Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91350 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yeni Mahwati
"A number of studies have documented a positive and robust relationship between religious activity and health outcomes.
The purpose of the study was to examine the relationship between religious activity participation and self-rated health
(SRH) among older population in Indonesia. Data were obtained from 2,915 respondents 60 years and older from the
Indonesian Family Life Survey 4 (2007). SRH was assessed by a single-item health measure with four options: “very
healthy,” “somewhat healthy,” “somewhat unhealthy,” and “unhealthy”. Logistic regression were used to examine the
relationship of the religious activity participation and SRH. Bivariate analysis revealed that religious activity participation
was significantly associated with SRH. Multivariate analysis shows that among participants who participated in religious
activity, the likehood of a better SRH is increased (OR = 1.422; 95% CI = 1.203 to 1.682) after controlling for sociodemographic
variables, socio-economic status (SES), health behaviour and number of Non Communicable Diseases
(NCDs). This findings suggest that religious activity participation has an important effect on self-rated health status.
Longitudinal studies are needed to help elucidate mechanisms and the order and direction of effects.
Partisipasi dalam Aktivitas Keagamaan dan Status Kesehatan Subjektif pada Populasi Lansia di Indonesia.
Beberapa penelitian telah membuktikan hubungan yang positif dan kuat antara aktivitas keagamaan dengan hasil
kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara partisipasi aktivitas keagamaan dengan
status kesehatan subjektif pada populasi lansia di Indonesia. Data diperoleh dari 2.915 responden berusia 60 tahun ke
atas dari survei Indonesian Family Life Survey (IFLS) keempat yang dilakukan pada tahun 2007. Status kesehatan
dinilai berdasarkan penilaian subjektif tentang status kesehatan lansia dengan empat pilihan jawaban: “sehat sekali”,
“cukup sehat”, “kurang sehat” dan “tidak sehat”. Regresi logistik digunakan untuk menguji hubungan antara partisipasi
aktivitas keagamaan dan status kesehatan. Analisis bivariat menunjukkan bahwa partisipasi dalam aktivitas keagamaan
berhubungan signifikan dengan status kesehatan subjektif. Analisis multivariat menunjukkan bahwa pada kelompok
responden yang berpastisipasi dalam aktivitas keagamaan, meningkatkan peluang terhadap status kesehatan yang lebih
baik (OR = 1.422; 95% CI = 1.203-1.682) setelah dikontrol dengan variabel sosial demografi, status sosial ekonomi,
perilaku kesehatan dan jumlah penyakit tidak menular. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi dalam aktivitas
keagamaan memiliki efek penting pada status kesehatan subjektif. Penelitian longitudinal perlu dilakukan untuk
menjelaskan mekanisme dan arah dari efek tersebut."
Health Institute of Dharma Husada Bandung, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmah Nabila Harina
"Adiksi smartphone merupakan perilaku pemakaian smartphone berlebih sehingga penggunanya kehilangan kontrol untuk menggunakan smartphone. Adiksi smartphone dapat terjadi di kalangan mahasiswa karena kebutuhan sehari-hari dan menjadi faktor risiko terhadap timbulnya masalah kesehatan mental yaitu depresi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat adiksi smartphone dengan tingkat depresi pada mahasiswa. Penelitian ini merupakan studi korelasi deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel secara simple random sampling dan analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat. Penelitian ini memiliki sampel sebanyak 232 mahasiswa reguler Fakultas Ilmu keperawatan Universitas Indonesia. Tingkat adiksi smartphone diukur melalui Smartphone Addiction Scale versi Indonesia dan Beck Depression Inventory sebagai instrumen tingkat depresi. Hasil penelitian menunjukan bahwa 56,4% responden dengan tingkat smartphone rendah tidak mengalami depresi. Namun, 41,7% responden dengan tingkat adiksi smartphone tinggi mengalami depresi sedang. Terdapat hubungan antara tingkat adiksi smartphone dengan tingkat depresi (p=0,017,  = 0,05). Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan desain penelitian lain dan melihat faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi tingkat adiksi smartphone dan depresi.

Smartphone addiction is the behavior of using smartphones excessively so that users lose control of using smartphones. Smartphone addiction can occur among college students because of their daily needs and is a risk factor for mental health problems, namely depression. This research aimed to identify the relationship between smartphone addiction and the level of depression in college students. This research is a descriptive correlation study with a cross-sectional approach. Sampling was using simple random sampling and data analysis using univariate analysis and bivariate analysis. This study has a sample of 232 regular students of the Faculty of Nursing, University of Indonesia. The level of smartphone addiction is measured using the Indonesian version of the Smartphone Addiction Scale and the Beck Depression Inventory as an instrument for the level of depression. The results showed that 56.4% of respondents with low levels of smartphones did not experience depression. However, 41.7% of respondents with high levels of smartphone addiction experienced moderate depression. There is a relationship between the level of smartphone addiction and the level of depression (p = 0.017, a = 0.05). Further research suggests using other research designs and looking at another factor that might be affected by smartphone addiction and depression level."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Mahwati
"Multimorbidity is the presence of two or more chronic diseases in one person.
Multimorbidity prevalence increases with age, especially in the elderly.
This study aimed to determine the prevalence of multimorbidity in elderly
population in Indonesia and its determinant. Data were taken from the fourth
survey of the Indonesian Family Life Survey (IFLS) which held in 2007.
IFLS is a continuing longitudinal socio-economic and health survey. The
sample used in the analysis were 2,960 elderly (³ 60 years). Logistic regression
was performed to determine the prevalence and determinants of
multimorbidity in the elderly. The prevalence of multimorbidity were 15.8 %
and was higher among low educational level, unemployed, current smokers,
mild physical activity, overweight/obese and lower consumption of vegetables
and fruit. Multivariate analysis showed that low educational level, unemployed,
current smoker and ex smoker, overweight/obese, mild physical
activity and lower consumption of vegetables and fruit were associated with
multimorbidity. The results showed that the prevalence of multimorbidity in
Indonesian elderly is quite high especially those with poor health behaviors
and low socioeconomic conditions. Strategies to increase healthy behaviors
and improve socio-economic conditions may decrease the prevalence of
multimorbidity.
Multimorbiditas adalah kehadiran dua atau lebih penyakit kronis pada satu
orang. Prevalensi multimorbiditas meningkat dengan usia, terutama pada
lanjut usia (lansia). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan
determinan multimorbiditas pada lansia di Indonesia. Data diambil dari
survei keempat Indonesian Family Life Survey (IFLS) yang diadakan pada
tahun 2007. IFLS adalah survei sosial ekonomi dan kesehatan longitudinal
di Indonesia. Sampel yang digunakan dalam analisis adalah 2.960 lansia (³
60 tahun). Regresi logistik dilakukan untuk menentukan prevalensi dan determinan
multimorbiditas pada lansia. Hasil penelitian menunjukkan
prevalensi multimorbiditas sebesar 15,8%, dengan prevalensi lebih tinggi
pada lansia yang overweight/obesitas, tingkat pendidikan rendah, tidak bekerja,
perokok saat ini, aktivitas fisik ringan, overweight/obesitas, dan kurangnya
konsumsi sayur dan buah. Analisis multivariat menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan yang rendah, tidak bekerja, perokok saat ini dan pernah
merokok, overweight/obesitas, aktivitas fisik ringan, serta kurangnya
konsumsi sayuran dan buah berhubungan dengan multimorbiditas. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa prevalensi multimorbiditas pada lansia
Indonesia cukup tinggi terutama mereka dengan perilaku kesehatan yang
buruk dan kondisi sosial ekonomi yang rendah. Strategi untuk
meningkatkan perilaku sehat dan meningkatkan kondisi sosial-ekonomi dapat
menurunkan prevalensi multimorbiditas pada lansia."
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada Bandung, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agnestesia Putri Aryani
"Selama ini, kematian dianggap sebagai akhir dari pemenuhan utilitas yang ingin dicapai selama hidup. Meskipun demikian, teori yang dipaparkan oleh Azzi dan Ehrenberg (1975) justru menyatakan adanya kepercayaan akan kehidupan setelah kematian mau tidak mau membuat manusia harus mempertimbangkan utilitas yang ingin dicapai kelak. Sedekah dan partisipasi dalam kegiatan keagamaan, dianggap sebagai investasi yang dapat memberikan jaminan terhadap pencapaian utilitas pada kehidupan setelah kematian. Penelitian ini menemukan adanya hubungan substitusi antara sedekah dan partisipasi serta pengaruh positif dari tingkat keimanan seseorang terhadap sedekah dan partisipasi tersebut. Selain itu, ditemukan pula bahwa peningkatan usia akan meningkatkan sedekah dan partisipasi yang dilakukan seseorang.

People tend to think that death is the end of their pursuit to maximization of utility. Instead, Azzi and Ehrenberg?s theory of lifecycle consumption (1975) said that afterlife belief give another perspective for us, to considering about the afterlife utility. Religious giving and participation in a religious activity, considered as investment for a guarantee of a better afterlife utility. This study find a substitute relation between religious giving and participation. Also, the religious giving and participation have a positive and significant impact for every additional age and increasing in belief.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giovanni
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas proses rehabilitasi bagi penyalahguna narkotika yang dikaitkan
dengan hukum kesehatan dan studi di RSKO Jakarta. Dalam penelitian ini yang
menjadi permasalahan adalah pengaturan rehabilitasi bagi penyalahguna narkotika
ditinjau dari hukum kesehatan dan proses rehabilitasi di RSKO Jakarta. Tujuan
penulisan skripsi untuk mengetahui dan membahas lebih lanjut mengenai bagaimana
pengaturan rehabilitasi bagi penyalahguna narkotika, serta untuk mengetahui
bagaimana proses-proses rehabilitasi bagi penyalahguna narkotika. Metode penelitian
ini adalah penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa perlunya sosialisasi, pengawasan dan sanksi bagi pihak yang belum
menjalankan peraturan perundang-undangan yang mengatur dan terkait dengan
rehabilitasi narkotika di waktu yang akan datang.

ABSTRACT
This thesis is about the process of rehabilitation for drug abusers who is associated
with health law studies in RSKO Jakarta. In this research, the problems are the
regulation for the rehabilitation of drug abusers in terms of health law and the
procesof rehabilitation in RSKO Jakarta. The purpose of this thesis writing is to study
and further discuss on how to rehabilitate the drug abusers, and to find how those
rehabilitation processes are undertaken. This research method is the qualitative with
descriptive design. This research concludes the need for socialization, supervision
and sanction for those who do not follow the rules of law governing narcotics and
also related to drug rehabilitation in the future."
2016
S65380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan. Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, {s.a.}
200 IJRLH
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Zulfahri
"Terorisme di sepanjang abad ke-21 ini telah menjadi perhatian utama di seluruh dunia. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar, karena frekuensi kekerasan yang dihasilkan dari aksi-aksi terorisme sangatlah besar, sehingga banyak para peneliti yang berusaha untuk meneliti aktivitas kekerasan yang bernama terorisme ini. Terorisme adalah suatu kejahatan yang berbasiskan pada ideologi, dimana pada saat ini ideologi terorisme kebanyakan bersadarkan pada ajaran keagamaan. Di Indonesia, para pelaku aksi terorisme keagamaan mayoritas berasal dari kalangan umat Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji genealogi dan membuat pemetaan ideologi para pelaku terorisme keagamaan di Indonesia, dimana hasil dari penelitian ini nantinya digunakan sebagai bahan rujukan dalam menyusun strategi penanggulangan terorisme di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data yang diambil berdasarkan pada wawancara mendalam dan kajian literatur.
Hasil penelitian yang didapatkan adalah terorisme keagamaan di Indonesia merupakan cerita bersambung yang pertumbuhannya bermula dari zaman sebelum kemerdekaan Indonesia sampai dengan saat sekarang, dimana para pelakunya saling memiliki keterkaitan. Mulai dari kemunculan gerakan Darul Islam DI yang kemudian memproklamirkan Negara Islam Indonesia NII , dilanjutkan dengan kelompok Al-Jamaah Al-Islamiyah JI , dilanjutkan lagi oleh kelompok Al-Qaeda Indonesia, dan hari ini dilanjutkan oleh kelompok ISIS Indonesia. Alasan yang menyebabkan berbagai kelompok ini melakukan aksi terorisme adalah karena karena tersumbatnya aspirasi politik untuk mewujudkan penerapan Syariat Islam secara formal di Indonesia.
Dari hasil pemetaan ideologi pelaku terorisme keagamaan di Indonesia, disimpulkan bahwa kelompok ISIS Indonesia memiliki tingkat ideologi radikal paling tinggi, dilanjutkan secara berurutan oleh kelompok Al-Qaeda Indonesia, JI, dan DI. Tingkatan ideologi radikal ini dijadikan tolok ukur untuk menilai keberhasilan program penanggulangan terorisme di Indonesia, khususnya dalam memoderasi ideologi radikal pelaku terorisme keagamaan. Akan tetapi hal ini hanya untuk strategi penanggulangan terorisme dalam jangka pendek dan menengah. Adapun untuk menuntaskan permasalahan terorisme keagamaan di Indonesia maka harus kembali kepada penyebabnya, yaitu dengan mengakomodir aspirasi politik umat Islam untuk mewujudkan penerapan Syariat Islam sesuai dengan amanah konstitusi.

Terrorism throughout the 21st century has become a major concern throughout the world. This is a natural thing, since the frequency of violence resulting from acts of terrorism is so great that many researchers are attempting to investigate this violence activity called terrorism. Terrorism is a crime based on ideology, where at present the ideology of terrorism is mostly based on religious teachings. In Indonesia, most of the perpetrators of religious terrorism are Muslim. This study aims to examine the genealogy and make mapping the ideology of the perpetrators of religious terrorism in Indonesia, where the results of this research will be used as a reference in formulating the strategy of countering terrorism in Indonesia. This study uses a qualitative method. The data are based on in depth interviews and literature review.
The result of the research is that religious terrorism in Indonesia is a serialized story whose growth dates back to the Indonesian independence era up to the present time, where the perpetrators have interconnectedness. Starting from the emergence of Darul Islam DI movement which then proclaimed the Islamic State of Indonesia NII, followed by Al Jamaah Al Islamiyah JI group, followed by Al Qaeda Indonesia group, and continued by ISIS Indonesia. Alasan yang menyebabkan berbagai kelompok ini melakukan aksi terorisme adalah karena karena tersumbatnya aspirasi politik untuk mewujudkan penerapan Syariat Islam secara formal di Indonesia.
From the result of mapping the ideology of the perpetrators of religious terrorism in Indonesia, it is concluded that ISIS Indonesia group has the highest level of radical ideology, followed sequentially by Al Qaeda group Indonesia, JI, and DI. The level of radical ideology is used as a benchmark to assess the success of counter terrorism programs in Indonesia, especially in moderating the radical ideology of perpetrators of religious terrorism. However, this is only for counterterrorism strategies in the short and medium term. As for to solve the problem of religious terrorism in Indonesia it must return to the cause, that is by accommodating the political aspirations of Muslims to realize the implementation of Islamic Sharia in accordance with the mandate of the constitution."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Diana Adriani Banunaek
"Latar belakang. Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak besar secara global. Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang turut mengalami dampaknya, di mana sekolah ditutup dan pembelajaraan secara daring. Remaja yang sedang mengikuti kegiatan sekolah daring akan lebih banyak menghabiskan waktu depan layar. Remaja juga akan merasa kesepian karena adanya pembatasan sosial, sehingga akan mencari pelarian melalui internet. Hal ini dapat menyebabkan semakin meningkatnya waktu depan layar, sehingga dapat terjadi peningkatan adiksi internet pada remaja.
Tujuan. Mengetahui prevalens adiksi internet di masa pandemi Covid-19 serta mengetahui hubungan beberapa faktor sosio-demografik dengan kejadian adiksi internet.
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain potong lintang yang dilakukan melalui pengisian kuesioner secara daring selama kurun waktu 3 bulan, sejak Maret hingga Juni 2021. Kuesioner terdiri dari kuesioner mengenai faktor sosio-demografik dan KDAI (kuesioner deteksi adiksi internet). Pemilihan subyek penelitian dilakukan dengan cara consecutive sampling, subyek penelitian berasal dari seluruh Indonesia.
Hasil. Jumlah subyek penelitian ini adalah 332 remaja siswa SMP/SMA/SMK/sederajat dengan prevalens adiksi internet sebanyak 29,8%. Faktor sosio-demografik yang berhubungan dengan adiksi internet adalah waktu depan layar untuk kegiatan hiburan ≥ 3 jam (p=0,001, adjusted OR 4,309, IK 95% 1,833 – 10,129) serta pengawasan orangtua yang buruk dalam penggunaan internet (p=0,037, adjusted OR 1,827, IK 95% 1,038 – 3,215). Tidak terbukti adanya hubungan antara adiksi internet dengan memiliki saudara kandung (p=0,216), usia mulai aktif menggunakan internet (p=0,123), aktivitas game internet (p=0,147), aktivitas game dan non- game internet (p=0,544), pekerjaan ayah sebagai petani/peternak/nelayan (p=0,188), pekerjaan ayah sebagai pedagang/wiraswasta (p=0,287), pekerjaan ibu sebagai petani (p=0,170), pola asuh orangtua (p=0,684), dan kontrol orangtua (p=0,404).
Kesimpulan.Tidak ada peningkatan prevalens adiksi internet pada remaja di masa pandemi Covid-19. Variabel yang memiliki hubungan dengan adiksi internet adalah pengawasan orangtua yang buruk dalam penggunaan dan waktu depan layar untuk kegiatan hiburan ≥ 3 jam.

Background. The Covid-19 pandemic has had a major impact globally. Education is also having an impact, schools are currently conducted online. Teenagers who are attending online school will spend more screen time. Teenagers often feel lonely due to social restrictions, so will look for escapes over the internet. This can lead to an increase in screen time, resulting in an increase in internet addiction in adolescents.
Objective. To determine the prevalence of internet addiction during the Covid-19 pandemic and to determine the relationship of several socio-demographic factors with the incidence of internet addiction.
Method. This study was an observational study with latitude cross-sectional design, conducted online by filled the questionnaire for a period of 3 months, from March to June 2021. The questionnaire consists of questionnaire of the socio-demographic factors and internet addiction detection questionnaire (kuesioner deteksi adiksi internet/KDAI). The selection of research subjects was conducted by consecutive sampling, the research subjects came from all over Indonesia.
Result. This study included 332 teenagers students of junior high school/senior high school/ vocational school, with the prevalence of internet addiction was 29.8%. Socio-demographic factors related to internet addiction are screen time for entertainment activities ≥ 3 hours (p=0.001, adjusted OR 4,309, CU 95% 1,833 – 10,129) as well as poor parental supervision in internet use (p=0.037, adjusted OR 1,827, CI 95% 1,038 – 3,215). Meanwhile there is no proven connection between internet addiction and having siblings (p=0.216), age of active internet use (p=0.123), internet gaming activities (p=0.147), internet gaming and non-gaming activities (p=0.544), father's job as a farmer/farmer /fisherman (p=0.188), father's job as trader/self- employed (p=0.287), mother's job as farmer (p=0.170), parenting style (p=0.684), and parental control (p=0.404).
Conclusion. There was no increased in the prevalence of internet addiction among adolescents during the Covid-19 pandemic. Variables that have a connection with the internet addiction is poor parental supervision in use of internet and the screen time for entertainment activities ≥ 3 hours.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Belinda Julivia Murtani
"Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada masa pandemik COVID-19 ini membuat terjadinya peningkatan penggunaan internet pada aktivitas sehari-hari. Pembatasan kegiatan akademik dan interaksi sosial, serta adanya tuntutan adaptasi dengan situasi baru dalam waktu singkat meningkatkan risiko terjadinya gangguan mental pada mahasiswa kedokteran. Penggunaan media sosial dan permainan daring juga menjadi salah satu cara untuk mengatasi stress yang muncul akibat kondisi pandemik. Mekansime coping maladaptif ini kemudian dapat berkembang menjadi penggunaan internet secara berlebihan dan menambahkan risiko terjadinya adiksi internet. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor - faktor yang memengaruhi adiksi internet pada mahasiswa kedokteran selama masa pandemik COVID-19 di tiga fakultas kedokteran di Jakarta.
Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dari Maret sampai Desember 2021. Sampel penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Katolik Atma Jaya dan Universitas Kristen Krida Wacana. Kuesioner penelitian disebarkan secara daring. Dari 1146 sampel, sebanyak 625 subjek penelitian ditentukan dengan metode simple random sampling. Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI) digunakan untuk menentukan adiksi internet. Masalah emosi diukur dengan instrumen Self Reporting Questionnaire 20 (SRQ-20) versi Bahasa Indonesia dan citra diri diukur dengan menggunakan instrumen Rosenberg Self Esteem Scale (RSES) versi Bahasa Indonesia. Analisis regresi logistik dilakukan untuk menilai faktor risiko adiksi internet. Dari 625 subjek, mayoritas responden perempuan dengan nilai rerata usia 20,21 tahun (SD ± 2,15) dan berasal dari jenjang pre-klinik. Diperoleh prevalensi adiksi internet pada mahasiswa selama masa pandemik COVID-19 di tiga fakultas kedokteran di Jakarta adalah 26,2% dengan faktor risiko berupa memiliki masalah emosi (OR= 3,039, IK=1,967-4,694), tujuan penggunaan internet untuk bermain permainan daring (OR = 3,595, IK=1,251-10,333), tujuan penggunaan internet untuk bermain media sosial (OR = 1,971, IK=1,231-3,156), citra diri rendah (OR = 1,812, IK=1,142-2,87, usia awitan penggunaan internet ≤ 8 tahun (OR = 1,747, IK=1,140-2,678), jenjang pendidikan pre-klinik (OR = 1,636, IK=1,019-2,629), dan durasi penggunaan internet akhir pekan ≤ 11 jam / hari (OR = 1,578, IK=1,058-2,356).
Temuan dalam penelitian ini serupa dengan penelitian lainnya. Tujuan penggunaan internet untuk permainan daring dan media sosial, serta memiliki masalah emosi menjadi faktor risiko utama adiksi internet pada mahasiswa kedokteran selama masa pandemik COVID-19. Program pencegahan adiksi internet dapat dilakukan dengan melakukan deteksi dini terhadap masalah emosi dan adiksi internet secara berkala pada mahasiswa kedokteran.

Physical distancing policy during COVID-19 pandemic era leads to increase internet use in our daily activities. Limitation of academic and social interaction, along with fast adaptation demand in these new circumstances escalate the occurence of mental health disorders among medical students. Social media and online games become the alternatives to cope up with stress during pandemic. This could lead to excessive internet use and increase risk of internet addiction. The study was aimed to identify factors associated with internet addiction among medical students during COVID-19 pandemic in Jakarta.
This research used cross sectional design from March to December 2021. The samples were medical students from Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Universitas Katolik Atma Jaya and Universitas Kristen Krida Wacana. An online survey was distributed. From 1146 samples, 625 research subjects were chosen using simple random sampling method. Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI) was used to screen internet addiction. Emotional problems was assessed using Indonesian version of Self Reporting Questionnaire 20 (SRQ-20), and self-esteem was assessed using Indonesian version of Rosenberg Self Esteem Scale (RSES). The risk factors of internet addiction were assessed using a multivariate logistic regression test. Of the 625 subjects, the majority of respondents were female, with mean age of 20,21 years old (SD ± 2,15) and originated from pre-clinical stage. Prevalence of internet addiction during COVID-19 pandemic in three faculty of medicine in Jakarta was 26.2%. Risk factors associated with internet addiction include having emotional problems (OR= 3,039, CI=1,967-4,694), purpose of internet use for playing online games (OR = 3,595, CI= 1,251-10,333), purpose of internet use for social media (OR = 1,971, CI=1,231-3,156), low self-esteem (OR = 1,812, CI=1,142-2,870), onset of internet use ≤ 8 years old (OR = 1,747, CI=1,140-2,678), pre-clinical education stage (OR = 1,636, CI=1,019-2,629), and weekend duration of internet use ≤ 11 hours/day (OR = 1,578, CI=1,058-2,356).
The findings in this study were similar to other studies. The purpose of internet use for playing online games and social media, and having emotional problems were the main risk factors for internet addiction among medical students during COVID-19 pandemic. Prevention programs for internet addiction can be implemented by focusing on early detection of emotional problems and internet addiction regularly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>