Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59813 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulfatul Mulki
"Penelitian ini menganalisis puisi Yun Dong-ju 1917-1945 dalam buku kumpulan puisinya, Haneulgwa Baramgwa Byeolgwa Si, ldquo;Langit, Angin, Bintang, dan Puisi rdquo; . Makna yang terkandung dalam puisi diperoleh melalui analisis intrinsik dan dilanjutkan dengan analisis ekstrinsik yang menggunakan sosiologi sastra sebagai pendekatannya. Penulis menjabarkan keterkaitan makna puisi dengan latar belakang dibuatnya karya tersebut. Pendekatan sosiologi sastra digunakan untuk membuktikan bahwa puisi karya Yun Dong-ju, sebagai dokumen sosial, mampu merefleksikan situasi sosial ketika karya tersebut dibuat, seperi kebijakan pemerintah Jepang, pandangan penganut Kristen mengenai Tuhan, dan harapan orang Korea akan kemerdekaan.

This research analyze Yun Dong ju 1917 1945's poetry in his poetry collection book, Haneulgwa Baramgwa Byeolgwa Si, ldquo Sky, Wind, Star, and Poetry rdquo . The meaning of poetry gained through intrinsic analysis and extrinsic analysis followed by using the sociology literature as its approach. Writer is verified the interrelatedness between the meaning of poetry and the background when the poetry was composed. Sociology literature approach used to prove Yun Dong ju's poetry as social document able to reflect the social situation, such as Japanese rule policy, God in Christian's view, and Korean's hope for independent.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S66669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anadya Demy Putri
"Pada masa pendudukan Jepang (1910-1945), masyarakat Korea mengalami penderitaan yang berat akibat pengekangan yang dilakukan pemerintah kolonial Jepang dengan berbagai cara. Selama masa pendudukan Jepang tersebut, banyak karya sastra yang lahir, salah satunya adalah puisi Dak karya Yun Dong-ju. Puisi ini ditulis pada tahun 1936 dan menggunakan diksi-diksi simbolik yang ironis sehingga menyiratkan keresahan yang dirasakan penyair mengenai kehidupan masyarakat Korea yang terkekang saat pendudukan Jepang. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan interpretasi puisi Dak karya Yun Dong-ju. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan semiotika dengan mengacu pada teori Michael Riffaterre. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik studi pustaka. Kemudian data-data yang terkumpul diolah dengan menggunakan teknik analisis data secara kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam puisi Dak penyair banyak menggunakan diksi-diksi simbolik seperti ‘ayam’, ‘langit’, dan ‘kandang’. Diksi-diksi tersebut merepresentasikan masyarakat Korea dan kondisi kehidupan mereka yang pada masa itu tidak memiliki kebebasan di tanah air sendiri.

During the Japanese occupation (1910-1945), the Korean people experienced severe suffering due to the restraints carried out by the Japanese colonial government in various ways. During the Japanese occupation, many literary works were born, one of which is the poem Dak by Yun Dong-ju. This poem was written in 1936 and used ironic symbolic dictions to convey the anxiety the poet feels about the life of the Korean people who were confined during the Japanese occupation. This study aims to describe the interpretation of Yun Dong-ju's poem Dak. In this study, the author uses a semiotic approach with reference to Michael Riffaterre's theory. This research uses descriptive analysis method with a qualitative approach. Data collection is done by using literature study techniques. Then the collected data is processed using qualitative data analysis techniques. The results of the research show that in Dak's poetry the poet used a lot of symbolic dictions such as 'chicken', 'sky', and 'cage'. These dictions represent Korean people and their living conditions who at that time did not have freedom in their own homeland.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lee, Young-Ju
"BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia dan Korea memiliki pengalaman sejarah yang sama, yaitu mengalami masa pendudukan Jepang. Indonesia dijajah Jepang mulai tanggal 8 Maret 1942 sampai 17 Agustus 1945.1 Pada awalnya kedatangan Jepang dipandang positif bagi orang Asia Tenggara dan berhasil mematahkan mitos bahwa "orang berkulit putih tidak dapat dikalahkan". Apalagi seruan atau semboyan Jepang yakni "Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya" dan "Asia untuk Orang Asia" cukup menarik untuk mengambil hati rakyat Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pemerintah Jepang yang menyebut dirinya sebagai sang pembebas pada waktu itu juga telah menjanjikan kemerdekaan, namun ternyata semuanya tidak terwujud dan hanya merupakan strategi untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia. Justru yang diterima oleh bangsa Indonesia adalah penderitaan yang lebih parah dibandingkan dari penjajah Belanda.2.
Sementara itu, pengalaman pahit bagi bangsa Korea dimulai pada tahun 1910, ketika Dinasti Chosun (kerajaan Korea, 1392-1910) digulingkan oleh Imperialis Jepang. Selama 35 tahun Jepang melakukan penjajahan yang kejam terhadap bangsa Korea. Jepang dengan kekuatan militer merampok baik tanah, bahan pangan maupun sumber-sumber alam dan tenaga manusia Korea. Keadaan seperti itu tidak membuat bangsa Korea patah semangat, tetapi malah sebaliknya, bangsa Korea berjuang melawan penjajahan Jepang dan akhirnya memperoleh kemerdekaan pada tanggal 15 Agustus 1945.
Dari pengalaman sejarah yang sama dari kedua negara, terdapat beberapa perbedaan, seperti lama waktu penjajahan, kebijakan, dan lain-lainnya.
Dibandingkan dengan Indonesia, periode penjajahan Jepang di Korea lebih lama dan dapat dikatakan lebih kejam - bahkan Jepang melaksanakan kebijakan penghapusan homogenitas bangsa Korea untuk menghancurkan secara total sejarah dan kebudayaan Korea. Dapat dikatakan penindasan Jepang terhadap Korea mencapai puncaknya pada tahun 1940-an, hingga kegiatan-kegiatan di berbagai sektor terutama seni dan budaya dilarang dan sangat tidak bebas. Bahkan, dalam rangka penjepangan, pemerintah penjajahan melaksanakan kebijakan baru, yaitu pelarangan penggunaan bahasa Korea di sekolah dan pemaksaan penggunaan nama Jepang sebagai ganti nama Korea.4
Sementara di Indonesia Jepang mendukung pemakaian bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi untuk menghapus sisa-sisa dan pengaruh Belanda serta membentuk beberapa organisasi untuk memobilisasi rakyat. Kebijakan Jepang terhadap Indonesia kelihatannya membantu perkembangan Indonesia, tetapi semuanya dilaksanakan demi kepentingan Jepang. Namun ada beberapa tokoh Indonesia mengabaikan kekuatan dan kemampuan bangsa Indonesia dan memberikan penilaian yang berlebihan atas kebijakan Jepang di Indonesia, sebagaimana kutipan berikut:
Semua itu sangat sekali menyinggung perasaan bangsa Indonesia, tapi tak dapat disangkal bahwa ada juga baiknya, karena bangsa kita dengan demikian ditempa badan dan jiwanya dan diajar mengerjakan pekerjaan yang besar-besar dalam hubungan yang besar-besar sehingga kita dengan sekaligus diangkat ke tingkat internasional, sambil merasakan kesakitan tumbuh besar yang tiba-tiba dan tergesa-gesa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T15343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yu, Gwang-Su
"Buku ini ditulis oleh Yu Gwang-Su. Buku ini adalah novel historis tentang konspirasi perebutan Pulau Dokdo. Novel ini berbentuk diary Yun Dong-Ju seorang penulis puisi yang berisi intrik-intrik politik Jepang dan Korea"
Seoul: Human and Books, 2012
KOR 895.730 9 YUG y
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yun, Dong-Ju
"Buku ini ditulis oleh Yun Dong-Ju. Buku ini adalah novel kontemporer berisi konflik politik perebutan pulau Deokdo antara Korea dengan Jepang. "
Seoul: Human and Books, 2012
KOR 895.730 8 YUN y
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kratz, Ernst Ulrich
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1988
R 016.899 22 KRA b
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Wu, Yungui
Beijing: She hui ke xue wen xian chu ban sh, 2000
SIN 297.095 1 WUY j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Chitra Claudia Salsabila
"Penelitian ini membahas tentang citra Indonesia yang terdapat dalam buku kumpulan puisi berjudul Indonesia karya Kim Ju-myeong pada tahun 2015. Kumpulan puisi ini secara umum bertemakan tentang kehidupan penyair dan pandangannya tentang hidup yang berlatarkan di Indonesia. Dari buku tersebut, tujuh puisi dipilih sebagai representasi citra negara Indonesia, terutama mengenai alam dan masyarakat yang hidup di dalamnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui citra negara Indonesia yang ditampilkan dalam puisi dan bagaimana citra tersebut ditampilkan melalui perspektif orang Korea. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan struktural dan metode close reading, serta didukung dengan teori citra.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa citra yang ditampilkan umumnya bersifat positif dan dapat dikategorikan sebagai citra perusahaan organisasi , kini, serta ganda. Citra tersebut dibangun dari ide dan pengalaman penyair kemudian dirangkai dengan metafora serta penggunaan diksi yang bernilai keindonesiaan.

This research discusses the image of Indonesia as it appears in a book of poetry collection titled Indonesia by Kim Ju myeong in 2015. This book in general tells about the writer's life and his view of life in Indonesia. Seven poems have been selected that are considered to represent the image of Indonesia, especially its nature and the people who live in it.
The purpose of this research is to figure out the image of Indonesia as it is depicted in his poetry and how that image is displayed through the perspective of Koreans. This study was done by the structural approach and close reading method, also supported by the theory of image.
Through this research, it is observed that the image shown generally as positive can be categorized as corporate, current, and multiple image. The image was constructed from the poet's ideas and experiences, and then assembled with figurative and imaginative metaphor as well as the use of diction which has an Indonesian nuance to it.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Handoyo
"ean-Paul Sartre menyatakan kebebasan sebagai ciri manusia bereksistensi. Kebebasan manusia dicirikan melalui cara mengadanya. Meskipun ada kefaktaan-kefaktaan yang dapat mengurangi penghayatan kebebasannya, Sartre berpendapat bahwa manusia tetap dapat memilih untuk menghayati kebebasannya secara maksimal, tanpa menghiraukan kefaktaan-kefaktaan tersebut. Penyair Na Tae-ju melalui puisi “Pulkkot 1-2-3” mengajak para pembacanya untuk menghayati kebebasannya secara penuh tanpa memperhatikan kefaktaan-kefaktaan yang dihadapinya. Sehubungan dengan itu, penelitian ini berfokus pada analisis puisi “Pulkkot 1”, “Pulkkot 2”, dan “Pulkkot 3” yang diterbitkan pada kumpulan buku puisinya yang berjudul “Kkocheul Bodeut Neoreul Bonda”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna kebebasan dari ketiga puisi melalui teori eksistensialisme Jean Paul Sartre dengan pendekatan semiotik Michael Riffaterre. Penulis menggunakan metode deskriptif-kualitatif untuk mengumpulkan data dan menggunakan metode studi pustaka untuk menemukan referensi relevan guna mendukung penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapatnya makna kebebasan Sartre pada puisi “Pulkkot 1-2-3” melalui ajakan tokoh aku kepada tokoh kamu untuk menghayati kebebasannya secara penuh dengan tidak menyerah pada hidupnya dan tidak menghiraukan kefaktaan yang mengikatnya.

Jean-Paul Sartre stated that freedom is a characteristic of existing humans. Human freedom is characterized by the way it creates itself. Even though there are facts, which can reduce the appreciation of freedom, Sartre argues that humans can still choose to live their freedom to the fullest regardless of these facts. The poet Na Tae-Ju through his poems “Pulkkot 1-2-3” invites his readers to experience freedom to the fullest regardless of the facts they face. This study focuses on analyzing the poetry of “Pulkkot 1, Pulkkot 2, and Pulkkot 3” published in his collection of poetry books entitled “Kkocheul Bodeut Neoreul Bonda”. This study aims to analyze the meaning of freedom in the three poems through the existentialism theory of Jean-Paul Sartre with Michael Riffaterre's semiotic approach. The author uses a descriptive qualitative method to collect data and the literature study method to find relevant references to support this research. The results of this study indicate that there's Sartre's meaning of freedom in “Pulkkot 1-2-3” poetry through the invitation of the 'I' character to the 'You' character to live his freedom to the fullest by not giving up on his life and ignoring the facts that bind him."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Sri Indah Suryani
"Sastra merupakan institusi sosial yang tidak terlepas dari politik dan ideologi. Politik dan ideologi tersebut dapat menjadikan sastra sebagai media propaganda. Der Giftpilz merupakan salah satu hasil karya sastra yang menjadi media propaganda. Buku anak itu memiliki ideologi dan tujuan politik Nazi. Dalam upaya mengetahui bentuk propaganda yang terdapat dalam buku ini, teknik-teknik yang digunakan dapat membantu menggambarkan bentuk propaganda yang digunakan pengarang pada buku ini. Propaganda dalam sastra memperlihatkan bahwa sastra adalah media komunuikasi massa yang dapat membentuk opini masyarakat luas.

Literature is a social institution that can not be separated from politics and ideology. Politics and ideology can make literature as a medium of propaganda. Der Giftpilz is one of literature works which became a medium of propaganda. This children's book has Nazi ideology and political goals. In an effort to determine the form of propaganda in this book, the techniques that are used bye author can help to describe the form of propaganda. Propaganda in the literature shows that literature is the mass communication media whom can shape the public opinion."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S53606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>