Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4229 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Smail, John R.W.
Bandung: Ka Bandung, 2011
959.82 SMA b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Smail, John R.W.
Ithaca Southeast Asia Program Departement of Asian studies Cornell University 1964
992.07 S 261 b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Smail, John R.W.
Jakarta: Ka Bandung, 2011
959.82 SMA b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Smail, John R. W.
New York: Department of Asian Studies Cornell University, 1964
992.07 SMA b (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Effendy
"Masa antara tahun 1945-1949 dalam sejarah Indonesia merupakan kurun waktu yang sangat menarik perhatian banyak orang untuk membicarakannya. Periode ini disebut periode Revolusi Kemerdekaan. Revolusi Indonesia merupakan masa pergolakan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, termasuk didalamnya adalah organisasi pemuda dari Djawatan Pos Telegrap dan Telepon (AMPTT). Bagi AMPTT sebagai organisasi pemuda jawatan yang sehari-harinya berhubungan dengan penguasa asing, permasalahannya adalah bagaimana menghilangkan kekuasaaan asing tersebut. Kemerdekaan bukanlah hanya mengibarkan bendera merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, tetapi harus disertai dengan realisasi pemindahan kekuasaan. Akhirnya dilaksanakan pengambilalihan kekuasaan atas Kantor Pusat PTT dari tangan Jepang pada tanggal 27 September 1945. Pemuda PTT sangat menyadari fungsi jawatan dan keahlian yang dimilikinya untuk membantu perjuangan, Keberadaan AMPTT sebagai salah satu badan perjuangan pada masa revolusi dapat dilihat dari potret dirinya. Pertama, memalalui ide pengambilalihan kekuasaan Kantor Pusat Jawatan PTT dari kekuasaan asing. Kedua, tindakan untuk merealisasikan, membantu pemuda-pemuda melakukan perebutan obyek-obyek panting, mendirikan radio perjuangan Benteng Hitam, dan ikut berjuang bersama rakyat dan badan lainnya menghadapi sekutu. Ketiga, hasil dari semua itu antara lain memberi inspirasi kepada pemuda jawatan lain untuk ikut mengambil alih jawatannya, membentuk organisasi pemuda jawatan. Hubungan kamunikasi dalam masa pergolakan yang dirasakan sulit, menjadi Iebih memungkinkan berkat usaha yang gigih dari pegawai PTT dan AMPTT. Masa antara 27 September 1945 sampai 23 Maret 1946 adalah masa yang sangat singkat. Rasanya mustahil dalam waktu sesingkat itu sebuah organisasi pemuda atau badan perjuangan manapun dapat bergerak banyak, akan tetapi revolusi memungkinkan berbuat segalanya, dan AMPTT membuktikan bahwa dalam waktu enam bulan itu telah dapat menyumbangkan peranannya dalam menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan republik Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S12469
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Khoirunnisa
"Skripsi ini membahas mengenai bentuk-bentuk rumah tinggal pada masa kolonial Belanda di Jalan Cipaganti, Bandung. Rumah-rumah di Jalan Cipaganti ini terletak di wilayah Bandung Utara dan pada masa lalu diperuntukkan bagi kalangan elit Eropa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bentuk pengaruh arsitektur rumah tradisional Jawa Barat dan arsitektur rumah-rumah peninggalan kolonial Belanda di Menteng, Taman Kencana, dan Cihapit yang tercermin dalam unsur-unsur rumah di Cipaganti. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa rumah tinggal kolonial di Jalan Cipaganti mendapat pengaruh arsitektur rumah tradisional Jawa Barat dan rumah peninggalan kolonial Belanda pada bagian atas, badan, dan bawah bangunan. Rumah-rumah di Cipaganti juga memiliki ciri khusus yang tidak ditemukan pada rumah tinggal kolonial di daerah pembanding Menteng, Taman Kencana, dan Cihapit.

This undergraduate thesis discusses about colonial houses from early 20th Century at Jalan Cipaganti, Bandung. The houses on Jalan Cipaganti are located in North Bandung area and in the past were reserved for the European elite. This study aims to see the influence of traditional architecture of West Java and architecture of Dutch colonial heritage houses in Menteng, Taman Kencana, and Cihapit which is reflected in the elements of house in Cipaganti. This research is analytical descriptive. The results of this study explain that the colonial residence on Jalan Cipaganti get the influence of the architecture of traditional houses of West Java and the Dutch colonial relics on the top, body, and bottom of the building. The houses in Cipaganti also have special characteristics that are not found in the colonial residence in the comparative areas Menteng, Taman Kencana, and Cihapit.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reyhand Pranna Kamil
"Artikel ini mengkaji dinamika Stasiun Jakarta Kota pada masa awal kemerdekaan Indonesia (1945–1946) dengan menyoroti pentingnya penguasaan infrastruktur strategis dalam proses konsolidasi kekuasaan pemerintah Republik Indonesia. Stasiun Jakarta Kota, menjadi salah satu titik strategis yang diperebutkan dalam situasi pascakolonial, tidak hanya perannya dalam sistem transportasi, tetapi juga sebagai simbol perjuangan nasional. Stasiun Jakarta Kota sejak pendudukan Jepang hingga datangnya pasukan Sekutu menciptakan ketegangan sosial dan ekonomi yang signifikan, namun juga mendorong tumbuhnya solidaritas di kalangan masyarakat guna mendukung upaya pemerintah dalam mempertahankan kedaulatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode sejarah dengan memanfaatkan sumber-sumber primer, seperti koran Sin Po, Merdeka, Asia Raja, dan Sinar Baroe, serta referensi sekunder yang berasal dari berbagai buku dan jurnal akademik yang relevan. Kajian ini mengungkap bagaimana proses pengambilalihan Stasiun Jakarta Kota oleh pemerintah Indonesia hingga diambilalihnya Stasiun Jakarta Kota oleh Sekutu menjadi contoh nyata perjuangan mempertahankan legitimasi melalui penguasaan aset strategis. Lebih dari sekadar fasilitas transportasi, Stasiun Jakarta Kota juga memiliki fungsi penting untuk menjadi ikon identitas nasional yang merefleksikan perjuangan kolektif rakyat dalam mewujudkan pemerintahan yang berdaulat di tengah tekanan kekuatan asing.

This article examines the dynamics of Jakarta Kota Station during the early days of Indonesian independence (1945–1946) by highlighting the importance of controlling strategic infrastructure in the process of consolidating the power of the government of the Republic of Indonesia. Jakarta Kota Station, became one of the strategic points that was contested in the postcolonial situation, not only for its role in the transportation system, but also as a symbol of national struggle. Jakarta Kota Station from the Japanese occupation until the arrival of Allied troops created significant social and economic tensions, but also encouraged the growth of solidarity among the community to support the government's efforts to defend sovereignty. This research uses a historical method approach by utilizing primary sources, such as newspapers Sin Po, Merdeka, Asia Raja, and Sinar Baroe, as well as secondary references originating from various relevant books and academic journals. This study reveals how the process of taking over Jakarta Kota Station by the Indonesian government until the takeover of Jakarta Kota Station by the Allies are concrete examples of the struggle to maintain legitimacy through control of strategic assets. More than just a transportation facility, Jakarta Kota Station also has an important function in becoming an icon of national identity that reflects the collective struggle of the people in realizing a sovereign government amidst pressure from foreign powers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ovi Ratna Dyah Kustanti
"Skripsi ini membahas mengenai bentuk rumah tinggal masa kolonial Belanda pada awal abad 20 masehi yang terletak di Cihapit Bandung. Bangunan rumah tinggal yang berada di Cihapit ini merupakan hasil kebudayaan manusia yang keberadaannya sudah ada sejak awal abad 20 M 1910-1940 . Pada rumah tinggal dilihat bagaimana bentuk arsitektur bangunan pada rumah tinggal di Cihapit mengingat bangunan rumah tinggal di Indonesia berbeda-beda sesuai ciri khasnya masing-masing. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik. Hasil penelitian menjelaskan adanya bentuk bangunan tersendiri pada rumah tinggal masa kolonial di Cihapit.

This undergraduate thesis discusses about colonial houses from early 20th century at Cihapit Bandung. The Colonial houses at Cihapit were a heritage culture from humans that existed from early 20th century. In a colonial houses can see how the forms of architecture on colonial houses at Cihapit. The aim of this thesis is to know the form of architecture buildings in colonial houses at Cihapit. This thesis based on descriptive analytical. The result of this research to explains the identity of colonial houses at Cihapit Bandung.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S66241
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevina Graciela Dris
"Kopi Priangan pernah mencapai puncak pada abad 17-18. Pada abad ke-19 komoditas kopi mengalami penurunan karena beberapa faktor, tetapi salah satu yang paling besar adalah serangan dari hama hemileia vasatrix
pada beberapa tanaman kopi arabika sehingga melumpuhkan varietas kopi arabika di Jawa. Kota Bandung memiliki perkembangan yang pesat terlihat dari infrastruktur dan pengaruh dari Eropa yang cukup pesat. Hal ini dinilai mendukung usaha kopi yang mulai bermunculan di kota Bandung sehingga melahirkan sebuah pertanyaan penelitian apa dampak perkembangan kota Bandung terhadap kemunculan usaha kopi pada awal abad ke-20. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dari Kuntowijoyo. Perkembangan kota Bandung yang pesat
dalam hal ini seperti pembangunan stasiun, munculnya Pasar Baru, dan terpaparnya kota Bandung dengan gaya hidup Eropa mendukung usaha kopi terbentuk dalam bentuk pabrik dan kedai kopi.

Priangan coffee had become the top commodities in the 17-18 centuries. In the 19th century the coffee commodity decreased due to several factors, but one of the biggest was the attack from the hemileia vastatrix pest on some arabica coffee plants, triggered the Arabica coffee commodity decreased at that time. The city of Bandung has had a fast development, seen from the infrastructure and influence from Europe which is quite fast. This is considered to support the coffee business that began to emerge in the city of Bandung, giving rise to a research
question about the impact of the development of the city of Bandung on the emergence of coffee business in the early 20th century. This study uses the historical method from Kuntowijoyo. The rapid development of the city
of Bandung in this regard, such as the construction of stations, the emergence of Pasar Baru, and the emeregence of coffee factory and coffee shop.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kevina Graciela Dris
"Kopi Priangan pernah mencapai puncak pada abad 17-18. Pada abad ke-19 komoditas kopi mengalami penurunan karena beberapa faktor, tetapi salah satu yang paling besar adalah serangan dari hama hemileia vasatrix pada beberapa tanaman kopi arabika sehingga melumpuhkan varietas kopi arabika di Jawa. Kota Bandung memiliki perkembangan yang pesat terlihat dari infrastruktur dan pengaruh dari Eropa yang cukup pesat. Hal ini dinilai mendukung usaha kopi yang mulai bermunculan di kota Bandung sehingga melahirkan sebuah pertanyaan penelitian apa dampak perkembangan kota Bandung terhadap kemunculan usaha kopi pada awal abad ke-20. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dari Kuntowijoyo. Perkembangan kota Bandung yang pesat dalam hal ini seperti pembangunan stasiun, munculnya Pasar Baru, dan terpaparnya kota Bandung dengan gaya hidup Eropa mendukung usaha kopi terbentuk dalam bentuk pabrik dan kedai kopi.

Priangan coffee had become the top commodities in the 17-18 centuries. In the 19th century the coffee commodity decreased due to several factors, but one of the biggest was the attack from the hemileia vastatrix pest on some arabica coffee plants, triggered the Arabica coffee commodity decreased at that time. The city of Bandung has had a fast development, seen from the infrastructure and influence from Europe which is quite fast. This is considered to support the coffee business that began to emerge in the city of Bandung, giving rise to a research question about the impact of the development of the city of Bandung on the emergence of coffee business in the early 20th century. This study uses the historical method from Kuntowijoyo. The rapid development of the city of Bandung in this regard, such as the construction of stations, the emergence of Pasar Baru, and the emeregence of coffee factory and coffee shop."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>