Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159553 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muchtazar
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gatot Suhariyono
"ABSTRAK
Fasilitas Produksi Radioisotop di PT. INUKI, PUSPIPTEK Serpong, memproduksi dan memproses I-131 yang dapat terdispersi ke pemukiman penduduk dan lingkungan di sekitar Kawasan Nuklir Serpong (KNS). I-131 secara rutin diproduksi untuk keperluan medis di sejumlah rumah sakit dan farmasi, untuk keperluan domestik dan ekspor. Paparan radiasi I-131 pada manusia dapat mengakibatkan kanker thyroid. Permasalahan produksi I-131 selama ini adalah belum adanya penelitian dan kajian yang mendalam tentang dispersi lepasan udara I-131 radioaktif dari cerobong PT. INUKI pada lingkungan yang mendekati kondisi sebenarnya, serta tidak ada kajian dan penelitian yang mendalam penggunaan software GENII V-2 tentang karakterisasi dispersi lepasan udara radioaktif dari cerobong ke lingkungan terhadap kondisi lapangan sebenarnya. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan di daerah ini dalam kondisi normal. Dengan demikian metode penelitiannya yaitu dilakukan pengukuran secara bersamaan di dalam rumah (indoor) dan halaman rumah (outdoor) KNS, di cerobong produksi radioisotop I-131, INUKI, Serpong dan di lingkungan (tanah dan rumput) dengan tiga metode penelitian (langsung, tidak langsung dan pemodelan menggunakan software GENII).
Temuan baru dari penelitian ini adalah pengembangan metode baru pengukuran radioaktif udara di cerobong, penemuan metode baru kalibrasi detektor NaI(Tl) in-situ, validasi data hasil pemodelan dengan software GENII dengan data pengukuran langsung, penemuan waktu tinggal peresapan (adsorption life time) I-131 di dalam charcoal, dan penemuan pengaruh matahari, kelembaban dan hujan terhadap konsentrasi I-131 di udara.

ABSTRACT
The Radioisotope Production Facility at PT. INUKI PUSPIPTEK Serpong produces and processes I-131 that can disperse to settlements (community) and the environment around the Serpong Nuclear Area (SNA). I-131 is produced routinely for medical purposes in hospitals and pharmacies, for both domestic and export. The radiation exposure of I-131 to human can cause thyroid cancer. The problems in I-131 production are so far no research and in-depth assessment of the air dispersion of a I-131 radioactivity released from the PT. INUKI stack to the environment which close to actual conditions. Also there are no studies and in-depth research on the use of the GENII software to characterize air dispersion of released radioactive from the stack to the environment at actual field conditions. Thus, it is important to conduct such a study at this area in normal condition. Then, the methods of the study were to carried out simultaneous measurements of I-131 radioactivity in homes (indoor), at the front yards (outdoor) of SNA, on the stack of the I-131 radioisotope production of INUKI Serpong and at the environment (soil and grass) with three research methods (direct, indirect and using the GENII software).
New findings from this research are the development of new methods of radioactive air measurement in the stack, the discovery of a new method of in-situ calibration of the NaI(Tl) detector, data validation of GENII software with that of direct measurements, discovery of I-131 adsorption life time in charcoal, and discovery of the effect of the sun, humidity and rain to the I-131 concentration in the air.
"
2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky Taufika Yuhedi
"Latar Belakang: Kanker serviks stadium awal dapat ditatalaksana dengan baik, namun pada stadium lanjut lokal memiliki prognosis yang buruk. Terapi standar yang tersedia masih kurang optimal dan memiliki efek samping yang mengganggu. Pada keadaan tertentu tumor dapat mengalami metastases atau progresif, salah satunya karena adanya ikatan PD-L1 dengan sel limfosit T sehingga kanker serviks terhindar dari respon imun. Pemberian anti PD-L1 menjadi bagian yang penting dalam pengobatan imunoterapi kanker. Di Indonesia belum tersedia data empirik profil karakteristik yang berkaitan dengan ekspresi PD-L1 serta respon tumor terhadap radiasi pada kanker serviks.
Metode: Penelitian ini memeriksa ekspresi PD-L1 intratumoral pada jaringan biopsi karsinoma sel skuamosa serviks pre dan paska radiasi eksterna dengan menggunakan metode ELISA dan IHK, pemeriksaan IHK menggunakan antibodi clone 28-8 dari Abcam. Pemeriksaan CT scan evaluasi sebelum radiasi dan 2 bulan setelah radiasi dipakai sebagai alat untuk menilai respon terapi radiasi.
Hasil: Dari 31 pasien yang ikut serta, terdapat 29 pasien yang telah dilakukan pemeriksaan ekspresi PD-L1 sebelum dan sesudah radiasi, selanjutnya hanya 22 pasien yang telah menjalani CT scan evaluasi. Ekspresi PD-L1 ELISA paska radiasi eksterna berbeda bermakna pada tumor berukuran ≥5cm (p=0,015) dan ekspresi PD-L1 IHK berbeda bermakna pada sel tumor berkeratin (p=0,023), pada pasien dengan grade IHK yang difus (+3) resiko relatif untuk respon komplit 0,5 kali dibandingkan dengan grade IHK yang  tidak difus.Uji korelasi perbedaan selisih ekspresi (delta) dan rasio PD-L1 ELISA menunjukkan tidak ada korelasi (R2 = 0,217) dan (R2 = 0,194) terhadap respons, begitu juga hasil pada hasil pemeriksaan ekspresi PD-L1 IHK tidak ada perbedaan bermakna pada kategori kenaikan, tetap dan penurunan, tetapi ketika kategori dirubah menjadi penurunan dan tidak ada penurunan didapatkan nilai p yang lebih baik (p=0,161 vs p=.0,613)
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara ekspresi PD-L1 pre dan paska radiasi terhadap respon, akan tetapi terdapat tren penurunan kadar PD-L1 IHK berkaitan dengan respon terapi.

Background: Early-stage cervical cancer can be managed properly, but at a locally advanced stage it has a poor prognosis. The standard therapy available is still suboptimal and has disturbing side effects. In certain circumstances, tumors can undergo metastases or progressives, one of which is due to the binding of PD-L1 with T lymphocyte cells so that cervical cancer is protected from the immune response. In Indonesia, there is no available empirical data on the characteristic profiles related to PD-L1 expression and tumor response to radiation in cervical cancer.
Method: This study examined intratumoral PD-L1 expression in biopsy tissue of squamous cell carcinoma of cervical cells pre and post external radiation using ELISA and IHC methods, IHC examination using antibody clone 28-8 from Abcam. CT scan evaluation before radiation and 2 months after radiation are used as a tool to assess the response of radiation therapy.
Results: Of the 31 patients who participated, there were 29 patients who had examined the expression of PD-L1 before and after radiation, then only 22 patients who had undergone a CT scan evaluation. Expression of PD-L1 ELISA after external radiation was significantly different in tumors of ≥5cm (p=0.015) and expression of PD-L1 IHC was significantly different in keratinous tumor cells (p = 0.023), in patients with diffuse IHC grade (+3) relative risk to complete response of 0.5 times compared to the grade of IHC which is not diffuse. Correlation test difference in expression difference (delta) and PD-L1 ELISA ratio showed no correlation (R2 =0.217) and (R2=0,194) to the response, as well as results on the examination results of PD-L1 IHC expression there was no significant difference in the increased category, constant and decrease, but when the category is changed to decrease and there is no decrease, a better p-value is obtained (p=0.161 vs p=0.613)
Conclusion: There was no significant difference between the expression of PD-L1 pre and post-radiation to the response, but there was a trend of decreasing PD-L1 IHC levels concerning therapeutic response.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Ingewaty Wijaya
"Paparan radiasi pengion dosis rendah (<0,5 Gy) dapat menyebabkan gangguan sirkulasi. Namun, belum diketahui apakah paparan radiasi pengion dosis rendah dapat menyebabkan hipertensi. Seorang petugas radiologi berjenis kelamin laki-laki yang berusia 27 tahun menanyakan tentang hasil pemeriksaan berkalanya dimana hasilnya menyatakan ia mengidap hipertensi. Dia juga menyebutkan bahwa pada tahun sebelumnya, hasil pemeriksaan EKG-nya tidak baik, tetapi dia tidak dapat mengingat apa yang dikatakan oleh dokter spesialis jantung. Apakah hipertensi pada pekerja radiologi disebabkan oleh paparan radiasi pengion di tempat kerja? Pencarian literatur dilakukan melalui PubMed, Scopus dan Cochrane. Didapatkan sebuah artikel yang relevan, yang memenuhi kriteria inklusi. Sebuah studi kohort oleh Preetha R, et al (2015) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara risiko hipertensi dan paparan FGIP. Penelitian ini valid dan dapat diterapkan pada pasien saya karena metodenya sesuai dan cukup baik. Selain itu, populasi dalam penelitian ini memiliki kemiripan dengan pasien saya. Namun, hanya ada satu artikel yang ditemukan. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya penelitian mengenai hal ini. Oleh karena itu, hubungan sebab akibat masih belum dapat dibuktikan. Dianjurkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan pengukuran paparan dan hasil yang lebih baik.

Exposure to low dose ionising radiation (<0.5 Gy) can cause circulation disorders. It is not yet known whether exposure to low dose ionising radiation can cause hypertension. A 27-year-old male radiologist asked about the result of his periodic examinations in which written hypertension. He also said that in the previous year, his ECG examination resulted in no good, but he couldn’t remember what the cardiologist said. Does hypertension in radiology workers due to exposure to ionising radiation at work? The literature searches were conducted through PubMed, Scopus and Cochrane. A relevant article, which fitted the inclusion criteria, was found. A cohort study by Preetha R, et al (2015) suggested that there is a relationship between the risk of hypertension and FGIP exposure. This study is valid and applicable to my patient because the method is quite good and suitable. Also, the population in the study is similar to my patient. However, there was only one article found which might be due to the lack of research on this subject. Hence, the causal relationship still cannot be proven. Further research is recommended with a better measurement of exposure and outcome."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Debbie Valonda S.
"Latar Belakang Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu yang efektif dalam menurunkan kadar total coliform dengan menggunakan sinar ultraviolet pada air limbah terolah di outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah Puskesmas X Jakarta Tahun 2022.  
Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain studi eksperimen. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 64 sampel air limbah terolah pada outlet di Instalasi Pengolahan Air Limbah Puksesmas X Jakarta. Data kadar total coliform didapatkan dari hasil pemeriksaaan sampel di laboratorium terakreditasi. Sinar ultraviolet menggunakan lampu TL UVC merk Philips dengan daya  15 watt. 
Hasil  Berdasarkan rata-rata persentase penurunan kadar Total Coliform pada sampel setelah mendapatkan perlakuan dengan sinar ultarviolet setelah 2 menit sebesar 10%,  setelah 4 menit sebesar 21,25%, setelah 6 menit sebesar 26,75%, setelah 8 menit sebesar 42,5%, setelah 10 menit sebesar 58,75%. Persentase penurunan total coliform setelah 10 menit penyinaran memiliki efektifitas yang paling tinggi. Dari uji korelasi diketahui bahwa ada hubungan yang kuat antara lama penyinaran ultraviolet dengan penurunan total Coliform.

Background This study aims to determine the effective time to reduce total coliform levels by using ultraviolet light in treated wastewater at the outlet of the Wastewater Treatment Plant of Health Center X in Jakarta in 2022.
Methods This research uses quantitative research methods with an experimental study design. The number of samples in this study were 64 samples of treated wastewater at the outlets of the Wastewater Treatment Plant of Public Health Center X Jakarta. Data on total coliform levels were obtained from the results of examination of samples in an accredited laboratory. Ultraviolet light using Philips brand TL UVC lamp with 15 watts of power.
Results Based on the average percentage decrease in Total Coliform levels in the sample after receiving treatment with ultraviolet light after 2 minutes by 10%, after 4 minutes by 21.25%, after 6 minutes by 26.75%, after 8 minutes by 42.5 %, after 10 minutes of 58.75%. The percentage of total coliform decrease after 10 minutes of irradiation had the highest effectiveness. From the correlation test, it is known that there is a strong relationship between the duration of ultraviolet irradiation and the decrease in total Coliform.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shifa Rizkamiarty
"ABSTRAK
Paparan radiasi sinar ultraviolet UV dapat menginduksi kerusakan kulit. Maka dari itu, diperlukan perlindungan untuk kulit dengan menggunakan kosmetik seperti alas bedak. Epigalokatekin galat EGCG , antioksidan yang efektif dan banyak di daun teh hijau, dapat digunakan sebagai bahan aktif dalam alas bedak losion yang dirancang memiliki nilai Sun Protection Factor SPF sekitar 30 sehingga dapat melindungi kulit wajah dari paparan sinar radiasi UV secara efektif dan aman untuk digunakan. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan nilai SPF dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 290-320 nm. Penilaian stabilitas fisik dilakukan pada suhu rendah 40C 20C, kamar 250C 20C, dan tinggi 40C 20C, serta cycling test dan uji mekanik. Uji keamanan kosmetik dilakukan uji iritasi kulit dengan metode Draize test pada 3 ekor kelinci albino galur New Zealand. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai SPF EGCG 0,04 adalah 31,02 0,72 dan losion alas bedak dengan 0,4 EGCG adalah 33,20 0,5. Uji stabilitas fisik menunjukkan tidak terjadi pemisahan fase dan tidak terbentuk kristal. Hasil uji iritasi kulit pada kelinci memberikan indeks iritasi primer sebesar 0,0. Sediaan losion alas bedak EGCG stabil secara fisik, memiliki penampilan yang menarik dan aman digunakan, serta efektif menangkal radiasi sinar UV.

ABSTRACT
Ultraviolet UV exposure induces photodamage of skin. It is necessary to protect the skin from UV induced injuries by using cosmetic such as a foundation. Epigallocatechin gallate EGCG, an effective antioxidant and most abundant in green tea leaves, used as an active ingredient in a lotion foundation which is designed to have Sun Protection Factor SPF value around 30 so that can protect the facial skin from UV radiation exposure effectively and safe to use. In this study, we determined SPF value by using Spectrophotometry UV Vis at wavelength 290 320 nm. Physical stability assessment was performed at low 4oC 2oC, room 25oC 2oC, and high 40oC 2oC temperature, as well as the cycling test and centrifugation test. Safety test was done by skin irritation test with Draize test on 3 albino New Zealand rabbits. The results showed that SPF value of EGCG 0.04 was 31.02 0.72 and lotion foundation with 0.4 EGCG was 33.20 0.59. Physical stability test showed a good physical stability. Results of safety gave a primary irritation index of 0.0. EGCG foundation was physically stable, had a good appearance, safe to use, and can protect skin effectively from UV radiation exposure."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Apsari
"Candida adalah jamur oportunistik yang umum ditemukan pada kasus HIV/AIDS. Penurunan jumlah CD4+ pada infeksi HIV mempengaruhi sifat Candida sp. dari komensal menjadi patogen. Penelitian ini merupakan studi potong lintang untuk mencari hubungan antara jumlah CD4+ dengan jumlah koloni Candida sp. pada rongga mulut anak terinfeksi HIV. Tiga puluh lima anak dengan infeksi HIV dibagi menjadi 3 kelompok sesuai jumlah CD4+. Isolasi Candida sp. ditemukan pada 27 sampel subjek(77,1%). Total koloni Candida sp. pada anak dengan CD4+ rendah sebesar 1315(30-2100)CFU/ml dan CD4+ normal sebesar 30(0-1020)CFU/ml. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara jumlah CD4+ dengan jumlah koloni Candida sp.

Candida is an opportunistic fungi that is commonly found in HIV/AIDS patients. Decrease in CD4+ count in HIV infection, affects the nature of Candida sp. from commensal be pathogenic. This was a cross-sectional study to find out the relationship between CD4+ count and the number of Candida sp. from oral cavity in HIV children. Thirty-five children with HIV infection were divided into 3 groups according to CD4+ count. Isolation of Candida sp. were found in 27 samples of subjects (77.1%). The total colony Candida sp. was 1315(30-2100)CFU/ml in children with lower CD4+ count and 30(0-1020)CFU/ml in children with normal CD4+ count. The results showed a significant relationship between CD4+count and the number of Candida sp.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniarti
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyati
"Candida merupakan jamur yang dapat hidup sebagai saprofit di saluran pernapasan, saluran cerna dan kotoran di bawah kuku orang sehat. Selain sebagai komensal jamur tersebut juga dapat menyebabkan infeksi atau kandidosis baik superfisial maupun sistemik. Perubahan dari bentuk saprofit menjadi patogen terjadi bila ada faktor predisposisi yang biasanya merupakan penurunan imunitas tubuh. Salah satu keadaan dengan penurusan sistem imunitas adalah HIV/AIDs yang dapat mengubah sifat jamur yang semula komensal menjadi patogen. Pada penderita AIDS biasanya terjadi kandidosis oral atau esofagitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies Candida yang diisolasi dari tinja penderita HIV/AIDS dengan diare. Bahan penelitian yang digunakan adalah 95 sampel tinja penderita HIV/AIDS yang menderita diare. Tinja penderita dibiak pada medium SDA kemudian dilanjutkan dengan identifikasi spesien secara morfologis dan biakan dengan Chromagar. Pada isolasi didapatkan 71 (&4,74%) dari95 biakan tumbuh koloni khamir yang terdiri dari Candida 42 (44.21%), Geotichum (25.26%), campuran Candida danGeotrichum 3 (3.16%), Rhodotorula dan Trichosporon masing masing 1 (1.05%). Identifikasi species Candida menghasilkan tujuh spesies yaitu C. albicans, C. tropicalis, C. krusei, C. guilliermondii, C. glabrata, C. lusitaniae dan C. kefyr. Ternyata dari tinja penderita HIV AIDS dapat diisolasi berbagai spesies khamir. Dengan penelitian ini memang belum dapat dipastikan peran khamir di atas sebagai penyebab penyakit, namin perlu diingat bahwa salah satu petanda masuknya seorang pengandung HIV menjadi AIDS adalh infeksi Candida superfisial, jadi kemungkinan peran Candida sebagai penyebab diare tidak dapat disingkirkan.

Candida is asaprophyte in the human respiratory tract, gastro intestinal tract and also in the debris under the nail. In patients with compromised immunity such as HIV-AIDS, Candida is able to cause infection, in this case oral candidosis or esophagitis. In this study fungi were isolated from the stools of HIV/AIDS patients. Samples consisting of 95 diarrheic stools from HIV/AIDS patients were investigated for the yeast especially Candida spp. The stools were inoculated onto Sabouraud dextrose agar then the fungi were identified using morphological methods and Chromaga medium. Yeast colonies were found in 71 (74.74%) out od 95 samples from which Candida was 42 (44.21%), Geotrichum 24 (25.26%), and mixed of Candida and Geotrichum 3 (3.16%), Rhodotorula and Trichosporon 1 (1.05%) each. Species of Candida were identified as C. albicans, C.tropicalis, C. kruesei, C. guilliermondii, C. glabrata, C. lusitaniae dan C. kefyr. Although Candida could be isolated from the diarrheic stolls of HIV/AIDS patients but its role on the cause of diarrhea is still questionable."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hesti Adininggar
"Ruang Lingkup dan Cara penelitian : Kandidosis bukan disebabkan oleh Candida albicans saja, dapat pula disebabkan oleh C. krusei, C. parepsilosis, C. lusitaniae, C. tropicalis, C. glabrata, C. stellatoidea, C. kefyr dan C. guilliermondii. Penentuan spesies Candida penyebab kandidosis di laboratorium umumnya ditegakkan dengan uji germ tube, CMT, EMB dan agar glukosa 0,1 %. Baik uji germ tube, CMT dan EMB maupun agar glukosa 0,1 % tidak dapat membedakan spesies-spesies Candida tersebut. Oleh karena itu diperlukan metode yang mampu mengidentifikasi semua spesies Candida. Untuk penentuan spesies tersebut dilakukan dengan uji fermentasi dan asimilasi deret gula yang merupakan uji Baku. Identifikasi pasti diperoleh bila tidak terdapat kontaminasi baik oleh bakteri maupun spesies Candida lain. Maka kepastian bahwa jamur yang diuji terdiri dari satu spesies saja harus terpenuhi. Selain mencegah kontaminasi, banyaknya macam deret gula yang diujikan juga perlu dipenuhi. Apabila macam deret gula yang diuji kurang dan ditemukan pola yang sama maka identifikasi pasti spesies tidak terpenuhi. Untuk memperoleh basil identifikasi spesies pasti maka dilakukan uji koloni-satu-spora sebelum uji fermentasi dan asimilasi deret gula dilakukan. Uji koloni-satu-spora yaitu pemumian koloni dengan Cara memisahkan spora-spora. Pada penelitian ini 9 isolat yang diperiksa berasal dari penelitian sebelumnya (Mulyati, tesis) dengan hasil "meragukan" dan 6 isolat dengan identifikasi spesies pasti, sebagai kontrol. Semua isolat pada penelitian ini diambil masing-masing 16 spora dengan perincian diambil 4 spora dan dilakukan sebanyak 4 kali. Koloni hasil pemumian yang tumbuh kemudian diidentifikasi dengan uji fisiologis deret gula, yaitu : glukosa, laktosa, maltosa, sukrosa, galaktosa, trehalosa, raffinosa dan cellobiosa.
Hasil dan Kesimpulan : Hasil identifikasi spesies Candida dari 15 isolat dengan uji fermentasi dan asimilasi 5 deret gula saja diperoleh 6 spesies Candida. Sedangkan hasil identifikasi spesies Candida dari isolat yang sama setelah dilakukan uji kolonisatu-spora sebanyak masing-masing 4 X 4 spora dan uji fisiologis 8 macam deret gula diperoleh 9 spesies Candida, 3 spesies tersebut adalah C. lusifaniae, C. kefyr dan C. guilliermondii. Baik pada isolat "meragukan" maupun kontrol ternyata dapat terdiri lebih dari satu spesies Candida. Maka hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa penentuan spesies pasti Candida memerlukan uji koloni-satu-spora lalu uji fermentasi dan asimilasi dengan delapan macam deret gula."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>