Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112233 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mellia Christia
"Penelitian ini dilakukan untuk dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai inner voice dalam kaitannya dengan psikopatologi, terutama fenomena bunuh diri. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan 2 instrumen pengukuran yang mengukur inner voice dan self-esteem. Jumlah subyek 196 orang dengan rentang usia 18-23 tahun yang semuanya merupakan mahasiwa program S1-Reguler Fakultas Psikologi UI. Setelah semua data diperoleh dilakukan uji homogenitas item dan dilanjutkan dengan uji hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara inner voice dan self-esteem dan tidak ada perbedaan antara mahasiswa wanita dan pria dalam inner voice dan self-esteem Secara keseluruhan, pada subyek penelitian ditemukan bahwa tingkatan inner voice yang dimiliki oleh subyek adalah pada tingkatan pemikiran yang merendahkan self-esteem. Pada pengukuran self-esteem dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat self-esteem yang cukup tinggi, meskipun masih ada yang memiliki self-esteem yang lebih rendah daripada yang lainnya.

This study had been done to comprehend inner voice phenomena in psychopathology, especially suicide ideation in normal people. Using quantitative method, inner voice and self-esteem instruments have been developed and given to 196 students Faculty of Psychology Universitas Indonesia.
The results showed that there is significant correlation between inner voice and self esteem and no sex differences in inner voice and self esteem between participants. In general, subjects inner voice state is in underestimate self-esteem, despite most of the subjects have high self-esteem."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mellia Christia
"Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bunuh diri menduduki peringkat 12 sebagai penyebab kematian. Setiap tahun di seluruh dunia tak kurang 948.000 orang tewas karena bunuh diri. Ada suatu proses pemikiran yang negatif atau manifestasi suara secara internal yang terdapat pada pasien yang melakukan usaha bunuh diri. Inner voice memiliki peran dalam merendahkan self-esreem seseorang hingga akhirya menjadi dasar bagi terjadinya tingkah laku yang maladaptif termasuk didalamnya bunuh diri. Jika kita melihat disini, maka ada suatu bentuk lingkaran yang tak terputus (vicious cycle) antara inner voice, rendahnya sefesteem, dan tingkah laku maladaptif Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran isi pernyataan dalam inner voice dan self-esteem yang terjadi dalam diri seseorang, serta hubungannya dengan self-esieem. Kemudian peneliti juga tertarik untuk mengctahui perbedaan jenis kelamin dalam inner voice dan seyl-esieem. Dengan penelitian tersebut diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai inner voice dalam karirannya dengan psikopatologi, terutama fenomena bunuh diri.
Penelitian dilakukan secara kuantitatif' dengan menggunakan 2 instrumen pengukuran yang mengukur inner voice dan self-esteem. Jumlah subyek 196 orang dengan rentang usia 18-23 tahun yang semuanya merupakan mahasiwa program S1-Reguler Fakultas Psikologi UI. Setelah semua data didapat dilakukan uji homogenitas item dan dilanjutkan dengan uji hipotesa.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah skor hasil pengukuran inner voice pada mahasiswa program Sl-Reguler Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menunujukkan bahwa skor inner voice paling rendah adalah 24, yang memiliki arti bahwa subyek tersebut memiliki intensitas inner voice yang paling rendah (pemikiran yang mengarah pada rendahnya self-esteem dan melawan diri sendiri (self defaating thoughts)). Sedangkan skor yang paling tinggi adalah 83, yang menunjukkan bahwa subyek tersebut sudah berada pada intensitas inner voice paling tinggi (pemikiran yang mengarah pada usaha bunuh diri (self-annihilating thoughls)). Secara keseluruhan,pada subyek penelitian juga ditemukan bahwa tingkatan inner voice yang dimiliki oleh subyek adalah pada tingkatan pemikiran yang merendahkan self-esteem. Sedangkan pada pengukuran self-esteem dapat disimpulkan bahwa subyek penelitian memiliki tingkat self-esteem yang tinggi, meskipun masih ada yang memiliki self-esteem yang lebih rendah daripada yang lainnya.
Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara inner voice dan self-esteem secara umum, pada mahasiswa wanita dan pria. Kemudian tidak ada perbedaan yang signifikan antara dalam inner voice dan self-esteem pada mahasiswa wanita dan pria Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini ada hubungan antara inner voice dan self-esteem dan tidak ada perbedaan antara mahasiswa wanita dan pria dalam inner voice dan self-esteem. Sesuai dengan tujuan penelitian ini sebagai penelitian awal dalam memahami fenomena bunuh diri dengan memahami proses inner voice, maka untuk selanjutnya maka sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan. Perlu diperhatikan pemilihan partisipan dengan jangkauan yang lebih luas, sehingga lebih dapat merepresentasikan populasi.
Kemudian dalam hal penggunaan instrumen pengukuran, agar lebih dapat memperhatikan item - item pemyataan yang akan diberlkan pada partisipan penelitian. Selanjutnya perlu dilakukan penelitian yang sifatnya lebih mendalam, untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas mengenai inner voice, terutama mengenai dinamika dan proses yang terjadi didalamnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Redjeki Saptoro
"Latar Belakang
Seperti laki-laki sejak abad ketujuh belas perempuan Eropa juga bermigrasi ke Amerika Utara. Waktu perahu pemukim pertama berlabuh di Hampton Roads di dalam Domini Lama Virginia bulan Mei, 1607, penumpangnya terdiri atas lelaki saja. Mereka mendirikan benteng, gereja, gudang dan pondok-pondok di Jamestown dan mulai bercocok tanam. Wanita-wanita yang kemudian datang, bersama-sama suami harus bekerja keras untuk dapat bertahan hidup. Suami-istri melakukan semua kegiatan didalam maupun di luar rumah. Tetapi di luar rumah semua kedudukan dengan kekuasaan hanya terbuka bagi lelaki, seperti pengurusan gereja, sidang kolonial, rapat kota, hanya lelaki yang bisa berperan sebagai pemimpin. (M.P. Ryan : 1975 : 29)
Dengan makin bertambahnya kedatangan imigran, lahan pertanian lambat laun menjadi berkurang, maka pemukiman makin bergeser ke barat. Wanita golongan atas dan menengah kebanyakan tinggal di kota; mereka menjalani kehidupan jauh lebih baik dari pada wanita frontir. Gadis-gadis di kalangan atas dan menengah dipermulaan abad ke-18 telah mendapat pendidikan tidak formal untuk menunjang hari depannya sebagai istri dan ibu.
Abad ke-19 ditandai dengan terjadinya revolusi industri, pabrik-pabrik dan perusahaan bermunculan. Penduduk pedesaan mengalir ke kota industri untuk menjadi buruh pabrik. Dengan pindahnya orang desa ke kota, kehidupan keluarga petani mengalami perubahan. Mereka tidak bisa lagi hidup berswadaya dari kebun dan ternaknya. Setelah tinggal di kota para istri kehilangan daya ekonominya, karena di kota mereka tidak mempunyai kebun yang hasilnya bisa mencukupi keperluan rumah tangga dan malahan sisanya bisa dijual. Setelah di kota keperluan sehari-hari harus dibeli dengan upah kerja suami yang begitu rendah. Untuk sedikit meringankan beban keluarga harus merelakan anak yang sudah besar menjadi buruh murah di pabrik. Sebaliknya wanita kalangan menengah dan atas selain mengurus rumah tangga, diwaktu yang senggang giat mengurus usaha-usaha amal dan keagamaan.
Di pertengahan abad ke-19 para wanita yang selalu giat berusaha menegakkan keadilan di antara sesama, di Seneca Falls, di negara bagian New York, pada 19-20 Juli, 1848, pada suatu rapat besar, secara resmi mengajukan tuntutan akan perubahan kedudukan wanita. Pada pertemuan itu para wanita mengeluarkan revolusi meminta kesempatan bagi wanita dalam pendidikan, bisnis, profesi dan hak atas miliknya, kebebasan bicara dan perwalian atas anak. Tuntutan yang terakhir dan tak terbayangkan adalah hak pilih. Isu hak pilih wanita ini diumumkan untuk pertama kali di Amerika (G. G. Yates :.1940: 27-28). Setelah lebih dari 70 tahun, berhasil dengan diberlakukannya the XIX Amendment pada bulan November 1920. Dengan demikian wanita mempunyai hak pilih penuh. Ratifikasi Amandemen XIX merupakan puncak keberhasilan dari gerakan para feminis, karena dengan adanya ratifikasi tersebut dapat diartikan bahwa diskriminasi mendasar terhadap wanita telah dihilangkan.
Waktu Amerika Serikat terlibat dengan PD I, di tahun 1917 wanita dan anak didorong supaya bekerja di pabrik dan di tempat yang memerlukan tenaga kerja untuk membantu usaha nasional. Para feminis ikut aktif berperan di berbagai bidang yang bisa menunjang kemenangan Amerika, walaupun sebetulnya mereka tidak menyetujui keterlibatan Amerika dalam peperangan. Namun demi tercapainya tujuan mereka yaitu hak pilih, mereka menyesuaikan diri dengan kebijaksanaan pemerintah. Ternyata tidak lama seusai perang wanita mendapatkan hak pilih di tahun 1920 seperti diterangkan di atas. Tetapi wanita setelah menerima hak pilih tidak aktif mengadakan kegiatan.
Selama PD II wanita diminta lagi menyumbangkan tenaganya di mana diperlukan. Wanita bisa menunjukkan kecakapannya di berbagai lapangan kerja yang ditinggalkan kaum lelaki yang ikut berperang."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Livana Helga Clarissa
"TikTok, sebuah situs media sosial terkenal, memiliki dampak signifikan terhadap self-esteem dan body satisfaction. Penelitian ini mengeksplorasi korelasi antara konsumsi TikTok, self-esteem, dan body satisfaction. Tugas ini mengkaji dua hipotesis yang menunjukkan kemungkinan dampak buruk penggunaan TikTok terhadap faktor psikologis ini. Kami menggunakan metodologi survei dalam penelitian kami yang didistribusikan secara luas di kalangan keluarga dan sosial kelompok universitas. Survei untuk penelitian ini mengumpulkan data dari total 381 orang. Untuk menilai self-esteem, Self-Esteem Scale Rosenberg digunakan. Untuk mengukur body satisfaction, Body Image Satisfaction Scale yang dikembangkan oleh Alsaker digunakan. Terakhir, penggunaan TikTok diukur menggunakan Media and Technology Usage and Attitudes Scale yang dibuat oleh Rosen et al. Hasil penelitian kami menunjukkan hubungan terbalik yang kuat antara jumlah waktu yang dihabiskan di TikTok dan tingkat self-esteem serta body satisfaction para peserta. Pada akhirnya, penelitian ini menambah perluasan penelitian mengenai dampak buruk media sosial terhadap kesejahteraan mental, dan menggarisbawahi pentingnya memiliki pengetahuan dan kehati-hatian saat menggunakan platform seperti TikTok.

TikTok, a famous social media site, has had a significant impact on people's self-esteem and physical satisfaction. This study explores the correlation between the consumption of TikTok, self-esteem, and body satisfaction. It examines two hypotheses that suggest the possible adverse impacts of TikTok usage on these psychological factors. We employ a survey methodology in our research that was widely distributed within the familial and social circles of the university cohort. The survey for this study gathered data from a total of 381 individuals. In order to assess self-esteem, the Rosenberg Self-Esteem Scale is employed. To gauge body satisfaction, the Body Image Satisfaction Scale developed by Alsaker is utilised. Lastly, TikTok consumption is measured using the Media and Technology Usage and Attitudes Scale created by Rosen et al. The results of our study indicate a strong inverse relationship between the amount of time spent on TikTok and the participants' levels of self-esteem and happiness with their bodies. Ultimately, this study adds to the expanding body of research on the detrimental impacts of social media on mental well-being, underscoring the significance of being knowledgeable and deliberate when using platforms such as TikTok."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas ndonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wenita Indrasari
"Perilaku defensif menghambat tim atau kelompok untuk mengambil keputusan secara optimal, sehingga perilaku ini merugikan organisasi dan perlu dikurangi. Perilaku defensif dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal terdiri dari pribadi otoritarian, self-esteem, dan keterampilan antar pribadi, sedangkan faktor-faktor eksternal terdiri dari struktur organisasi, kepemimpinan, iklim komunikasi, perubahan/intervensi kelompok, dan anggota kelompok yang berbeda.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan perilaku defensif. Faktor internal diwakili oleh self-esteem, sedangkan faktor eksternal diwakili oleh iklim komunikasi. Iklim komunikasi terdiri dari iklim komunikasi dengan atasan dan dengan rekan sejawat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa iklim komunikasi dengan atasan memiliki hubungan dengan perilaku defensif."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhira Melati Putri
"Cara pandang atau evaluasi seorang individu terhadap dirinya sendiri akan cenderung positif apabila ia memiliki self-esteem yang baik. Individu pada tahap perkembangan dewasa muda (usia 18-29 tahun) dihadapi dengan berbagai tugas perkembangan serta tuntutan kehidupan di kesehariannya, sedangkan disisi lain penting juga untuk menerapkan perilaku mempromosikan kesehatan. Individu yang memiliki self-esteem yang baik diharapkan lebih mampu untuk melakukan perilaku mempromosikan kesehatan dengan lebih baik.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti mengenai hubungan antara perilaku mempromosikan kesehatan dan self-esteem pada dewasa muda. Responden dalam penelitian ini berjumlah 798 orang dari berbagai macam daerah di Indonesia. Perilaku mempromosikan kesehatan diukur dengan Health Promoting Lifestyle Profile II (HPLP II) dan self-esteem diukur dengan Rosenberg Self Esteem Scale (RSES). Kedua alat ukur tersebut telah di adaptasi ke dalam bahasa Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dimensi perkembangan spiritual terdapat hubungan yang positif dan signifikan dengan self-esteem. Sementara itu, pada dimensi tanggung jawab kesehatan, hubungan interpersonal, aktivitas fisik, nutrisi, dan manajemen stres tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan self-esteem.

The way individuals perceives or evaluates themselves are tend to be more positive when they have a good self-esteem. Individuals in the phase of emerging adulthood (18-29 years old) are faced with various developmental task and the demands of life, but on the other hand, to put in mind it is also important for them to implement health promoting behavior on daily basis.
This study aims to investigate the relationship between health promoting behavior and self-esteem in emerging adulthood. Respondents in this study consist of 798 emerging adulthood from various regions in Indonesia. Health promoting behavior were measured by Health Promoting Lifestyle Profile II (HPLP-II) and self esteem were measured by Rosenberg Self Esteem Scale (RSES). Both of this instrument has been adapted in Bahasa Indonesia.
The results shows that spiritual growth is positively and significantly correlated with self-esteem. Meanwhile, health responsibility, interpersonal relationships, physical activity, nutrition, and stress management are not significantly correlated to self-esteem.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Putri Lestari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara job satisfaction dan job insecurity, serta peran self-esteem sebagai moderator di dalam hubungan tersebut. Tipe penelitian korelasional kuantitatif merupakan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel penelitian, antara lain Minnesota Satisfaction Questionnaire (MSQ) dari Weiss dkk. (1967) untuk mengukur job satisfaction, Job Insecurity Questionnaire (JIQ) milik De Witte 2000 untuk mengukur job insecurity, serta Rosenbergs Self-esteem Scale (RSES) milik Rosenberg 1965 yang diadaptasi oleh Pierce & Gardner (204) untuk mengukur self-esteem. Partisipan penelitian ini merupakan karyawan yang sedang bekerja full-time selama minimal satu tahun. Perolehan partisipan tersebut menggunakan metode convenience sampling. Dari 103 partisipan, didapatkan hasil yang signifikan pada hubungan antara job satisfaction dan job insecurity r= -.287, n= 03, p< .01), serta efek moderasi self-esteem pada hubungan tersebut bInt = -0.022, t = -2.65, p < 0.05 sig, CI =-0.03-0.005. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi job satisfaction karyawan, semakin rendah job insecurity yang mereka miliki dan self-esteem dapat memoderasi hubungan di antara kedua variabel tersebut."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Indra Murti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuanita Zandy Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kekerasan dalam pacaran dan self esteem pada perempuan dewasa muda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 101 perempuan dewasa muda. Pengukuran kekerasan dalam pacaran menggunakan alat ukur The Revised Conflict Tactics Scales 2 dan pengukuran self esteem menggunakan Rosenberg Self Esteem Scale. Hasil dari penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan antara kekerasan dalam pacaran dan self esteem perempuan dewasa muda (r = -0,252, p<0,05). Ketiga bentuk kekerasan yaitu psikologis, fisik dan seksual juga berhubungan signifikan dengan self esteem.

This research investigates the relationship between dating violence and self esteem on young women. This study uses a quantitative approach with cross sectional study design. One hundred and one young women were served as a participants in study. Measurement of dating violence using The Revised Conflict Tactics Scales 2 and measurement of self esteem using Rosenberg Self Esteem Scale. The result of study authenticate that there is a significant relationship between dating violence and self esteem on young women (r = -0,252, p<0,05). The third form of violence, that is psychological, physical, and sexual has a significant relationship with self esteem."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S44811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Larasati
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara self-esteem dan identifikasi pada avatar dengan adiksi game online jenis MMORPG. Penelitian ini menggunakan alat ukur Rosenberg Self-esteem Scale (RSES) yang telah diadaptasi ke bahasa Indonesia (Cassandra, 2010) untuk mengukur self-esteem, alat ukur Player-Avatar Identification Scale (PAIS) untuk mengukur identifikasi pemain terhadap avatar (Dong Li, Liau, & Khoo, 2013) dan Indonesian Online Game Addiction Questionnaire untuk mengukur tingkat adiksi (Jap, Tiatri, Jaya, & Suteja, 2013). Jumlah responden sebanyak 129 orang, berada pada tahap perkembangan remaja dan bermain MMORPG selama enam bulan terakhir. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah adanya hubungan signifikan negatif antara self-esteem dan adiksi game online MMORPG, dan adanya hubungan signifikan positif antara identifikasi pada avatar dan adiksi game online.

This research is conducted to find out the correlation between self-esteem, avatar identification, and online game addiction in MMORPG players. This research used Indonesian version of Rosenberg Self-esteem Scale (RSES) by Cassandra (2010), Player-Avatar Identification Scale (PAIS) (Dong Li, Liau, & Khoo, 2013), and Indonesian Online Game Addiction Questionnaire (Jap, Tiatri, Jaya, & Suteja, 2013). The participants of this research are 129 MMORPG gamers (who at least played for the past six months) and is currently in adolescent age range. The results show that there is significant negative correlation between self-esteem and online game addiction. There is also significant positive correlation between avatar identification and online game addiction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>