Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175325 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jose Suryanegara
"ABSTRAK
Berdasarkan data dari American Cancer Society pada tahun 2015, kanker kolorektal merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak pada negara barat untuk pria maupun wanita. Belakangan ini, banyak peneliti menemukan fakta bahwa inflammatory bowel disease IBD merupakan salah satu penyebab serius dari kanker kolorektal. Maka dari itu, hal ini membawa kesempatan untuk menggali lebih lanjut pengetahuan mengenai hubungan inflamasi terhadap kanker kolrektal.Metode: Dalam riset ini, kami menggukan mencit C3H dan Balb/c untuk merepresentasikan proses karsinogenesis tubuh manusia. Kami membagi mencit ke dalam beberapa kandang sesuai dengan waktu pengorbanan yaitu 2, 4 dan 6 bulan. Setiap kelompok mendapatkan injeksi azoxymethane sekali seminggu selama satu bulan dan diikuti dengan pemberian dextran sodium sulfate pada minggu terakhir bulan pertama. Kemudian mencit dikorbankan berdasarkan durasi yang telah ditetapkan dan diobservasi secara makroskopis dan juga secara mikrsokopis menggunakan pewarnaan HE dengan pembesaran yang tinggi.Hasil: Berdasarkan hasil makroskopis yang didapat, kami dapat menemukan nodul secara mudah pada pengamatan kelompok 6 bulan sementara pada kelompok 2 bulan, nodul belum terbentuk. Sementara itu berdasarkan pengamatan morfolgi menunjukan bahwa tingkat keparahan displasia sesuai dari durasi perkembangan penyakit. Lalu, dengan menggukan tes Annova, hasil tes ini menunjukan p=0,009 p

ABSTRAK
Background According to American Cancer Society in 2015, colorectal cancer is the third most common cause of death in western countries for both men and women. In recent years, many researchers show that colorectal carcinoma is one of the serious complications of inflammatory bowel disease IBD . Thus, it brings potential to gain more knowledge regarding the possibility of chronic inflammation leading to colorectal cancer.Method We conduct this research using C3H and Balb mice which have been proven to represent the colon carcinogenesis process in human body. We divided mice into several cage based on date of sacrifice which were 2, 4 and 6 months. Each group got once a week injection of azoxymethane for one month and was followed by administration of dextran sulfate sodium during the last week of the first month. Then mice were sacrificed based on certain duration and we observed the colon macroscopically and microscopically using HE staining with high magnificationResults .Based on macrocopic observation, we can easily find nodules in 6 months groups while for 2 months groups, the nodules have not yet developed. From morphological changes, the severity of dysplasia is in accordance with the longevity of the disease. Based on Annova Test, we find out that the result shows p 0,009 p"
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Dernatra
"ABSTRAK
Background One of the highest mortality rates among all cancer types is colon cancer. In 2011 statistic data, colon cancer is placed on the 3rd mortality rate. Inflammation has been considered an etiology for the development of colon cancer thus knowing the pathogenesis and development of inflammatory related colon cancer, further diagnosis method and treatment can be developed.Method Administration of Dextran Sodium Sulfate 1 during the first week and continued with peritoneal injection of Azoxymethane on mice strain C3H and BALB C. The mice are sacrificed on 2 months, 4 months, and 6 months after AOM injection. Mice colons are then taken in the middle part of the colon for 1 cm. The specimens are analyzed using HE staining with high magnification. Inflammatory foci counting are done in all microscopic fields of the specimen. The result of which are tabulated and further analyzed using Kolmogorov Smirnov Test and ANOVA Test to check the significancy.Results Macroscopically, the colonic mucosa of the mice shows a lot of proliferating nodules in the 4 months and 6 months specimen. Microscopically, we found that the inflammatory foci have a tendency of decrease in number throughout the months. Based on the analytical data, the progression of inflammatory foci is constant among all three different months. Conclusion Inflammatory foci development in colon carcinogenesis AOM DSS mice model is strongly correlates with the administration of DSS. 1 week of DSS administration has a constant inflammatory foci number in 6 months of colon carcinogenesis development.

ABSTRACT
Kanker kolon merupakan salah satu jenis kanker yang menyebabkan angka kematian tinggi. Menurut data statistik tahun 2011, angka kematian kanker kolon mencapai urutan ke-3 dibanding dengan kanker lainnya. Inflamasi pada kolon adalah salah satu penyebab terjadinya kanker kolon, sehingga dengan mengetahui proses patogenesis kanker kolon yang beretiologi inflamasi dapat menjadi dasar untuk pengembangan metoda diagnosis dan penyembuhan.Metode: Pemberian mencit dengan Dextran Sodium Sulfate 1 selama satu minggu pertama yang dilanjutkan dengan injeksi Azoxymethane pada jenis mencit C3H dan BALB/C. Mencit kemudian dikorbankan pada bulan ke 2, 4, dan 6 setelah injeksi AOM. Bagian tengah kolon mencit diambil sepanjang 1 cm. Setelah itu, specimen dianalisa menggunakan pewarnaan HE dengan lapang pandang besar pada mikroskop. Fokus inflamasi dihitung pada seluruh area lapang pandang pada setiap specimen. Data hasil focus inflamasi kemudian dianalisa menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov dan ANOVA untuk mengetahui signifikansi data.Hasil: Pada hasil makroskopik, terlihat mukosa kolon mencit bernodul banyak pada specimen bulan ke 4 dan ke 6. Pada hasil mikroskopik, fokus inflamasi cenderung menurun seiring dengan waktu. Sedangkan, analisa data menunjukkan bahwa perkembangan fokus inflamasi terlihat konstan pada seluruh spesimen.Kesimpulan: Perkembangan fokus inflamasi pada proses karsinogenesis kolon sangat berhubungan dengan pemberian DSS. Pada eksperimen ini, pemberian 1 minggu DSS pada awal bulan memperlihatkan perkembangan fokus inflamasi yang konstan selama 6 bulan."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dzaky Darmawan
"Latar belakang: Kanker kolon merupakan salah satu kanker yang paling sering didiagnosis di dunia, termasuk Indonesia. Pengobatan yang tersedia memiliki tingkat keberhasilan tidak memuaskan dengan berbagai komplikasi sekunder. Lunasin telah dikembangkan karena aktivitasnya yang mencolok dalam menghambat perkembangan kanker. Caspase-3 merupakan mediator utama apoptosis yang digunakan sebagai penanda kemanjuran terapi kanker. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh lunasin terhadap ekspresi Caspase-3 pada kolon mencit yang diiinduksi DSS dan AOM. Metode: Mencit Swiss-Webster jantan berjumlah tiga puluh ekor dengan rerata berat badan 20 gram dibagi dalam enam kelompok yang terdiri dari kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif, lunasin dosis 250 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 350 mg/kgBB. Seluruh kelompok kecuali kontrol normal diinduksi DSS dan AOM. Kontrol positif menerima aspirin. Kolon mencit dibuat preparat menggunakan pewarnaan imunohistokimia dan HE sebagai counterstain. Preparat dibaca di mikroskop dan h-score menggunakan immunohistochemistry profiler. Hasil: Seluruh kelompok kontrol normal (mean=250,13), kontrol negatif (mean=133,22), kontrol positif (mean=214,83), lunasin dosis 250 mg/kgBB (mean=163,35), 300 mg/kgBB (mean=189,94), dan 350 mg/kgBB (mean=216,43) terdapat perbedaan signifikan kecuali antara kelompok kontrol positif dengan dosis 350 mg/kgBB. Selain itu, terdapat ekspresi Caspase-3 lebih tinggi yang signifikan seiring peningkatan dosis lunasin. Kesimpulan: Lunasin dosis 250 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 350 mg/kgBB terbukti berpengaruh meningkatkan ekspresi Caspase-3 kolon mencit yang diinduksi DSS dan AOM.

Background: Colon cancer is one of the most frequently diagnosed cancers in the world, including Indonesia. Currently available treatment has an unsatisfactory success rate with a variety of secondary complications. Lunasin has been developed for its striking activity in inhibiting the development of cancer. Caspase-3 is the main mediator of apoptosis which is used as a marker of cancer therapeutic efficacy. This study aimed to prove the effect of lunasin on Caspase-3 expression in the colon of mice induced by DSS and AOM. Methods: Thirty male Swiss-Webster mice with an average body weight of 20 grams were divided into six groups consisting of normal control, negative control, positive control, doses of lunasin 250 mg/kgBW, 300 mg/kgBW, and 350 mg/kgBW. All groups except normal controls were induced by DSS and AOM. Positive controls received aspirin. Mice colons were prepared using immunohistochemical staining and HE as a counterstain. The preparations were read under a microscope and h-score using an immunohistochemistry profiler.
Results: In all groups of normal control (mean=250.13), negative control (mean=133.22), positive control (mean=214.83), doses of lunasin 250 mg/kgBW (mean=163.35), 300 mg/kgBW (mean=189.94), and 350 mg/kgBW (mean=216.43) there were significant differences except between the positive control group with 350 mg/kgBW group. In addition, there was a significantly higher Caspase-3 expression as the dose of lunasin increased.
Conclusion: Lunasin 250 mg/kgBW, 300 mg/kgBW, and 350 mg/kgBW proved to have an effect on increasing the expression of Caspase-3 in the colon of mice induced by DSS and AOM.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvan Wiyarta
"

Pendahuluan: Kanker kolorektal (KKR) merupakan salah satu jenis kanker dengan insiden yang tinggi di dunia. Pada 2012, tercatat sekitar 614.000 perempuan dan 746.000 laki-laki terdiagnosis KKR. Dari populasi tersebut, 694.000 orang meninggal karena KKR. Di Indonesia, KKR masuk ke dalam 10 besar jenis kanker dengan insiden tertinggi. Saat ini, banyak teknik terapi yang dikembangkan (radioterapi, kemoterapi, dan imunoterapi) untuk KKR. Akan tetapi, teknik tersebut belum memberikan hasil memuaskan. Oleh karena itu, penelitian ini ingin menguji terapi alternatif tatalaksana KKR dengan menggunakan minyak ikan, karena sampai saat ini belum ada penelitian in-vivo tentang penghambatan ekspresi TNF-α setelah pemberian minyak ikan pada sel KKR. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental dari material biologis mencit  penelitian sebelumnya. Jaringan kolon mencit diinduksi AOM dan DSS dan dikelompokkan dalam 6 kelompok (normal (N), kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), kontrol pelarut (KPel), dosis 6mg/kgBB/hari (D1), dan dosis 3mg/kgBB/hari (D2)). Hasil dan Pembahasan: Hasil uji Tukey menunjukkan terdapat perbedaan antara K- dengan N (p<0,01**), N dengan D2 (p<0,05*), N dengan KPel**, K+ dengan K-**, K+ dengan KPel*, K- dengan D1**, K- dengan D2*, dan D1 dengan KPel*. Perbedaan bermakna antara D1 dan D2 terhadap K- (p<0,01 dan p<0,05) menunjukkan minyak ikan dapat menurunkan ekspresi TNF-α. Kesimpulan: Administrasi minyak ikan sebesar 6mg dan 3mg mampu menghambat ekspresi TNF-α pada sel epitel kolon mencit yang diinduksi AOM dan DSS.

 


Introduction: Colorectal cancer (CC) is one type of cancer with a high incidence in the world. In 2012, about 614,000 women and 746,000 men were diagnosed with CC. Of these, 694,000 people died because of the CC. In Indonesia, cancer is among the top 10 cancers that have the highest incidence. At present, many therapeutic techniques have been developed (radiotherapy, chemotherapy, and immunotherapy) for CC. However, this technique has not yet yielded satisfactory results. Therefore, this study wants to examine alternative therapies using fish oil., because until now there has been no in-vivo study about inhibition of TNF-α results after receiving fish oil on CC cells. Method: This research is a experimental study using the biologic material mice from previous studies. Colon tissue of mice was induced by AOM and DSS and grouped into 6 groups: normal (N), negative control (K-), positive control (K +), solvent control (KPel), dose 6mg/kgBW/day (D1), and dose 3mg/kgBW/day (D2)). Result and Dicussion: Tukey's test results show there are differences between K- with N (p <0.01**), N with D2 (p <0.05*), N with KPel **, K + with K - **, K + with KPel *, K- with D1 **, K- with D2 *, and D1 with KPel *. Significant differences between D1 and D2 on K- (p<0,01 dan p<0,05) indicate that fish oil can reduce TNF-α expression. Conclusion: Fish oil administration on 6mg and 3mg were able to inhibit the expression of TNF-α on mice’s colonic tissue induced with AOM and DSS.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renata Tamara
"Kanker kolorektal menyumbang 9,7% dari seluruh kasus kanker dan kejadiannya berhubungan dengan inflamasi kronik. Oleh karena terapi kanker saat ini masih memiliki banyak kekurangan, peptida dalam makanan semakin banyak diteliti karena murah, mudah didapat, toksisitas rendah, dan berpotensi mencegah kanker. Riset dilakukan untuk mengetahui apakah lunasin dari kacang kedelai dapat menurunkan ekspresi sitokin proinflamasi TNF-I±  pada epitel kolon. Sebanyak 30 ekor mencit Swiss Webster dibagi ke dalam enam kelompok secara acak. Satu kelompok normal, sementara lima kelompok lainnya diinduksi karsinogenesis dengan azoxymethane dan dextran sodium sulfate, kemudian ada yang dibiarkan (kontrol negatif), diberi aspirin (kontrol positif), dan ekstrak kedelai kaya lunasin dalam tiga dosis berbeda (250, 300, dan 350 mg/kgBB) selama 4 minggu. Jaringan kolon distal diambil untuk diwarnai imunohistokimia dan diamati di bawah mikroskop cahaya pada pembesaran 400x untuk menghitung sel epitel berdasarkan intensitas warnanya. Indeks dihitung berdasarkan optical density score. Ekstrak kedelai kaya lunasin dapat menurunkan ekspresi TNF-I±. Perbedaan antara kontrol negatif dengan ekstrak bermakna pada dosis 300 mg/kgBB (p=0,016) dan 350 mg/kgBB (p=0,009), tetapi tidak bermakna dengan dosis 250 mg/kgBB (p=0,754). Penelitian ini menunjukkan penurunan ekspresi TNF-I± signifikan pada dosis ekstrak kedelai 300 mg/kgBB atau lebih.

Colorectal cancer contributes to 9.7% of all cancer and its pathogenesis is related to chronic inflammation. Because of there are some lacks in current cancer therapy, peptide in food becomes popular among researchers because it is cheap, easy to get, low toxicity, and a promising cancer preventing agent. This research aimed to investigate whether lunasin from soybean can reduce the expression of pro-inflammatory cytokine TNF-I± in colonic epithelial cell. 30 Swiss Webster mice randomly allocated to six groups. One group was normal and five groups were induced carcinogenesis using azoxymethane (AOM) and dextran sodium sulfate (DSS), then was given nothing (negative control), aspirin (positive control), and lunasin-rich soybean extract in three different doses (250, 300, and 350 mg/kgBW) for four weeks. Distal colon tissue was immunohistochemically stained and then observed under light microscope with 400X magnification to count epithelial cell based on its colour. Index was calculated using optical density score. Lunasin-rich soybean extract can decrease expression of TNF-I±. There are statistically significant between negative control and dose 300 mg/kgBW (p=0.016) and 350 mg/kgBW (p=0.009), yet not significant with dose 250 mg/kgBW (p=0.754). This research shows that reduction of TNF-I± expression is significant with dose 300 mg/kgBW or higher."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Kanaka Swargoputra
"Latar belakang: Kanker kolorektal merupakan salah satu jenis kanker tersering di dunia. Kanker kolon dimulai dari inflammatory bowel disease (IBD). Lunasin, suatu protein yang ada pada kedelai, memiliki efek antiinflamasi yang melibatkan Nf-κB dan COX-2. MUC-1 merupakan protein transmembran yang berperan dalam regulasi inflamasi juga melalui jalur Nf-κB. Efek antiinflamasi lunasin melalui keterlibatan MUC-1 belum dieksplorasi. Metode: Mencit Swiss-Webster jantan dibagi menjadi enam kelompok yaitu normal, kontrol positif, kontrol negatif, dosis 250 mg/kgbb, dosis 300 mg/kgbb, dan dosis 350 mg/kgbb. Semua kelompok, kecuali kelompok normal, diinduksi dengan AOM dan DSS. Kontrol positif diberikan aspirin selama enam hari. Kontrol negatif tidak diberi terapi. Kelompok terapi lunasin diberi lunasin sesuai dosis. Lama perlakuan lunasin sekali sehari selama lima minggu. Setelah itu kolon dibuat sediaan imunohistokimia. Sediaan dibaca di bawah mikroskop dan dinilai menggunakan immunogistochemistry profiler. H-Score dihitung dengan cara memberikan skor yang dikali dengan persentase tingkat pada empat tingkat ekspresi. Hasil: Hasil analisis statistik ANOVA didapatkan p<0,001. Kelompok normal (156,53±3,74) berbeda dengan kelompok lainnya. Kontrol positif (140,34±15,50) berbeda dengan kelompok normal, dosis 250 mg/kgbb (115,86±3,74), dan kontrol negatif (112,12±6,56). Kontrol negatif, dosis 250 mg/kgbb, dosis 300 mg/kgbb (124,09±3,45), dan dosis 350 mg/kgbb (126,37±10,82) tidak berbeda satu sama lain. Kesimpulan: Pemberian lunasin dalam dosis 250 mg/kgbb, 300 mg/kgbb, dan 350 mg/kgbb tidak memberikan peningkatan ekspresi MUC-1 pada kolon mencit yang mengalami inflamasi akibat induksi AOM dan DSS. Dosis 300 mg/kgbb dan 350 mg/kgbb menimbulkan ekspresi MUC-1 yang setara dengan aspirin.

Introduction: Colorectal cancer is one of the most prevalent cancer throughout the world. Colon cancer begins as inflammatory bowel disease (IBD). Lunasin is a protein that have anti-inflamatory properties, including against IBD. MUC-1 is a transmembrane protein that have role in regulating inflammation. Thus there are possibilities that lunasin plays its anti-inflammatory role through regulating MUC-1 expression. Method: Male Swiss-Webster mice each weight approximately 20 mg divided into six group. The groups are normal, positive control, negative control, 250 mg/kgBW dose, 300 mg/kgBW dose, and 350 mg/kgBW dose. All group, except for normal, induced by DSS and AOM. Positive control group was given six day daily dose of aspirin. Test groups were given lunasin accordingly. Then, mice were sacrificed to make slides form their colon tissue. The slides are colored with immunohistochemistry stain. The slides are read under the microscope and immunohistochemistry profiler to determine their H-score. Result: ANOVA shows p<0,001. Normal group (156,53±3,74) is different from every other group. Positive control (140,34±15,50) is different statistically from normal , negative control (112,12±6,56), and 250 mg/kgbw dose (115,86±3,74). Negative control, 250 mg/kgbw dose, 300 mg/kgbw dose (124,09±3,45), and 350 mg/kgbw (126,37±10,82) are not different to each other. Conclusion: Administration of 250 mg/kgbw, 300 mg/kgbw, and 350 mg/kgbw dose of lunasin do not give change in MUC-1 expression on AOM and DSS induced inflammation of mice colon. 300 mg/kgbw and 350 mg/kgbw dose of lunasin give the same effect as aspirin."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avicenna Akbar
"Kanker kolorektal merupakan kanker dengan angka insidensi tertinggi ketiga di Indonesia. Kemoterapi, radioterapi, maupun operasi konvensional adalah terapi standar untuk kanker kolorektal. Sayangnya, banyak efek samping yang dilaporkan setelah diberikan terapu-terapi tersebut. Penelitian sebelum ini menemukan bahwa lunasin, suatu zat alami yang berasal dari kacang kedelai memiliki efek anti kanker. Namun, efek specifik lunasin dalam menghambat pertumbuhan jaringan kanker pada rektum masih tidak diketahui.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi lunasin dalam menghambat perkembangan histopatologi dari kanker kolorektal pada rektum tikus. 24 mencit diinjeksi dengan Azoxymethane AOM dan Dextran Sodium Sulphate DSS sebagai penginduksi kanker. Lunasin didapat dari ekstraksi kacang kedelai. Sampel mencit dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan, kelompok lunasin dosis rendah 20mg/kg , dosis sedang 30mg/kg , dan kelompok dosis tinggi 40mg/kg . Spesimen rektum diambil setelah menerima perlakuan lunasin. Tanda-tanda inflamasi, hiperplasia, dan angiogenesis diamati menggunakan mikroskop. Lunasin terbukti dapat secara signifikan mengurangi inflamasi dan hiperplasia meski hanya menggunakan dosis rendah p

Colorectal cancer is a cancer with the third highest incidence rate in Indonesia. Chemotherapy, radiotherapy, and surgery are the standard treatment of colorectal cancer. Unfortunately, various side effect has been reported following those treatment. Lunasin is a natural substance in soy that have been reported to have anti cancer effect. However, the effect of lunasin to inhibit the progression of colorectal cancer in rectum is still unknown.
The aim of this study is to determine the inhibitory potential of lunasin against the progression of colorectal cancer in rectum of mice. 24 mice were injected with Azoxymethane AOM and Dextran Sodium Sulphate DSS intraperitoneally as cancer inducer. Lunasin was obtained from the extraction of soybean. The samples were divided into control group, low dose lunasin 20mg kg, medium dose lunasin 30mg kg, and high dose lunasin 40mg kg. The rectum specimen was taken following the lunasin treatments. Inflammation, hyperplasia, and angiogenesis in rectum specimens that represented histopathological signs were observed microscopically. The number of inflammation and hyperplasia were significantly reduced after low dose of lunasin p
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Tiffany Rosa Sudarso
"Pendahuluan: Tata laksana yang tersedia untuk kanker kolorektal masih kurang efektif dan memiliki berbagai efek samping. Protein lunasin dapat mempengaruhi kanker melalui berbagai mekanisme, salah satunya epigenetik, melalui asetilasi histon. Dengan kemampuan kemopreventif dan kemoterapeutiknya, lunasin berpotensi sebagai adjuvant untuk terapi konvensional kanker.
Metode: Tiga puluh mencit Swiss Webster dibagi menjadi enam kelompok, yaitu normal, kontrol positif dan negatif, dan tiga kelompok perlakuan. Selain kelompok normal, dilakukan induksi karsinogenesis dengan injeksi AOM + DSS. Mencit perlakuan diberikan ekstrak kedelai dengan dosis 250 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 350 mg/kgBB selama 4 minggu. Ekspresi histon deasetilase (HDAC) dinilai dengan IHC optical density score.
Hasil: Rata-rata ekspresi HDAC pada kelompok normal = 202,4%; kontrol negatif = 239,3%; kontrol positif = 175,25%; dosis 250 mg/kgBB = 202,03%, dosis 300 mg/kgBB = 219,53%, dosis 350 mg/kgBB = 166,68%. Ekspresi HDAC pada dosis ekstrak kedelai 250 mg/kgBB (p=0,221) dan 300 mg/kgBB (p=0,347) tidak berbeda signifikan dengan kontrol negatif. Terdapat perbedaan signifikan ekspresi HDAC pada dosis sebesar 350 mg/kgBB (p=0,014).
Kesimpulan: Lunasin dalam ekstrak kedelai dengan dosis 350 mg/kgBB dapat menurunkan ekspresi HDAC pada model karsinogenesis kanker kolorektal.

Background: The available treatments for colorectal cancer still have limited efficacy and various side effects. There are various mechanisms for lunasin protein to affect cancer, one of them is epigenetics, by histone acetylation. Lunasin has the potential to be conventional cancer therapy adjuvant with its chemopreventive and chemotherapeutic abilities.
Method: Thirty Swiss Webster mice is divided into six groups: normal, positive control, negative control, and three experimental groups. Except normal group, mice undergo carcinogenesis induction with AOM + DSS injection. Experimental mice receive soy extract with 250 mg/kgBW, 300 mg/kgBW and 350 mg/kgBW dosage for 4 weeks. Histone deacetylase (HDAC) expression is measured with IHC optical density score.
Result: Average HDAC expression on normal groups = 202,4%; negative control = 239,3%; positive control = 175,25%; 250 mg/kgBW dose = 166,68%; 300 mg/kgBW dose = 219,53%, 350 mg/kgBW dose = 166,68%. There is no significant difference between HDAC expression in 250 mg/kgBW (p=0,221) and 300 mg/kgBW (p=0,347) dose of soy extract with negative control. There is significant difference of HDAC expression with 350 mg/kgBW dose of soy extract (p=0,014).
Conclusion: Lunasin in soy extract with 350 mg/kgBW dose can decrease HDAC expression in colorectal cancer carcinogenesis model.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizaldi Abd. Kadir
"Inflamasi kronik seperti IBD dapat meningkatkan progresi sel kanker. MUC1 merupakan protein transmembran yang merespon pada peradangan dan kanker. Lunasin berperan pada inflamasi dan kanker sehingga kemungkinan dapat memberikan efek pada ekspresi MUC1 duodenum mencit saat diinduksi DSS/AOM. Mencit galur Swiss-Webster jantan dengan massa tubuh yaitu 20-30 gram terbagi dalam enam kelompok yaitu kelompok normal (tidak mendapat perlakuan), kontrol negatif (hanya diinduksi DSS/AOM), kontrol positif (diberikan aspirin), lunasin dosis 250 mg/KgBB, 300 mg/KgBB, dan 350 mg/KgBB. Preparat duodenum dibuat dengan pewarnaan immunhistochemistry. Preparat diamati dibawah mikroskop dan dinilai menggunakan immunohistochemistry profiler. Secara statistik terdapat perbedaan signifikan pada kelompok kontrol positif dengan kelompok lunasin dosis 300 mg/KgBB dan 250 mg/KgBB. Selain itu, kelompok kontrol negatif menunjukkan perbedaan signifikan dengan kelompok lunasin dosis 300mg/KgBB dan 350mg/KgBB. Pada hasil pewarnaan IHC juga menunjukkan kepekatan lebih tinggi pada kelompok normal dan terendah pada kontrol negatif. Rerata Histology score yang diperoleh adalah 310,514 (normal), 253,394 (kontrol negatif), 304,320 (kontrol positif); 279,108 (dosis lunasin 250mg/KgBB), 293, 692 (dosis lunasin 300mg/KgBB); 303,812 (dosis lunasin 350mg/KgBB). Peningkatan pemberian dosis lunasin dapat meningkatkan ekspresi MUC1.

Chronic inflammation such as inflammatory bowel disease can increase cancer cells progression. MUC1 is a transmembrane protein responding to inflammation and cancer. Lunasin plays a role in inflammation and cancer that may affect the expression of mouse duodenum MUC1 when induced using DSS/AOM. Male Swiss-Webster mice with body mass of 20-30 grams were divided into six groups consisting of normal group (no treatment), negative control (only induced DSS/AOM), positive control (administered aspirin), and lunasin administration in doses of 250mg/KgBW, 300mg/KgBW, and 350mg/KgBW. The mice duodenum preparation was made by using IHC staining. The preparation was observed under a microscope and assessed using an immunohistochemistry profiler. Statistically, there were differences between the positive control group with the lunasin group doses of 300mg/KgBW and 250mg/KgBW. The negative control group showed a significant difference with the lunasin group doses of 300mg/KgBW and 350mg/KgBW. The results of IHC staining showed higher concentrations in the normal group and the lowest in the negative control group. The mean Histology scores were 310,514 (normal), 253,394 (negative control), 304,320 (positive control); 279,108 (lunasin dose 250mg/KgBB), 293, 692 (lunasin dose 300mg/KgBW); 303.812 (dose of lunasin 350mg/KgBW). Increasing lunasin dose can increase MUC1 expression."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Culham
"ABSTRAK
Latar Belakang: Kanker kolorektal CRC adalah salah satu jenis kanker yang paling umum di seluruh dunia. Karsinogenesis berkorelasi baik dengan faktor genetik dan lingkungan. Keganasan ini dapat berkembang langsung atau sebagai komplikasi akhir dari peradangan kronis. Beragam penyebab lingkungan kanker dengan faktor risiko lain terkait dengan satu atau lebih dari satu cara dengan peradangan kronis. Faktor lingkungan lain seperti obesitas, diabetes dan diet mempunyai peran penting dalam kanker usus besar juga. Tingkat kelangsungan hidup kanker usus metastasis dalam waktu 5 tahun sangat rendah, di bawah 10 tepatnya. Dikarenakan demikian, dianggap bermanfaat untuk memahami lebih mekanisme kanker kolon untuk membantu mencari terapi yang lebih efektif.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental sejati menggunakan mencit BALB/c dan C3H. Mencit dibagi menjadi 4 kelompok: kelompok kontrol, kelompok bulan 2, kelompok bulan 4, dan kelompok bulan 6. Kelompok bulan disuntik dengan AOM secara intraperitoneal, sedangkan kelompok kontrol tidak disuntikkan. DSS kemudian ditambahkan ke air minum mereka selama 1 minggu setelah injeksi. Kelompok bulan tersebut kemudian dikorbankan menurut waktu kelompok mereka sendiri untuk diambil usus besarnya. Usus tersebut kemudian diperiksa di bawah mikroskop dengan pewarnaan HE untuk melihat fokus hiperplasia.Hasil: Data fokus hiperplasia ditemukan normal dengan uji kolmogorov smirnov. Uji Anova satu arah menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok bulan. Sementara tes post-hoc menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan terjadi antara kelompok bulan 2 dan kelompok bulan 6.Kesimpulan: Jumlah fokus hiperplasia meningkat secara signifikan seiring dengan waktu.

ABSTRACT
Background Colorectal cancer CRC is especially high ranked amongst the most common cancer around the world. The carcinogenesis has been associated with both hereditary qualities and environment. This malignancy can grow right away or through a complication of a chronic inflammatory condition. This danger is said to be a standout amongst the most huge complication of inflammatory bowel diseases, especially in ulcerative colitis UC and Crohn 39 s disease CD , likewise the danger of CRC increases relatively with the degree and span of the illness. A mixture of environmental reasons for cancer with other risk factors are connected somehow with one or a few types of chronic inflammation. Around 20 of cancers are like chronic diseases, 30 can be said because of tobacco smoking and inhaled pollutants. Environmental elements like obesity, diabetes and eating regimen assume essential parts in colon cancer too. The rate of survival of metastatic colon cancer for around 5 years is low, about 10 to be correct. Subsequently, it is viewed as advantageous to further comprehend its mechanism to help in the quest for a more successful treatment.Method This research is a true experimental research using BALB c and C3H strain mice. The mice are then subsequently grouped into 4 control group, 2 months group, 4 months group, and 6 months group. The month groups are injected with AOM intraperitoneally while the control group is not injected. DSS is then added to their drinking water for 1 week after the injection. The month groups are then sacrificed according to their group time to extract the colon. The colon is then examined under the microscope with HE staining to see the presence of hyperplasia foci.Results The data of hyperplasia foci is analayzed by the kolmogorov smirnov test and the result is normal. Anova one way test shows that the differences between the month groups are significant. While post hoc test denotes that the significant difference is between the 2 months group and the 6 months group.Conclusion The number of hyperplasia foci increases significantly with time."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>