Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217335 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hesty Rahayu
"ABSTRAK
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan angka
kematian balita di Indonesia adalah sebesar 44 kematian per 1000 kelahiran hidup.
Secara keseluruhan, angka kematian balita di Indonesia sudah mengalami
penurunan. Namun, bila dilihat di setiap tahun penurunannya semakin kecil.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan disain potong lintang dan
kasus kontrol yang bertujuan untuk melihat hubungan antara kemandirian ibu dan
kejadian kematian balita di Indonesia, dengan mengikutsertakan beberapa
karakteristik responden. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa ibu yang
kemandiriannya kurang baik, dalam kelompok pendidikan rendah memiliki risiko
7,95 kali untuk mengalami kematian balita, dalam kelompok pendidikan
menengah memiliki risiko 1,127 kali untuk mengalami kematian balita, serta
dalam kelompok pendidikan tinggi memilki risiko 1,135 kali untuk mengalami
kematian balita. Selain itu, beberapa karakteristik ibu, karakteristik balita,
karakteristik sosial ekonomi dan lingkungan tempat tinggal, serta interaksi antara
kemandirian dan pendidikan juga berhubungan dengan kematian balita. Oleh
karena itu, untuk mengatasi masalah kematian balita, proporsi wanita dengan
pendidikan tinggi perlu ditingkatkan.

ABSTRACT
Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2007 shows that under-five
mortality in Indonesia is 44 deaths per 1000 live births. Overall, the number of
under-five mortality in Indonesia has reduced. But, if seen in every years, the
reduction is more minor. This research is the quantitative research, uses crosssectional
and case control design and wants to know the relation between
mother’s autonomy and under-five mortality in Indonesia, including some
caracteristics. According to this research, mother who has not too good autonomy,
in low education has probability 7,95 times in under-five mortality, in medium
education has probablity 1,127 times in under-five mortality, in high education
has probablity 1,135 times in under-five mortality. Besides, some mother’s
caracteristics, child’s caracteristics, socioeconomic and sorrounding caracteristic,
and interaction of autonomy and education also related to under-five mortality.
Thus, decreasing under-five mortality problem can be done by increasing
proportion of woman with high education."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hesty Rahayu
"Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan angka kematian balita di Indonesia adalah sebesar 44 kematian per 1000 kelahiran hidup. Secara keseluruhan, angka kematian balita di Indonesia sudah mengalami penurunan. Namun, bila dilihat di setiap tahun penurunannya semakin kecil. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan disain potong lintang dan kasus kontrol yang bertujuan untuk melihat hubungan antara kemandirian ibu dan kejadian kematian balita di Indonesia, dengan mengikutsertakan beberapa karakteristik responden. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa ibu yang kemandiriannya kurang baik, dalam kelompok pendidikan rendah memiliki risiko 7,95 kali untuk mengalami kematian balita, dalam kelompok pendidikan menengah memiliki risiko 1,127 kali untuk mengalami kematian balita, serta dalam kelompok pendidikan tinggi memilki risiko 1,135 kali untuk mengalami kematian balita. Selain itu, beberapa karakteristik ibu, karakteristik balita, karakteristik sosial ekonomi dan lingkungan tempat tinggal, serta interaksi antara kemandirian dan pendidikan juga berhubungan dengan kematian balita. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah kematian balita, proporsi wanita dengan pendidikan tinggi perlu ditingkatkan.

Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2007 shows that under-five mortality in Indonesia is 44 deaths per 1000 live births. Overall, the number of under-five mortality in Indonesia has reduced. But, if seen in every years, the reduction is more minor. This research is the quantitative research, uses crosssectional and case control design and wants to know the relation between mother’s autonomy and under-five mortality in Indonesia, including some caracteristics. According to this research, mother who has not too good autonomy, in low education has probability 7,95 times in under-five mortality, in medium education has probablity 1,127 times in under-five mortality, in high education has probablity 1,135 times in under-five mortality. Besides, some mother’s caracteristics, child’s caracteristics, socioeconomic and sorrounding caracteristic, and interaction of autonomy and education also related to under-five mortality. Thus, decreasing under-five mortality problem can be done by increasing proportion of woman with high education."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sicilia Katherina Levieren
"Angka kematian balita digunakan untuk mengukur kelangsungan hidup pada anak dan juga merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan di mana anak-anak hidup. Angka kematian balita di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 32 per 1.000 kelahiran hidup, sehingga angka kematian balita di Indonesia belum mencapai target yang ditetapkan oleh Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu 25 per 1.000 kelahiran hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian balita di Indonesia dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2017 dengan desain studi cross sectional dan menggunakan data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017. Analisis dilakukan pada seluruh sampel anak terakhir dengan usia 0-59 bulan yang tinggal dengan ibu terpilih sebagai responden. Hasil analisis dengan uji logistik ganda adalah proporsi kematian balita di Indonesia sebesar 1,1% dengan variabel paling berhubungan dominan yaitu riwayat pemberian ASI (AOR: 22.84, 95% CI: 15.71-33.20) dan hubungan yang signifikan didapatkan pada status pekerjaan ibu, jenis bahan bakar masak, kelompok usia ibu, jenis kelamin balita, dan berat badan lahir. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya pelayanan dan promosi kesehatan pada ibu agar dapat mempersiapkan kehamilan seperti informasi tentang pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan saat masa kehamilan agar dapat mencegah balita lahir prematur, meningkatkan pelayanan imunisasi, dan juga peningkatan pengetahuan tentang jenis bahan bakar masak tidak aman yang mengakibatkan penyakit pada anak hingga berakhir kematian.

The under-five mortality rate has been used to measure child survival and also reflects the social, economic, and environmental conditions where children live. The under-five mortality rate in Indonesia is still high which is 32 per 1,000 live births, means the under-five mortality rate in Indonesia has not yet been reached the target by the Sustainable Development Goals (SDGs), which is 25 per 1,000 live births. This study aims to identify the determinants of under-five mortality in Indonesia from 2012 to 2017 with a cross-sectional study design and apply secondary data from the 2017 Indonesian Demographic and Health Surveys. The analysis will be perfomed on all last child of age 0-59 months living with the mother who selected as the respondent. The results of the analysis followed by a multiple logistic regression test shows that the proportion of under-five mortality in Indonesia is 1.1% with the variable that has the biggest correlation is the history of breastfeeding (AOR: 22.84, 95% CI: 15.71-33.20) and a significant correlation also found between mother's employment status, type of cooking fuel, age of mother, sex of the child, and birth weight. Therefore, there is need a health services and promotion for mothers so they can prepare the pregnancy such as information about fulfilling the nutrition needed during pregnancy to prevent babies born prematurely, improve immunization services, and also increasing knowledge about the types of unsafe cooking fuels that cause disease in children until it ends a dead.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Welem S. Tallutondok
"Imunisasi merupakan suatu pemberian kekebalan terhadap beberapa penyakit tertentu pada bayi, anak balita. Kegiatan ini diharapkan dapat menurunkan angka penyakit dan kematian karena Penyakit Yang Dapat Dicegah Imunisasi (PD3I). Kematian bayi yang tinggi dapat dicegah atau dikurangi, bilamana ibu-ibu mempnyai pengetahuan, sikap dan praktek sehubungan dengan imunisasi, gizi, KIA, pencegahan penyakit menular terutama ISPA dan Diare. Kurangnya pengertian ibu-ibu oleh karena pelaksanaan imunisasi tidak disertai dengan paksaan dan hanya bertumouh pada kesukarelaan ibu membawa anaknya ke tempat pelayanan imunisasi.
Timbul pertanyaan apakah paparan informasi kesehatan berhubungan dengan praktek imunisasi ibu balita dan ibu hamil. Jenis penelitian adalah Survey Analitik dengan pendekatan "cross sectional" untuk melihat hubungan antara paparan informasi dengan praktek imunisasi ibu balita dan ibu hamil. Lokasi penelitian di Propinsi Jawa Barat. Analisis Statistik dilakukan dengan Uji Regresi Logistik cara sederhana dan cara ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Paparan Informasi yang ada hubungan dengan praktek imunisasi ibu balita dan ibu hamil adalah : 1). Paparan informasi melalui Komunikasi Inter Personal yaitu terpapar informasi melalui penyuluhan yang dilakukan oleh Puskesmas/Posyandu, 2). Paparan Informasi melalui Media Massa yaitu informasi kesehatan yang diperoleh melalui koran, majalah, poster kesehatan, radio, dan TV, 3). Pendidikan ibu yaitu tingkat pendidikan responden; 4) pendidikan suami yaitu tingkat Pendidikan Suami responden; 5) Pekerjaan Suami yaitu pekerjaan utama suami responden.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variable Paparan Informasi melalui komunikasi inter personal dan media massa berhubungan secara bermakna dengan praktek imunisasi ibu balita dan ibu hamil. Untuk itu disarankan agar pemberian dan penyebaran informasi kesehatan melalui komunikasi inter personal dan media massa ditingkatkan dan jaringan penyuluhan diperluas pada kaum laki-laki (suami) sebagai penentu kebijakan dalam keluarga

Immunization is a provision of resistance against some certain infection diseases to babies, under five year old children. This is expected to decrease both mortality and morbidity of particular diseases. High infant mortality rate is likely to be reduced if mother of under five are given appropriate knowledge and developed positive attitude as well as good practice regarding Immunization, nutrition, mother and child health and prevention of contamination diseases such as acute respiratory infection and diarrhoea. Lack of knowledge on immunization program is partly do to voluntary nature of the program. It is not compulsion for every mother to bring her under five children to the service points.
The question arises whetter health exposure is related to Immunization practice among the mother of under five years children and pregnant mother as well. The type of research is a "cross sectional" study to the correlation between them. The above to variables research location was in West Java Province. Statistic all analysis was carried out using simple and multiple logistic regression test.
The result of this research showed that health information exposure was a closed correlation was immunization practice among the mother and under five year children and pregnant mother. It was father indicated that the information exposure both via inter personal channel and mass media significantly correlated with the immunization practice among the respondents.
It is recommended that provision of the health information via both inter personal and mass media channel should be strengthened. An addition the target audience should also include the male (husband) as most husband has a strong recision strongly power in the family."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan
"Masalah ISPA di Indonesia sekarang menyebabkan sekitar 36 % kematian bayi dan 13 % kematian anak balita. (SKRT 1992). Dan dari segi pemanfaatan pelayanan kesehatan, baru sekitar 64,5% balita ISPA yang memanfaatkan fasitas pelayanan kesehatan selebihnya ke dukun, diobati sendiri dan didiamkan (SDKI,1991), pada tahun 1994 proporsi tersebut turun menjadi 62,8% (SDKI, 1994).
Disain penelitian ini adalah cross sectional study dengan analisis case control data SDKI 1994. Tujuan penelitian untuk melihat hubungan keterpaparan media komunikasi ibu balita dengan pemanfaatan pelayanan keschatan untuk balita ISPA, dan yang mempengaruhi hubungan tersebut. Untuk mengetahui besarnya hubungan dilakukan perhitungan Odds ratio melalui analisis multivariat unconditional logistic regression.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaparan media komunikasi berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan, OR = 1,28 (95 % CI= 0,931-1,701), umur ibu tidak berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan OR = 1,06 (umur 25-36 tahun) dan OR=0,84 untuk umur >36 tahun, pendidikan ibu ? SLIP, OR= 2,02 (95% C1;1,58-2,58), status kerja rutin ibu OR= 0,76 (95% CL 0,61-0,93), begitu juga jumlah anak E 3 orang OR = 0,71(95 % CI.0,57-0,88), status sosial ekonomi sedang OR =0,79 (95% CL0,69-0,93), sedangkan sosial ekonomi tinggi, OR = 1,76 (95% CI, 1,49-2,09). Dan faktor anak yang diteliti, umur anak 2-12 bulan OR= 1,16 (95 % Cl. 0,96-1,40), umur > 12 bulan , OR= 1,05 (95% CL4,88-1,26) dan adanya penyakit penyerta, OR =1. Jenis kelamin pria OR=1,30 (95% CI, 1,05-1,30), dan jumlah hari sakit > 3 hari OR = 1,65 (95% C1=I,33-2,05). Tipe daerah urban dengan OR= 1,84 (95% CI,1,41-2,39), wilayah Jawa Bali dengan OR-1,45 (95% CI,1,09-1,92), dan pendidikan suami ? SLIP OR=1,87 (95% CI, I,49-2,36),.
Kesimpulan, hubungan pemaparan media komundcasi ibu balita dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan untuk balita ISPA, dengan analisis multivariat nilai OR murni = 1,2798 (95 % CL0,931-1,701), secara statistik menjadi borderline (hampir bermakna), dan ditemukan fariabel pendidikan ibu, jumlah hari saldt, jenis kelamin anak, dan sosial ekonomi ibu berperan terhadap hubungan keterpaparan media komunikasi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Saran penelitian ini adalah perlunya peningkatan upaya komunikasi informasi dan edukasi tentang manfaat pelayanan kesehatan untuk balita ISPA dalam rangka menekan angka kematian bayi dan balita, melalui media yang dapat dengan mudah dicerna (misalnya ; bahasa setempat) dan dapat dijangkau oleh masyarakat, serta meningkatkan penyuluhan lewat tatap muka khususnya ibu balita atau keluarga yang terhbat langsung dalam perawatan balita terutama di wllayah Luar Jawa-Bali.

Acute Respiratory Infection (ARI) issue in Indonesia has caused of around 36 % of baby mortality and 13 % of children ( SKRT 1992). It is reviewed through medical service utilization , just around 64.5% of ARI in children being utilized a medical service facility, and the rest going to shaman, self treated and ignored (SDKI, 1991), in the year of 1994 such proportion has decreased of 62.8 % (SDKT,1994).
This research design shall mean a cross sectional study through analysis of case control of secondary data of IOBS 1994. The purpose of this research is to observe the relation on exposure of communication media for mother of children through medical service utilization for ARI and the factors there to which may affect such relation. In order to acknowledge how far such relation may be taken into consideration of Odds Ratio through analysis of multivariat unconditional logistic regression.
This research result shows that the exposure of communication media is related to the medical service utilization, OR = 1.28 (95 % CI = 0.931 - 1.701), age of mother is not related to medical service utilization OR = 1.06 ( age of 25 - 36 years), and OR 0.84 for age > 36 years, mother education ? SLIP , OR=2.02 (95 % CI; 1.58-2.58), mother's routine work status OR = 0.76 (95 % C1;0.61-0.93), and also amount of children < 3 person OR = 0.71, middle economic social status OR = 0.79, while high economic status , OR = 1.76 (95% CI; 1.49 - 2.09), pursuant to factor of children being observed, age of children 2 - 12 months OR = 1.16 (95 % CI; 1.96 - 1.40), age > 12 months, OR =1.05 and disease suffered , OR = 1, sex of male OR = 1.30 (95 % CI; 1.05 - 1.30) and amount of sick days OR = L65 (95 % CI; 1.33 - 2.05). Type of urban area OR = 1.84 (95 % CI; 1.41 - 2.39), Java Bale region , OR = 1.45 (95 % CI; 1.09 - 1.92), and husband education ? SLTP OR = 1.87 (95 % CI; 1.49 - 2.36).
Conclusion, relation on exposure of communication media for mother of children under five through medical services utilization for ARI in children under five through analysis of multivariate 5nds OR adjust value = 1.2798 (95 % CI; 0.931 - 1.701), statistically being borderline (almost meaning), and then it is found that variable of mother education, amount of sick days, sex of children and mother social economy may affect to relation on exposure of communication media through medical service utilization.
In this agreement, it is suggested that the improvement effort of communication, information and education concerning medical service utility for ARI in children in the framework of decreasing baby mortality, through media which is easy to understand are required (local language) and may be reached out by public, and also by providing information fare to face particularly with mother of children under five or family being directly involved in taking care of children particularly outside of Java- Bali.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Krianto
"ABSTRAK
Efektifitas dari suatu program komunikasi kesehatan yang berkelanjutan ditentukan oleh banyak faktor, di antaranya adalah kebutuhan yang tinggi dari khalayak akan informasi kesehatan. Kebutuhan yang tinggi akan informasi kesehatan pada hakekatnya merupakan resultante dari minat, kebutuhan, masalah diri dan peta pengetahuan. Di lihat dari perspektif perluasan peta pengetahuan, kebutuhan informasi erat hubungannya dengan keterpaparan khalayak terhadap beragam saluran komunikasi, di antaranya pemaparan media komunikasi massa dan pemaparan komunikasi interpersonal. Namun penelitian yang mengupas hubungan antara keterpaparan terhadap informasi dengan kebutuhan informasi, terutama di Jawa Barat masih kurang. Oleh karena itu penelitian ini memusatkan perhatian pada upaya untuk memperoleh gambaran bagaimana hubungan antara dua variabel tersebut.
Penelitian ini menggunakan hasil Studi Jaringan Informasi Kesehatan di Jawa Barat tahun 1994, yang merupakan kerjasama Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia dengan Sub Pinas PKM Jawa Barat. Dengan demikian tahap penetapan disain penelitian dan pengumpulan data tidak dilakukan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemaparan media komunikasi massa dan pemaparan komunikasi interpersonal memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat kebutuhan informasi kesehatan. Namun keterpaparan terhadap informasi kesehatan melalui komunikasi interpersonal memiliki nilai OR (4-5.0) yang lebih besar dari pada OR pemaparan media komunikasi massa (1.3-2.0). Adapun model hubungan antar dua variabel tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan informasi adalah fungsi dari pemaparan komunikasi interpersonal, pemaparan media elektronik (televisi, radio), media cetak (poster-poster kesehatan, surat kabar) dan karakteristik tempat tinggal.
Dari hasil penelitian ini disarankan agar dalam upaya meningkatkan kebutuhan informasi kesehatan dilakukan pendekatan kepada pengelola program untuk mendayagunakan potensi jaringan informasi setempat, sekaligus meningkatkan upaya komunikasi massa melalui televisi, poster, radio, dan surat kabar.

ABSTRACT
Effectivity of the sustainable health communication program depend on any factors, such as high information need among the audience. High information need is the resultance of attention, need, self problem and cognitive map. If seen the expanding on the cognitive map, information need have strong relation with audience exposed of the any communication channels, such as mass communication and interpersonal communication exposure. But the research that studying on the relationship between information exposed and information need, especially of the pregnant women and under five years children mother on West Java is minimally. Thus, focusing the research is making the description on the relationship between two variables.
This research used the data of the Health Information Network Study, in West Java, 1994. The study is cooperation among Department of Health Education and Behavioral Science, Faculty of Public Health, University of Indonesia with Health Community Education Affairs, Province of West Java. Just the research design fixing and data collection not doing.
The result from this research give me the description that mass communication exposure and interpersonal communication exposure have the significance relationship with health information need among the audience. But the interpersonal communication exposed have the Odds Ratio (4-5.0) bigger than the mass communication exposed (1.3-2.0). Information need model is the function of interpersonal communication exposure, electronic media exposure (television and radio), printed media (posters, newspapers) and residential characteristic. From the result, I am proposing, if we are improving the health information need, we must approaching to program mangers to use the local information network, and similarly launching the mass communication effort via television, posters, radio and newspapers.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noerid Haloei R.
"ABSTRAK
Masih terdapat ketidakmerataan kematian pada anak di Indonesia, baik angka kematian neonatal AKN , bayi AKB , dan balita AKBA yang terjadi pada semua dimensi ketidakmerataan meliputi jenis kelamin anak, umur anak, pendidikan ibu, status ekonomi keluarga, tempat tinggal, dan antarprovinsi. Untuk itu diperlukan kuantifikasi ketidakmerataan guna perencanaan fokus program. Studi ini adalah analisis data sekunder SDKI dari tahun 1994 sampai 2012. Analisis data menggunakan aplikasi Health Equity Assessment Toolkit HEAT . Hasil menunjukkan kejadian kematian pada anak di Indonesia mengalami penurunan dari tahun 1994 sampai tahun 2012 dengan selisih terbesar pada AKBA kemudian AKB dan paling kecil pada AKN. Kematian pada anak tertinggi terjadi di umur neonatal, tersering pada jenis kelamin anak laki-laki, banyak pada kelompok anak dengan ibu tidak sekolah, berasal dari keluarga kuintil miskin, terjadi di pedesaan, dan perlu perhatian di wilayah timur Indonesia. Ukuran difference berkisar antara 4 pada AKN berdasarkan jenis kelamin anak tahun 1997 dan 2002 sampai 123 pada AKBA berdasarkan provinsi tahun 1994 kematian per1000 kelahiran hidup. Sementara ukuran rasio berkisar antara 1,1 pada AKB berdasarkan jenis kelamin anak tahun 2002 sampai 6,6 pada AKBA berdasarkan provinsi tahun 1994 . Ketidakmerataan angka kematian balita di Indonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan negara lain dengan benchmark yang sama.

ABSTRACT
There remains an inequality of deaths among children in Indonesia both neonatal mortality rate NMR , infant IMR , and under five U5MR . Inequality occurs in all dimensions including child rsquo s sex, child 39 s age, maternal education, family economic status, residence, and interprovincial. It calls for description of inequality quantification for focus program setting. This study is a secondary data analysis using Health Equity Assessment Toolkit HEAT application with IDHS source from 1994 to 2012. The results show that the child mortality rates in Indonesia depict a decrease from 1994 to 2012 with the largest mortality difference in U5MR and then IMR and at least NMR. The highest child mortality occurred at neonatal period, most common in boys, many in group of children with non school mothers, coming from poor quintile, rural, and attention in eastern Indonesia. The indicator of difference ranges from 4 at NMR by child rsquo s sex in 1997 and 2002 to 123 at U5MR by interprovincial in 1994 deaths per 1000 live births, while the ratio sorts between 1.1 at IMR by child rsquo s sex in 2002 until 6.6 at IMR by interprovincial in 1994 . The inequality of under five mortality rate in Indonesia is the highest compared to other countries with the same benchmark."
2017
S67839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Khansa
"Latar Belakang: Indonesia masih menghadapi masalah status gizi. Pertumbuhan gigi sulung dimulai sejak minggu ke lima kandungan. Oleh sebab itu, gizi ibu prenatal dan anak postnatal dapat mempengaruhi kesehatan gigi, termasuk karies gigi sulung.
Tujuan: Mengetahui hubungan status gizi ibu periode prenatal dan status gizi balita dengan karies gigi sulung.
Metode: Desain potong lintang secara analitik observasional. Data status gizi ibu dan anak diambil melalui Buku KIA dan KMS. Data karies melalui pemeriksaan deft.
Hasil: Prevalensi ibu dengan gizi kurang periode prenatal 22,8 , 28,1 balita mengalami stunting, dan prevalensi karies gigi sulung 55,2 . Hubungan status gizi ibu periode prenatal dengan karies gigi sulung bermakna.

Background: Indonesia still face nutritional problem. Primary teeth growth start in fifth weeks of prenatal period. Thus, the prenatal nutritional status of mothers'and their child's can affect the tooth health, including primary teeth caries.
Objective: This study was analyzed the relationship between mother's nutritional status and their child of primary teeth caries.
Method: Analytic observational with cross sectional design. The data about mother's nutritional status and their child's were taken from KIA and KMS. The data of caries were using deft assessment.
Result: The prevalence of mothers and children with poor nutritional status were 22.8 and 28.1 . Prenatal nutritional status of mother's has a relationship to children's primary teeth caries.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Indriyani
"ABSTRAK
Polusi dapur dalam rumah tangga, terutama akibat penggunaan bahan bakar masak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang berpengaruh terhadap kesehatan penghuni rumah, salah satunya pada balita. Penyebab kematian utama balita di Indonesia berdasarkan data WHO adalah pneumonia.untuk mengetahui hubungan polusi dapur rumah tangga dan kematian balita 0 ndash; 59 bulan di Indonesia berdasarkan data SDKI tahun 2012Hubungan antara polusi dapur rumah tangga dengan kematian balita dianalisis dengan menggunakan cox regressionPada kelompok balita anak pertama dengan BBLR risiko kematian akibat bahan bakar masak tidak aman dan dapur di dalam rumah adalah 1,4 kali 0,52 ndash; 3,78 dan risiko kematian akibat bahan bakar masak tidak aman dan dapur di luar rumah hampir tidak ada PR 1,03, 95 CI 0,25 ndash; 4,21 . Pada kelompok anak kedua dengan BBL normal risiko kematian akibat bahan bakar masak tidak aman dan dapur di dalam rumah adalah 1,76 kali 95 CI 0,9 ndash; 3,45 dan risiko kematian akibat bahan bakar masak tidak aman dan dapur di luar rumah lebih tinggi yaitu 1,83 kali 95 CI 0,8 ndash; 4,16 . Pada keseluruhan balita, didapatkan risiko kematian akibat bahan bakar masak tidak aman dan dapur di dalam rumah adalah 1,11 kali 0,76 ndash; 1,62 dan risiko kematian akibat bahan bakar masak tidak aman dan dapur di luar rumah 0,93 kali 95 CI 0,59 ndash; 1,48 .Risiko kematian balita meningkat pada rumah tangga dengan bahan bakar tidak aman berdasarkan letak dapur. Pada anak pertama dengan BBLR lebih rentan mengalami kematian akibat polusi udara rumah tangga, sementara pada kelompok anak kedua dengan BBL normal, berisiko untuk mengalami kematian akibat polusi udara rumah tangga. Kata kunci: polusi dapur rumah tangga, bahan bakar masak, letak dapur, kematian balita

ABSTRACT
Kitchen pollution, mainly due to the use of cooking fuel is one public health problem that affects the health of residents, particularly in infants. The main cause of mortality under five in Indonesia based on data from WHO was pneumonia.This study aims to determine the association of kitchen pollution and under five mortality in Indonesia based on data from Demographic and Health Survey 2012.The association between kitchen pollution and under five mortality was analysed by cox regression method.Under five mortality for the first born children and low birth weight group, risk of death from polluting cooking fuels and the kitchen in the house was 1.4 times 0.52 to 3.78 and almost no risk of death from polluting cooking fuels and outdoor kitchens PR 1.03 95 CI 0.25 to 4.21 . While, for the second and subsequent born children with normal birth weight group, risk of death from polluting cooking fuels and the kitchen in the house was 1.76 times 95 CI 0.9 to 3.45 and the risk of death from polluting cooking fuels and outdoor kitchens home is 1.83 times higher 95 CI 0.8 to 4.16 . For total group of under five children, risk of death due to polluting cooking fuels and the kitchen in the house was 1.11 times 0.76 to 1.62 and the risk of death from polluting cooking fuels and outdoor kitchens 0.93 times 95 CI 0.59 to 1.48 .Risk to death increased in households with polluting fuel by the kitchen location. For first born child with low birth weight were more susceptible to death from household air pollution, while the second and subsequent born group of children with normal birth weight were at risk of death from household air pollution.Keywords kitchen pollution, cooking fuel, kitchen location, under five mortality"
2017
T47039
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Purbaning Tyas
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan dari kesehatan mental ibu terhadap kejadian stunting pada balita di Indonesia yang berkaitan dengan karakteristik ibu, anak, serta rumah tangga berdasarkan kelompok usia balita. Dalam penelitian ini menggunakan data longitudinal dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) tahun 2007 dan tahun 2014 dengan metode Regresi Logistik Biner (logit). Kesehatan mental ibu diukur menggunakan instrumen CESD-10. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kelompok balita usia 0-59 bulan dan 24-59 bulan, peningkatan total skor CESD-10 berhubungan dengan kejadian stunting pada balita setelah dikontrol dengan seluruh karakteristik. Sementara pada kelompok balita usia 0-23 bulan, peningkatan total skor CESD-10 tidak berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Tinggi ibu, durasi menyusui, usia anak, berat lahir, dan lokasi tempat tinggal berhubungan dengan kejadian stunting di semua kelompok usia. Pendidikan ibu dan kuintil pengeluaran berhubungan dengan kejadian stunting di kelompok usia 0-59 bulan dan 24-59 bulan. Sementara terdapat dua variabel yang hanya berhubungan dengan kejadian stunting di satu kelompok usia balita saja, yaitu usia ibu (kelompok balita 0-59 bulan) dan kondisi sanitasi (kelompok balita 24-59 bulan).

This study aims to study the association of maternal mental health to stunting in children under five years old in Indonesia, which is related to the characteristics of mothers, children, and households based on the age group of children under five years old. This study uses longitudinal data from the Indonesian Family Life Survey (IFLS) in 2007 and 2014 with the Logistic Regression method. Maternal mental health was measured using the CESD-10 instrument. The results showed that in the children's age group of 0-59 months and 24-59 months, an increase in the total CESD-10 score associated with stunting in children after being controlled by all the characteristics. In age 0-23 months, the increase in the total score of CESD-10 was not associated with stunting. Maternal height, duration of breastfeeding, child age, birth weight, and location of residence were associated with stunting in all age groups. Maternal education and expenditure quintiles were associated with stunting in the 0-59 months and 24-59 months age groups. Meanwhile, two variables only relate to the incidence of stunting in one age group of children under five, namely maternal age (0-59 months of children under five) and sanitary conditions (24-59 months of children under five)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>