang dijalankan Pemerintah.
Kondisi dan kebijakan Pemerintah ini , secara umum telah memukul hampir seluruh sektor
bisnis.
Sektor properti adalah salah satu sektor yang mengalami tekanan paling berat. ini
terjadi karena perkembangan sektor
properti sangat tergantung pada pasang surutnya
perekonomian makro Suatu negara . Bila ekonomi makro sedang baik maka bisnis properti
akan memberikan keuntungan yang besar, sebaliknya bila kondisi ekonomi makro sedang
surut maka sektor inilah yang terkena dampak paling berat.
Sebelum terjadinya krisis ekonomi, para pengembang melakukan investasi besar-
besaran di bisnis ini dengan menggunakan sumber dana pinjaman dalam jangka pendek baik
dalam nominal rupiah maupun dalam dollar AS.
Pada saat dollar AS terapresiasi, besarnya dana pinjaman luar negeri dalam dollar AS
memberikan tekanan yang sangat berat pada perusahaan, kondisi ini makin diperburuk dengan
melemahnya kinerja pasar properti dan macetnya kredit-kredit properti. Dampak hal ini adalah
para investor di pasar modal sangat hati-hati untuk mengambil keputusan membeli saham
properti. Akibatnya harga saham properti anjiok sangat rendah. Selain itu kebijakan
pengetatan likuiditas telah mengakibatkan kenaikan suku bunga dan mengharuskan sektor
perbankan untuk sangat selektif dalam pengucuran kredit.
Terjadinya kenaikan suku bunga mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat.
Hal ini karena secara umum pembelian produk properti dilakukan dengan menggunakan kredit
pemilikan rumah (KPR). Kondisi ini penjualan produk propeti menurun tajam
hingga para pengembang mengalam kesulitan untuk mempertahankan arus kas dan
likuiditasnya.
Dalam kondisi ketidakpastian makro ekonomi saat ¡ni tampak bahwa perusahaan
perusahaan dalam industri inì mengalami kondisi financial distress. Hal ini menyebabkan
kinerjanya merosot Sampai titik terendah yang untuk Pemulihannya dibutuhkan waktu. Dengan
kondisi keuangan perusahaan yang kian memburuk mengharuskan manajemen perusahaan
terus mempertahankan diri dari kondisi financial distres. yang mengarah kepada ancaman
kebangkrutan.
Memprediksi terjadinya kebangkrutan menggunakan indikator finansial, dilakukan
dengan menghitung besarnya Z Score (skala kebangkrutan) yang merupakan indikator
terjadinya kebangkrutan perusahaan. Besarnya angka Z tergantung pada kinerja perusahaan
yang dinyatakan dalam rasio keuangan yaitu quick ratio, DER, ROI dan TATO.
Dari hasil analisa kondisi keuangan perusahaan (neraca peniode tahun 1997)
menunjukkan bahwa 50% perusahaan emiten properti memiliki angka Z > 1. Perusahaan
yang memiliki nilai Z besar dapat diinterpretasikan sebagai perusahaan yang mempunyai
kemungkinan yang tinggi untuk terjadinya kebangkrutan.
Mengenali tanda-tanda kebangkrutan merupakan satu upaya yang dapat dilakukan
pihak manajemen perusahaan untuk memperbaiki operasi perusahaan pada pos penjualan,
biaya, laba maupun likuiditas.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This research aims to know the strategies employed batik indistries amidst multiple crises,especially the economic crisis. This research uses the descriptive method and the phenomenological approach....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Harwanto
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah rasio-rasio keuangan yang
umum digunakan para analis ekonomi dapat memprediksikan tingkat probabilitas
kebangkrutan. Selain itu dilakukan pengujian dengan mengelompokan BPPN dan Non BPPN
dimana pendekatan yang digunakan bahwa perusahaan-perusahaan yang dalam pengawasan
BPPN diasumsikan mempunyai probabilitas kebangkrutan yang besar dan perusahaan
perusahaan Non BPPN diasumsikan merupakan perusahaan yang sehat yang tentunya
mempunyai probabilitas kebangkrutan yang relatif kecil. Penelitian ini didasarkan pada masa
BPPN mulai mengadakan penyehatan perbankan dimana perusahaan-perusahaan yang menjadi
debitor bank-bank yang bermasalah yaltu pada pertengahan tahun 2000. Hal inilah yang
menjadi tahun dasar pengamatan. Adapun sektor industn yang dipihh untuk penelítian ini
adalah real estate dan properti yang mengalami tekanan pada saat krisis ekonomi di
Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang menjadi sample adalah perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta dan yang TPO nya pada tahun 1994 sehingga laporan kcuangannya dapat
digunakan untuk penelitian mulai tahun 1995 s/d tahun 1999.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini ada sembilan (9) rasio
keuangan. Penulis menggunakan raslo keuangan berdasarkan Clyde P. Snckney, dalam
bukwiya Financial Reporting And Statement Analysis - A strategic Perspective, 3? ed 1996.
Variabel independent tersebut terdiri dari:
PROFITABLITY RATIOS: Total Assets Turnover, Rate of Return on Assets.
SHORT TERM LIQUIDITY RATIOS : Current Ratio, Cashflow from Operation to Current Liabillities, Receivables Turnover Ratio, Inventory Turnover Ratio.
LONGTERM SOLVENCY RATIOS : Long Term Debt Total Assets, Debt to Equity Ratio, Cashflow from Operation to Total Liabillities.
Metode statistik yang digunakan untuk pengujian tersebut adalah Logit Analysis.
Hasil pengujian ini mengliasilkan bahwa rasio-rasio yang dapat membedakan secara
signifikan antara perusahaan-perusabaan yang dibawah pengawasan BPPN dan Non BPPN
adalah tasio Long Term Debt to Total Assets dan Debt to Equity. Adapun probabilitas
kebangkrutan perusahaan baik yang dibawah pengawasan BPPN maupun Non BPPN
mempunyai probabilitas kebangkrutan yang tidak teratur. Disamping itu juga ada juga
perusahaan yaitu Pujiadi & Sons Estate yang secara signifikan mempunyai probabilitas
kebangkrutan dibawah 50%.
Dan keseluruhan basil penelitian mencerminkan bahwa probabilitas kebangkrutan
melanda perusahaan yang berada dalam pengawasan BPPN relative lebih besar bila
dibandingkin dengan perusahaan-perusahaan Non BPPN. Disamping itu juga ada juga
probabilitas kebangkrutan pada perusahaan-perusahaan Non BPPN dimana disebabkan karena
kondisi krisis ekonomi Indonesia yang melanda sangat dalam sehingga hampir seluruh sektor
usaha mengalami kelesuan dan bahkan kebangkrutan.
"
2002
T2365
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Binarjo
"ABSTRAK
Hasil studi yang pernah dilakukan ternyata industri otomotif indonesia berperan besar dalam memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sampai dengan tahun 1996 tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai rata-rata 6-7% per tahun sedangkan pertumbuhan industri otomotif indonesia 15 tahun terakhir mencapai 14-21% per tahun. Artinya terdapat korelasi positip antara pertumbuhan ekonomi indonesia dan tingkat pertumbuhan industri otomotif yang sekitar 2-3 kalinya (Aswita, 1997).
Setidaknya terdapat 4 hal yang menunjang perlunya Indonesia mengernbangkan industri Otomotif di dalam negri, yakni penghematan devisa. kesempatan kerja/berusaha. penguasaan/ pengembangan teknologi dan strategi hankamnas. Dan sehubungan dengan krisis ekonomi saat ini, maka 4 hal tersebut semakin sukar untuk dicapai.
Krisis ekonorni yang berkepanjangan rnengakibatkan tingkat penjuatan kendaraan saat ini turun sampai 90% dibanding penjualan tahun 1997 (sebelurn krisis), tingkat penggunaan kapasitas produksi turun dan 60% menjacli kurang dan 10%, kenaikan harga jual produk kendaraan mencapal 300% dan suku cadang yang rata-rata mencapai 200%. turunnya daya bell masyarakat, industri keuangan yang ikut terpuruk dan terhambatnya proses pengembangan dan alih teknologì serta terjadinya kerawanan dari sisi Hankamnas.
Perubahan lingkungan eksternal industri otomotif Indonesia terjadi begitu cepat sebagal akibat krisis ekonomi diiringi deregulasi pemerintah bulan Juli 1999 yang memberlakukan kebijakan baru dibidang otornotif. Kebijakan tersebut menyangkut kepada hal-hal (I) penghapusan sistern jnsentif (2) penghapusan tataniaga impar kendaraan, (3) pengaturan tarif impor menurut sistem harmonis (I-IS) untuk kendaraan (CBU atau CKD), komponen dan bahan baku, dan (4) penurunan dan penghapusan tarif bea masuk (BM) dan bea masuk tambahan (BMT) serta pajak penambahan nilai (PPN) atas kendaraan niaga berdaya angkut dibawab 5 ton dan sedan 1.500 cc.
Para pemain di industri otomotif Indonesia urnumnya mendapat perlindungan (proteksi) baik dari Pemerintah maupun mitra asing (prinsipal) sehingga tanpa mencapal skala ekonomis mampu bertahan di industrinya. Dengan adanya ketentuan baru yang sangat liberal diatas. para pemain harus segera melakukan-penyesuaian (akselerasi) baik dan sisi bisnis, korporasi maupun operasional intern perusahaan.
Tujuan penulisan karya akhir ini adalah mengidentifikasi permasalahan industri otomotif Indonesia sebelum dan saat krisis yang berfokus kepada hubungan partnership antara prinsipal dengan ATPM. upaya optmasi kapasitas pabrik kendaraan, kondisi pasar kendaraan di Indonesia dan kemampuan operasional industri kendaraan serta penguasaan rantai nilai (value chain).
Dari hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa sangat dibutuhkan deregulasi Pemerintah yang konsisten terutama dalam penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku industri untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, misalnya dalam hubungan partnership perlu pengaturan pembatasan kepemilikan saham asing, upaya optimasi kapasitas produksi harus didukung dengan kemudahan ekspor, penghapusan berbagai hambatan (barrier) bagi komponen impor yang tidak dapat dipasok didalam negeri dan dukungan pendanaan. Selanjutnya pengembangan industri komponen sangat perlu dilakukan untuk mengurangi kelemahan akan akses pasar, modal, teknologi, ìnformasi dari manajernen sejalan dengan penciptaan pasar baik domestik maupun ekspor. Disisi rantai nilal dengan penyerahan aktifitas sepenuhnya kepada mekanisme pasar tentu akan mampu mernbentuk efisiensi sendiri sedangkan fungsi pemerintah cukup sebagai pengawas.
Kesimpulan lain yang dapat dipetik dan hasil analisis adalah bahwa dalarn angka pendek secara alamiah pelaku bisnis otomotif indonesia khususnya ATPM akan terseleksi kedalam tiga kelompok, yaitu a) Keìornpok yang tetap eksis di jalur produksi (manufacturing) dengan pilihan strategi fungsional sebagai perusahaan manufaktur. strategi bisnis pada biaya rendah (untuk kendaraan komersial) atau diferensiasi untuk jenis sedan, sedangkan strategi korporat (grand) yang tepat adaìah diversifikasi konsentrik dan mengadakan aliansi strategis, b) Kelompok yang beralih usaha sebaai usaha perdagangan, sebagai importir atau pembeli produksi lokal dengan strategi fungsional yang tepat adalah marketing, strategi bisnis fokus pada biaya rendah atau pada produk yang unik untuk mengambil ceruk pasar (niche) dan pilihan strategi korporat (grandl) dalam bentuk integrasi forward atau aliansi strategis. dan e) Kelompok yang tersisih dari industri karena alasan voIume tidak mampu mencapai skala ekonomis dan pilihan strategi korporal (gmnd) berupa divestasi dan likuidasi."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lelya Ambarsari
"Peranan Pasar Modal mulai menurun bersamaan dengan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap Pasar Modal. Berkurangnya kepercayaan tersebut menimbulkan pertanyaan apakah emiten telah memberikan informasi yang cukup dan tidak menyesatkan bagi pemegang sahamnya sesuai dengan ketentuan Bapepam. Dan apakah para akuntan publik sebagai penentu layak atau tidaknya informasi dai am laporan keuangan emiten telah melaksanakan tanggung jawabnya. Penulisan ini bertujuan untuk mengamati, yang diharapkan dapat memberikan bukti mengenai tingkat kepatuhan emiten/calon emiten terhadap keten tuan Bapepam. Sekaligus menilai sampai sejauh mana pemahaman, ketelitian dan kepatuhan akuntan publik terhadap ketentuan dan prinsip akuntansi yang ada."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Mangkunagaran is a Javanese traditional rule that was established in 1757 under the leadership of Raden Mas Said, who styled Mangkunagara I. In development, Praja mangkunagara have experiencrd progress and glory under the leadership of Mangkunagara IV (1853 - 1881)...."
PATRA 10 (3-4) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Widiarto Broto Salim Purwito
"ABSTRAK
Dengan meningkatnya pembangunan di Indonesia, Industri
Jasa Konstruksi telab tumbuh dan erkembang dengan pesat.
Pengertian Industri Jasa Konstruksi di Indonesia terdiri dari
beberapa bidang kegiatan, antara lain :
- Konsultan, meliputi bidang studi kelayakan, survei kuantitas,
desain struktur, gambar pelaksanaan, spesifíkasi teknis,
dokumen kontrak, administrasi & pelaporan.
- Kontraktor, mencakup bidang pelaksanaan sesuai perencaflaan
yang memenuhi persyaratan teknis, bíaya dan jadwal waktu yang
ditetapkan.
- Manajemen Konstruksi (MK), merupakan kegiatan modifikasi dan
kontraktor yang diambil alih oleh konsultan manajemen
konstruksi yang mengkoordinasi kegiatan konstruksi mulai tahap
awal sampai dengan tahap akhir.
MK dapat menjalankan sistim ?fast track ? dimana terdapat
beberapa kontraktor atau sub - kontraktor yang disesuaikan
dengan spesialisasinya masing-masing.
Menyadari adanya pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Bisnis
Properti merupakan salah satu bidang usaha yang berkembang pesat.
Bisnis ini sangat erat hubungannya dengan industri jasa
konstruksi.
Untuk memperoleh keuntungan yang ditarget, pengusaha
Ptoperti harus meningkatkan efektivttas dan efisiensi pada setiat
tahapan didalam proses konstruksi yang ada.
Dalam hal ini maka diperlukan suatu manajemen konstruksi agar
dapat mencapai persyaratan mengenai aspek biaya , waktu dan
kualitas sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan. Penyím
pangan dan salah satu aspek tersebut akan memberikan dam
pak negatif pada bisnis properti, dan harus dapat dieliminasi
oleh manajemen konstruksj yang dijalankan secara profesional.
Penekanan dalam penulisan karya akhir ini adalah membahas
dan menganalisa pentingnya tahapan pelaksanaan didalam manajemen
konstruksi sehubungan dengan bisrijs properti yaitu mulai dan
tahap studi kelayakan, perencanaan dan pengendaijan, pengadaan,
pelaksanaan dan faktor-faktor penunjang didalam manajemen
konstruksi.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar A. Kowara
"Investasi dibidang Properti di Jakarta dan sekitarnya telah menjadi suatu investasi yang menguntungkan bagi kalangan menengah. Kenaikan harga-harga properti pertahun relatif sangat baik. Booming permintaan akan properti yang terjadi pada tahun 1990 misalnya telah menaikkan harga-harga properti secara rata-rata lebih dari 50%, bahkan untuk bebarapa properti di beberapa lokasi. kenaikan pada tahun tersebut mencapai 100's.
Investasi dibidang properti, walaupun memberikan return yang baik, mempunyai risiko relatif tinggi pula. Properti adalah merupakan aset yang tak bergerak, tidak mudah dilikuidasi dan mempunyaì faktor-faktor sosial dan budaya.
Karya tulis ini mengevaluasi return yang diperoleh dan investasi di sektor properti dan memperbandingkannya dengan investasi dalam deposito perbankan. Untung-rugi dan risiko-risiko kedua jenis investasi tersebut juga dibahas dalam buku ini sebagai tambahan dan teori-teori investasi dan perbankan.
Buku ini juga memberikan perhitungan bila investasi dilakukan dengan modal yang didanai oleh pihak perbankan. Sampel yang diambil dalam perhitungan adalah properti dan perbankan di Jakarta dan sekitarnya. Dan hasil perhitungan ternyata investasi ini juga memberikan hasil relatif sangat baik."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paulus Aprimus Carlus Tangkere
"ABSTRAK
PERKEMBANGAN kondisi industri properti sangat dipengaruhi oleh
perkembangan ekonomi. Sedemikian besar pengaruhnya, sehingga
kondisi industri properti senantiasa mengikuti irama (siklus)
perekonomian; paling awal merasakan dampak penurunan kegiatan
(declining) ekonomi, namun paling lambat untuk merasakan masa
jayanya (booming). Hal ini disebabkan oleh produk properti yang
bersifat investasi, sehingga Iebih cepat untuk diabaikan pada
saat kesulitan ekonomi; namun juga, disebabkan proses pengadaan
produk properti yang membutuhkan waktu yang tidak singkat (mulai
proses perencanaan hingga bangunan siap pakai), mengakibatkan
industri properti membutuhkan waktu untuk dapat memenuhi
kebutuhan yang meningkat terhadap produk properti (akibat kondisi
ekonomi yang sedang naik, booming). Bila perusahaan yang bergerak
dalam bidang properti tidak dengan cepat menyesuaikan tingkat
kegiatannya pada saat menurunnya kegiatan ekonomi, maka
kebangkrutan merupakan hal yang pasti dihadapi. Hal ini terbukti
dengan dilikuidasinya SUMMA dan ?menghìlangnya? beberapa anggota
RET pada periode 1991-1992 akibat menurunnya tingkat kegiatan
ekonomi nasional.
Disamping itu, perkembangan produk properti di Indonesia juga
semakin bervariasi, seperti usaha kawasan industri (yang tadinya
kurang dikenal) dan pembangunan apartemen dan lapangan golf yang
sedang menggebu?gebu dewasa ini. Namun demikian, kunci
keberhasilan dalam industri properti nampaknya masih berkisar
pada faktor lokasi yang sesuai dan kuatnya modal. Munculnya
produk superblok merupakan gambaran pentingnya lokasi dan modal
bagi perusahaan yang bergerak da;am industri properti.
Dalam menghadapi kondisi dan perkembangan itulah, dibutuhkan suatu strategi jangka panjang yang dapat menempatkan perusahaan pada posisi yang memiliki daya juang dan daua saing yang tinggi
Strategi diversifikasi konsentris nampaknya merupakan strategi
yang mampu dalam menghadapi masalah tersebut. Dengan memasuki
jenis usaha lain yang masih dalam industri yang sama (properti),
selain dapat mengatasi gejolak (siklus) perekonomian, juga dapat
dimanfaatkan sinergi yang terjadi.
Dengan menggunakan pendekatan tersebut, analisis yang dilakukan
pada PT Bimantara Sitj Wisesa (BSW) menyimpulkan, bahwa strategi
diversifikasi konsentris sangatlah tepat untuk mencapai misi dan
cita-cita yang diinginkannya. Pengalamannya selama lebih dari
sepuluh tahun di berbagai bidang usaha properti (real estate,
apartemen, hotel, ruang perbelanjaan, dan pengembangan lahan),
merupakan kekuatan yang dapat diandalkan, di samping potensi anak
perusahaan yang dimilikinya serta dukungan dari perusahaan induk
(PT Bimantara Citra).
Selain berusaha untuk memperoleh kawasan seluas minimal 200
hektare, dikaitkan dengan perkembangan internat industri
properti, nampaknya produk superbiok ,juga merupakan sasaran
jangka panjang BSW Luasnya lahan dan adanya superblok merupakan
perpaduan yang sangat sinergis bagi BSW. Pengembangan superblok
dalam lahan yang telah dimiliki sekarang (Grand Kuningan Embassy
Estate) juga merupakan suatu rekomendasi.
Namun dalam mengembangkan usaha dan penerapan strategi tersebut
Nampaknya diperlukan kejelasan dari perusahaan induk (Bimantara Citra), mengingat masih adanya anak perusahaan BC lainnya yang bergerak dalam usaha properti namun tidak dibawah koordinasi BSW. Disarankan, pengembangan usaha properti BC di konsentrasikan penanganannya pada BSW, agar tidak terjadi konflik di kemudian hari.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuning Sintya Defa
"Tesis ini membahas kebijakan European Financial Stability Facility EFSF yang dikeluarkan pada tahun 2010 oleh Uni Eropa berdasarkan kesepakatan negara-negara anggota Zona Euro bersama European Central Bank ECB dan International Monetary Fund IMF dalam merespon krisis ekonomi yang terjadi di Yunani, Irlandia dan Portugal pada masa Krisis Ekonomi Zona Euro. Kebijakan EFSF yang dibahas pada tesis ini adalah hal-hal yang melatarbelakangi dikeluarkannya kebijakan EFSF. Hal-hal yang melatarbelakangi tersebut didasarkan kepada kerangka pemikiran neoliberal institusional. Berdasarkan kerangka pemikiran neoliberal institusional, tesis ini menetapkan kelemahan institusional oleh Uni Eropa, European Monetary Union EMU, dan ECB yang tidak memiliki regulasi dan sistem pengelolaan krisis ekonomi telah membuat negara-negara anggota Zona Euro mencari solusi dengan meratifikasi kebijakan EFSF dengan melibatkan IMF sebagai solusi krisis ekonomi yang terjadi di tahun 2010. Tesis ini juga melihat bagaimana implikasi EFSF bagi perekonomian negara-negara Zona Euro yang mengalami krisis, melihat sejauh mana harapan negara anggota Zona Euro dapat direalisasikan.

ABSTRACTThis thesis discusses about the European Financial Stability Facility EFSF policy established in 2010 by the European Union under the agreement of Eurozone member states together with the European Central Bank ECB and the International Monetary Fund IMF as the response of economic crisis in Greece, Ireland and Portugal during the Eurozone Economic Crisis. The EFSF policy discussed in this thesis is the underlying issue of EFSF policy. The underlying things are based on neoliberal institution framework. Based on neoliberal institution framework, this thesis conclude the institutional weaknesses by the European Union, the European Monetary Union EMU, and the ECB which has no regulation and economic crisis management system has made the Eurozone member states seek the solution by ratifying the EFSF policy by involving the IMF as a solution to the economic crisis that occurred in 2010. This thesis also looks at how the EFSF implications for the economy of Eurozone member states in crisis to see how far the expectations can be realized."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>