Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152583 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jennifer Nathania
"Latar Belakang: Prevelansi gagal ginjal kronis semakin meningkat di Indonesia dan di seluruh dunia. Salah satu sumber utama morbiditas dan mortalitas pada gagal ginjal kronis adalah komplikasi penyakit kardiovaskular. Mastin adalah suplemen yang diproduksi di Indonesia terbuat dari ekstrak kulit buah manggis yang dilaporkan memiliki kemampuan antioksidan, anti-inflamasi dan antitumor. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah Mastin mampu meningkatkan respon antioksidan dalam hati tikus yang gagal ginjal kronis dengan mengukur ekspresi Nrf2, master regulator Antioxidant Response Element ARE.
Metode: RNA diekstrak dari jaringan jantung dari 3 kelompok tikus: Kelompok Normal, kelompok nefrektomi dan kelompok nefrektomi dengan Mastin . Kemudian dilakukan prosedur Two step real-time RT-PCR untuk menghitung ekspresi relatif gen Nrf2.
Hasil: Ekspresi Nrf2 sangat menurun pada kelompok nefrektomi sedangkan pada kelompok nefrektomi dengan Mastin , ekspresi tersebut hanya sedikit meningkat.
Kesimpulan: Gagal ginjal kronis mengakibatkan gangguan dalam aktivasi Nrf2 dalam hati. Meskipun terdapat sedikit peningkatan ekspresi Nrf2 setelah pemberian Mastin , hasil tersebut tidak cukup signifikan untuk memberikan efek kardioprotektif melewati jalur Nrf2.

Background: Chronic kidney disease CKD is increasingly prevalent in Indonesia and around the world. One of the major sources of morbidity and mortality in CKD is the complication of developing cardiovascular disease. Mastin is a locally produced supplement made from extract of mangosteen pericarp which is reported to have antioxidative, anti inflammatory and antitumor properties. This research aims to investigate whether Mastin is capable of improving antioxidant responses in the heart during CKD by measuring the expression of Nrf2, a master regulator of antioxidant response elements.
Method: RNA was extracted from heart tissue of 3 groups of rats Normal group, Nephrectomy group and Nephrectomy with Mastin group. Two Step real time RT PCR was then conducted to calculate the relative expression of Nrf2 gene.
Results: Expression of Nrf 2 was markedly decreased in the Nephrectomy group but slightly increased in the Nephrectomy with Mastin group.
Conclusions: Chronic Kidney Disease resulted in impaired activation of Nrf2 pathway in the heart. Although the administration of Mastin slightly increased Nrf2 expression, it is not significant enough to confer cardioprotective effects through the Nrf2 pathway.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Satya Perdhana
"Latar Belakang: Penyakit Ginjal Kronik PGK merupakan masalah kesehatan di seluruh penjuru dunia. PGK menjadi penyebab menurunnya kualitas hidup penderitanya sekaligus meningkatkan risiko kematian. Penyakit Ginjal Kronik ditandai dengan terjadinya kerusakan ginjal dalam waktu lama dan progresif. Gangguan pada PGK berkaitan dengan kejadian stres oksidatif, yaitu keadaan di mana Reactive Oxygen Species ROS terbentuk melebihi pertahanan antioksidan. Kuersetin sebagai bagian keluarga flavonoid diketahui memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian sebelumnya mendapatkan bahwa pemberian kuersetin mampu meningkatkan ekspresi protein Nuclear factor related erythroid factor 2 Nrf2 di dalam nukleus pada tikus yang mengalami PGK. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan untuk mengkonfirmasi apakah peningkatan ekspresi protein Nrf2 di dalam nukleus terjadi pada tahap transkripsi.
Metode: Jaringan ginjal tikus Sprague-Dawley dari penelitian terdahulu yang tersimpan pada suhu -80oC, diukur ekspresi mRNA Nrf2, Keap1dan HO1menggunakan qRT PCR. Terdapat 4 kelompok penelitian yaitu kelompok kontrol normal, kelompok dengan nefrektomi 5/6 berturut-turut diberi CMC 0,5, kaptopril 10 mg/kgBB, dan kuersetin 100 mg/kgBB. Ekspresi mRNA Nrf2, Keap1 dan HO1dianalisis statistik menggunakan uji ANOVA yang dilanjutkan dengan multiple comparison post hoc dengan LSD, Kruskal-Wallis untuk data yang tidak memenuhi syarat uji ANOVA dimana perbedaan dianggap bermakna secara statistik bila p.

Background: Chronic Kidney Disease CKD has been a problem all around the world as it causes the decrease of life quality and also raises the risk of death. Chronic kidney disease characterized with long time and progressively kidney failure. The alteration of CKD correlated to oxidative stress, a condition when Reactive oxygen species ROS produced more than antioxidant defense. Quercetin as a part of flavonoid, has been known to have an antioxidant activity. It has been showed in the previous study that quercetin increased intra nuclear Nuclear factor related erythroid factor 2 Nrf2 . This study proposed to confirm whether the increase of nuclear NRF2 is happened in transcription event.
Method: Kidney tissue of Sprague Dawley rat from previous study which had been saved in 80oC had measured the expression of Nrf2, Keap1 and HO1 mRNA by qRT PCR. There were 4 groups as the previous study, normal control group, 5 6 nephrectomy plus consecutively 0,5 CMC, 10 mg kgBW captopril, and 100 mg kgBW quercetin. Expression of Nrf2, Keap1 and HO1 mRNA had been analyzed statistically with ANOVA test and LSD multiple comparison post hoc. For data that are not fit to analyzed with ANOVA would be analyzed with Kruskal Wallis and Mann Whitney. The data considered as significantly different by p.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Caecilia Stevi Harman
"Latar Belakang: Penyakit - penyakit kronik menduduki prevalensi tertinggi penyebab mortalitas penduduk di dunia. Peningkatan penyakit ginjal kronik sebagai penyebab kematian dunia sangat pesat dan menduduki tingkat kedua dibawah HIV/AIDS. Selain itu, progresi penyakit ginjal ke seringkali tidak disadari oleh penderita. Produksi radikal bebas dan factor risiko tradisional dari gagal ginjal seperti hipertensi, dyslipidemia dapat menyebabkan komplikasi ke bagian tubuh lainnya, terutama sistem kardiovaskular. Keap1 adalah sistem pendeteksi keseimbangan redoks utama dalam tubuh dan jalur Nrf2/ARE yang bergantung pada regulasi Keap1 menghasilkan antioksidan dalam tubuh. Mastin merupakan ekstrak kulit manggis yang diduga mengandung ?-mangostin yang telah terbukti mempunyai efek kardioprotektif. Dibutuhkan penelitian untuk mengetahui apakah mastin bertindak pada jalur Keap1/Nrf2 yang merupakan jalur yang menghasilkan antioksidan penangkal radikal bebas dalam tubuh.
Metode: Tikus percobaan dibagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok normal N , kelompok 5/6 nefrektomi Nx dan kelompok 5/6 nefrektomi yang diberi mastin NxM dengan dosis ?-mangostin 200 mg/kgBB/hari selama 8 minggu. Setelah 8 minggu, tikus di dekapitasi dan diambil jaringan jantungnya. Digunakan metode One-Step real-time RT-PCR pada hasil sintesis cDNA jantung tikus agar mendapatkan expresi relatif dari gen Keap1.
Hasil: Ekspresi gen Keap1 meningkat secara signifikan pada kelompok tikus Nx p < 0.05 , sedangkan ekspresi gen Keap1 menurun secara tidak signifikan pada kelompok tikus yang telah diberi mastin p > 0.05.
Kesimpulan: Peningkatan ekspresi relative gen Keap1 pada kelompok Nx disebabkan karena disfungsi Keap1 yang disebabkan karena inflamasi kronik dan produksi radikal bebas yang sangat tinggi. Ditemukan juga bahwa pemberian mastin tidak berpengaruh pada jalur Keap1.

Background: As the disease profile of the world changes, the leading cause of mortality in the world is chronic disease. The steep rise of chronic kidney disease as cause of mortality is just second to HIV AIDS. Chronic kidney disease CKD has a high burden profile because o fits expensive treatment cost and its 'silent' epidemic in which the patients are often not aware of its progression. Generation of Reactive Oxygen Species ROS and the presence of traditional risk factors of CKD such as hypertension and dyslipidemia can cause systemic complication, expecially cardiovascular complication. Keap1 is the main redox signalling in the human body and Keap1 dependent pathway of Nrf2 ARE activation generates antioxidant in the body. Mastin is a mangosteen peel extract that contains mangosteen which has proven to be cardioprotective. A research is needed to find out whether mastin acts on Keap1 Nrf2 pathway which is the main pathway that generates antioxidant against ROS in the human body.
Method: Rats are divided into three groups which are normal group N , nephrectomy group Nx and nephrectomy group that is administered with mastin NxM with mangostin dosing of 200 mg kgBW day. After 8 weeks, rats will be decapitated and their heart tissue extracted and homogenized. The cDNA synthesized from the heart tissue will then be measured for the relative expression of keap1 gene using qRT PCR.
Results: The relative expression of keap1 gene increases significantly p 0,05 in the Nx group while the relative expression decreases not signicantly in the NxM group. p 0,05.
Conclusions: The increase of Keap1 gene expression in the nephrectomy group is due to the dysfunction of keap1 because of chronic inflammation and high ROS production because of subsequent tissue injury. Mastin administration does not affect the Keap1 pathway.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Sirojul Millah
"Latar belakang: Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan masalah kesehatan global dengan prevalensi dan mortalitas yang meningkat dalam tiga dekade terakhir. PGK dipicu oleh kerusakan sebagian nefron dan menyebabkan peningkatan beban kerja nefron lainnya. Proses ini memicu aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron (SRAA) yang menyebabkan peningkatan tekanan kapiler glomerulus, stress oksidatif, dan mediator inflamasi sehingga berujung pada kerusakan nefron yang lebih luas. Angiotensin receptor blocker (ARB) sebagai obat penghambat SRAA yang telah menjadi lini pertama terapi PGK. Statin merupakan obat antihiperlipidemia yang memiliki efek antiinflamasi dan digunakan untuk mencegah komplikasi kardiovaskular pada PGK. Kerusakan ginjal pada PGK dapat diamati dengan adanya perubahan struktur histologis pada glomerulus dan tubulus ginjal. Belum banyak penelitian yang membahas pengaruh ARB dan statin terhadap perbaikan PGK ditinjau dari perbaikan histologi glomerulus dan tubulus nefron ginjal.
Tujuan: Menganalisis pengaruh pemberian ARB dan statin terhadap histopatologi ginjal tikus model PGK dengan 5/6 nefrektomi (5/6 Nx).
Metode: Penelitian ini melakukan uji eksperimental dengan menggunakan bahan biologis tersimpan ginjal tikus Sprague-Dawley untuk melihat pengaruh ARB, statin, dan kombinasi ARB + statin pada hipertrofi glomerulus dan kerusakan tubulus ginjal tikus PGK dengan 5/6 Nx. Sediaan histologi menggunakan pewarnaan H&E dan dilakukan pengamatan terhadap diameter glomerulus dan tubular injury score. Analisis data menggunakan SPSS dengan uji anova satu arah dan post hoc bonferroni untuk diameter glomerulus dan uji Kruskal-Wallis dengan post hoc Mann-Whitney untuk tubular injury score.
Hasil: Pada pengukuran diameter glomerulus, hasil menunjukkan bahwa kelompok 5/6 Nx mempunyai diameter glomerulus yang lebih besar signifikan dibanding kelompok lainnya. Kelompok ARB, statin, dan kombinasi ARB + statin menunjukan diameter glomerulus yang lebih kecil secara signifikan dibandingkan kelompok 5/6 Nx. Tidak ada perbedaan signifikan antar kelompok pemberian obat. Kombinasi ARB+statin memiliki skor tubular injury lebih kecil signifikan dibandingkan kelompok 5/6 Nx. Monoterapi ARB atau statin menunjukkan tren lebih kecil pada skor tubular injury dibandingkan 5/6 Nx namun tidak signifikan secara statistik.
Kesimpulan: Kombinasi Angiotensin receptor blocker dan statin dapat menghambat kerusakan histologi ginjal tikus model penyakit ginjal kronis dengan 5/6 nefrektomi.

Background: Chronic kidney disease (CKD) is a global health problem with increased prevalence and mortality in the last three decades. CKD is started by damage of nephrons that causes an increase in the workload of the remaining nephrons. This process triggers activation of the renin-angiotensin-aldosterone system (RAAS) which causes increased glomerular capillary pressure, oxidative stress, and inflammatory mediators, leading to more extensive nephrons damage. Angiotensin receptor blocker (ARB) as an inhibitor of RAAS has become the first line of CKD therapy. Statins are antihyperlipidemic drugs that have anti-inflammatory effects and are used to prevent cardiovascular complications in CKD. Renal damage in CKD can be observed with changes in the histological structure of the glomerulus and renal tubules. However, there are few studies that discuss the effect of ARBs and statins on the improvement of CKD in terms of the histology of glomerular and tubular renal nephrons.
Aim: Analyzing the effect of ARB and statin administration on kidney histopathology of CKD-model rats with 5/6 nephrectomy (5/6 Nx).
Method: This study is an experimental study using stored biological material of Sprague-Dawley rat kidney. This study want to see the effect of ARB, statin, and ARB + statin combination on glomerular hypertrophy and renal tubular damage in CKD rats with 5/6 Nx. Histology slides are stained with H&E staining and glomerular diameter and tubular injury score are observed. Data analysis using SPSS with one-way ANOVA test and bonferroni hoc post test for glomerular diameter and with Kruskal-Wallis test and Mann-Whitney post hoc test for tubular injury score.
Result: in comparison with control, the 5/6 Nx group significantly had a larger glomerular diameter. The ARB, statin, and combination groups showed significantly smaller glomerular diameter than the 5/6 Nx group. There were no significant differences between the drug administration groups. The ARB + statin combination group significantly had a smaller tubular injury scores compared to the 5/6 Nx group. ARB or statin monotherapy groups showed a smaller tubular injury scores compared to 5/6 Nx but was not statistically significant.
Conclusion: The combination of angiotensin receptor bocker and statin inhibit renal histological damage in chronic kidney disease rat model with 5/6 nephrectomy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Farah Adibah
"Latar belakang: Prevalensi penyakit ginjal kronis (PGK) adalah sebesar 13,4% dari seluruh populasi global. Sindrom kardiorenal (SK) tipe 4 menyebabkan 40% mortalitas pada pasien PGK. Salah satu mediator dalam patogenesis SK adalah stres oksidatif yang dapat mengakibatkan disfungsi endotel, fibrosis miokardial dan penebalan dinding ventrikel. Terapi obat golongan penghambat reseptor angiotensin (ARB) dan statin mempunyai efek antiinfalamasi dan antioksidan terhadap jantung. Hal ini menjadi pertimbangan penggunaannya untuk memperbaiki kondisi stres oksidatif pada SK. Hingga saat ini belum banyak diketahui pengaruh pemberian ARB dan statin pada jantung dengan SK.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi ARB + statin terhadap fibrosis miokardial dan tebal dinding ventrikel jantung pada tikus PGK dengan metode 5/6 nefrektomi.
Metode: Penelitian ini menggunakan organ jantung tersimpan dari tikus jantan Sprague-Dawley yang terdiri atas 5 kelompok perlakuan dan masing-masing terdiri atas 4 sampel: kelompok kontrol (sham), 5/6 nefrektomi (Nx), 5/6 nefrektomi dengan terapi irbersatan 20mg/kgBB/hari selama 4 minggu (Nx + Ir), 5/6 nefrektomi dengan terapi simvastatin 10mg/kgBB/hari selama 4 minggu (Nx + S), dan 5/6 nefrektomi dengan terapi irbersatan 20mg/kgBB/hari dan simvastatin 10mg/kgBB/hari selama 4 minggu (Nx + Ir-S). Sampel organ jantung tersimpan dipotong secara cross-sectional dan diamati gambaran histopatologinya (HE dan Masson’s trichrome) menggunakan aplikasi ImageJ. Data kemudian dianalisis secara statistik menggunakan One-Way Anova.
Hasil: Pemberian terapi baik irbersatan, simvastatin, maupun kombinasi keduanya selama 4 minggu menunjukkan persentase luas area fibrosis miokardial dan tebal dinding ventrikel jantung yang cenderung lebih kecil dibanding kontrol namun tidak bermakna secara statistik. Terapi irbesartan, kombinasi irbesartan dan simvastatin, dan simvastatin menunjukkan persentase luas area fibrosis dan tebal dinding ventrikel jantung yang paling kecil secara berurutan.
Kesimpulan: Pemberian kombinasi ARB dan statin selama 4 minggu belum dapat memperbaiki fibrosis miokardial dan hipertropi dinding ventrikel jantung pada tikus model PGK. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis yang lebih besar, dengan perlakuan lebih lama serta jumlah sampel yang lebih banyak agar efek kombinasi lebih nyata terlihat

Background: The prevalence of chronic kidney disease (CKD) is 13.4% of the entire global population. Cardiorenal syndrome (SK) type 4 causes 40% mortality in CKD patients. One of the mediators in the pathogenesis of SK is oxidative stress which can lead to endothelial dysfunction, myocardial fibrosis and ventricular wall thickening. Angiotensin receptor blocker (ARB) and statin inhibitor class drugs have anti-inflammatory and antioxidant effects on the heart. This is a consideration for its use to improve oxidative stress conditions in SK. Until now, it has not been widely known the effect of ARB and statin administration on the heart with SC.
Objective: This study aims to determine the effect of ARB + statin combination on myocardial fibrosis and ventricular wall thickness in CKD rats using the 5/6 nephrectomy method.
Methods: This study used stored heart organs from male Sprague-Dawley rats consisting of 5 treatment groups and each consisting of 4 samples: control group (sham), 5/6 nephrectomy (Nx), 5/6 nephrectomy with radiation therapy. 20mg / kgBW / day for 4 weeks (Nx + Ir), 5/6 nephrectomy with simvastatin therapy 10mg / kgBW / day for 4 weeks (Nx + S), and 5/6 nephrectomy with 20mg / kgBW / day irresistible therapy and simvastatin 10mg / kgBB / day for 4 weeks (Nx + Ir-S). Stored cardiac samples were cut cross-sectional and observed histopathologically (HE and Masson's trichrome) using ImageJ application. Data were then analyzed statistically using One-Way Anova.
Results: The treatment of both irbers, simvastatin, and a combination of both for 4 weeks showed that the percentage of myocardial fibrosis area and the thickness of the heart ventricles tended to be smaller than the control but not statistically significant. Irbesartan therapy, a combination of irbesartan and simvastatin, and simvastatin showed the smallest percentage of fibrosis area and ventricular wall thickness, respectively.
Conclusion: The combination of ARB and statin for 4 weeks has not been able to improve myocardial fibrosis and ventricular wall hypertrophy in CKD mice. Further research is needed using a larger dose, with a longer treatment and a larger number of samples so that the combined effect is more visible
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamalia Layal
"Latar Belakang: Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan penyakit progresif dan ireversibel yang mempunyai berbagai komplikasi serius serta belum ada terapi yang dapat memperbaiki kerusakan ginjal yang telah terjadi. Beberapa studi menunjukkan stres oksidatif berperan dalam patogenesis penyakit ini. Stres oksidatif terjadi akibat ketidakseimbangan produksi ROS dan pertahanan antioksidan. Nrf2 merupakan faktor transkripsi yang terlibat dalam mekanisme pertahanan sel dalam mengatasi stres oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas kuersetin sebagai aktivator Nrf2 dalam menghambat progresivitas penyakit ginjal yang diinduksi nefrektomi 5/6.
Metode: Tikus Sprague-Dawley jantan dikelompokkan secara acak dalam kelompok kontrol normal (C), kontrol nefrektomi 5/6 (Nx), nefrektomi 5/6 yang diberi kuersetin dengan dosis 100 mg/kgbb/hari/p.o. (NxQ), nefrektomi 5/6 dan diberi kaptopril dengan dosis 10 mg/kgbb/hari/p.o. (NxK). Hewan coba diterminasi diakhir perlakuan untuk diambil darah, urin, dan organ ginjalnya. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan proteinuria, kreatinin urin dan plasma, ureum plasma, kadar MDA plasma dan jaringan, aktivitas glutation peroksidase (GPx), kerusakan jaringan (histopatologi) dan ekspresi Nrf2 (imunohistokimia).
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa nefrektomi 5/6 dapat menimbulkan peningkatan proteinuria, ureum plasma, dan derajat fibrosis ginjal secara signifikan. Nefrektomi 5/6 cenderung meningkatkan kreatinin plasma, kadar MDA ginjal, aktivitas GPx, dan menurunkan MDA plasma serta ekspresi Nrf2. Kuersetin tidak mempengaruhi proteinuria, ureum dan kreatinin plasma, dan derajat fibrosis ginjal. Kuersetin cenderung menurunkan kadar MDA dan meningkatkan aktivitas enzim GPx serta ekspresi Nrf2.
Kesimpulan: Kuersetin tidak mempengaruhi proteinuria, ureum dan kreatinin plasma serta kerusakan struktur jaringan atau fibrosis ginjal. Kuersetin cenderung menurunkan kadar MDA dan meningkatkan aktivitas enzim GPx serta cenderung meningkatkan ekspresi Nrf2.

Background: Chronic Kidney Disease (CKD) is a progressive and irreversible condition that has several serious complications and currently there has no single therapy that can repair kidney damage was occurred. Some studies suggest a role of oxidative stress in the pathogenesis of this disease. Oxidative stress is caused by an imbalance of ROS production and antioxidant defenses. Nrf2 is a transcription factor involved in cell defense mechanisms againts oxidative stress. This study was aimed to determine the quercetin activity as Nrf2 activator in inhibit the progression of 5/6 nephrectomy induced CKD in male rats.
Method: Sprague-Dawley rats were randomly divided into normal control group (C), untreated 5/6 nephrectomy (Nx), quercetin-treated 5/6 nephrectomy, NxQ (100 mg / kg / day orally), captopril-treated 5/6 nephrectomy, NxK (10 mg / kg / day orally). Animal models was sacrificed at the end of intervention to take blood to measure creatinine, urea, and MDA, urine to measure protein and creatinine, and kidney organ to measure levels of MDA, glutathione peroxidase (GPx) activity, and renal damage (histopathology) and Nrf2 expression (immunohistochemistry).
Results: The results showed that 5/6 nephrectomy may cause an increased of proteinuria, plasma urea, and grade of renal fibrosis significantly. 5/6 nephrectomy has trend to increased plasma creatinine, renal MDA levels, GPx activity, and decreased plasma MDA and Nrf2 expression. Quercetin did not decrease proteinuria, plasma urea and creatinine, and renal fibrosis grading. Quercetin tend to reduced levels of MDA, increased GPx enzyme activity, and expression of Nrf2.
Conclusion: Quercetin does not affect proteinuria, plasma urea,plasma creatinine, and tissue damage or kidney fibrosis. Quercetin tend to reduced levels of MDA and increased the activity of GPx and Nrf2 expression.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Yuliani
"Latar Belakang: Kardiomiopati uremikum adalah kelainan jantung yang didasari oleh kelainan pada ginjal dan merupakan penyebab kematian tertinggi pada pasien penyakit ginjal kronik (PGK). Overload cairan dan stres oksidatif berperan dalam patogenesis penyakit ini. Kuersetin adalah antioksidan yang bersifat kardioprotektif, namun belum ada data tentang efeknya pada kardiomiopati uremikum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek kuersetin pada kardiomiopati uremikum menggunakan model nefrektomi 5/6 pada tikus.
Metode: Uremia diinduksi pada 3 kelompok tikus jantan Sprague-Dawley dengan nefrektomi 5/6, satu kelompok kontrol tanpa nefrektomi 5/6, masing-masing 6 ekor/kelompok dan diamati selama 8 minggu. Kelompok SNX tidak diberi pengobatan. Kelompok SNX+Q mendapat quersetin per oral dengan dosis 100 mg/kgBB/hari dan kelompok SNX+Cap mendapat kaptopril 10 mg/kgBB/hari. Hewan uji dikorbankan untuk diukur kadar malondialdehid (MDA) plasma dan jantung, aktivitas glutation peroksidase (GPX) jantung, NT-proBNP plasma, dan fibrosis jantung. Data dianalisis dengan uji ANOVA.
Hasil: Nefrektomi 5/6 menimbulkan sedikit fibrosis jantung, tidak mempengaruhi NT-proBNP, tidak mempengaruhi MDA jantung dan plasma dan meningkatkan secara bermakna aktivitas GPX jantung (p<0.05) sedangkan pemberian kuersetin dan kaptopril tidak mempengaruhi fibrosis jantung, tidak mempengaruhi NT-proBNP (p>0.05), tidak mempengaruhi MDA jantung dan plasma (p>0.05) dan tidak mempengaruhi aktivitas GPX jantung pada tikus uremia yang diinduksi dengan nefrektomi 5/6 (p>0.05).
Kesimpulan: Kuersetin tidak mempengaruhi fibrosis jantung dan fungsi jantung tikus uremia pasca nefrektomi 5/6. Peningkatan secara bermakna aktivitas GPX jantung pada semua kelompok pasca nefrektomi 5/6 (p<0.05) dibandingkan kelompok kontrol normal menunjukkan bahwa jantung tikus uremia masih berada pada fase kompensasi, yaitu mekanisme adaptasi jantung dan fungsi jantung belum terganggu meskipun terjadi sedikit fibrosis jantung.

Background: Uremic cardiomyopathy is a heart disease because of abnormalities in the kidneys that is the leading cause of death in patients with chronic kidney disease (CKD). Fluid overload and oxidative stress play an important role in its pathogenesis. Quercetin, as an antioxidant, has cardioprotective effect. To the best of our knowledge, its effect on uremic cardiomyopathy has not been investigated yet. This study aims to determine the effect of quercetin on uremic cardiomyopathy using 5/6 nephrectomy model in rats.
Methods: Uraemia was induced surgically in male Sprague-Dawley rats via 5/6 nephrectomy (SNX). Quercetin was administered per orally at a dose of 100 mg/kgBW/day for 8 weeks prior to sacrifice. Meanwhile captopril was administered per orally at a dose of 10 mg/kgBW/day. Oxidative stress was assessed using tiobarbituric acid reactive substances reaction then glutathione peroxidase (GPX) activity was determined to study on antioxidant mechanism. Myocardial fibrosis was analyzed using Massons? Trichrome staining and NTproBNP was measured as a marker of cardiac function. Data was analyzed using ANOVA.
Results: Nephrectomy 5/6 had no effects on plasma NT - proBNP, cardiac and plasma MDA, but induced mild myocardial fibrosis and increased cardiac GPX activity significantly (p<0.05). However, administration of quercetin and captopril had no effects on plasma NT - proBNP, cardiac and plasma MDA, myocardial fibrosis and GPX activity in uremic rats? heart induced by 5/6 nephrectomy.
Conclusion: Uremic rats? heart induced by 5/6 nephrectomy demonstrated mild myocardial fibrosis but preserved in vivo cardiac function. Increased GPX activity in uremic rats? heart compared to normal control (p<0.05) suggests induction of antioxidant defense mechanisms that might not be exhausted yet highlighting a compensatory phase which was unchanged following chronic either quercetin or captopril administration.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yolanda Putri Luciana
"

Latar belakang:Penyebab utama kematian pasien penyakit ginjal kronis (PGK) adalah penyakit kardiovaskular. Stres oksidatif merupakan mediator dalam patogenesis sindrom kardiorenal. Terapi kombinasi penghambat reseptor angiotensin dan statin dapat dipertimbangkan dalam manajemen pasien PGK karena pendekatannya berbeda dalam menekan stres oksidatif.

Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek irbesartan dan simvastatin terhadap penurunan stres oksidatif melalui pengamatan kadar malondialdehid (MDA) jantung dan serum tikus PGK.

Metode:Penelitian ini menggunakan jantung dan serum tersimpan dari tikus jantan galur Sprague-Dawley yang telah diberikan perlakuan pada penelitian sebelumnya. Terdapat 3 kelompok yakni kontrol normal (sham; n=4), nefrektomi 5/6 (Nx; n=4), dan nefrektomi 5/6 + terapi irbesartan 20mg/kgBB/hari dan simvastatin 10mg/kgBB/hari selama 4 minggu (Nx + Ir-Si; n=4). Kadar MDA sampel jantung dan serum tersimpan diukur dengan metode TBARS. Data dianalisis dengan SPSS menggunakan uji One-Way Anova. Nilai p ≤0.05 dianggap bermakna secara statistik.

Hasil:Pemberian irbesartan 20mg/kgBB/hari dan simvastatin 10mg/kgBB/hari selama 4 minggu menyebabkan kadar MDA yang cenderung meningkat namun tidak bermakna pada organ jantung (p=0,069) dan serum (p=0,091) tikus PGK.

Simpulan:Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok tikus PGK yang diberi terapi kombinasi irbesartan dan simvastatin dengan kelompok tikus PGK tanpa terapi terhadap hasil rerata kadar MDA jantung dan serum tikus.


Background:Cardiovascular disease is the main cause of mortality in chronic kidney disease(CKD). Oxidative stress is one of the mediators in cardiorenal syndrome. Combined angiotensin-receptor blockers and statins can be considered in CKDmanagement. 

Purpose:This study aims to determine the effect of irbesartan-simvastatin on reducing oxidative stress by observing malondialdehyde (MDA)levels in the heart and serum of CKD rats model.

Methods:This study uses stored heart tissue and serum from male Sprague-Dawley rats, those had been given treatment in previous study. There are 3 groups which are normal control (sham; n=4), untreated 5/6 nephrectomy (Nx; n=4), and 5/6 nephrectomy + irbesartan 20mg/kgBW/day and simvastatin 10mg/kgBW/day (Nx + Ir-Si; n=4).MDAlevels were measured using TBARS methods. Data were analyzed with SPSSusing One-Way Anova test. p value ≤0.05 is considered statistically significant.

Results:Combined therapy of irbesartan 20mg/kgBW/day and simvastatin 10mg/kgBW/day for 4 weeks caused a tendency in malondialdehyde levels to increase but not statistically significant in heart (p=0.069) and serum (p=0.091)of CKD rats model.

Conclusion:There were no significant differences between group of CKD rats with combined therapy of irbesartan-simvastatin and group of CKD rats without therapy on the MDA levels in heart and serum.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Tri Wahyuni
"Latar Belakang: Salah satu penyebab kematian pada pasien penyakit ginjal kronis adalah gangguan kardiovaskular. Adanya hipertrofi pada ventrikel kiri dijadikan surrogate marker kondisi kardiomiopatik dan progresivitas penyakit ginjal kronis. Penelitian terbaru menunjukkan adanya peran FGF23 dalam menstimulasi terjadinya hipertrofi jantung dan meningkatkan aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron serta berfungsi sebagai faktor parakrin dengan peran dalam remodelling jantung.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tikus model nefrektomi 5/6 yang diberikan terapi irbesartan, simvastatin dan kombinasi keduanya selama satu bulan. Tekanan darah diukur pada saat sebelum dan sesudah pemberian obat. Tikus kemudian ditempatkan pada kandang metabolik selama 24 jam untuk pengambilan urin. Nekropsi dilakukan untuk mengambil darah dan jantung. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemeriksaan indeks massa ventrikel kiri jantung, volume dan kadar protein dalam urin, kadar urea dan kreatinin dalam serum, serta kadar FGF23 dan hormon PTH dalam serum.
Hasil: Hasil dari pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan irbesartan dapat menurunkan tekanan darah dan indeks massa ventrikel kiri secara signifikan. Penggunaan irbesartan, simvastatin dan kombinasi keduanya tidak menunjukkan penurunan yang signifikan terhadap hasil pemeriksaan fungsi ginjal, kadar hemoglobin, indeks massa ventrikel kiri, FGF23 dan hormon paratiroid.
Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa baik penggunaan irbesartan, simvastatin, maupun keduanya memiliki kecenderungan untuk mengurangi kejadian kardiomiopatik uremik pada tikus model nefrektomi 5/6

Introduction: Cardiovascular events is one of the causes of chronic renal disease’s mortality. Left ventricular hypertrophy was a surrogate marker for cardiomyopathy and progressivity of chronic renal disease. Latest study mentioned about the role of FGF23 on stimulating cardiac hypertrophy and renin-angiotensin-aldosterone activity and also a paracrine factor of cardiac remodeling.
Methods: This study was done using 5/6 nephrectomy rats getting irbesartan, simvastatin and combination of both treatments for 30 days. Blood pressure was measured before and after the treatment. Urine sample was collected for 24 hours for protein assay. Sacrificing the animals was done at the end of study to harvest the heart and blood sample. Heart sample was weighed and measured for left ventricle mass index. Blood sample was used for hemoglobin assay. Serum sample was used for urea, creatinine, FGF23 and PTH assay.
Result: Irbesartan significantly lowered the blood pressure and cardiac mass index, but not significantly improved renal function, hemoglobin level, left ventricular mass index, FGF23 and PTH hormone. Simvastatin and combination of both treatments did not significantly improve renal function, hemoglobin level, left ventricular mass index, FGF23 and PTH hormone.
Conclusion: The use of irbesartan, simvastatin and both combinations tend to improve uremic cardiomyopathy condition on 5/6 nephrectomy rats’ heart.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kezia Alicia Theresia
"Penyakit Ginjal Kronis (PGK) merupakan kondisi dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG). Penurunan LFG mengaktivasi Sistem-Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAAS) dan menyebabkan penumpukan toksin uremik yang meningkatkan stres oksidatif. Irbesartan adalah obat yang berperan dalam inhibisi RAAS dan diduga memiliki peranan dalam menurunkan stres oksidatif.
Tujuan: Mengetahui efek antioksidan Irbesartan dan pengaruhnya terhadap stres oksidatif jantung dan serum tikus model PGK metode 5/6 nefrektomi melalui pengukuran kadar malondialdehid.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan jaringan jantung dan serum tikus tersimpan. Sampel terdiri atas 3 kelompok, yaitu sham (S, jantung dan serum: n=4), nefrektomi 5/6 (N, jantung: n=4; serum: n=3) dan nefrektomi 5/6 dengan pemberian Irbesartan 20 mg/kgBB/hari selama 4 minggu (N+I, jantung dan serum: n=4). Kemudian dilakukan pengukuran kadar malondialdehid melalui uji Thiobarbituric Acid Reactive Substance Assay (TBARS) pada jaringan tersimpan. Analisis statistik dilakukan dengan SPSS v25.0 menggunakan uji One-Way ANOVA.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p>0,05) antara ketiga kelompok pada pemeriksaan kadar malondialdehid jantung dan serum tikus (jantung: p=0,060; serum: p=0,162).
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna pada kadar malondialdehid jantung dan serum tikus model PGK metode 5/6 nefrektomi dengan dan tanpa pemberian Irbesartan.

Background: Chronic kidney disease (CKD) is a condition that triggers a decrease in glomerular filtration rate. The reduction can activate Renin-Angiotensin-Aldosterone System (RAAS) and leads to an accumulation of oxidative stress. Irbesartan is a drug that functions to inhibit RAAS and is thought to have an effect on lowering the oxidative stress.
Objectives: To understand irbesartan’s antioxidant effects and its impact on oxidative stress in cardiac tissues and serum on rat models of 5/6 nephrectomy-induced CKD through the measurement of malondialdehyde levels.
Methods: This study is an experimental study utilizing stored heart and serum. The samples consists of three groups, which are Sham (S, heart and serum: n=4), 5/6 nephrectomy (N, heart: n=4; serum: n=3), and 5/6 nephrectomy administered with Irbesartan 20 mg/kgW/day for 4 weeks (N+I, heart and serum: n=4). Statistical analyses were done using SPSS v25.0 and examined using One-Way ANOVA.
Results: There were no significant results between the three groups based on the levels of heart and serum malondialdehyde (heart: p=0.060; serum: p=0.162).
Conclusion: There were no significant differences in the levels of heart and serum malondialdehyde on rat models of 5/6 nephrectomy-induced CKD with the administration of Irbesartan compared and without the administration of Irbesartan.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>