Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110339 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Muldiyatno
"ABSTRAK
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Jakarta adalah Rumah Sakit Unit Swadana
Daerah Kelas B Non Pendidikan, berlokasi di Jl. TB. Simatupang No. 30 Jakarta 13760,
sesuai dengan misinya melayani masyarakat menengah ke bawah yang rnembutuhkan
layanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau, sedangkan visinya adalah menjadi salah
satu dari tiga rumah sakit swdana di Indonesia yang terbaik dalam pelayanan Gawat
Darurat dan Pelayanan Rawat Jalan.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keadaan yang terjadi di Instalasi Pemeliharaan
Rumah Sakit RSUD Pasar Rebo, dimana program pelaksanaan pemeliharaan alat medis
belum dijalankan secara optimal. Dari analisa situasi yang ada ditemukan bahwa alokasi
anggaran pemeliharaan alat medis masih rendah, yaitu untuk alokasi anggaran di tahun
2001 untuk anggaran pemeliharaan sebesar Rp. 2.000.000.000,- atau 8 % dan total
aggaran rumah sakit yang sebesar Rp. 24.450.000.000,-, sedanglcan khusus anggaran
pemeliharaan alat medís sebesar Rp. 151.200.000,- atau 0.6 %. Pada an.ggaran tahun
2002 alokasi anggaran PSRS sebesar Rp. 3.033.000.000,- atau J % dan total anggaran
rurnali sakit yang sebesar Rp. 26.579.000.000,- khusus unluk anggaran pemeliliaraan alat
medis sebesar Rp. 559.741.049,- atan 2 % dan total anggaran nunafl saldt, setain itu
adanya pengeluaran biaya perbaikan alat medis ( X - Ray ) yang meiicladak sebesar Rp.
190.000.000,- di tahun 2000. Pada tahun 2003 direncanakan akan dilakukan perubahan
badan hukum RSUD Pasar Rebo dan Unit Swadana menjadi Bailan Usaha Milik Daerah.
Dengan latar belakang ini, dilakukan penelitian dengan tujuan memperoleh
gambaran proses pemeliharaan alat - alat medís untuk merighasilkan ketersediaau alat
medis yang siap pakai gima menunjang pelayanan kepada pasien.
Jenis penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualltatil data dan
informasi diperoleh melalui wawancara yang mendalam dan observasi serta melihat arsip
dan dokumen yang ada di unit - unit yang terkait.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses pemeliharaan alat medís belum
dilaksanakan secara optimal, pemeliharaan hanya dilakukan atas dasar kerusakan (Break
Down Maintenance ), tidak melalui tahapan perencanaan, penetapan sistem pemeliharaan,
pelaksanaan pemeliharaan, pencatafan & pelaporan, monitoring dan evaluasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini di?arankan agar pihak manejemen ruiuah sakit
melakukan beberapa tindakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya,
organisasi,peraturan dan kebijakan rumah sakit ( protap - protap ) pemeliharaan dan
pengoperasian alat media, diharapkan dapat mendorong peningkatan kinerja IPSRS dalam
melaksanakan proses pemeliharaan alat media sehingga menghasilkan ketersediaan alat
media yang siap pakai.

ABSTRACT
The Local Public Hospital of Pasar Rebo Jakarta is a selfund local hospital unit,
non education class B, located aL Jalan TB. Simatupang No. 30 Jakarta 13760. In
accordance with its mission to serve law middle classes society needing high quality and
affordable health care, while its vision is to become one of the these best seiflind hospital
in Indonesia which lias the best service in the emergency care unit and out patient care.
The background of this research was the condition happeriiiig at the Pasar Rebo
local public hospital maintenance installation where a program of medical equipment had
not been carried out in the optimal manner. From the analysis of the existing condition, it
was found that the alocation budget for medical equipment was still law, that is the
alocation budget in 2001 for maintenance was Rp 2.000.000.000,- or 8% of the hospital
total budget of Rp 24.450.000.000,- while the one especially for medical equipment
maintenance was Rp 151.200.000.,- or 0.6%. [n the year 2002 budget, the alocation
budget ofthe local public Hospital of Pasar Rebo was Rp 3.033.000.000,- or 11% of the
hospital total budget of Rp 26.579.000.000,- the one especially for the medical equipment
of the 559.741.049,- or 2% of the hospital total budget, besides that there was an
unexpected expenditure of Rp 190,000.000,- in 2000 to repair a medical equipment
(X Ray). In 2003 the hospital plan to change to corporate law of local public Hospital
Pasar Rebo from selifunded unit into local government company.
With this background a research was carried out with the aim to get a picture of
medicai equipment maintenance process which results in the availability of ready use
medical equipment to support service to the patients.
The type of this research was a qualitative approach the data and information were
obtain ftom in the depth interview, observation files and document study which were
available in the related units.
The result of the research showed that the process of the medical equipment
maintenance had not been done in the optimal manner. A maintenance was doue base on
break down (break down maintenance ) not on planning, decided maintenance system,
recording and rporting, monitoring and evaluation.
Based on this research it is suggested that the hospital management must take some
actions to improve the quality and quantity of human resources, organization, hospital
rules and policies (protap) in the field of medical equipment maintenance and operation, it
is hope that this can encourage the improvement of local public Hospital of Pasar Rebo
Jakarta working performance in carryng out the medical equipment maintenance process to
produce/make the availability of ready use medical equipment.

"
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T4575
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Mayanda
"Rumah sakit sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan mum yang baik dan biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Untuk dapat memenuhi usaha di atas rumah sakit harus berkembang dan memenuhi kemajuan teknologi kedokteran yang ada.
Mengingat bahwa bidang usaha perumahsakitan yang kompleks, dinamis, padat teknologi, padat modal dan padat karya, multidisiplin serta dipengaruhi oleh lingkungan yang selalu berubah, maka manajemennya juga sangat kompleks. Salah satu komponen manajemennya adalah manajemen keuangan rumah sakit, yang apabila dikelola dengan baik akan menunjang dalam pengembangan rumah sakit, dimana sasaran pokoknya adalah peningkatan pendapatan fungsional rumah sakit agar biaya operasional dan investasi dapat ditutupi (Cost recovery).
Dalam manajemen keuangan rumah sakit yang perlu mendapat perhatian khusus adalah pengelolaan piutang pasien (Patient account receivable). Dengan pengelolaan piutang yang baik diharapkan terjadi pembayaran yang penuh terhadap semua pelayanan yang diberikan rumah sakit. Pos piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian yang terpenting dari aktiva lancar dan oleh karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat dikelola dengan cara yang seefisien mungkin. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pasar Rebo dari bulan Mei sampai dengan Juni 2002, bertujuan untuk mendapatkan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektifitas manajemen sistem piutang di RSUD Pasar Rebo. Rancangan penelitian yang digunakan adalah research operasional untuk menganalisis sitem penagihan piutang yang mempengaruhi keberhasilan penagihan piutang. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan melakukan pengamatan langsung dan wawancara mendalam.
Dari data keuangan RSUD Pasar Rebo didapat bahwa piutang pasien rawat inap terjadi setiap tahunnya sebesat 0,6 % dari total pendapatan. Piutang ini berasal dari pasien yang bayar sendiri. Pasien jaminan perusahaan dan ASKES tidak mempunyai piutang. Tetapi bila dibandingkan dengan pendapatan rawat inap piutang tersebut telah mencapai 2,5 % pada tahun 2001. Dari piutang ini yang dapat ditagih hanya sebesar 5-10 %, sisanya menjadi piutang yang tak tertagih yang secara terus menerus akan membebani keuangan rumah sakit. Dan juga mengingat perkembangan RSUD Pasar Rebo ke depan yang akan menjadi BUMD, maka perlu dilihat kembali bagaimana sistem manajemen piutang yang berlaku di rumah sakit Pasar Rebo.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1.Piutang yang terjadi dibandingkan dengan biaya operasional rumah sakit sebesar 0,68 % pada tahun 2000 dan 0,64 % pada tahun 2001.
2.Sistem deposit hanya untuk pasien jaminan perusahaan
3.Sistem pemulangan pasien telah melewati prosedur medis dan administrasi
4.Tidak tegasnya petugas dalam menarik uang muka perawatan.
5.Tidak adanya bagian pra penerimaan dan penerimaan yang khusus menangani pasien rawat inap. Kegiatan ini dipegang oleh bagian informasi (front office).
6.Tidak ditemukannya beberapa standard operating proceduer dari masing-masing tahapan piutang.
7.Pemberitahuan jumlah tagihan pasien telah dilakukan secara periodik setiap 3 hari.
8.Banyaknya tugas rangkap pada petugas yang bersifat pelayanan maupun penerimaan piutang.
9.Kurangnya usaha rumah sakit untuk menagih piutang yang ada pada pasien.
10.Penutupan piutang pasien berdasarkan peraturan Pemerintah Provinsi DKI.
Saran yang diberikan adalah:
1.Perlunya sosialisasi uang muka pada masyarakat
2.Perlunya ketegasan petugas dalam menarik uang muka
3.Melengkapi/membuat semua SOP pada setiap pelaksanaan tahapan piutang sebagai landasan petugas bekerja.
4.Mengoptimalkan fungsi penerimaan pasien
5.Pengadaan tim verifikator alamat.
6.Memisahkan fungsi pelayanan dan penerimaan keuangan
7.Perlunya mekanisme kontrol antara pemberi jasa dan penerima keuangan.
8.Pengadaan kasir 24 jam
9.Peningkatan keaktifan rumah sakit dalam menagih piutang.
10.Membentuk tim khusus untuk menagih piutang dan pemberian reward pada petugas yang berhasil menagih piutang.

Analysis of Accounts Payable Management System of Pasar Rebo District Hospital's In-Patient Department in the Year 2001Hospital is one of health services that are required to provide good quality of services within affordable price for the society. A hospital is an enterprise with characteristics of dynamic, technological based, large capital investment and requires a considerable amount of personnel, and multidiscipline. In addition, the enterprise is also highly interactive with its environment, which in result requires a highly complex management. Financial management is an essential component of hospital management and if it is properly managed will significantly contribute to the development of the hospital, with the specific focus on the effort to increase the functional income of the hospital. This increase will in turn recovers the operational and investment cost (cost recovery).
In the hospital financial management, the attention should be given to patient account receivable with specific target to fulfill all charged cost of health care services received by the patient. Account receivable is the most important factor in the balance sheet; therefore it should be granted the most attention of all in terms of the efficiency of projected.
This qualitative study used direct observation and in-depth interview on the success rate of the collection of account-receivable, in Pasar Reba Hospital during May - June 2002, with the design of the study is operational research in account collection's system analysis.
From RSUD Pasar Rebo's financial data, it recorded that account receivable frin in-patient patients is 0.6 % from total income or if calculated from the total in-patient income is 2.5 % in the year 2001. This account receivable are source from out of pocket patient, and then is no problem from in patient from coorporate company and ASKES, because all of the service give by hospital will pay after that. From this percentage, the success ratio of collection is around 5-10%, and the rest would become un-collected account receivable. With the intention on becoming State Enterprise, these issues should get more attention.
From the research's results:
1. Account receivable is compare with operational budget is more than 0,68 % at 2000 and 0,64 % at 2001.
2. Deposit system for corporate company patients
3. Discharge system patients has done medical and administrative procedure
4. Weak firmness of employee to receive down-payment for in-patient services
5. There no standard operating procedure (SOP) in each steps of account collection and no pre admission and admission department
6. Joint appointment in service area and financial area
7. Regularly informs account receivable patient
8. Little effort was conducted by the hospital to collect the account receivable.
As suggestion are:
1. There is a need to socialize down payment to all hospital customers and community.
2. Develop necessary SOP at each step of collection.
3. Optimalization admission department function.
4. Separate service functions and payment receiving to simplify control.
5. Develop a verificator patients address
6. Establish 24 hours cashier
7. Improve the hospital?s effort to collect account receivables.
8. Make a special team for collect account receivable and give reward to the team by hospital if they successfully collate the account receivable.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4452
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adiani Ayudi Rahma
"Dalam menghadapi perkembangan dan persaingan bebas khususnya dibidang perumahsakitan, rumah sakit pemerintah menghadapi kendala di bidang sumber daya manusia.
Oleh karena itu kita perlu mengetahui usaha-usaha yang dapat mendorong kinerja individu dan kelompok yang dapat berdampak positif terhadap kinerja organisasi.
Dalam tesis ini, implementasi usaha-usaha tersebut dinamakan proses manajemen perubahan yang dieksplorasi di rumah sakit umum daerah Pasar Rebo, Jakarta. Pada rumah sakit ini kita menemukan proses manajemen perubahan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dikelompokkan menjadi proses belajar, proses kepemimpinan dan proses pembentukan tata nilai.
Ketiga proses di atas didapatkan dengan wawancara mendalam dengan direktur dan beberapa wakil dari para profesional dan manajerial.

Exploration Study ; Process of Change Management at Pasar Rebo Hospital, JakartaTo face the growth and free competition particularly In hospitalization in the future, State hospitals confront human resources obstacle.
Hence, we need to understand the efforts which can urged the team and individual's performance to deliver positive Impact to organization?s performance.
In this thesis, the implementation is called management of change and it has been explored in Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, Jakarta. In this hospital, we found the process of change manragement .including the supporting factors which are grouped into ; learning process, leadership process and value establishment process.
Those mentioned above has been obtained through In-depth interview with director and some professional and managerial representatives.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Dachyar
"Usaha Industri Pariwisata di Indonesia pada saat ini sedang giat-giatnya digalakkan oleh pemerintah. Perkembangan ini juga diikuti dengan semakin banyaknya jumlah hotel-hotel yang ada, serta tingkat hunian dari hotel-hotel berbintang lima dan empat d wilayah DKI Jakarta. Salah satu upaya dalam meningkatkan pelayanan tamu hotel maka pihak pengelola harus mempersiapkan pengelolaan yang lebih baik pada seluruh fasilitas hotel. Dengan pengelolaan yang baik akan menghasilkan kepuasan pada tamu dan meningkatkan citra hotel itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pemeliharaan peralatan mekanikan dan elektrikal hotel berbintang lima dan empat di wilayah DKI Jakarta saat ini, dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap upaya pemeliharaan tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai upaya peningkatan manajemen pemeliharaan terhadap peralatan mekanikan dan elektrikal tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan metode survei menggunakan kuesioner. Selanjutnya hasil yang telah diperoleh diolah dengan cara tabulasi dan kemudian dianalisis secara deskriptif. Penelitian ini mengungkapkan bahwa semua hotel berbintang lima dan empat di wilayah DKI Jakarta telah menerapkan sistem pemeliharaan preventif terhadap perlaatan mekanikan dan elektrikal. Semua peralatan mekanikan dan elektrikal hotel tersebut telah dipelihara dengan metode preventif. Selain itu diketahui bahwa semua chief engineering hotel berbintang lima dan empat adalah orang Indonesia dan bukan bangsa asing. Berbagai hal-hal yang berpengaruh terhadap upaya pemeliharaan mencakup tingkat hunian kamar yang sewaktu-waktu tinggi, kondisi peralatan yang digunakan, kemampuan tenaga kerja, kondisi fasilitas penunjang dan biaya pemeliharaan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Hendrayani
"Dengan makin berkembangnya suatu rumah sakit, maka semakin kompleks pula jenis kegiatannya. Untuk itu diperlukan adanya pengembangan dari manajemen bagian di rumah sakit, salah satu diantaranya adalah bagian penerimaan pasien (Admission), yang dirancang sesuai dengan kebutuhan untuk membantu pengelolaan rumah sakit dalam pencapaian tujuan dari manajemen rumah sakit itu sendiri.
Bagian penerimaan pasien (Admission) sebagai salah satu bagian di rumah sakit boleh dikatakan merupakan pintu gerbang rumah sakit dan juga sebagai ujung tombak arus pasien, karena bagian admission (disingkat menjadi admisi) mempunyai tugas antara lain : menerima pasien rawat Inap, menerima pembayaran pasien yang akan pulang rawat,dan juga memberikan informasi yang dubutuhkan oleh pasien.
Masalah dalam penelitian ini adalah : Belum berfungsinya sistem admisi sebagai pelayanan administrasi dan informasi rawar inap, dimana dirumuskan masalahnya sebagai berikut : Bagaimana keadaan SDM, sarana dan fasilitas serta prosedur (SOP), dan bagaimana proses pelaksanaan admisi selama ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pelaksanaan sistem admisi fungsinya sebagai pelayanan administrasi dan informasi rawat inap.
Metodologi penelitian yang dipakai adalah deskriptif analitik dengan pendekatan sistem, melalui pengkajian terhadap sistem yang sedang berjalan serta merujuk ke literatur yang berkaitan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah tenaga di bagian admisi tidak tetap dan merangkap (double job). Belum mendapatkan pendidikan/pelatihan yang terencana, pemberian informasi belum optimal, belum diterapkan pengenalan SOP kepada petugas, belum diadakan evaluasi terhadap SOP, belum ada susunan uraian tugas (Job Description), belum ada reward untuk petugas admisi, dan adanya perbedaan honor untuk petugas yang dinas di bagian admisi.
Upaya penanggulangan yang dapat dilakukan adalah memperbaiki kekurangan-kekurangan dari setiap permasalahan yang sesuai dengan teori yang ada. Penerapan upaya ini diharapkan dapat meningkatkan proses pelayanan terhadap pasien rawat inap.

Analysis Of In-Patients Admission System In RSUD Koja. The growth of a hospital makes the activities of it becomes more complex. Therefore, there is a need to develop department management in hospital, one of them is the admission, which is designed to fill the need for helping the hospital management to achieve the goal of the hospital itself.
The admission department is a hospital gate. It has several functions, such as : patient registration for in patient care : Admission system is still not functioning as an administration services and in patient information, which can be formulate problem as follows : How about Human Resources, Facilities as well as Standard Operational Procedure (SOP), and how the process the management of in patient care admission department.
The research goal is analysis the management of in patient care admission department. Research is analytic descriptive with qualitative approach through study of the system on and refer it to the approach literature.
The result shows that quantity of human resources not constants and double job, the identification and evaluation of the SOP that has never been done, while facilities are still not operated effectively and efficiently because of the lack of human resource and no developing program for the human resource.
All of these problems can be solved by repairing the weaknesses of each problem with the existing theory. Implementation of this will improve the quality of service for the patient in patient care department.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T2549
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Kusnadi
"Pemanfaatan waktu kerja yang tidak tepat di Rumah Sakit dapat menyebabkan pemborosan jumlah tenaga dan biaya operasional belanja pegawai yang tidak efektif dan efisien di lingkungan kelompok unit kerja rumah sakit.
Besarnya jumlah tenaga dan biaya operasional belanja pegawai dapat menyebabkan beban dan terganggunya kelancaran bagi rumah sakit dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Besarnya jumlah tenaga non medis ( tetap dan honorer ) melebihi standar 262/1979, kebutuhan minimal dan ISN di RSUD Karawang, akan tersebar di kelompok unit kerja yang tidak sesuai dengan bobot dan volume kerja yang tersedia.
Analisa data dilakukan dengan mengelompokan jumlah dan jenis tenaga yang memiliki jumlah paling besar, yang diperoleh data dari unit Kepegawaian, Keuangan, Rekam Medik, administrasi lainnya dan ruangan-ruangan.
Penelitian ini merupakan deskriptif eksploratif kualitatif dengan observasi partisipatif dengan menganalisa data sekunder sejak bulan Juli 1991 dan data primer pada bulan Maret dan April 1992 dengan mengunakan Analisa Pareto dan Analisa Alokasi Waktu Kerja.
Analisa Pareto digunakan pada pengumpulan data sekunder dengan ditemukan pengelompokan jumlah dan jenis tenaga, sedangkan analisa Alokasi Waktu kerja dengan "Daily Log" dan "Work Sampling" ditemukan empat kelompok unit kerja pada Rekam Medik RSUD Karawang.
Hasil penelitian ditemukan adanya jumlah tenaga non medis (honorer dan tetap) di Unit Rekam Medik yang mendistribusikan tenaga pada empat kelompok unit kerja tidak sesuai dengan waktu dan volume kerja yang dipergunakan.
Disarankan untuk membuat uraian tugas don realokasi serta peningkatan pengendalian tenaga non medis di Unit Rekam Medik sebagai suatu model pendayagunaan tenaga non medis secara efektif darn efisien bagi RSUD Karawang. Untuk jenis tenaga lainnya dapat dilakukan analisa alokasi waktu kerja produktif dan tidak produktif, sehingga akan diketahui kebutuhan jumlah tenaga secara rill di RSUD Karawang."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrianto Trisnowibowo
"Kebijakan Rumah Sakit menjadi unit Swadana memberikan peluang bagi rumah sakit untuk menggunakan pendapatan fungsionalnya secara langsung serta mendorong peningkatan kepedulian manjemen rumah sakit terhadap efisiensi pengelolaan sumber daya yang tersedia. Laboratorium klinik adalah salah satu dari bidang penunjang medic yang disamping menyerap dana cukup besar juga memberikan kontribusi yang tidak kecil kepada rumah sakit. Sebagian besar operasional laboratorium klinik adalah untuk reagen yang berkaitan dengan jumlah pasien. Sejalan dengan tujuan kebijakan Swadana yaitu efsiensi sumber daya yang tersedia, maka diperlukan suatu informasi yang realistik dan terukur dalam perencanaan kebutuhan bahan, sehingga tujuan dapat tercapai. Salah satu cara adalah dengan menggunakan teknik peramalan yang biasa digunakan dalam bidang ekonomi dan dunia usaha.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknik dan metode peramalan yang sesuai digunakan untuk memperkirakan tingkat kedatangan pengguna jasa layanan laboratorium klinik secara objektifdan dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian ini merupakan penelitian operasional dengan analitis kuantitatif terhadap 5 jenis pemeriksaari di laboratorium klinik yaitu BTAL, Reduksi, GD, HB dan Leukosit selama periode 1992 - 1995 dengan menggunakan 6 teknik peramalan yaitu rata-rata bergerak 3 bulan dan 6 bulan, rata-rata bergerak linier 3 dan 6 bulan, regresi linier dan metode dekomposisi. Satu satunya variabel yang mempengaruhi adalah waktu dan data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dan laporan bulanan.
Hasil penelitian ini menunjukkan banyaknya variasi yang ditunjukkan oleh masing-masing teknik peramalan dan untuk menentukan ketepatan suatu jenis ramalan dilakukan pengujian pada hasil peramalan dengan hasil juga bervariasi. Untuk menentukan teknik yang paling sesuai dilakukan perbandingan antar masing-rnasing teknik peramalan terhadap 5 jenis pemeriksaan tersebut. Setelah mengetahui teknik yang paling sesuai dilakukan simulasi terhadap teknik tersebut pada 5 pemeriksaan diatas selama 1 tahun.
Kesimpulan dari penelitian ini didapatkan bahwa teknik peramalan dengan dekomposisi paling sesuai bila digunakan untuk meramalkan tingkat kedatangan pengguna jasa layanan laboratorium klinik baik untuk bulanan maupun tahunan sehingga dengan diketahuinya hasil ini akan menjadi informasi yang cukup penting bagi pengambil keputusan untuk perencanaan bahan kebutuhan laboratorium klinik. Meskipun demikian methode dekomposisi masih tetap mempunyai kesalahan, oleh karena itu sebaiknya dalam membuat suatu peramalan perlu memperhitungkan confidence. interval sesuai yang diinginkan oleh peramal. Perlu juga dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan teknik peramalan lain yang mendasarkan pada pola hubungan variabel yang diramalkan dengan variabel selain waktu.

The policy to become a "swadana" hospital give hospital a chance to increase its functional income and to manage its resources efficiently. Clinical laboratories are one of the most cost intensive components of a hospital. The biggest expense is for reagen that depends on the quantity of the patients. Efficiency is the main issue in "swadana" policy. To reach efficiency, we need information that are accurate and countable, so we can predict future material needs. Forecasting is one way to get future prediction.
The objective of this research is to get a suitable method in forecasting future market. The methods have to be objective and reliable. This research is a quantitative research that was using 5 different kind of diagnostics that run at clinical laboratory, those are BTAL, Reduction, GD, HB and Leukocyte, during 1992-1995. For that purpose the writer was using 6 types of forecasting, those are 3 & 6 months moving averages, 3 & 6 months linear moving averages, linear regression and the decomposition method. The only one variable that has considerable effect is time. The data that I used are the secondary data those came from monthly reports.
The results of this study show that each of those forecasting techniques present a number of variations. I have tested the forecasting result to check the accuration of the forecast's type. To determine the most suitable technique, I have tried to make a number of comparation's between each technique on 5 kind of diagnostics. Once the most suitable technique already known, 1 have tried to make simulation on it against those diagnostics.
As summary of this study, I find that the decomposition method is the most suitable for forecasting of the people's attendance who use the clinical laboratory services in monthly or yearly. These finding will be important informations for the decision makers to set the planning of clinical Laboratory needed materials. After all the decomposition method still have an error, it will be better to consider the suitable confidence interval. I'm still considering that it is necessary to make a follow up research according to this . study, that use other forecast technique based on other variable.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Yunita Apriane
"Skripsi ini membahas tentang kepuasan pegawai non PNS Bidang Penunjang Medis terhadap remunerasi berbasis Competency Based Human Resource Management (CBHRM) di RSUD Pasar Rebo Tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Sebanyak 134 kuesioner disebarkan dan hanya 107 kuesioner lengkap yang kembali. Responden pada penelitian ini adalah 107 pegawai non PNS Bidang Penunjang Medis RSUD Pasar Rebo yang terbagi ke dalam 6 instalasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 53,3% pegawai yang menyatakan tidak puas terhadap remunerasi yang diterima. Dalam penelitian ini diketahui bahwa lama kerja, pengetahuan pegawai mengenai sistem remunerasi, kepemimpinan, supervisi, kebijakan remunerasi, sosialisasi sistem remunerasi berhubungan dengan kepuasan pegawai non PNS Bidang Penunjang Medis terhadap remunerasi berbasis CBHRM. Pihak rumah sakit perlu menindaklanjuti hasil penelitian tersebut dengan melakukan evaluasi kembali terhadap remunerasi berbasis CBHRM serta meningkatkan sosialisasi sistem remunerasi di RSUD Pasar Rebo dengan melibatkan manajemen terkait serta pegawai dari setiap instalasi yang bersangkutan.

This study examines about the satisfaction of medical support affairs of non-civil servants of the remunerations based Competency Based Human Resource Management (CBHRM) in Pasar Rebo Hospital in 2011. This research is a cross sectional research using quantitative methods. The data was collected by filling questionnaires. A total of 134 questionnaires distributed but only 107 complete questionnaires are returned to the researcher. Respondents in this research are 107 medical support affairs of non-civil servants in Pasar Rebo Hospital which is divided into 6 installations. The result showed that there are 53.3 % officers who stated that they are not satisfied with the remuneration received. By this research, known that amount of time working, knowledge about remuneration system, leadership, supervision, remuneration policy, dissemination of remuneration system associated with satisfaction of medical support affairs of non-civil servants of the remunerations based CBHRM. The hospital needs to follow up these findings by evaluating remuneration and improve dissemination of the remuneration system in Pasar Rebo Hospital, involving relevant management and employees of related installation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Santy Yudiastuti
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataaan bahwa angka pemanfaatan tempat tidur (TT) di wilayah Kabupaten Subang pada tahun 2000 sebesar 73,7%, angka ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 1999 sebesar 49,7%. Dalam pengembangan rumah sakit (RS) diperlukan studi kelayakan, sederhana atau kompleksnya tergantung dari kemampuan biaya. Secara umum aspek-aspek yang akan dikaji dalam studi kelayakan meliputi : aspek hukum, sosial-ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan aspek keuangan. RSUD Subang adalah RS Tipe C, terletak di daerah Ciereng tepatnya di JI. Brigjen Katamso No. 37. Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah dengan adanya rencana pengembangan jumlah TT ruang perawatan kelas dan diperkirakan dibutuhkan dana untuk investasi yang cukup besar, maka perlu dikaji apakah rencana pengembangan jumlah TT ruang perawatan kelas ini layak untuk direalisasikan ?
Tujuan penelitian ini adalah ingin mendapatkan gambaran mengenai kelayakan dari rencana pengembangan jumlah TT di ruang perawatan kelas dengan melakukan penilaian dari segi ekonomis dengan cara menghitung Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Benefit Cost Ratio (BCR).
Jenis penelitian ini merupakan penelitian operasional (operational research) untuk studi kelayakan berupa studi kasus, dengan menggunakan data sekunder 4 tahun terakhir (trend analysis). Kemudian melakukan analisis faktor internal dan eksternal di lingkungan RSUD Subang.
Merujuk hasil analisis faktor internal di wilayah cakupan RSUD Subang, terlihat bahwa kebutuhan akan layanan kesehatan pada saat ini masih belum terlayani, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Mengacu kepada data demografi dan angka kunjungan pasien ke RS di Kabupaten Subang maka didapatkan jumlah TT untuk kebutuhan RS di Kabupaten Subang sebanyak 2145 TT (belum dikurangi dengan TT di RSUD sebanyak 150 TT), untuk ruang perawatan kelas sebanyak 243 IT. Namun disesuaikan dengan luas lahan yang tersedia dan standar ruang dari Dir Jen Yan Med DepKes RI maka didapatkan sebanyak 40 TT, dengan perincian 10 TT di VIP, 14 TT di Utama I dan 16 TT di Utama II, dengan menggunakan rata-rata LOS selama 3 hari.
Dengan perkembangan agribisnis dan agroindustri di daerah Subang menjadikan peluang besar bagi RSUD dalam rencana pengembangan jumlah TT ruang perawatan kelas. Perkembangan pola morbiditas di RSUD Subang merupakan potensi pasar yang tidak mungkin diabaikan. Melihat pola penyakit yang ada, pengembangan layanan RSUD Subang pada tahap awal dipusatkan pada layanan rawat inap. Selanjutnya mulai diselenggarakan kegiatan yang mengikuti perkembangan RS itu sendiri dan kegiatan manajemen administrasi pendukungnya.
Selanjutnya melakukan perhitungan/proyeksi keuangan untuk mengetahui kelayakan dari sisi ekonomis. Dari perhitungan ini didapatkan skema biaya investasi dan pendanaan sebesar Rp 1.994.762.000,00. Nilai NPV selama periode 15 tahun sebesar Rp 2.021.249,00. Nilai NPV pada perhitungan ini lebih besar dari 0, maka rencana investasi ini dapat diterima. Benefit Cost Ratio yang didapat adalah 2,01, Hasil perhitungan IRR (internal Rate Of Return) kegiatan RS ini adalah 27,92%. Dengan nilai IRR lebih besar dari nilai bunga kredit investasi sebesar 17,90% maka dari hasil perhitungan ini dapat dinilai layak dan RS dapat melanjutkan proyek ini.
Untuk merealisasikan rencana pengembangan jumlah TT ruang perawatan kelas, maka disarankan agar pihak manajemen RSUD Subang segera mencari investor untuk melakukan kerjasama dalam hal investasi untuk peralatan medik atau penunjang dengan konsep bagi hasil antara pemilik / penyandang dana dengan pihak RS supaya masyarakat segera mendapatkan fasilitas pelayanan sesuai dengan yang diinginkan.
Dengan adanya kerjasama ini sudah dapat dipastikan akan menurunkan biaya investasi, tetapi dari pendapatan yang dihasilkan tidak mengganggu terhadap arus kas. Disamping biaya operasional, juga dapat ditekan yang pada akhirnya akan mampu memberikan cost benefit ratio yang menguntungkan bagi organisasi RSUD Subang.

Feasibility Analysis of the Inpatient Bed Quantity Development at RSUD Subang, 2002The background of this study was based on the fact of bed occupancy rate in the District of Subang increased out of 49,7% in 1999 to 73,7% in 2000. Hospital development needs feasibility study, how simple and complex the hospital depends on its cost capability. In general, the aspects that would be reviewed in the feasibility study are as follows: legal, social-economy and culture, market and marketing, technique and technology, management, and financial.
In this study, the researcher would like to know whether the plan of inpatient bed development is feasible to be done or not due to this project would need lavish money to be invested. So, the aim of this study was to obtain the description about the feasibility of inpatient bed development in RSUD Subang by using economical assessment i.e. Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), and Benefit Cost Ratio (BCR).
The study was an operational research for feasibility study that was conducted in RSUD Subang (a Type C-Hospital). The study used secondary data in the last 4 years (trend analysis) and analyzed the internal and external factors in the environment of RSUD Subang.
Based on the result of internal factors analysis in coverage area of RSUD Subang, was shown that health care need was inadequate not only the quantity but also the quality. Referring to demography data and patient visit rate in the District of Subang was obtained the need of bed quantity for hospital in the district of Subang were 2145 beds (including the number of beds in RSUD Subang as much as 150 beds), and the need of bed quantity fOr inpatient class were 243 beds. However, based on the available land and room standard from MOH was obtained 40 beds, in details distributed as follows: 10 beds in the VIP room, 14 beds in the Main 1 room, and 16 beds in the Main II room by using average length of stay: 3 days.
The agribusiness and agro industry development in the District of Subang becomes a big opportunity for RSUD Subang in developing its inpatient beds quantity. The morbidity pattern in RSUD Subang was also a market potential that could not be ignored. So, the preliminary step of health care development in RSUD Subang was focused on inpatient service. Furthermore, it would be held the activities that follow the hospital development itself and supporting administration management activities.
Based on the financial projection was obtained the scheme of investment cost and financing as much as Rpl.994.762.000,00. Besides, NPV for 15 year-period was Rp2.021.249,00. NPV was obtained from this calculation showed more than 0 (zero). It means that the investment plan is feasible. Benefit cost ratio that obtained was 2,01. Internal rate of return that obtained was 27,92%. The IRR was higher than investment interest rate: 17,90%, it means that the project is feasible.
In order to the realization of inpatient bed development plan could work out, it is recommended to the management of RSUD Subang to look for investors to conduct the collaboration in medical equipment investment by using profit sharing concept between the owner and the hospital management side. Such collaboration will decrease the investment cost and the revenue that gained will not disturb the cash flow. Suppressing operational cost will give cost benefit ratio for the hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T10820
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fify Mulyani Fauzi
"Dalam hukum kedokteran, bila dokter akan melakukan suatu tindakan medik kepada pasiennya, diperlukan adanya persetujuan dari pasien atau keluarganya setelah mendapat penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Persetujuan ini disebut informed consent yang diterjemahkan menjadi persetujuan tindakan medik. Pemberian persetujuan terhadap perlakuan yang akan diambil akan menjadi bukti sah bagi rumah sakit, dokter dan pasien. Dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul, maka sebaiknya pihak rumah sakit melakukan pengambilan persetujuan secara tertulis, dalam hal ini formulir. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kelengkapan pengisian formulir informed consent, dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan pengisian formulir tersebut di RSUD Tarakan Jakarta.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Cross Sectional Study. Penarikan sampel dilakukan secara random pada bulan Oktober sld Desember 1999. Dari hasil perhitungan didapatkan jumlah sampel 96,04 yang kemudian dibulatkan menjadi 100. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 100 formulir informed consent yang diteliti, ternyata tidak ada formulir yang benar-benar lengkap seluruh pengisian variabelnya. Dari hasil uji T didapatkan bahwa ada hubungan antara kelengkapan pengisian dengan pengetahuan dokter tentang informed consent. Dan dari hasil uji Chi-kuadrat didapatkan bahwa ada hubungan antara kelengkapan pengisian formulir informed consent dengan pendidikan.

In medical law, if doctors supposed to a medical procedure to a patient, approval is needed from the patients or their family after obtaining explanation regarding a medical procedure to be performed on the patients. The approval is call informed consent, in translated become persetujuan tindakan medik. The approval towards the treatment to be taken will become a valid evidence for the hospitals, doctors and patients. In facing the arising possibilities, it is better that the hospital made a written approval, in this case is a form. This research is intended to appraise the completeness of informed consent form filling, and factors related to the completeness of the form filling in Tarakan District Hospital.
This research is a Cross Sectional Study. The sampling is done randomly from October to December 1999. From the calculation it is found the sample is 96.04 which is rounded into 100. From the results of the research it is found out that from 100 informed consent studied, turned out that there is no respondent that really complete the filling of the variables. From the T-test it is found out that there is correlation between completeness of filling and knowledge of doctors regarding the informed consent, Out of the Chi-square test results it is found out that there is correlation between completeness of filling of informed consent form and education.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T1834
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>