Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172648 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aula Arief Atmojo
"ABSTRAK
Batubara sebagai sumber bahan bakar konvensional yang populer dapat dimanfaatkan menjadi sumber utama energi. Pengolahan batubara menjadi bahan bakar cair dapat melalui proses Fishcer-Tropsh. Untuk kemudahan proses ini yaitu melalui gasifikasi batubara yang mana menjadi gas H2 dan CO dengan perbandingan 2:1. Namun kandungan batubara yang kurang diperhatikan akan mengganggu proses gasifikasi dan mempengaruhi kualitas dan gas sintesis tersebut. Kenyataanya kandungan abu dalam batubara dapat menjadi katalis terhadap proses-proses gasifikasi. Oleh karena itu diperlukan teknologi penghilangan kadar abu dalam batubara yaitu acid-washing/acid-leaching yang mana dilakukan pencucian batubara menggunakan asam HCl encer, melihat fakta bahwa ketersediaannya yang banyak dan merupakan pelarut yang baik dan tidak meninggalkan karboksilat dalam reaktor maupun mudah untuk ditiriskan sebagai dasar pertimbangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kandungan abu dan suhu reaksi gasifikasi terhadap yield dan rasio mol H2/CO gas sintesis. Gasifikasi dilakukan dengan metode gasifikasi kukus (steam gasification) yang menggunakan umpan arang dan kukus agar meningkatkan rasio mol H2/CO. Suhu operasi yang digunakan adalah 650°C, 700°C, 750°C dan 800°C. Rasio kukus terhadap arang, steam/C ditetapkan sebesar 2,7 dan waktu tinggal kukus dalam unggun arang adalah 3,5 detik. Dilakukan dua variasi gasifikasi batubara dalam satu feedstock yang masih memiliki kandungan abu (kandungan abu 5,28%) dan yang sudah dihilangkan kandungan abu, sebelum dilakukannya gasifikasi.

ABSTRACT
Coal as a popular source of conventional fuel can be utilized as major source of energy. Coal processing into conversed liquid fuel can be applied through Fishcer-Tropsh process. One of the technology that can convert coal into gas before liquid fuel is gasification. Where coal will be converted into Hydrogen and carbon monoxide gas with the ratio 2:1. Apparently, the mineral matter in coal can be a problem when it undergoes a process which can affect not only the quality of the syngas, but also the process equipment used. In reality, the ash or the mineral content in coal can act as a natural catalysts in gasification process under certain operation conditions. To this extent, we need to know the method to clean the coal from the mineral matter with acid-washing using dilute sodium chloride, knowing its availability and its efficiency as a solvent and does not leave any carboxylic traces in reactor. Thus, the conducted research is to observe and analyze the effect of mineral matter in coal and temperature reaction of gasification against the yield and mol ratio of H2/CO through steam gasification technology;where the feed is coal char and steam to increase the mol ratio of H2/CO. The operation temperatures are 650, 700, 750, and 800°C. Ratio of Steam/carbon 2,7 and the residence time of steam in char bed 3,5 seconds. With 2 feed variables, one with char (5,28%) and without char(0,8%)."
2017
S66104
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrean Diyandana Filemon
"Batubara dapat diolah menjadi bahan bakar cair melalui proses Fischer-Tropsch. Agar mudah diolah menjadi bahan bakar cair, batubara harus melalui proses gasifikasi untuk menghasilkan gas H2 dan CO dengan rasio 2:1. Kandungan abu dalam batubara yang selama ini sering diabaikan, diperkirakan memiliki efek sebagai katalis terhadap reaksi-reaksi gasifikasi. Pada penelitian ini, hendak diteliti pengaruh suhu reaksi dan kandungan abu terhadap rasio mol H2/CO dan yield gas sintesis yang dihasilkan. Batubara yang digunakan adalah batubara jenis sub-bituminous. Variasi kandungan abu dalam batubara dibagi menjadi dengan abu dan tanpa abu, dilakukan dengan dengan metode aglomerasi menggunakan pelarut CPO-air. Gasifikasi dilakukan dengan metode steam gasification yang menggunakan umpan arang dan kukus agar meningkatkan rasio mol H2/CO. Suhu operasi yang digunakan adalah 650°C, 700°C, dan 750°C. Rasio kukus terhadap arang ditetapkan 2,7 dan waktu tinggal kukus dalam unggun arang adalah 3,5 detik. Gasifikasi batubara yang tidak diaglomerasi (kandungan abu 6%) menghasilkan yield gas tertinggi sebesar 5,3 mmol/mol C dan rasio mol H2/CO tertinggi sebesar 1,94 pada suhu 750°C. Gasifikasi batubara yang diaglomerasi (kandungan abu tersisa 0,9%) menghasilkan yield gas tertinggi sebesar 3,34 mmol/mol C pada suhu 750°C dan rasio mol H2/CO tertinggi sebesar 0,77 pada suhu 650°C.

Coal could be transformed to liquid fuel through Fischer-Tropsch. This process is affordable if the mole ratio of H2/CO from synthetic gas is 2:1. Ash content in coal often to be ignored, but it is predicted to has effect as catalyst for gasification reaction. In this research, the effect of operating temperature and ash content to H2/CO mole ratio and synthetic gas? yield are observed. The coal?s type in this research is sub-bituminous. The ash content will be varied to with-ash and ash-free by agglomeration method with the mixture of CPO-water as solvent. The gasification process is fed with char and steam to increase the mole ratio of H2/CO. The operating temperature varied to 650°C, 700°C, and 750°C. The steam to char ratio is 2,7 and steam?s residence time in char bed is 3,5 s. From gasification of non-agglomerated coal (ash content 6%), the highest yield of gas is 5,3 mmol/mol C and the highest mole ratio of H2/CO is 1,94 at 750°C. From gasification of agglomerated coal (ash content 0,9%), the highest yield of gas is 3,34 mmol/mol C and the highest mole ratio of H2/CO is 0,77 at 650°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64152
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Pandu Sudarmawan
"Indonesia memiliki potensi untuk menjadikan batubara sebagai sumber energi alternatif. Sebagian besar cadangan batubara tersebut (60%) merupakan jenis batubara sub bituminus & lignit yang memiliki kadar abu tinggi & nilai kalor rendah. Selama ini pemanfaatan domestik batubara tersebut mayoritas untuk bahan bakar boiler. Pembakaran batubara dengan kadar abu tinggi di plant berpotensi menciptakan polusi udara. Gasifikasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah batubara, yang dapat menambah porsi & variasi konsumsi domestik batubara. Gasifikasi mampu menghasilkan produk gas yang lebih bersih daripada pembakaran biasa. Efek katalis dari senyawa-senyawa dalam kandungan abu memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas gas yang dihasilkan. Berdasarkan hal-hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh kandungan abu pada batubara sub bituminus Indonesia terhadap yield gas & rasio H2/CO gasifikasi batubara tanpa pirolisis terpisah. Suhu operasi yang digunakan adalah 650, 700, dan 750°C. Rasio steam terhadap batubara ditetapkan sebesar 2,7 dan waktu tinggal steam & carrier gas dalam bed batubara adalah 3,5 detik. Rasio mol H2/CO tertinggi yang dihasilkan adalah 0,581 pada suhu 650oC dengan yield gas adalah 0,011 mol/mol C.

Indonesia has the potential to make coal as an alternative energy source. Most of the coal reserves (60%) is a type of sub-bituminous coal and lignite which has a high ash content and low calorific value. During this time the majority of the domestic use of coal to fuel the boiler. Burning coal with high ash content in the plant has the potential to create air pollution and increased risk of fouling and slagging. Gasification is an alternative to give added value of coal, which can increase the portion and variety of domestic consumption of coal. Catalyzing effect of the compounds in the ash has the potential to improve the quality of the gas produced. Based on these things, this study was conducted to see the effect of the ash content on Indonesia?s sub-bituminous coal to yield Gas & H2/CO ratio in coal gasification without separated pyrolysis. The operating temperature used is 650, 700, and 750 °C. The ratio of steam to carbon is set to 2,7 and the residence time of the steam and carrier gas on charcoal bed is 3,5 seconds. The highest mole ratio of H2/CO was 0,581 with the highest gas yield was 0,011 mol/mol C at 650oC.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63659
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fig Einstein Muslim Ahmad
"Pembakaran spontan pada batubara merupakan permasalahan yang serius, baik ekonomi maupun keselamatan. Sayangnya tidaklah mudah untuk memahami fenomena ini. Penyebab utama sulitnya memahami mekanisme pembakaran spontan adalah karena terlibatnya berbagai faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi awal terjadinya dan proses berlangsungnya fenaomena ini. Ukuran partikel adalah salah satu faktor tersebut. Pada kondisi di alam atau di stockpiles reaksi oksidasi temperatur-rendah terjadi lambat karena terbatasnya trasfer kalor antara batubara dengan lingkungannya. Sehingga dalam eksperimen digunakan metode oksidasi adiabatik untuk mengkaji kecenderungan karakter pembakaran spontan dari batubara sub-bituminous. Pengaruh ukuran partikel dapat dijelaskan melalui penghitungan nilai laju pemanasan mandiri (R70), energi aktivasi (Ea), and time to ignition. Hasil dari eksperimen menunjukkan meningkatnya ukuran partikel akan mengurangi nilai R70, meningkatkan energi aktivasi dan memperlambat time to ignition.

The spontaneous combustion of coal stockpiles is a serious economic and safety problem. Unfortunately it is not easy to understand these phenomena. This is due to the mechanism of spontaneous combustion is affected by many internal and external factors including particle size. The low-temperatur oxidation reaction in the nature or stockpiles of coal piles is considered slow due to limited heat exchange between coal and direct surroundings. Thus, an adiabatic oxidation testing method used for determining the spontaneous combustion character propensity of a sub-bituminous coal. This work particulary focuses on studying the effect of particle size on the self-heating rate (R70) as well as the activation energy (Ea) and time to ignition (tad). The test showed that increase of the particle size decreased self-heating rate, increased ectivation energy and delayed time to ignition."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37896
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Ayunda Rachmalia
"Kandungan air pada batubara mempunyai efek yang signifikan terhadap kapasitas adsorpsi gas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan uji adsorpsi gas metana untuk meneliti pengaruh kandungan air terhadap kapasitas adsorpsi gas pada batubara Indonesia. Batubara yang digunakan adalah batubara Barito dan Ombilin dengan kandungan air 0%, 3%, 7%, dan 10% untuk batubara Barito, dan 0%, 1%, 3%, dan 7% untuk batubara Ombilin. Uji adsorpsi dilakukan pada suhu 25-26oC dari tekanan 116-816 Psia, dengan rentang 100 psia. Uji adsorpsi metana menggunakan metode volumetrik dengan temperatur konstan sehingga dapat dilakukan dengan perhitungan adsorpsi isotermal Gibbs. Dalam penelitian ini, digunakan model Langmuir yang dimodifikasi untuk permodelan kapasitas adsorpsi batubara. Hasil uji adsorpsi menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi metana batubara kering Barito pada tekanan 816 psia adalah 2,01 mmol/gr, lebih besar 9,5% dibandingkan dengan batubara kering Ombilin (1,82 mmol/gr). Secara umum, kapasitas adsorpsi metana pada batubara berkurang dengan penambahan kandungan air sampai pada kandungan air kesetimbangannya. Kandungan air pada batubara diatas kesetimbangannya tidak berpengaruh signifikan terhadap pengurangan kapasitas adsorpsi lebih lanjut. Kapasitas adsorpsi batubara Barito dengan kandungan air 3% serta 7% (kesetimbangan) turun sebesar 20,96% dan 35,45% dibandingkan dengan batubara Barito kering, sedangkan kapasitas adsorpsi batubara Ombilin dengan kandungan air 1% serta 3% (kesetimbangan) turun sebesar 26,9% dan 37,76% dibandingkan dengan batubara Ombilin kering. Hasil data adsorpsi isotermal gas metana pada batubara Ombilin dan Barito tersebut dapat direpresentasikan dengan baik oleh permodelan adsorpsi isotermis Langmuir modifikasi dengan rata-rata %AAD sebesar 4,2%.

Moisture content in coal has significant effect on gas adsorption capacity. Therefore, this study of methane adsorption test are to examine the influence of moisture content on gas adsorption capacity of Indonesia coal. Barito and Ombilin Coal with moisture content 0%, 3%, 7%, and 10% for Barito coal, and 0%, 1%, 3% and 7% for Ombilin coal are used in the experiment. Adsorption tests are performed at 25-26oC temperature and 116- 816 psia pressure, with a range of 100 psia. Methane adsorption test in this study use volumetric method with a constant temperature, hence the method could be done with the calculation of isothermal Gibbs adsorption. In this study, Langmuir model modified is used for modeling adsorption capacity of coal. Adsorption test results show that methane adsorption capacity of dry Barito coal at 816 psia was 2.01 mmol/g, 9.5% higher than dry Ombilin coal (1.82 mmol/g). In general, methane adsorption capacity on coal is reduced in response to the addition of moisture content which were added until equilibrium moisture content is reached. Moisture content in coal above the equilibrium has no significant effect on further reduction of adsorption capacity. Adsorption capacity of Barito coal with moisture content of 3% and 7% (equilibrium) decreased by 20.96% and 35.45% compared with dry Barito coal, while the adsorption capacity of Ombilin coal with moisture content of 1% and 3% (equilibrium) decreased by 26.9% and 37.76% compared with dry Ombilin coal. The results of methane adsorption isotherm data in Barito and Ombilin coal could be appropriately represented by the Langmuir model modified with an average AAD percentage of 4.2%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1607
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Nomora Trilecky
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
TA1318
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Desca Astarini Suryabrata
"Masalah gas lapisan batubara sekarang telah berubah menjadi situasi yang kompleks Masalah utama dari aktivitas gas lapisan batubara adalah pengelolaan air yang dihasilkan Air biasanya dicampur dengan cairan kimia yang kemudian harus didaur ulang sehingga dapat digunakan kembali Sebuah studi perbandingan isu isu dan peraturan pemerintah di Australia dan Amerika Serikat sangat penting untuk memahami tentang manajemen gas lapisan batubara sehingga lebih dapat diketahui tentang keragaman masalah untuk mengklasifikasikan dan memasukkan mereka dalam standar yang telah dibuat Sebuah penelitian membaca telah dilakukan untuk mengumpulkan data Beberapa rekomendasi yang diusulkan seperti untuk meningkatkan komunikasi antara pemerintah daerah dan masyarakat setempat meningkatkan pengetahuan tentang kegiatan gas lapisan batubara dan memberlakukan kebijakan dan peraturan ketat untuk manajemen gas lapisan batubara yang lebih baik.

Coal seam gas issues now have turned into a complex situation. The major issue of the coal seam gas activity is the management of the produced water. The water is usually mixed with a chemical fluid which then has to be treated so it can be reused. A comparative study of the issues and governmental regulations in Australia and the United States is vital to understand about coal seam gas management, so that more can be known about the diversity of the problems to classify and include them in the standards that have already been made. A reading research has been conducted to gathered the data. Some recommendations are proposed such as to improve communication between regional governments and local communities, enhance knowledge about coal seam gas activities, and impose stricter policies and regulations for better coal seam gas management.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54006
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niniek Dwi Hapsari
"Pembuatan karbon aktif menggunakan reaktor aktivasi dilakukan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karbon aktif berbahan baku batubara Barito, Kalimantan Selatan, dengan aktivasi menggunakan CO2 serta menganalisis pengaruh waktu aktivasi dan laju alir CO2 terhadap luas permukaan karbon aktif yang dihasilkan. Proses aktivasi dilakukan pada temperatur 900°C dan waktu aktivasi divariasikan pada 30 menit, 60 menit, dan 90 menit, serta laju alir CO2 divariasikan pada 300 mL/menit, 400 mL/menit, dan 500 mL/menit. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi waktu aktivasi dan laju alir CO2, maka luas permukaan yang direpresentasikan dengan bilangan iod semakin meningkat. Luas permukaan karbon aktif tertinggi yang direpresentasikan dengan bilangan iod sebesar 300,67 mg/g diperoleh dengan aktivasi pada laju alir CO2 sebesar 500 mL/menit dan waktu aktivasi selama 90 menit.

Preparation of activated carbon using activation reactor is done in this research. This research aims to produce activated carbon from Barito Coal, South Kalimantan, using CO2 activation and analyze the effects of activation time and CO2 flow rate on the surface area of activated carbon produced. The activation process carried out at a temperature of 900°C and activation time was varied at 30 minutes, 60 minutes, and 90 minutes, and CO2 flow rate was varied at 300 mL/min, 400 mL/min, and 500 mL/min. The results showed that increasing activation time and CO2 flow rate, the surface area represented by iodine number is increasing. The highest surface area of activated carbon which represented by iodine number of 300.67 mg/g obtained by activation with CO2 flow rate of 500 mL/min and the activation time for 90 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S43528
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dimas Ramananda
"ABSTRAK

Kebutuhan energi listrik dari tahun ke tahun semakin meningkat. Peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi, laju pertumbuhan penduduk, dan pesatnya perkembangan di sektor industri. Kebutuhan energi Indonesia, salah satunya energi listrik saat ini terpusat di Jawa-Bali. Untuk memenuhi kebutuhan listrik sistem Jawa-Bali ke depan, sebagian besar akan disuplai dengan PLTU berbahan bakar batubara yang telah direncanakan akan dibangun di Pulau Jawa.

Sumber energi primer batubara di Pulau Jawa hampir dapat dikatakan tidak ada. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan batubaranya harus didatangkan dari Pulau Sumatera dan Kalimantan yang memiliki sumber batubara. Disamping itu ada rencana pembangunan transmisi HVDC sebagai sistem interkoneksi Sumatera-Jawa dengan membangkitkan energi listrik di Mulut Tambang Sumatera Selatan kemudian energi listriknya ditransmisikan langsung ke Pulau Jawa. Skripsi ini bertujuan menganalisis keekonomian penggunaan transmisi HVDC untuk sistem interkoneksi Sumatera-Jawa dalam penyedia tenaga listrik di Jawa dibanding dengan pengiriman batubara dari Sumatera untuk PLTU di Jawa.


ABSTRACT

Electricity needs from year to year increase. This increase is in line with the increasing pace of economic growth, population growth, and rapid development in the industrial sector. Indonesia's energy demand, one of which electrical energy is currently concentrated in Java-Bali. For Supply demand of the Java-Bali electricity system in the future, most will be supplied by coal-fired power plant planned to be built in Java.

Primary energy sources of coal in Java almost nothing can be said. So as to meet the needs of the coal must be imported from the island of Sumatra and Kalimantan, which has a coal resource. Besides, there are plans to build a HVDC transmission system with a Java-Sumatra interconnection generate electricity in South Sumatra Mine Mouth then electrical energy is transmitted directly to Java. This study aims to analyze the economical use of HVDC transmission system for the Java-Sumatra interconnection of electric power provider in Java than with the delivery of coal to the power plant in Sumatra, Java

"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56831
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>