Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218132 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lanova Dwi Arde
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
McCarthy, Barry W.
"Establishing positive, realistic sexual expectations -- Determining your couple sexual style -- Communicating your sexuality : the five dimensions of touch -- Successfully implementing your couple sexual style -- Keeping your sexual options open -- Building bridges to desire -- Indulging in eroticism and sexual fantasies -- Optimizing sexual intercourse -- Savoring orgasm and afterplay -- Overcoming sexual inhibitions -- Dealing with illness and sex -- Looking for help from pro-sexual medications -- Confronting sex and aging -- Nurturing sexuality as intimate, erotic friends -- Maintaining sexual vitality.
"
New York : Routledge, 2009
613.96 MCC d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lisna Prihantini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perilaku merokok terhadap penggunaan narkoba dan konsumsi minuman beralkohol pada remaja di Indonesia dengan menggunakan data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2007. Remaja pada penelitian ini adalah 18.396 remaja laki-laki dan perempuan yang belum menikah berusia 15-24 tahun saat survei. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik biner untuk model pertama yaitu penggunaan narkoba regresi logistik multinomial untuk model kedua, yaitu konsumsi minuman beralkohol. Variabel bebas yang digunakan untuk kedua model adalah perilaku merokok, perilaku seksual pranikah, kelompok umur, daerah tempat tinggal, tingkat pendidikan, status bekerja, tingkat kekayaan rumah tangga, pengetahuan tentang HIV/AIDS, dan pengetahuan tentang IMS. Jenis kelamin remaja disertakan hanya dalam model kedua.
Dari hasil model pertama ditemukan bahwa perilaku merokok, perilaku konsumsi minuman beralkohol dan perilaku seksual pranikah semua memiliki pengaruhsignifikan yang kuat dan positif terhadap penggunaan narkoba. Menurut karakteristik dari remaja, mereka yang memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk penyalahgunaan narkoba adalah yang saat ini merokok, pernah melakukan seksual pranikah, pernah mengkonsumsi alkohol, berusia 20-24 tahun, tinggal di perkotaan, tingkat pendidikan tinggi, bekerja, memiliki pengetahuan HIV/AIDS dan IMS, dan memiliki status ekonomi rendah. Untuk model konsumsi alkohol, ditemukan bahwa penyalahgunaan narkoba, perilaku merokok, dan perilaku seksual pranikah juga memiliki pengaruh yang signifikan positif pada yang tiga bulan terakhir mengkonsumsi minuman beralkohol dan yang pernah mengkonsumsi minuman beralkohol.

This study aims to examine the influence of smoking on drug use and alcohol consumption among adolescents in Indonesia using the 2007 Adolescent Reproductive Health Survey Indonesia (SKRRI) data of 18,396 youth in Indonesia is used. Adolescents in this study are unmarried males and females aged 15-24 years during the survey.The methods of analysis are binary logistic regression for the first model on drug use and multinomial logistic regression on the second model, which is the consumption of alcoholic beverages. Independent variables that are analyzed for both models are the smoking behavior, premarital sexual intercourse, age group, area of residence, education level, work status, household wealth index, knowledge about HIV/AIDS and knowledge about STIs. The sex of adolescents is included only in the second model.
The results of the first model show that smoking, alcoholic consumption and premarital sexual behavior all have strong positive significant effects on drug abuse. According to the characteristics of adolescents, those who have higher propensity for drug abuse are the ones who are currently smoking, ever had premarital sex, consumed alcoholic drinks, aged 20-24 years, living in urban areas, with high level of education, working, have knowledge of HIV/AIDS and STIs, and have low economic status. For drinking behavior, it is also found that drug abuse, smoking behavior, and premarital sexual behavior has a significant positive influence on consuming alcoholic beverages in the last three months and ever consumed alcoholic beverages.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T29673
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lanova Dwi Arde M
"Perilaku seksual remaja cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu penyebab terjadinya perilaku seksual adalah ketidaktepatan informasi yang diperoleh oleh remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menilai keterpaparan informasi dari orang tua, sekolah, media elektronik dan cetak dan teman sebaya dan hubungannya dengan perilaku seksual remaja. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional) dengan menggunakan data survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007 dan 2012. Sampel penelitian ini adalah remaja pria dan wanita yang berusia 15-24 tahun yang belum menikah. Regresi Poisson digunakan untuk mengetahui nilai rasio prevalensi perilaku seksual beradasarkan keterpaparan informasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi remaja yang terpapar informasi dari media massa dan teman sebaya yang melakukan hubungan seksual lebih tinggi dibandingkan yang terpapar informasi dari orang tua dan sekolah, baik pada remaja pria maupun wanita. Namun informasi dari orang tua dan sekolah belum mampu "berkompetisi" dengan informasi dari media massa dan teman sebaya dalam memproteksi remaja dari perilaku seksual. Orang tua dan sekolah perlu bekerjasama dalam memberikan pendidikan seksual kepada remaja agar mampu mengimbangi informasi yang diperoleh remaja dari media massa dan teman sebaya dan melindungi remaja dari melakukan hubungan seksual.

Sexual intercourse among adolescents in Indonesia tend to increase over years. One of the reasons this risk behaviours happened is because the imprecision of informations that adolescents obtained. This study aims to assess the exposure of informations from parents, school, mass media, and peers and the relation between adolescents sexual behaviours. This study uses cross sectional design with data from Indonesia Young Adult Reproductive Health Survey (IYARHS) year 2007 and 2012. The sample of this research is young men and women age 15-24 years who have not married. Poisson regression is used to get the prevalence ratio of behaviour risks based on the exposure of informations.
This study shows that prevalence of adolescents who are exposed to informations from mass media and peers that perform sexual intercouse is higher than those who are exposed to informations from parents and school, both in young men and women. However, informations from parents and school still can?t compete to informations from mass media and peers in protecting adolescents from sexual behaviours. Peers and school need to cooperate in giving sexual education to adolescents in order to be able to counterbalance the informations obtained from mass media and peers, and may protect the adolescents from sexual risk behaviours.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41558
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rajbatul Adawiyah
"Latar Belakang : Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Di sisi yang lain masa remaja merupakan masa yang sangat penting bagi pembentukan identitas diri. Sebanyak 75% kematian pada remaja terjadi akibat faktor perilaku. Penyakit-penyakit atau kelainan fisis yang timbul karena masalah perilaku remaja antara lain ialah: luka atau kecelakaan, kehamilan remaja, penyakit seksual yang ditularkan, gangguan makan, penyalahgunaan obat dan alkohol, merokok, masalah emosi, dan sebagainya; yang akan mempengaruhi kehidupan pribadi, keluarga, bangsa dan negara di masa yang akan datang (Gunarsa 1989). Dari berbagai permasalahan perilaku seksual pada remaja yang saat ini sangat memprihatinkan berdasarkan data-data yang ada, perlu diketahui akar permasalahannya untuk mendapat solusi yang tepat. Perilaku intercourse pada remaja sangat beresiko terhadap kejadian Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) yang akhirnya menambah jumlah kasus aborsi yang disengaja dan tidak aman. Hal ini mengakibatkan komplikasi aborsi yaitu pendarahan, sehingga menyebabkan kematian ibu.
Tujuan dari penelitian ini yaitu diketahuinya determinan yang berhubungan dengan perilaku hubungan seksual intercourse pada remaja (analisis SKKRI 2007). Metode penelitian ini menggunakan cross sectional dengan analisis statistik mengguna kan uji T, Chi Square dan Regresi Logistik Ganda.
Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan bahwa determinan yang mempengaruhi perilaku intercourse pada remaja adalah variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan kespro, pengalaman memiliki pacar dan status memiliki teman yang melakukan intercourse. Sedangkan variabel yang paling mempengaruhi perilaku intercourse pada remaja adalah status memiliki teman yang melakukan intercourse.
Uraian penelitiannya antara lain dari hasil uji statistik diketahui bahwa umur remaja mempunyai hubungan dengan perilaku intercourse, remaja laki-laki mempunyai peluang 4.1 kali lebih besar melakukan intercourse dibandingkan remaja perempuan, remaja yang berpendidikan SD mempunyai peluang 1.9 kali lebih besar melakukan intercourse dibandingkan remaja yang berpendidikan universitas, remaja yang tidak mengetahui hal-hal mengenai kespro beresiko 0.39 kali lebih rendah melakukan intercourse dibandingkan remaja yang mengetahui hal-hal mengenai kespro, remaja yang berstatus memiliki pengalaman pacaran mempunyai peluang 8.0 kali lebih besar melakukan intercourse dibandingkan remaja yang berstatus tidak berpengalaman pacaran dan remaja yang memiliki teman yang sudah melakukan intercourse sebelum menikah beresiko 15.1 kali lebih besar melakukan intercourse dibandingkan remaja yang tidak memiliki teman yang sudah melakukan intercourse sebelum menikah.
Saran dari penelitian ini yaitu diadakannya Program Pendidikan KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) dan pelatihan peer (kader remaja) untuk menjadi educator dan memberikan dukungan bagi remaja yang memiliki masalah agar remaja Indonesia memiliki lingkaran pergaulan yang baik.

Background: Adolescence is a period of transition from childhood to adulthood. On the other hand adolescence is a crucial period for the formation of identity. As many as 75% of deaths in adolescents due to behavioral factors. Diseases or physical abnormalities arising from adolescent behavior problems among others are: injuries or accidents, teen pregnancy, sexually transmitted diseases, eating disorders, drug and alcohol abuse, smoking, emotional problems, etc., that will affect your personal life, family, state and nation in the future (Gunarsa 1989). Of the various problems of sexual behavior in adolescents who currently very concerned based on the data available, need to know the root of the problem to get the right solution. Intercourse behavior in adolescents are particularly at risk for the incidence of Unwanted Pregnancy, which eventually increase the number of cases of induced abortion and unsafe. This resulted in abortion complications are bleeding, causing maternal death.
The purpose of this research is known determinant associated with sexual intercourse behavior in adolescents (analysis of SKKRI 2007). The method uses a cross-sectional study with statistical analysis to use the T test, chi-square and multiple logistic regression.
The results of multiple logistic regression analysis showed that the determinants that influence the behavior of intercourse among adolescents is the variable age, gender, education, reproductive health knowledge, the experience of having a boyfriend and having the status of a friend who perform intercourse. While the variables that most influence the behavior of intercourse among adolescents is the status of your friends who have intercourse.
Description of research include the results of statistical tests known that age have a relationship with intercourse behavior, adolescents boys have a 4.1 times more risk of intercourse than adolescent girls, adolescents who had elementary has a 1.9 times bigger risk of intercourse than adolescents who educated universities, adolescents who do not know about reproductive health matters times lower risk of 0.39 intercourse than adolescents who know things about reproductive health, the status of adolescent dating experience have 8.0 times more risk intercourse than adolescents who are not experienced dating status and adolescents who have friends who have intercourse before marriage 15.1 times more risk of intercourse than adolescents who do not have friends who have intercourse before marriage.
Recommendation from this study that the holding of Education ARH (Adolescent Reproductive Health) and training peer (teen volunteers) to be educators and to provide support for teens who have problems for teens Indonesia has a good social circle.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ice Sesi Wulandari
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26761
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Permana
"Aborsi merupakan salah satu penyebab penting kematian ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari determinan sikap permisif terhadap aborsi dikalangan remaja tidak kawin usia 15 -24 tahun di Indonesia. Data penelitian ini adalah SKRRI 2007. Variabel terikat adalah sikap terhadap aborsi ( permisif , tidak permisif ). Variabel bebasnya terbagi dalam tiga komponen, yakni kognitif ( pemahaman tentang kesehatan reproduksi, peran orang tua, peran sekolah dan peran lingkungan jauh sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi ), afektif ( tempat tinggal, pengalaman berpacaran ,kepemilikan pacar, gaya pacaran, perilaku seksual dan kepemilikan teman yang pernah aborsi ) dan konatif ( umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan ). Analisis data dilakukan dengan tabulasi silang antara karakteristik latar belakang dan sikap terhadap aborsi. Analisis determinan sikap terhadap aborsi menggunakan regresi logistik binner.
Hasil analisis menunjukkan persentase remaja tidak kawin usia 15 -24 tahun yang permisif terhadap aborsi lebih tinggi pada yang tidak memiliki pemahaman tentang kesehatan reproduksi, tidak mendapatkan peran orang tua, sekolah dan lingkungan jauh sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi, bertempat tinggal di pedesaan, tidak memiliki pengalaman berpacaran, sedang memiliki pacar, melakukan sesuatu saat berpacaran, pernah berhubungan seks, memiliki teman berperilaku aborsi, berada pada kelompok umur 20-24 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan tingkat pendidikan SLTA+. Faktor-faktor yang signifikan secara statistik mempengaruhi sikap permisif terhadap aborsi adalah faktor kognitif ( pemahaman tentang kesehatan reproduksi dan peran lingkungan jauh sebagai sumber informasi kesehatan reproduksi ), faktor afektif ( daerah tempat tinggal, gaya pacaran, perilaku seksual dan kepemilikan teman berperilaku aborsi ), faktor konatif ( usia dan tingkat pendidikan ).

Abortion is an important cause of maternal mortality. This study aims to investigate the determinants of attitude toward abortion among unmarried adolescents age 15 -24 years in Indonesia. The data used come from the result of SKRRI 2007. The dependent variable is the attitude toward abortion ( permissive , or not permissive ). The independent variable are cognitif factors ( understanding of reproductive health, the parents role, school role and environment role as sources of information about reproductive health ), affective factors ( area of residence, dating experiences, ownership of girlfriend, style of courtship, sexual behavior and possession of a friend who had an abortion ), conative factors ( age, gender and level of education). The data was analyzed use the cross tabulation between the background characteristics and the attitudes toward abortion. The analysis of the determinants of attitudes towards abortion was done by employ the binary logistic regression.
The result of study show the percentage of those who are permissive toward abortion was higher among the adolescents aged 15-24 years who have no understanding of reproductive health, not get the role of parents, schools and the environment as a source of reproductive health information, residing in rural areas, have no dating experiences, have a girlfriend, do something when dating, had sex experiences, have friends behave abortion, are in the age group 20-24 years, male sex and level of education are above senior secondary.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T29671
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dastya Yusufina
"Pada remaja perilaku pacaran erat kaitannya dengan pengalaman romantis yang berguna bagi perkembangan psikologis, terutama pengembangan keintiman. Namun, perilaku pacaran dapat menjadi berisiko apabila melakukan kontak seksual yang dimulai dari berciuman bibir hingga melakukan hubungan seks pranikah. Menurut data SKAP KKBPK tahun 2019, 3.8% remaja laki-laki dan 1% remaja perempuan mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah selama berpacaran. Dalam melakukan perilaku seksual berisiko remaja dipengaruhi oleh faktor individu dan lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi, sikap permisif, pergaulan teman serta pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual berisiko pada remaja SMA di DKI Jakarta yang distratifikasi berdasarkan jenis kelamin dan pola asuh keluarga positif. Penelitian menggunakan desain kuantitatif yang bersifat analitik dengan pendekatan cross-sectional. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data Survey Perilaku Remaja Siswa Sekolah Menengah di DKI Jakarta dengan sampel sejumlah 873 yang berasal dari seluruh kelas 10 dan 11 di SMAN 38 dan SMAN 90 Jakarta dengan pengambilan sampel secara total sampling. Hasil penelitian menunjukkan sikap permisif (p-value 0.036, OR=2.076 Cl 95%= 1.036-4.161) dan pergaulan teman sebaya (p-value 0.001, OR=8.500 Cl 95%= 3.950-18.293) memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku seksual berisiko sedangkan pengetahuan kesehatan reproduksi (p-value 0.149, OR=0.618 Cl 95%=0.320-1.195) dan pola asuh orang tua positif (p-value 0.241, OR=1.480 Cl 95%=0.766-2.862) tidak memiliki hubungan terhadap perilaku seksual berisiko. Analisis stratifikasi menunjukkan bahwa jenis kelamin berpengaruh pada hubungan pergaulan teman sebaya terhadap perilaku seksual berisiko, namun pada hubungan sikap permisif terhadap perilaku seksual berisiko hanya berpengaruh pada jenis kelamin laki-laki saja. Pola asuh keluarga positif juga berpengaruh pada hubungan teman sebaya terhadap perilaku seksual berisiko. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan seminar serta secara rutin terkait kesehatan reproduksi kepada siswa sekolah. Kemudian disarankan kepada instansi kesehatan dan sekolah untuk berkolaborasi dan memberikan pembekalan edukasi kesehatan reproduksi kepada orang tua yang ikut andil dalam mendidik dan memonitoring perilaku pacaran remaja di lingkungan rumah.

In adolescent, dating behavior is closely related to romantic experiences that are useful for psychological development, especially the development of intimacy. However, dating behavior can be risky if it involves sexual contact that starts from kissing lips to having premarital sex. According to SKAP KKBPK data in 2019, 3.8% of male adolescents and 1% of female adolescents admitted to having had premarital sex during dating. Adolescent risky sexual behavior is influenced by individual and environmental factors. Therefore, this study aims to determine the relationship between reproductive health knowledge, permissive attitudes, peer association, and parenting patterns on risky sexual behavior among high school adolescents in DKI Jakarta stratified by gender and positive family parenting. The study used a quantitative design that was analytic in character with a cross-sectional approach. The data used were secondary data in the form of data from the Youth Behavior Survey High School Students in DKI Jakarta with a sample of 873 from all grades 10 and 11 at SMAN 38 and SMAN 90 Jakarta with total sampling. The results showed that permissive attitude (p-value 0.036, OR=2.076 Cl 95%= 1.036-4.161) and peer association (p-value 0.001, OR=8.500 Cl 95%= 3.950-18.293) had a significant relationship with risky sexual behavior while reproductive health knowledge (p-value 0.149, OR=0.618 Cl 95%=0.320-1.195) and positive parenting (p-value 0.241, OR=1.480 Cl 95%=0.766-2.862) had no relationship with risky sexual behavior. Stratification analysis showed that gender had an effect on the relationship between peer association and risky sexual behavior, but only male gender had an effect on the relationship between permissive attitudes and risky sexual behavior. Positive family parenting also had an effect on peer association on risky sexual behavior. Therefore, it is recommended to conduct seminars and regularly related to reproductive health to school students. It is also recommended for health agencies and schools to collaborate and provide reproductive health education to parents who take part in educating and monitoring adolescents dating behavior in their homes."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviyanti Inaku
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26719
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>