Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132805 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suyogi Imam Fauzi
"ABSTRAK
Indonesia has a potential fishery resources around 6.4 million tons per year. Nonetheless, fishery resources that can be caught are limited in the amount of 5.2 million tons per year, because the rest of it still have to be maintained at the sea for continuous proliferation and scarcity prevention. In fact, fishery production is only collecting 4.7 million tons per year. Consequently, it remains 0.5 million tons per year, which is a good potential. This condition indicates that fishery resources have not been used optimally. Facing this challenges, government try to create regulations and policies. One of those things is blue revolution which is implemented by running Minapolitan policy, that is based on blue economy principle. The thing that has to be emphasized about this policy iscentral and local government are suggested to build synergy between each other to make the realization of this policy is successful. Actually, there is a region that has applied the Minapolitan policy, namely Cilacap Regency (Kabupaten Cilacap). Unfortunately, the fishery resources have not been used maximally as if it has become an old problem waiting for being solved. Based on the problem, this writing attempt to explain the implementation of Minapolitan policy and obstacles that may be faced during theprocess, in particular at Cilacap Regency, as a result of comprehensive research and study. The research method used is Sosio-Legal with qualitative approach and presented descriptively."
Jakarta: Universitas Indonesia, 2016
340 UI-JURIS 6:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sulaiman Mamar
"ABSTRAk
Pembangunan masyarakat desa sudah lama menjadi bahan perbincangan para perencana pembangunan dan obyek penelitian para ilmuan, terutama di negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia. Obyek pembahasannya biasa difokuskan pada bidang-bidang tertentu seperti: masalah kependudukan dan lingkungan hidup, masalah kesehatan, masalah pendidikan, masalah pertanian, masalah perikanan dan lain-lain yang pada dasarnya mencari jalan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Masalah perikanan yang tersebut terakhir termasuk salah satu diantaranya yang mendapat prioritas dan telah digalakkan pembangunannya oleh pemerintah Indonesia sejak beberapa tahun belakangan ini sesuai dengan arah pembangunan melalui Pelita demi Pelita. Pada Pelita kelima (GBHN 1988: 67-68) antara lain disebutkan :
?? Perhatian khusus perlu diberikan kepada usaha perlindungan dan pengembangan perikanan rakyat dalam rangka meningkatkan pendapatan dan taraf hidup nelayan serta memajukan desa-desa pantai. Dalam usaha pengembangan tersebut perlu ditingkatkan peranan koperasi serta keikutsertaan usaha swasta".
Berdasarkan arah dan tujuan pembangunan perikanan rakyat dan desa-desa pantai tersebut, maka pemerintah melalui para ilmuan dan perencana pembangunan telah menggalakkan aktivitas pembangunan perikanan dengan cara mengintroduksi teknologi perikanan berupa perahu motor tempel beserta alat penangkap ikan yang canggih. Menurut hasil survey sosial ekonomi perikanan laut (Dirjen Perikanan, 1978: 10), pembangunan perikanan laut melalui introduksi perahu motor tempel telah dilakukan sejak tahun 1955 sampai tahun 1980-an. Akan tetapi hasilnya belum banyak memperlihatkan peningkatan pendapatan dan taraf hidup para nelayan didesa-desa pantai Indonesia. Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan sebagai faktor penyebabnya, antara lain:
1. Masalah kemiskinan yang sampai kini masih mendominasi sebagian besar rumah tangga nelayan. Pada tahun 1982/1983 tercatat sekitar 60% rumah tangga nelayan masih berada di bawah garis kemiskinan (lihat Buletin Nelayan, 1982: 1).
Karena para nelayan tergolong miskin, maka mereka tidak memiliki modal, kurang memiliki skill dan jaringan sosial yang memungkinkan mereka memiliki serta mengoperasikan peralatan modern. Dengan demikian, para nelayan tetap mempergunakan peralatan dan cara-cara tradisional dalam menangkap ikan. Menurut Soegiarto (dalam Pieris, 1998: 47), sampai sekarang ini 95% produksi ikan di Indonesia berasal dari rakyat dengan cara penangkapan tradisional.
2. Masalah mekanisasi yang bukan sekedar memperkenalkan teknologi, tetapi membawa dampak sosial budaya dan lingkungan yang tidak kecil. Misalnya terjadi ketegangan dan kerawanan sosial dikalangan para nelayan, menurunnya jumlah rumah tangga nelayan, dan terjadinya pengurusan sumber hayati ikan pada wilayah-wilayah perairan terentu (Lubin dalam Buletin Nelayan, 1982: 4), yang tidak diikuti dengan meningkatkannya kesejateraan mereka. Akibatnya dapat diperkirakan semakin meningkatnya kesenjangan antara pemilik modal dan nelayan kecil. Hal itu tercermin dalam kasus-kasus ketegangan yang teriadi dikalangan para nelayan.
Ketegangan dan kerawanan sosial yang telah terjadi sebagai konsenkuensi penerapan teknologi yang tidak dimaksudkan (Unitended concenquences) antara lain seperti kerusuhan dan pembakaran rumah serta perahu motor di Muncar Bayuwangi (lihat Emerson, 1977), Kasus kemacetan kredit perahu motor dan dikenakannya PHK buruh nelayan di Jawa Tengah (Buletin Nelayan, 1983: 9), Kasus bentrokan antara nelayan tradisonal dan nelayan pukat teri di Sumatra Utara (Wudianto dalam Buletin Nelayan, 1983: 21), dan masih banyak kasus lain yang tidak sempat dikemukan dalam bagian ini.
Sementara itu, menurunnya sumberdaya ikan di wilayah perairan tertentu terutama disebabkan oleh adanya pemusatan pengoperasian alat penangkap ikan yang canggih yang dilakukan oleh dilakukan oleh investor asing. Misalnya, di perairan Selat Malaka, selat Sulawesi, pantai utara Jawa, perairan Riau dan lain telah terjadi overfishing (Lubis dalam Buletin Nelayan, 1984, Mubyarto, 1988). Bahkan di perairan Jepara pada tahun 1973 sampai dengan 1977, setiap, nelayan mengalami penurunan hasil tangkapan sebesar 58% (Plubyarto, 1984: 1B). Peta tingkat pemanfaatan ikan di?.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahradina Putri Wardhani
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis evaluasi dari kebijakan tarif dan jenis PNBP SDA perikanan tangkap pasca diberlakukannya PP 75 tahun 2015, dan menganalisis proses penetapan target serta menganalisis realisasi penerimaan PNBP SDA perikanan tangkap pasca diberlakukannya PP 75 tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan teknik wawancara dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukan pemungutan PNBP SDA Perikanan Tangkap pasca diterbitkannya PP 75 Tahun 2015 masih belum memenuhi beberapa asas ease of administration, yaitu terkait dengan asas convenience of payment. Proses penetapan target dengan menggunakan metode internal dan proses diskusi diantara Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Keuangan, Bappenas, dan DPR.

ABSTRACT
This research aim to analyze the evaluation of non tax revenue on natural resources policy after the published regulation No. 75 of 2015, and to analyze the process determaining revenue target from non tax revenue on natural resources and the realization of the revenue after the published regulation No. 75 of 2015. This research is a qualitative descriptive research with in dept interview and literature review as data collection techniques. The result of the research shows that non tax revenue on natural resouces in fishery is not matched yet with ease of administration which is the convenience of payment. the process determining of revenue target is by using internal method, and discussion process between The Ministry of Fishery, The Ministry of Finance, Bappenas and the People rsquo s Representative Council."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Pandapotan
"Ikan tongkol adalah jenis ikan beruaya jauh dan merupakan komoditas penting di Indonesia dan dunia. Berdasarkan data tahun 2007 s/d 2016, produksi ikan tongkol di PPN Pekalongan berfluktuasi dengan tren menurun. Hal ini menunjukkan sumberdaya ikan tongkol di Laut Jawa telah mengalami penangkapan berlebihan secara biologi.
Penelitian ini bertujuan menganalisis aspek biologi dan ekonomi pemanfaatan ikan tongkol di Laut Jawa yang meliputi tangkapan per upaya penangkapan Catch Per Unit Effort/CPUE, produksi maksimum lestari Maximum Sustainable Yield/MSY, produksi maksimum ekonomi Maximum Economic Yield/MEY, dan produksi keseimbangan akses terbuka Open Access Equilibrium/OAE.
Berdasarkan pengolahan dan analisis data, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Produksi aktual adalah 2.867.53 ton/tahun dengan upaya 2.072,89 trip/tahun. Produksi optimal secara biologi pada MSY adalah 3.218,44 ton/tahun dengan upaya 2.537,10 trip/tahun. Oleh karena itu usaha penangkapan ikan tongkol di Laut Jawa belum mengalami penangkapan berlebihan secara biologi,
2. Usaha penangkapan ikan tongkol dengan kapal purse seine dan mini purse seine telah mengalami penangkapan ikan berlebihan secara ekonomi.
3. Produksi optimal secara ekonomi pada MEY dengan kapal mini purse seine adalah 1.814,01 ton/tahun pada upaya 861,13 trip/tahun. Produksi optimal secara ekonomi pada MEY dengan kapal gillnet adalah 3.182,34 ton/tahun pada upaya 2.268,39 trip/tahun.
4. Produksi optimal pada OAE dengan kapal mini purse seine adalah 2.886,46 ton/tahun pada upaya 1.722,27 trip/tahun. Produksi optimal pada OAE dengan kapal gillnet adalah 1.219,08 ton/tahun pada upaya 4.536,78 trip/tahun.
5. Produksi/upaya aktual kapal purse seine dan mini purse seine tidak dapat ditingkatkan ke MSY, karena akan mengalami total kerugian yang lebih besar.
Produksi/upaya aktual kapal mini purse seine harus dikurangi ke MEY agar dapat memperoleh total keuntungan yang optimal. Produksi/upaya penangkapan ikan tongkol dengan kapal gillnet masih dapat ditingkatkan ke MSY untuk meningkatkan keuntungan dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya ikan tongkol di Laut Jawa atau ditingkatkan ke MEY untuk memperoleh keuntungan yang optimal.

Mackerel tuna is higly migratory species and important comodities in Indonesia and the world. Based on data 2007 to 2016, production of Mackerel tuna were fluctuated with the decreasing trend. It is shown that utilization of Mackerel tuna resources in Java Sea have been overfished biologically and economically.
The objective of this research is to analyze biological and economical aspect of Mackerel tuna utilization in Java Sea that covering catch per unit effort CPUE , Maximum Sustainable Yield MSY, Maximum Economic Yield MEY, and Open Access Equilibrium OAE.
Based on data processing and analyzing, it get some conclusions as follow:
1. Actual production is 2.867.53 ton year with fishing effort 2.072,89 trip year. Optimum production biologically on MSY is 3.218,44 ton year with fishing effort 2.537,10 trip year. Therefore Mackerel tuna fishing business in Java Sea have not been overfished biologically.
2. Mackerel tuna fishing business in Java Sea with purse seine vessel and mini purse seine vessel have been overfished economically.
3. Optimum production economically on MEY with mini purse seine vessel is 1.814,01 ton year with fishing effort 861,13 trip year. Optimum production economically on MEY with gillnet vessel is 3.182,34 ton year with fishing effort 2.268,39 trip year.
4. Optimum production on OAE with mini purse seine vessel is 2.886,46 ton year with fishing effort 1.722,27 trip year. Optimum production on OAE with gillnet vessel is 1.219,08 ton year with fishing effort 4.536,78 trip year.
5. Actual production effort of gillnet vessel and mini purse seine vessel can not be increased to MSY, because should get a bigger total loss.
Production fishing effort of mini purse seine vessel should be decreased to MEY so it get optimum total profit. Production fishing effort of Mackerel tuna fishing in Java Sea with gillnet vessel can be increased to MSY for increasing profit with keeping sustainable of Mackerel tuna resources in Java Sea or to MEY for optimum total profit.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T49830
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Lembaga Oseanologi Nasional, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,, 1980.
551.465 7 LEM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Setianingrum
"[ABSTRAK
Ikan kurisi merupakan salah satu ikan ekonomis penting di perairan
Tangerang dan sekitarnya. Intensitas pemanfaatan sumberdaya ikan kurisi akhirakhir
ini semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya permintaan akan
komoditas ini terutama untuk bahan surimi. Penelitian bertujuan mengkaji aspek
biologi ikan kurisi (N. peronii), potensi dan tingkat pemanfaatan, serta optimasi
pemanfaatannya di perairan Tangerang. Metode yang digunakan adalah metode
survey dengan sampel ikan kurisi pada alat tangkap cantrang dan apollo. Analisis
parameter populasi digunakan program FiSAT II dan pengkajian potensi lestari
Maximum Sustainable Yield (MSY) dianalisis dengan model surplus produksi.
Optimasi pemanfaatan dilakukan dengan analisis Linier Programing. Hasil penelitian
menunjukkan pola pertumbuhan ikan kurisi bersifat allometrik negatif. Panjang dan
berat ikan kurisi berkorelasi erat. Ukuran panjang pertama kali tertangkap (Lc) 16,34
cm. Parameter pertumbuhan menunjukkan ikan kurisi diperkirakan mampu mencapai
panjang 28,03 cm dengan laju pertumbuhan lambat sebesar 0,49 cm per tahun. Laju
mortalitas lebih besar disebabkan oleh kematian alami. Tingkat eksploitasi masih
berada di bawah nilai optimum dan perlu kehati-hatian dalam pengelolaannya.
Pendugaan MSY dan F-Opt sebesar 494 ton/tahun dan 743 unit alat tangkap standar
cantrang. Dari analisis optimasi menghasilkan jenis alat tangkap yang
direkomendasikan yaitu 743 unit alat tangkap cantrang.

ABSTRACT
Threadfin bream is one of the important and high economical fish that can be found
in Tangerang?s waters and its surounding. The use of threadfin bream increases
nowadays, alligned with the increasing demand of these commodities, especially for
Surimi. The research is aimed to exercise the biological aspects of threadfin bream
(N. peronii); the potential and the number of utilization of it, as well as the
optimization of water utilization in Tangerang.The research method used by the
writer was a survey method using threadfin bream caught by fishing gear named
Cantrang and Apollo as the samples.The writer used FiSAT II program to do the
analysis of population parameters, and used a surplus production model to assess the
Maximum Sustainable Yield (MSY). Linear Programming Analysis was used to
analize the use of optimization. The research?s result showed that the growing pattern
of threadfin bream was negative allometric. There was a close correlation between
the length and weight of the growing fish with their length when first being caught
(Lc) 16.34 cm. Threadfin bream?s growth parameters showed that threadfin bream
were expected to grow until 28.03 cm long, with a slow growth rate is 0.49 cm per
year. Mortality rate was caused by natural fish death. The level of exploitation below
the maximum value, so it needs to be managed prudentially. The estimation of MSY
and F - Opt are 494 tons/ year, and 743 units of standard Cangkrang fishing gear.
From the analysis of optimization, it produced the types of recommended fishing
gears, 743 units of Cantrang fishing gear.;Threadfin bream is one of the important and high economical fish that can be found
in Tangerang’s waters and its surounding. The use of threadfin bream increases
nowadays, alligned with the increasing demand of these commodities, especially for
Surimi. The research is aimed to exercise the biological aspects of threadfin bream
(N. peronii); the potential and the number of utilization of it, as well as the
optimization of water utilization in Tangerang.The research method used by the
writer was a survey method using threadfin bream caught by fishing gear named
Cantrang and Apollo as the samples.The writer used FiSAT II program to do the
analysis of population parameters, and used a surplus production model to assess the
Maximum Sustainable Yield (MSY). Linear Programming Analysis was used to
analize the use of optimization. The research’s result showed that the growing pattern
of threadfin bream was negative allometric. There was a close correlation between
the length and weight of the growing fish with their length when first being caught
(Lc) 16.34 cm. Threadfin bream’s growth parameters showed that threadfin bream
were expected to grow until 28.03 cm long, with a slow growth rate is 0.49 cm per
year. Mortality rate was caused by natural fish death. The level of exploitation below
the maximum value, so it needs to be managed prudentially. The estimation of MSY
and F - Opt are 494 tons/ year, and 743 units of standard Cangkrang fishing gear.
From the analysis of optimization, it produced the types of recommended fishing
gears, 743 units of Cantrang fishing gear., Threadfin bream is one of the important and high economical fish that can be found
in Tangerang’s waters and its surounding. The use of threadfin bream increases
nowadays, alligned with the increasing demand of these commodities, especially for
Surimi. The research is aimed to exercise the biological aspects of threadfin bream
(N. peronii); the potential and the number of utilization of it, as well as the
optimization of water utilization in Tangerang.The research method used by the
writer was a survey method using threadfin bream caught by fishing gear named
Cantrang and Apollo as the samples.The writer used FiSAT II program to do the
analysis of population parameters, and used a surplus production model to assess the
Maximum Sustainable Yield (MSY). Linear Programming Analysis was used to
analize the use of optimization. The research’s result showed that the growing pattern
of threadfin bream was negative allometric. There was a close correlation between
the length and weight of the growing fish with their length when first being caught
(Lc) 16.34 cm. Threadfin bream’s growth parameters showed that threadfin bream
were expected to grow until 28.03 cm long, with a slow growth rate is 0.49 cm per
year. Mortality rate was caused by natural fish death. The level of exploitation below
the maximum value, so it needs to be managed prudentially. The estimation of MSY
and F - Opt are 494 tons/ year, and 743 units of standard Cangkrang fishing gear.
From the analysis of optimization, it produced the types of recommended fishing
gears, 743 units of Cantrang fishing gear.]"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T43050
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Gianova
"Penangkapan ikan secara ilegal, tidak dilaporkan dan tidak diatur (IUU) adalah fenomena global yang secara terus-menerus menimbulkan ancaman besar terhadap keberlanjutan sumber daya perikanan, dan itu terjadi tidak hanya di dalam yurisdiksi nasional tetapi juga di laut lepas. Skala penangkapan ikan IUU di laut lepas semakin kuat, mengingat fakta bahwa laut lepas adalah daerah yang sangat luas yang tidak tertutup, dengan pengawasan, pemantauan, dan penegakan yang lemah. Situasi ini memfasilitasi praktik penangkapan ikan ilegal untuk terus terjadi tanpa intervensi. RFMO sebagai organisasi regional yang menangani isu-isu mengenai konservasi dan pengelolaan perikanan laut lepas menjadi salah satu platform terkuat dalam menegakkan langkah-langkah untuk mencegah, menghalangi, dan menghilangkan IUU fishing. Namun, konservasi dan pengelolaan RFMO harus diikuti oleh kemauan dan komitmen serius dari anggota dan non-anggota untuk mematuhi dan menerapkan langkah-langkah yang diadopsi oleh RFMO tertentu. Jika instrumen dan langkah-langkah hukum internasional yang diadopsi oleh RFMO dilaksanakan secara konsisten dan efektif, masalah IUU memancing di laut lepas dapat diselesaikan.

Illegal, unreported and unregulated fishing (IUU) is a global phenomenon that continually poses a major threat to the sustainability of fisheries resources, and it occurs not only in national jurisdictions but also in the high seas. The scale of IUU fishing in the high seas is getting stronger, given the fact that the high seas is a vast area that is not covered, with weak supervision, monitoring and enforcement. This situation facilitates illegal fishing practices to continue to occur without intervention. RFMO as a regional organization that handles issues concerning the conservation and management of open sea fisheries is one of the strongest platforms in enforcing measures to prevent, hinder, and eliminate IUU fishing. However, conservation and management of RFMO must be followed by a serious willingness and commitment from members and non-members to comply with and implement the steps adopted by certain RFMO. If the instruments and international legal measures adopted by RFMO are implemented consistently and effectively, the problem of IUU fishing in the high seas can be resolved."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Prasetyo Budi
"Komoditas terbesar untuk produksi ikan di PPS Nizam Zachman pada tahun 2013-2015 adalah cakalang dengan rata-rata produksi 34.472,08 ton/tahun. Peningkatan intensitas penangkapan sumberdaya ikan akan memberikan dampak negatif berupa pengurangan stok dan penurunan produksi hasil tangkapan. Fokus utama penelitian adalah para nelayan kapal purse seine yang beroperasi di WPP 572 Samudera Hindia Barat Sumatera yang menangkap ikan cakalang serta mendaratkan hasil tangkapannya di PPS Nizam Zahman. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi kondisi aktual tingkat pemanfaatan, menganalisa standarisasi alat tangkap, merumuskan CPUE, dan tingkat keuntungan. Metode penelitian yaitu kuantitatif, dan studi kasus. Analisis fungsi produksi menggunakan Model Schaefer dan Model Fox.
Hasil standarisasi alat penangkapan ikan, alat tangkap purse seine lebih produktif dan efektif dibanding pemakaian alat rawai tuna dengan nilai FPI purse seine 1 dan rawai tuna 0,08. Nilai rata-rata upaya standar sebesar 917 upaya atau trip. Dari nilai hasil tangkapan didapat hasil CPUE standar rata-rata sebesar 24,69. Nilai produksi lestari penangkapan sebesar 180.884 ton, dengan EMSY senilai 19.185 trip dan TAC sebesar 144.707 ton. Tingkat pemanfaatan rata-rata masih dibawah jauh dari JTB yaitu 10 dari potensi model Fox dan 12,5 dari model Schaefer. Secara keseluruhan usaha penangkapan cakalang masih menguntungkan, yaitu 93,5 dari total responden mempunyai nilai BC ratio diatas 1 yaitu berkisar 1,01 ndash; 15,17 dan dinyatakan layak untuk diusahakan.

The largest commodity of fish production in PPS Nizam Zachman for 2013 2015 was skipjack with average production 34,472,08 ton year. The increasing intensity of captured fisheries resources gave a negative impact in stock reduction and decreased production of catches. The focus of this research was the purse seine vessel that has been operated in FMA 572 Indian Ocean West Sumatra that caught skipjack and landed at Nizam Zahman harbour. The purpose of this study was to evaluate the actual condition of skipjack resource utilization level, to analyze the standardization of fishing gear, and to formulate CPUE, also to analyze the level of skipjack tuna bussiness suistanability. This research was conducted by using quantitative research methods, based on case study. Analysis on sustainable capture fisheries production function used by Schaefer Model and Fox Model.
The result of standardization of fishing gear show purse seine fishing gear was more productive and effective than the use of tuna longline tools with the value of FPI purse seine 1 and long line 0.08. The standard effort average value was 917 effort or trips. From the catch value obtained the result of CPUE average standard was 24.69. The value of sustainable tuna fishing production in FMA 572 landed at PPS Nizam Zachman was 180,884 tons, with EMSY worth 19,185 trips and TAC of 144,707 tons. The level of skipjack resource utilization was still below the average of TAC which was 10 of the potential Fox model and 12.5 of the Schaefer model. Overall skipjack fishing business was still profitable, that was 93.5 of the total respondents had a value of BC ratio above 1, which had ranged from 1.01 to 15.17 it was declared feasible to bussines.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Mohammad Adha Akbar
"ABSTRAK
Hampir 85% aktifitas perikanan tangkap di perairan Indonesia didominasi oleh perikanan skala kecil. Tingginya aktifitas penangkapan oleh nelayan skala kecil turut mempengaruhi tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan dan keberlanjutan usaha perikanan tangkap itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keragaan usaha perikanan tangkap skala kecil dan keberlanjutannya di Desa Ciparage Jaya. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi dan pencatatan. Analisis data keragaan perikanan dan perkembangan trend indeks kelimpahan menggunakan analisis indeks kelimpahan sumberdaya ikan, IMP dan regresi. Analisis keberlanjutan usaha perikanan menggunakan analisis R/C Ratio. Hasil analisis keragaan perikanan menunjukkan bahwa nelayan yang aktif dalam kurun waktu bulan Agustus-Desember 2018 sebesar 62-78%. Komposisi hasil tangkapan ikan pelagis kecil 68%, demersal 22%, cumi 6% dan pelagis besar 4%. Frekuensi panjang total ikan teri rata-rata 7,0 cmTF dan ikan tembang 16,1 cmTL Puncak musim ikan pelagis kecil dan pelagis besar terjadi bulan Oktober (IMP 1,7 dan 2,9), demersal bulan April (IMP 1,9) dan cumi bulan November (IMP 2,9). Hubungan curah hujan dan hasil tangkapan berkorelasi positif dengan nilai R2 sebesar 0,808 pada bulan Januari-Agustus, sedangkan bulan September-Desember berkorelasi negatif dengan nilai R2 sebesar 0,058. Perkembangan trend indeks kelimpahan sumberdaya ikan rata-rata mengalami penurunan. Tahun 2004 nilai indeks kelimpahan sebesar 268 ton/trip, kemudian menurun secara bertahap menjadi sebesar 115 ton/trip pada 2018. Total penerimaan usaha tahun 2017 Rp. 8.351.077.000. Rata-rata pendapatan perkapita per tahun Rp. 26.101.750. Sebanyak 87,8% pendapatan perkapita perbulan lebih rendah dari nilai UMK Karawang dengan rerata Rp. 2.000.000. Sedangkan 12,2%  diantaranya lebih besar dari nilai UMK Karawang dengan rerata Rp. 5.500.000. Nilai rasio penerimaan dan biaya (R/C Ratio) sebesar 0,70. Berdasarkan hal tersebut maka usaha perikanan tangkap skala kecil di desa Ciparage sudah tidak dapat diharapkan keberlanjutannya.

ABSTRACT
Nearly 85% of fishing activities in Indonesian waters are dominated by small-scale fisheries. The high fishing activities by small-scale fishermen also influence the level of utilization of fish resources and the sustainability of their capture fisheries business. This study aims to assess the performance of small-scale capture fisheries businesses and their sustainability in Ciparage Jaya Village. The data used are primary and secondary data that collected through interview, observation and recording techniques. Analysis of fisheries performance data using abundance indice analysis, IMP and regression. The sustainability analysis of fisheries business uses R/C Ratio analysis. The results of fisheries performance analysis show that fishermen who are active in the period August-December 2018 are 62-78%. The composition of small pelagic fish is 68%, demersal 22%, squid 6% and large pelagic 4%. The main catches of small pelagic fishes are fringerscale sardinella and anchovies. The average total length of anchovy is 7.0 cmTL and 16.1 cmTL for fringerscale sardinella. The peak season of small pelagic fish and large pelagic occurs in October (IMP 1.7 and 2.9), demersal in April (IMP 1.9) and squid in November (IMP 2.9). The relationship between rainfall and landing is positively correlated with R2 value of 0.808 in January-August, while September-December is negatively correlated with R2 value of 0.058.  The average annual abundance indice tend to gradually decreased  from of 268 tons/trip in 2004 then gradually decreased to 115 tons/trip in 2018. The estimate total business value in 2017 was Rp. 8,351,077,000. The average per capita income per year is around Rp. 26,101,750, as much as 87.8% per capita income per month which less than Karawang UMK value with an average of Rp. 2,000,000. While 12.2% among them are greater than the UMK value with an average of Rp. 5,500,000. The value of the revenue and cost ratio (R/C Ratio) is 0,70. Based on this, the sustainability of small-scale fisheries in Ciparage village can,t be expected."
2019
T53314
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hery Choerudin
"Kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan demersal yang berkelanjutan di Laut Cina Selatan harus didasari oleh hasil kajian stok sebagai bukti ilmiahnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi jenis, sebaran dan kepadatan stok ikan demersal serta keterkaitannya dengan aspek lingkungan. Hasil penelitian menunjukan ikan demersal yang tertangkap terdiri dari 62 Famili 180 jenis dan yang mendominasi adalah famili Nemipteridae dengan jenis ikan kurisi Nemipterus furcosus dan Nemipterus thosaporni. Struktur populasi ikan demersal yang tertangkap didominasi ikan muda dengan tingkat kematangan gonad yang belum matang immature. Perbandingan kelamin ikan demersal jantan dan betina didapatkan dalam keadaan seimbang dengan kecenderungan lebih banyak didapatkan ikan jantan. Penyebaran ikan demersal hampir merata pada berbagai kedalaman dan pada beberapa area dengan konsentrasi kepadatan yang cukup tinggi di kedalaman 40-60 m di sekitar kepulauan Anambas, Tambelan, Subi, dan Midai. Kepadatan stok ikan demersal didapatkan berkisar antara 68,9 kg/km2 sampai dengan 5.685,9 kg/km2 dengan rerata sebesar 1.070,86 kg/km2 dan biomassa sebesar 188.765,14 ton. Suhu, salinitas dan kedalaman perairan di LCS tidak berpengaruh signifikan terhadap kepadatan stok ikan demersal.

The policy of a sustainable demersal resources management and utilization in South China Sea should be based on stock assesment results as its scientific evidence. The research aimed to analyze the species composition, distribution and demersal stock density, and its relation with environmental aspect. The research result showed that demersal fish caught consist of 62 family, 180 species and dominated by family of Nemipteridae as dominant species is Nemipterus furcosus and Nemipterus thosaporni. The structure of demersal population catched were dominated by younger fish with the gonad stage of maturity was immature. The ratio of male and female calculated in balance situation with male ratio higher. The distribution of demersal fish found at various depth and the height were found at depth range 40 60m around Anambas Island, Tambelan island, Subi island and Midai island. The stock density of demersal fish was estimated between 68,9 kg km2 to 5.685,9 kg km2 with average estimated about 1.070,86 kg km2 and the standing stock of demersal fish was estimated about 188.765,14 tons. The temperature, salinity and depth were not significantly influenced by the stock density."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47027
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>