Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190860 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Turnip, Andreas Billy Yoel
" ABSTRAK
Hipertensi merupakan kelainan yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan seluruh dunia. Salah satu panduan yang umum digunakan dalam penanganan hipertensi adalah panduan Joint National Committee 8 JNC 8 . Selain penggunaan panduan JNC 8, Indonesia memiliki Formularium Nasional Fornas yang di dalamnya terdapat rekomendasi obat-obatan berbagai penyakit, termasuk obat-obatan antihipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi pasien hipertensi tingkat 1 dan 2 yang datang ke URJ RSUPN Ciptomangunkusomo dan mendapatkan obat antihipertensi yang sesuai dengan panduan JNC 8 dan Fornas. Penelitian dilakukan dengan mengamati pengobatan yang didapatkan pasien dalam rekam medis dan membandingkannya dengan panduan JNC 8 dan Fornas. Hasil penelitian menunjukkan 67,68 pasien mendapatkan pengobatan yang sesuai JNC 8 dan Fornas. Jenis obat antihipertensi yang sesuai dengan panduan JNC 8 didapatkan pada 82,83 pasien. Sedangkan 100 pasien mendapatkan obat antihipertensi yang sesuai dengan daftar obat Fornas. Dosis obat yang sesuai dengan JNC 8 ditemukan pada 81,82 pasien. Evaluasi hasil pengobatan yang sesuai dengan panduan JNC 8 ditemukan pada 100 pasien. Biaya pengobatan 99 pasien lebih murah Rp 30.588,50 /hari apabila pengobatan diberikan sesuai dengan panduan JNC 8 dan Fornas.

ABSTRACT
Hypertension is a prevalent medical problem in Indonesia or around the world. One commonly used guideline for hypertension treatment is the Joint National Committee 8 JNC 8 guideline. Aside from the JNC 8 guideline, Indonesia has Formularium Nasional Fornas which contains a list of recommended drugs for various diseases, including antihypertensive drugs. This study aims to know the proportion of grade 1 and 2 hyertensive patient who comes to outpatient department of RSUP Ciptomangunkusumo and receives antihypertensives drugs according to the JNC 8 guideline and Fornas. The study is conducted by observing the received medication of each patient in medical record and compares them to the JNC 8 guideline and Fornas. The study shows that 67.68 hypertensive patients received medication according to JNC 8 and Fornas. Antihypertensive drugs type selection which followed the JNC 8 guideline was found in 82.83 patients. While 100 patients received antihypertensive drugs which adhere to Fornas. The appropriate dosage was found in 81.82 patients. Treatment evaluation which adhere to JNC 8 was found in 100 patients. Treatment cost of 99 patients is cheaper by IDR 30,588.50 per day if the treatment was given according to JNC 8 guideline and Fornas."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Wijaya
"ABSTRAK
Antipsikotika adalah golongan obat psikotropika yang digunakan sebagai terapi utama penatalaksanaan skizofrenia. Antipsikotika di bagi menjadi dua golongan yaitu antipsikotika generasi pertama (Tipikal) dan antipsikotika generasi kedua (atipikal). Di Indonesia, hingga saat ini sedikit penelitian yang membahas mengenai pola penggunaan obat, khususnya mengenai rasionalitas penggunaan antipsikotika sesuai indikasi pada pasien skizofrenia. Penelitian retrospektif ini bertujuan untuk menganalisis survai penggunaan antipsikotika pada pasien skizofrenia yang di rawat inap meliputi karakteristik pasien, karakteristik klinis dan rasionalitas penggunaan antipsikotika. Data di ambil dari rekam medik pasien skizofrenia yang masuk ruang rawat inap Departemen Kesehatan Jiwa RSCM periode Juli 2014 hingga Juni 2015. Pada penelitian ini, dari 113 pasien yang di analisis, terdapat sebagian besar pemberian antipsikotika pasien skizofrenia yang di rawat tidak rasional (73,4%). Multifaktorial yang menyebabkan pengobatan tidak rasional menurut analisis penelitian seperti ketidaktepatan indikasi, tidak monoterapi, kombinasi yang tidak tepat, dan terjadinya efek samping pemberian antipsikotika pada pasien tersebut. Adanya hubungan antara keluaran klinis dengan frekuensi rawat inap, lama rawat inap dengan mono atau kombinasi terapi dan rasionalitas penggunaan antipsikotika dengan jaminan kesehatan pasien.

ABSTRACT
Antipsychotics are the class of psychotropic drugs that are used as primary therapy treatment of schizophrenia. Antipsychotics divided into two groups, first generation typical) and second generation (atypical). In Indonesian, recent data few studies discussing the patterns of drug use, especially regarding the use antipsikotika rationality as indicated in schizophrenic patients. This retrospective study aimed to analyze the survey antipsychotics use in schizophrenic patients were hospitalized include patient characteristics, clinical characteristics and rationality antipsychotics. Data were obtained from the medical records of patients with schizophrenia who came to Department of psychiatry RSCM during the period of July 2014 to June 2015. In this study, out of 113 patients evaluated, the frequency is higher treated schizophrenia patients are not rational (73.4%). Multifactorial causes irrational treatment according to the imprecision of the analysis as inaccuracies indication, not monotherapy, inaccuracies combination, and the occurrence of adverse reactions. The relationship between clinical output with a frequency of hospitalization, duration of hospitalization with mono or combination therapy and rationality antipsychotics use by healthcare patients.
"
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Febriana Mega Puspita
"Penggunaan obat antihipertensi dari angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI) dan angiotensin receptor blocker (ARB) kelompok memiliki efek renoprotektif dan direkomendasikan pada pasien dengan diabetes mellitus dengan hipertensi di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan efektivitas kelompok ACEI atau ARB pada fungsi ginjal, morbiditas, dan efek samping dari peningkatan nilai kalium. Penelitian ini dilakukan pada 123 pasien dengan metode kohort prospektif-retrospektif menggunakan kuesioner yang divalidasi, pengumpulan data pada catatan medis, dan pengukuran laboratorium di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo pada November 2018 hingga April 2019. Setelah 3 bulan pengamatan, tidak ada perubahan dalam parameter dalam kelompok ACEI kecuali untuk peningkatan BMI (p = 0,046), sedangkan pada kelompok ARB tidak ada perubahan dalam parameter kecuali untuk penurunan LDL (p = 0,016) dan penurunan HDL (p = 0,004). Tidak ada perbedaan pada kedua kelompok dalam hal perubahan nilai Urine Albumin Creatinine Ratio (UACR) (p = 0,675), eLFG (p = 0,062), morbiditas (p = 0,309), dan nilai kalium (p = 0,166 ) 3 bulan. Pengaruh BMI> 25 OR = 2.780 (95% CI = 1.181-6.544), durasi ACEI / ARB> 6 bulan ATAU 3.705 (95% CI = 1.164-11.795) dan UACR 30-300 pada awal penelitian 3.158 ( 95% CI = 1.233 -8.089) melawan UACR. Pengaruh jenis kelamin laki-laki OR = 3.674 (95% CI = 1.544-8.741), LDL OR = 3.168 (95% CI = 1.246-8.057), trigliserida 0 bulan OR = 3.024 (95% CI = 1.274-7.175), dan tekanan darah sistolik OR = 3.317 (95% CI = 1.255-8.769) terhadap eLFG. Pengaruh usia ≤ 60 tahun OR = 3.040 (95% CI = 1.378-6.710) dan kalium pada awal penelitian ≤ 5 mmol / L OR = 4.178 (95% CI = 1.791-9.748) pada peningkatan kalium. Peningkatan delta LDL OR = 10.072 (95% CI = 1.618-62.709), HDL 40-60 mg / dL OR yang dikontrol 0 bulan = 14.741 (95% CI = 3.074-70.680), peningkatan delta trigliserida OR = 6.390 (95% CI = 957 CI 1,215-33,615) dan total kolesterol yang dikontrol OR = 5,718 (95% CI = 1,570-20,828) terhadap morbiditas. Penggunaan ARB memiliki nilai eLFG signifikan yang meningkat atau tetap (p = 0,042) (OR = 2,370, 95% CI = 1,031-5,4449) setelah mengendalikan variabel pengganggu jenis kelamin, LDL, trigliserida, dan tekanan darah sistolik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan ARB meningkatkan eLFG atau mempertahankan eLFG dibandingkan dengan ACEI dengan beberapa variabel terkontrol.

The use of antihypertensive drugs of the angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI) and angiotensin receptor blocker (ARB) groups has a renoprotective effect and is recommended in patients with diabetes mellitus with hypertension in Indonesia. The study was conducted to determine the effectiveness of the ACEI or ARB group on kidney function, morbidity, and side effects of increasing potassium values. The study was conducted on 123 patients with a retrospective-prospective cohort method using a validated questionnaire, data collection on medical records, and laboratory measurements at RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo in November 2018 until April 2019. After 3 months of observation, there were no changes in parameters in the ACEI group except for an increase in BMI (p = 0.046), whereas in the ARB group there were no changes in parameters except for a decrease in LDL (p = 0.016) and a decrease HDL (p = 0.004). There were no differences in the two groups in terms of changes in the value of Urine Albumin Creatinine Ratio (UACR) (p = 0.675), eLFG (p = 0.062), morbidity (p = 0.309), and potassium value (p = 0.166) 3 months. Effect of BMI> 25 OR = 2,780 (95% CI = 1,181-6,544), duration of ACEI / ARB> 6 months OR 3,705 (95% CI = 1,164-11,795) and UACR 30-300 at the start of the study 3,158 (95% CI = 1,233 -8,089) against UACR. Effect of male sex OR = 3,674 (95% CI = 1,544-8,741), LDL OR = 3,168 (95% CI = 1,246-8,057), triglyceride 0 months OR = 3,024 (95% CI = 1,274-7,175), and blood pressure systolic OR = 3,317 (95% CI = 1,255-8,769) against eLFG. Effect of age ≤ 60 years OR = 3,040 (95% CI = 1,378-6,710) and potassium at the start of the study ≤ 5 mmol/L OR = 4,178 (95% CI = 1,791-9,748) on the increase in potassium. Increased LDL delta OR = 10,072 (95% CI = 1,618-62,709), 0 month controlled HDL 40-60 mg/dL OR = 14,741 (95% CI = 3,074-70,680), increase in triglyceride delta OR = 6,390 (95% CI = 957 CI 1,215-33,615) and total cholesterol controlled OR = 5,718 (95% CI = 1,570-20,828) to morbidity. The use of ARB had a significant value of eLFG that increased or remained (p = 0.042) (OR = 2.370 95% CI = 1.031-5.4449) after controlling for confounding variables of gender, LDL, triglycerides, and systolic blood pressure. The conclusion of this study is that the use of ARB either increases eLFG or maintains eLFG compared to ACEI with several controlled variables."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T54244
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofi Azzahra
"Meningkatnya prevalensi hipertensi di Indonesia mempengaruhi jumlah penggunaan obat antihipertensi, serta masih banyak penderita hipertensi yang belum mendapatkan pengobatan yang efektif dan rasional membuat evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi penting untuk dilakukan. Penggunaan obat antihipertensi harus mengikuti acuan yang berlaku di Indonesia yaitu Formularium Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat antihipertensi. Desain penelitian adalah cross-sectional dan bersifat deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder dari resep dan rekam medis dengan metode retrospektif. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Jumlah sampel penelitian ini adalah sebanyak 2814 resep. Berdasarkan hasil penelitian, hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan 65,79, kelompok usia 45-64 51,78, dan pasien Non BPJS 68,68. Jumlah total penggunaan obat antihipertensi sebesar 38972,03 DDD dengan peringkat tiga besar obat antihipertensi dengan penggunaan terbanyak diantaranya adalah amlodipin 24812,97 DDD, 1,4096 DDD/1000 pasien/hari, dan 0,7698 DDD/1000 penduduk/hari , valsartan 5397,22 DDD, 0,3066 DDD/1000 pasien/hari, dan 0,1674 DDD/1000 penduduk/hari, dan kaptopril 4979,64 DDD, 0,2829 DDD/1000 pasien/hari, dan 0,1545 DDD/1000 penduduk/hari. Kesesuaian penggunaan obat antihipertensi di RSUD Jagakarsa pada tahun 2017 dengan Formularium Nasional adalah 100. Penggunaan obat antihipertensi telah sesuai dengan Formularium Nasional, sehingga penggunaan obat antihipertensi yang efektif diharapkan dapat tercapai.

Increasing prevalence of hypertension in Indonesia affecting the amount of antihypertensive use, and there were still many hypertensive patients who did not receive effective and rational treatment made it necessary to evaluate the use of antihypertensive. The uses of drugs in health facilities must comply with national reference, namely the National Formulary. This study was conducted to evaluate the use of antihypertensive in hypertensive patients. The research design was cross sectional and descriptive. Data used were secondary data from prescriptions and medical records by retrospective method. Sampling was done in total sampling, with total samples of 2814 prescriptions. The results showed that 65,79 of hypertension outpatients were females, 51,78 were 44 to 64 years old, and 68,68 did not follow the BPJS Program. The total use of antihypertensive was 38972,03 DDD and the three most widely used antihypertensives were amlodipine 24812,97 DDD, 1,4096 DDD 1000 patients day, and 0,7698 DDD 1000 inhabitants day, valsartan 5397,22 DDD, 0,3066 DDD 1000 patients day, and 0,1674 DDD 1000 inhabitants day, and captopril 4979,64 DDD, 0,2829 DDD 1000 patients day, and 0,1545 DDD 1000 inhabitants day. The use of antihypertensive was 100 appropriate according to National Formulary. The use of antihypertensive was appropriate according to National Formulary, therefore effective use of antihypertensive is expected to be achieved."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqatul Muthiah Amran
"Prevalensi hipertensi di Indonesia terus meningkat dari 21,2 pada tahun 2010 menjadi23,3 pada tahun 2014. Hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, stroke,dan kematian jika tidak terdeteksi dini dan diobati secara tepat. Antihipertensi yangefektif dalam menurunan tekanan darah dan mengurangi resiko kejadian penyakit jantungkoroner adalah Valsartan dan Amlodipine. Biaya pengobatan selalu menjadi penghalanguntuk pengobatan yang efektif. Oleh karena itu, perlu dilakukan kendali mutu dan kendalibiaya.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis evaluasi ekonomi dengan mengetahuigambaran biaya dan outcome dari penggunaan Valsartan dan Amlodipine selama tigabulan pengobatan pada pasien hipertensi primer dengan tekanan darah stage I.
Penelitianini bersifat observasional dengan teknik pengambilan data secara retrospektif pada tahun2016. Outcome berupa rata-rata penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik, proporsitekanan darah terkontrol, dan proporsi tekanan darah tidak terkontrol. Biaya yang diambildari perspektif pasien yang berupa biaya langsung medis.
Hasil penelitian diperoleh bahwa biaya penggunaan Amlodipine lebih rendah Rp 872.666,02 dibandingkanValsartan Rp 1.064.621,00. Rata-rata penurunan tekanan darah pada penggunaanAmlodipine sebesar 16,33 / 7,88 mmHg, sedangkan pada Valsartan sebesar 14,05 / 5,00mmHg. Proporsi tekanan drah terkontrol pada Amlodipine sebesar 80 , dengan proporsikejadian penyakit jantung coroner sebesar 27,5. Sedangkan proporsi tekanan darahterkontrol pada Valsartan 60 , dengan proporsi kejadian penyakit jantung koronersebesar 72,5. Pada diagram efektivitas biaya, Amlodipine terletak pada kuadran II danValsartan pada kuadran IV.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, Amlodipine dominanterhadap Valsartan karena membutuhkan biaya yang lebih rendah dan menghasilkanoutcome yang lebih baik.

Background: The prevalence of hypertension in Indonesia continues to increase from21.2 in 2010 to 23.3 in 2014. Hypertension can lead to coronary heart disease, stroke,and death if not detected early and treated appropriately. Antihypertensives thateffectively reducing blood pressure and reducing the risk of coronary heart disease areValsartan and Amlodipine. Medical expenses have always been a barrier to effectivetreatment. Therefore, it is necessary to have quality control and cost control.
The aims ofthis study was to analyze economic evaluation and to know the costs and outcomes of useof Valsartan and Amlodipine during three months of treatment in primary hypertensionpatients with stage I blood pressure.
Methods: This study was observational study with retrospective data retrieval techniquein 2016. The outcome was the mean reduction of systolic and diastolic blood pressure,the proportion of controlled and uncontrolled blood pressure. Costs taken from thepatient 39 s perspective in the form of direct medical costs.
Results: The results obtained that the cost of using Amlodipine is lower Rp 872.666.02 than Valsartan Rp 1,064,621.00. The mean reduction of blood pressure of Amlodipinewas 16.33 7.88 mmHg, while Valsartan was 14.05 5.00 mmHg. Proportion ofcontrolled blood pressure of Amlodipine was 80 , with a proportion of coronary heartdisease events was 27.5. While the proportion of controlled blood pressure of Valsartanwas 60 , with the proportion of coronary heart disease events was 72.5. In the costeffectivenessdiagram, Amlodipine was in quadrant II and Valsartan was in quadrant IV.
Conclusion: Amlodipine is dominant against Valsartan because it requires lower cost andbetter outcome.Key words Primary Hypertension, Amlodipine, Valsartan, Economic Evaluation
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51021
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Suci Kurniawati
"Tesis ini membahas hubungan antara Program Pengendalian Penyakit Kronis (PROLANIS) sebagai upaya untuk mencapai kualitas hidup tertinggi bagi peserta BPJS KESEHATAN yang didiagnosis menderita DM tipe 2 dan hipertensi. PROLANIS dikaitkan dengan pemanfaatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan juga rujukan DM Tipe 2 dan Hipertensi. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif, menggunakan data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin (p = 0,012), jenis partisipasi (p = 0,000), diagnosis medis (p = 0,000), partisipasi dalam PROLANIS (p = 0,000), layanan Homevisit (p = 0,041), jenis perawatan kesehatan primer fasilitas (0,000), ketersediaan SDM (0,000), ketersediaan infrastruktur (p = 0,005), ketersediaan peralatan medis dan obat-obatan (p = 0,000), ruang lingkup layanan (p = 0,000), dan ruang lingkup kegiatan prolanis (p = 0,038) terkait dengan RJTP. Faktor yang paling dominan mempengaruhi RJTP adalah ketersediaan SDM (OR = 16.369).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa jenis kelamin (p = 0,001), jenis partisipasi (p = 0,000), diagnosis medis (p = 0,000), partisipasi dalam PROLANIS (p = 0,000), durasi bergabung dengan PROLANIS (p = 0,000) , keaktifan kegiatan klub (p = 0,003), keaktifan kegiatan pendidikan (p = 0,015), jenis fasilitas perawatan kesehatan primer (p = 0,000), ketersediaan SDM (p = 0,000), ketersediaan infrastruktur (p = 0,005) , ketersediaan peralatan medis dan obat-obatan (p = 0,000), ruang lingkup layanan (p = 0,000), dan ruang lingkup kegiatan prolanis (p = 0,000) yang terkait dengan rujukan. Faktor yang paling dominan mempengaruhi rujukan adalah ketersediaan perangkat medis dan obat-obatan (OR = 14.901). Penulis merekomendasikan untuk merancang promosi kesehatan tentang PROLANIS, meningkatkan kualitas fasilitas perawatan kesehatan primer, dan mengoptimalkan kegiatan PROLANIS."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Tam Tomo
"ABSTRAK
Krisis ekonomi yang mulai terjadi sejak awal tahun 1997, telah memberi dampak dalam pembiayaan sektor kesehatan dalam hal ini rumah sakit. Dilema yang dihadapi disatu pihak rumah sakit dengan segala keterbatasan dana, rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu dengan biaya yang terjangkau. Pengelolaan rumah sakit membutuhkan biaya yang cukup besar, terus menerus, disisi lain kemampuan sumber dana dari pemerintah sangat terbatas. Pengelolaan rumah sakit dalam hal ini manajemen keuangan rumah sakit perlu mendapat perhatian terutama masalah piutang pasien yang merupakan salah satu masalah yang dapat mempengaruhi likuiditas rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem penatalaksanaan piutang pasien umum rawat inap di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang menyebabkan terjadinya piutang dari faktor internal, dengan pendekatan sistem yaitu : Input, Proses, Output Penelitian ini bersifat diskriptik analitik dengan melakukan pengamatan tangsung dan wawancara mendalam.
Hasil penelitian disimpulkan bahwa sistem penatalaksanaan piutang pasien umum rawat inap yang terdiri dari Tahap pra penerimaan, Tahap Penerimaan, Tahap Perawatan, Tahap Penataan Rekening, Tahap Penagihan, Tahap Penutupan Rekening, belum berjalan sebagaimana mestinya. Tahapan pra penerimaan yang merupakan tahapan yang penting ternyata belum ada. Kegiatan informasi yang seharusnya dilakukan pada tahap tersebut, pada tahap berikutnya juga tidak dilakukan. informasi biaya belum dapat disampaikan kepada pasien/keluarganya secara berkala, sehingga pasien/keluarganya tidak dapat memperkirakan jumlah biaya yang harus disiapkan, sistem komputerisasi yang belum terpadu.
Saran-saran yang dapat diberikan adalah penetapan prosedur pemberian kredit pada tahap pra penerimaan, pencatatan biaya pada tahap perawatan dilakukan setiap hari sehingga informasi biaya dapat diinformasikan secara berkala, kerja sama antara tahap perawatan dart tahap penataan rekening dalam hal biaya dengan sistem komputerisasi yang terpadu, aktifnya bagian penagihan.

ABSTRACT
System Analysis on Credit Arrangement for In-patient at RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo, Year 1999/2000Economic crisis that overwhelmed Indonesia since 1997 has impact on health sector budgeting, especially for hospital. The dilemma that is faced by hospital in their limitation budget nowadays is that hospital shall provide quality of health service with affordable cost for the patient. In other side, the management of hospital needs huge and continuous budget support, while the ability of central government to give budget support to hospital is very limited, Hospital management, in this case refers to the hospital financial management, needs to have special attention especially on credit arrangement for in-patient that become a major problem that can influence hospital liquidity.
The objective of this research is to analyze the credit arrangement system for in-patient at RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo that can lead into credit from internal factor, with the system approach of Input, Process and Output This is a descriptive analysis research by conducting direct observation and in-depth interview.
The result of this research has assumed that the credit arrangement for in-patient consists of some phases. There are: Pre-initial Phase, Initial Phase, Treatment Phase, Accounting Phase, Billing Phase and Billing Closing Phase, which have not run appropriately yet. Pre-initial phase, which is the most important phase, is not existing. The information activity that should be conducted at that phase in fact is not conducted also in the next phase. Information regarding health service cost still can not be delivered regularly to the patient and their family, so that they can not estimate the service cost that should be paid by them, in more the computerized system still not integrated.
Some suggestions are to formulate procedure for providing credit arrangement for in-patient at Pre-initial Phase, daily medical cost recording at Treatment Phase so that information cost is available and can be informed regularly, coordination at Treatment Phase and Accounting Phase in costing with integrated computerized system, and active participation of billing division."
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Putu Asih Prihatie
"Hipertensi adalah salah satu tantangan terbesar di dunia. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan ditemukan kejadian hipertensi pada usia produktif atau usia dewasa. Prevalensi kasus hipertensi yang ditemukan di kabupaten Kendal mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Berdasarkan hasil penelian yang sudah dilakukan ditemukan sebesar 61% penduduk usia dewasa produktif menderita hipertensi (Hintari & Fibriana, 2023). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien usia dewasa dengan hipertensi yang tercatat di prolanis tahun 2023 di wilayah kerja puskesmas X di provinsi DKI Jakarta khususnya di Kotamadya Jakarta Timur. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi berjumlah 101 orang dari bulan Desember 2023 – Januari 2024 di wilayah kerja puskesmas X di provinsi DKI Jakarta khususnya di Kotamadya Jakarta Timur. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu purposive. Waktu penelitian sudah dilaksanakan pada bulan Desember 2023- Januari 2024. Penelitian ini sudah dilaksanakan di poli prolanis hipertensi wilayah kerja puskesmas X di provinsi DKI Jakarta khususnya di Kotamadya Jakarta Timur. Berdasarkan hasil analisis ditemukan hasil uji chi-square dari hasil analisis bivariate dihasilkan bahwa secara statistik terdapat ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan kepatuhan (p value 0,003). Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagian besar tingkat pengetahuan responden baik tentang hipertensi dengan kepatuhan minum obat antihipertensi masuk kedalam kategori patuh tetapi masih ditemukan responden yang tidak patuh minum obat antihipertensi dan disarankan bagi responden penderita hipertensi agar lebih patuh lagi untuk meminum obat antihipertensi sehingga hipertensi dapat terkontrol.

Hypertension is one of the biggest challenges in the world. Based on research that has been conducted, it is found that the incidence of hypertension is in productive age or adult age. The prevalence of hypertension cases found in Kendal district has increased every year. Based on the results of research that has been done, it was found that 61% of the productive adult population suffers from hypertension (Hintari & Fibriana, 2023). The approach used is a cross sectional approach. The population in this study were adult patients with hypertension who were registered in prolanis in 2023 in the working area of X health center in DKI Jakarta province, especially in East Jakarta Municipality. So the number of samples in this study were 101 hypertensive patients from December 2023 - January 2024 in the working area of the X health center in the DKI Jakarta province, especially in the Municipality of East Jakarta. The sampling technique in this study was purposive. The research time has been carried out in December 2023-January 2024. This research has been conducted at the hypertension prolanis clinic of the X health center working area in the DKI Jakarta province, especially in the East Jakarta Municipality. Based on the results of the analysis, the results of the chi-square test from the bivariate analysis results showed that statistically there was a significant relationship between knowledge and compliance (p value 0.003). The conclusion obtained from the results of this study is that most of the respondents' knowledge level is good about hypertension with adherence to taking antihypertensive drugs into the obedient category but there are still respondents who are not obedient to taking antihypertensive drugs and it is recommended for respondents with hypertension to be more obedient to taking antihypertensive drugs so that hypertension can be controlled."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>