Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179921 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tengku Muhamad Derizal
"Pembangunan berkelanjutan merupakan prinsip utama pembangunan pada masa ini. Dalam bidang energi, hal ini diterapkan dengan peningkatan pemanfaatan sumber energi terbarukan yang rendah dalam produksi gas karbon. Salah satu yang sedang banyak dikembangkan di Indonesia adalah sumber daya panas bumi. Sumber daya panas bumi banyak dikembangkan karena jumlah potensinya yang besar dan masih sedikit dimanfaatkan. Akan tetapi, banyak hambatan-hambatan yang dialami dalam pengelolaan panas bumi ini. Hambatan-hambatan yang berpengaruh besar terhadap pengelolaan panas bumi adalah hambatan-hambatan yang datang dari daerah penghasil panas bumi. Beberapa daerah penghasil yang akhir-akhir ini ramai diberitakan dan gencar melakukan penolakan pembangunan PLTP adalah daerah Gunung Leuser, Gunung, Sorik Marapi, Gunung Ciremai, dan Gunung Lawu. Hambatan-hambatan pada daerah tersebut terdiri dari aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Hambatan-hambatan tersebut dapat dimitigasi dengan menggunakan Amdal sesuai prosedur dan bonus produksi untuk memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat.

Sustainable development is the main principle for development at this time. In the energy sector, it is applied by increasing the utilzation of renewable energy sources that are low in carbon gas production. One that being much developed in Indonesia is geothermal resource. Geothermal resources are being developed for its many potential and utilization low rate. However, many obstacles experienced in the management of the geothermal resource. Obstacles which have great impact on the management of geothermal are obstacles that come from the geothermal producing areas. Some regions are lately much reported for their rejection of the power plant development are Mount Leuser, Mount Sorik Marapi, Mount Ciremai, and Mount Lawu area. Obstacles in those areas consist of environmental aspect, social aspect, and economic aspect. These barriers can be mitigated by using appropriate EIA procedures and production bonuses to provide economic benefits to local communities.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
S66076
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Birohmatin Amalisana
"Wilayah Indonesia memiliki jajaran pegunungan berapi yang berpotensi besar menghasilkan sumber energi panas bumi. Salah satu wilayah yang memiliki sumber energi panas bumi yaitu terletak di Gunung Api Lawu. Energi panas bumi di Gunung Lawu hingga saat ini belum dilakukan eksplorasi dan ekploitasi secara maksimal. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui persebaran wilayah potensi panas bumi di Gunung Lawu serta mengkaji hubungan antara wilayah potensi panas bumi dengan kondisi kelurusan dan satuan litologinya. Metode yang dipakai adalah metode deteksi suhu tanah dengan saluran termal serta hillshading. Eksplorasi wilayah potensi panas bumi pada tahap awal dapat ditentukan menggunakan teknologi penginderaan jauh dengan Citra Landsat 8 untuk mendeteksi panas radiasi yang ditimbulkan oleh energi panas bumi. Penelitian ini menghasilkan wilayah sebaran panas bumi di Gunung Lawu yang dominan terletak di sisi lereng sebelah selatan dan barat. Persebaran wilayah potensi panas bumi tersebut berasosiasi dengan keberadaan kelurusan yang rapat serta satuan litologi berupa lava aliran dan piroklastik

Indonesia has the ring of fire that potentially produce geothermal energy. Mount Lawu is one of the biggest geothermal resources area in Java. At this research, geothermal potential areas is carried out using remote sensing technology based on Landsat 8 to detect the heat radiation of geothermal resources. This research aims to know the distribution of geothermal potential area and also study about the correlation between geothermal potential area with lineament and lithology unit. The method was used in this researh is detection heat anomalies using thermal infrared band and hillshading methods to interpret lineament. The heat anomalies distribution had been overlayed with lineament density and lithology unit to understand the spatial correlation. The result showed that distribution of geothermal potential areas at Mount Lawu spread at south west side of the slope. The distribution of geothermal potential area is associated with the existence of lineament density and lithology units such as lava flow and pyroclastic.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67465
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Syukmadyanty Egavirarenza
"Analisis Hidrogeokimia dapat digunakan untuk menentukan potensi panas bumi pada suatu daerah. Di sekitar lereng barat dan selatan Gunung Marapi banyak ditemukan manifestasi mata air hangat yang ada di daerah potensi panas bumi. Penelitian bertujuan untuk melengkapi penelitian terdahulu yang kurang rinci. Dari analisis hidrogeokimia didapatkan tipe fluida yang bervariasi berupa sulfat, klorida-sulfat, dan klorida bikarbonat. Reservoir berada di lereng selatan Gunung Marapi, dengan estimasi suhu berkisar 117oC -190 berdasarkan geotermometer silika. Sumber panas berasosiasi dengan aktivitas magmatisme dangkal, dan sumber fluida dari air meteorik. Daerah prospek berada di titik Kotobaru dan Pariangan, dengan energi spekulatif besar total 10,3 MWe.

Analisis hidrogeokimia dapat digunakan untuk mengetahui potensi panas bumi di suatu daerah. Di lereng barat dan selatan Gunung Marapi banyak ditemukan manifestasi mata air hangat yang mengindikasikan daerah-daerah yang berpotensi panas bumi. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi penelitian sebelumnya yang kurang detail. Dari analisis hidrogeokimia diperoleh berbagai jenis fluida berupa sulfat, klorida-sulfat, dan klorida bikarbonat. Waduk ini terletak di lereng selatan Gunung Marapi, dengan perkiraan suhu 117o -190oC berdasarkan geotermometer silika. Sumber panas dikaitkan dengan aktivitas magmatisme dangkal, dan sumber cairannya adalah air meteorik. Daerah prospek berada di titik Kotobaru dan Pariangan, dengan total energi spekulatif 10,3 MWe."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Claudiya A.
"Heat source merupakan parameter yang penting dalam sistem panas bumi. Heat source akan memanaskan fluida atau meteoric water yang terkandung di dalam bumi. Fluida yang terpanaskan ini kemudian akan menghasilkan hot spring dan fumarol di permukaan. Munculnya manifestasi di permukaan dikarenakan adanya patahan yang menghubungkan reservoir dengan permukaan bumi. Maka dari itu, penting untuk mengetahui dimana letak reservoir dan patahan serta strukturnya saat eksplorasi. Selama ini analisis data gravitasi hanya fokus pada reservoir tidak sampai menentukan heat source. Tilt angle atau tilt derivative adalah metode derivative yang dapat digunakan untuk mengetahui kedalaman hot rock. Tilt angle memanfaatkan perbanding antara vertical derivative dengan horizontal derivative. Diharapkan dari penelitian ini kita dapat mengetahui kedalaman hot rock dari sistem geothermal yang berada di gunung lawu dengan menggunakan tilt derivative. Tidak hanya hot rock namun diharapkan juga dari penelitian ini kita dapat mengetahui letak struktur patahan yang kemudian akan digunakan untuk membuat model konseptual geothermal pada sistem geothermal di Gunung Lawu.Heat source merupakan parameter yang penting dalam sistem panas bumi. Heat source akan memanaskan fluida atau meteoric water yang terkandung di dalam bumi. Fluida yang terpanaskan ini kemudian akan menghasilkan hot spring dan fumarol di permukaan. Munculnya manifestasi di permukaan dikarenakan adanya patahan yang menghubungkan reservoir dengan permukaan bumi. Maka dari itu, penting untuk mengetahui dimana letak reservoir dan patahan serta strukturnya saat eksplorasi. Selama ini analisis data gravitasi hanya fokus pada reservoir tidak sampai menentukan heat source. Tilt angle atau tilt derivative adalah metode derivative yang dapat digunakan untuk mengetahui kedalaman hot rock. Tilt angle memanfaatkan perbanding antara vertical derivative dengan horizontal derivative. Diharapkan dari penelitian ini kita dapat mengetahui kedalaman hot rock dari sistem geothermal yang berada di gunung lawu dengan menggunakan tilt derivative. Tidak hanya hot rock namun diharapkan juga dari penelitian ini kita dapat mengetahui letak struktur patahan yang kemudian akan digunakan untuk membuat model konseptual geothermal pada sistem geothermal di Gunung Lawu.

Heat source is the important parameter in geothermal system which is will heats fluid or meteoric water that is contained in the earth. Basically, geothermal system formed as a result of heat transfer from heat source to the surrounding by conduction and convection. Geothermal manifestation occurs because of the propagation of heat from below the surface. The emergence of manifestations at the surface due to the fault that connects the reservoir to the earth rsquo s surface. Therefore, it is important to know where the location of the reservoir, the location of the fault, and the structure of the fault when exploration used gravity method. In general, analysis of gravity data only focus to determine the reservoir . Tilt angle or tilt derivative is a dervative method that can be used to determine the depth of the hot rock. Tilt angle utilizing comparison between vertical derivative with horizontal derivative. The zero contours of the tilt angle correspond to the boundaries of geologic discontinuities and are used to detect the linear features in gravity data. The half distance between 4 and 4 radians is equal to the depth of top of heat source. This research is expected that can we know the depth of top of heat source of geothermal system at Mt. Lawu using tilt derivative.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68018
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dino Eka Putra
"Bencana geologi seperti erupsi gunung api yang masih belum bisa diprediksi menjadikan wilayah sekitar gunung api rawan akan ancaman tersebut. Gunung Marapi merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia, yang terletak di Kabupaten Tanah Datar sehingga wilayah tersebut rawan terhadap bencana erupsi Gunung Marapi. Kerentanan wilayah Tanah Datar dapat ditentukan dengan menggunakan metode skoring berdasarkan Peraturan BNPB Nomor 2 Tahun 2012 dengan variabel kondisi sosial berupa kepadatan penduduk dan kelompok usia rentan, kondisi ekonomi berupa lahan produktif dan penduduk petani, dan kondisi fisik berupa wilayah terbangun, fasilitas umum dan fasilitas kritis.
Penelitian ini menghasilkan risiko erupsi Marapi berdasarkan kawasan rawan bahaya, kerentanan wilayah dan kapasitas yang dilihat dari sumber daya dan kemampuan mobilisasi menggunakan metode pembobotan yang menghasilkan tiga wilayah risiko. Wilayah risiko tertinggi berada di Desa Guguk di Kecamatan Pariangan dan wilayah risiko terendah berada di Desa Tigo Niniak di Kecamatan Limo Kaum, dimana kapasitas sangat berpengaruh dalam mengurangi tingkat risiko erupsi.

Geological disasters such as volcanic eruptions that still cannot be predicted to make the area around the volcano vulnerable to the threat. Mount Marapi is one of the active volcanoes in Indonesia. Mount Marapi is located in Tanah Datar so that region is vulnerable to the eruption of Mount Marapi. Tanah Datar vulnerability can be determined using a scoring method based BNPB Regulation No. 2 of 2012 with variable social conditions such as overcrowding and vulnerable age groups and economic conditions in the form of productive land and the farming population, the physical conditions in the form of region awakened, public facilities and critical facilities.
This research resulted in the risk of eruption of Marapi based on Marapi eruption hazard, the vulnerability of the area and capacity as seen from the resources and the ability to mobilize using weighting method produces three regions of risk. The highest risk region is in the village Guguk in the district Pariangan and the lowest risk region is in th village Tigo Niniak in the district Limo Kaum where capacity is very influential in reducing the level of risk of eruption.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59332
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Widowati
"ABSTRAK
Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan usaha pertambangan panas bumi diperlukan dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik good corporate governance dalam pengusahaan pertambangan panas bumi dan untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan wewenang abuse of power Undang Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi telah membagi kewenangan pengusahaan panas bumi dan penerbitan Izin Usaha Pertambangan Panas Bumi telah diserahkan kepada Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Kota sesuai dengan kewenangannya yang disesuaikan dengan wilayah administrasi dimana potensi panas bumi tersebut berada Meskipun kewenangan pengusahaan panas bumi telah dibagi sampai dengan Pemerintah Daerah namun perlu diingat bahwa dimilikinya kewenangan dalam pengusahaan panas bumi juga mewajibkan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan pengawasan langsung dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan usaha pertambangan yang diterbitkannya tersebut Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengatur bahwa Gubernur dalam kedudukannya sebagai wakil Pemerintah Pusat memiliki tugas dan wewenang pula untuk melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten kota Undang Undang Nomor 27 Tahun 2003 telah memberikan pula kewenangan kepada Menteri untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan usaha pertambangan panas bumi yang dilakukan oleh Gubernur Bupati dan Walikota Namun sayangnya pembagian kewenangan tersebut tidak diikuti dengan pengaturan mengenai sanksi bagi pemerintah daerah yang tidak menjalankan kewenangannya sesuai peraturan perundang undangan Hal yang demikian kiranya yang melatarbelakangi permasalahan terkait dengan pelaksanaan kewenangan pengelolaan sumber daya alam pada umumnya dan pengelolaan panas bumi pada khususnya kepada Pemerintah Daerah Kata kunci kewenangan panas bumi pembinaan dan pengawasan

ABSTRACT
Guidance and supervision of the implementation of the geothermal mining is necessary in order to realize good governance corporate governance in geothermal exploitation and to avoid abuse of power abuse of power Law No 27 Year 2003 on Geothermal has divided authority and publishing exploitation of geothermal Geothermal Mining Permit has been submitted to the Central Government Provincial Government and Regency City in accordance with the authority which is adapted to the administrative area where the geothermal potential located Although geothermal concession authority has been divided up by the regional government but keep in mind that it has the authority in geothermal exploitation also requires local governments to carry out direct supervision and is responsible for the implementation of the issuance of the mining business Law No 32 Year 2004 on Regional Government provides that the Governor in his capacity as representative of the Central Government also has the duty and authority to provide guidance and oversight for the regional administration of the district city Law No 27 of 2003 has also authorizes the Minister to direct and supervise the operation of the geothermal mining is done by the Governor the Regent and the Mayor But unfortunately the division of powers is not followed by sanctions for the regulation of local governments that do not run the appropriate authority legislation It is thus presumably the underlying problems associated with the implementation of natural resources management authority in general and in particular the management of geothermal energy to local government Keywords authority geothermal guidance and supervision"
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Harja
"Gunung Lawu merupakan salah satu daerah prospek panas bumi yang terdapat di Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui litologi, struktur, persebaran mineral alterasi hidrotermal, dan keterkaitan antara pembentukan mineral alterasi dengan tipe fluida di daerah panas bumi Gunung Lawu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi deskripsi batuan, petrografi, dan Powder X-Ray Diffraction (XRD). Berdasarkan hasil analisis, didapat litologi daerah penelitian berupa breksi piroklastik, andesit, dan tuf. Mineral alterasi hidrotermal yang ditemukan pada daerah penelitian berupa kaolinit, dickite, montmorillonit, klorit, dan serisit. Keberadaan mineral tersebut dipengaruhi oleh suhu 100-300°C dengan tipe fluida asam-netral.

Gunung Lawu is one of the geothermal prospect areas in Central Java. This study aims to determine the lithology, structure, distribution of hydrothermal alteration minerals, and the relationship between the formation of alteration minerals and the type of fluid in the geothermal area of Mount Lawu. The methods used in this study include rock description, petrography, and Powder X-Ray Diffraction (XRD). Based on the results of the analysis, the lithology of the study area was obtained in the form of pyroclastic breccia, andesite, and tuff. Hydrothermal alteration minerals found in the study area are kaolinite, dickite, montmorillonite, chlorite, and sericite. The presence of these minerals is influenced by a temperature of 100-300°C with an acid-neutral fluid type."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Abby Yoga
"

Logam berat merupakan unsur-unsur logam yang terbentuk secara alami dan memiliki densitas yang relative lebih tinggi dari air (Fergusson, 1990). Kehadiran logam berat dapat berasal dari aktivitas hidrotermal pada daerah panas bumi (Welch dan Stollenwerk, 2003) dengan konsentrasi rendah atau disebut sebagai trace elements (Kabata, 2001 dalam Tchounwou dkk., 2012). Purnomo dan Pichler (2014) melakukan penelitian terdahulu mengenai kandungan unsur pada manifestasi di area panas bumi dan beberapa kawasan di luar area gunung api di Pulau Jawa. Dari penelitian di Pulau Jawa ditemukan bahwa pada manifestasi kompleks gunung api dan panas bumi aktif mengandung konsentrasi logam berat yang sangat tinggi, terutama pada daerah panas bumi Gunung Lawu dengan konsentrasi arsenik (9514.8 μg/L). Konsentrasi logam berat pada manifestasi panas bumi ini dapat menjadi potensi ancaman bagi lingkungan dan juga saat tahap eksploitasi panas bumi (Kristmannsdóttir dan �rmannsson, 2003 dalam Kaasalainen dkk., 2015). Berdasarkan hasil analisis geokimia dan geologi yang didapatkan terdapat 2 logam berat yang terdapat pada daerah panas bumi Gunung Lawu, yaitu arsenik (As) dengan konsentrasi tertinggi 0.2 ppm dan besi (Fe) dengan konsentrasi tertinggi 66.07 ppm. Kemunculan logam berat tersebut berkaitan erat dengan interaksi antara batuan dan fluida, topografi, tipe fluida, dan struktur geologi, hal ini pula mempengaruhi persebaran logam berat. Persebaran arsenik berdasarkan hasil analisa berarah selatan utara, sedangkan persebaran besi berarah timur-barat. Kedua logam berat tersebut melebih batas ambang konsentrasi masing-masing logam berat yang telah ditetapkan oleh WHO, dimana logam berat ini dapat mempengaruhi kesehatan ataupun proses produksi pembangkit panas bumi dikedepannya, sehingga diperlukan kesadaran dari pihak pengelola nantinya untuk mengolah limbah berupa air dengan logam berat tersebut agar tidak mencemari lingkungan

 


Heavy metals are elements that are formed naturally and have a relatively higher density than water (Fergusson, 1990). The presence of heavy metals can originate from hydrothermal activity in geothermal area especially in tectonically active regions around the world (Welch and Stollenwerk, 2003) with low concentrations or referred to as trace elements (Kabata, 2001 in Tchounwou et al., 2012). Purnomo and Pichler (2014) conducted previous geochemistry study of geothermal manifestations around potential geothermal areas in Java. It was found that the manifestations in active volcanoes and geothermal areas contain very high concentrations of heavy metals, especially in the geothermal area of Gunung Lawu with arsenic concentrations reached up to 9514.8 μg/L. The concentration of heavy metals in this geothermal manifestation can be a potential threat to the environment and during the geothermal development stage (Kristmannsdóttir and �rmannsson, 2003 in Kaasalainen et al., 2015). Based on the results of geochemical and geological analysis, there are 2 heavy metals found in the geothermal area of Gunung Lawu, namely arsenic (As) with the highest concentration of 2 ppm and iron (Fe) with the highest concentration of 66.07 ppm. The emergence of heavy metals is closely related to interactions between rocks and fluids namely hydrothermal alteration, topography, fluid type, and geological structure, this also influences the distribution of heavy metals. The trend distribution of arsenic is north-south, while the distribution of iron is trending east-west. Both of these heavy metals exceed the threshold concentration of each heavy metal set by WHO, where these heavy metals can affect the health andproduction process of geothermal power plants in the future, so that management awareness is needed later to treat waste in the form of water with heavy metals, thus it will not pollute the environment nearby

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shighia Ajeng Savitri
"Energi panas bumi Gunung Lawu sebesar 195 MWe dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dimana saja wilayah yang sesuai untuk lokasi power plant PLTP di Gunung Lawu dikaji dari segi keruangan. Analisis spasial dengan metode tumpang tindih overlay digunakan untuk mendapatkan hasil yang menyeluruh. Teknologi SIG dan PJ digunakan karena hemat biaya namun dapat mengkaji secara keseluruhan wilayah kerja. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi hutan, kemiringan lereng, kerapatan vegetasi, sungai, patahan, jaringan jalan, lahan terbangun, wilayah potensi panas bumi, manifestasi, dan sumur. Pengolahan data menghasilkan wilayah kesesuaian yang tersebar ke arah barat dan timur dari letak Sesar Sidoramping-Lawu dengan luas sebesar 372 hektar.

Mount Lawu has 195 MWe of geothermal energy that can be utilized as a source for power plant. This research is conducted to find suitable location for geothermal power plant. Spatial analysis used in this research to find the result thoroughly by overlaying method. GIS and remote sensing is used because it is cost effective but still can review the overall of working area. Forest, slope, vegetation density, river, faults, roads, build area, geothermal potential area, geothermal manifestation, and well are being used as variables in this research. The result showed suitable areas is 372 hectares and located spreading to the west and east part from Sidoramping Lawu faults.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68537
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alzaid Ponka
"Sistem panas bumi Gunung Lawu merupakan salah satu prospek panas bumi yang terletak di antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada tahap eksplorasi, survei geokimia merupakan salah satu survei yang harus dilakukan. Survei tersebut mencakup studi hidrogeokimia. Studi hidrogeokimia penting untuk menentukan suhu reservoir, asal usul sistem panas bumi, dan mekanisme sirkulasi fluida. Tujuan penelitian adalah menentukan karakteristik hidrogeokimia lapangan panas bumi Gunung Lawu, Jawa Tengah. Metode penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap pendahuluan meliputi studi literatur, pengumpulan data meliputi data geologi, citra satelit, dan geokimia. Selanjutnya, tahap analisis data mencakup analisis kation, anion, dan isotop pada tiap sampel air. Daerah penelitian merupakan sistem relief tinggi. Daerah penelitian mempunyai delapan manifestasi permukaan panas bumi dengan suhu manifestasi berkisar 40-58 ºC, pH 2 dan 6. Empat mata air dingin dengan suhu berkisar 15-25 ºC dan pH 7. Manifetasi permukaan panas bumi memiliki tipe air beragam, yaitu sulfat, klorida, bikarbonat, dan dilute klorida-bikarbonat. Selain itu, air dingin didominasi oleh tipe air bikarbonat. Berdasarkan analisis geoindikator, zona upflow berada di titik manifestasi LWU, sedangkan zona outflow berada di titik manifestasi PBL atau JNW. Sistem panas bumi daerah penelitian memiliki suhu reservoir sekitar 160-170 ºC dan termasuk ke dalam klasifikasi sistem entalpi tinggi. Sumber air panas bumi daerah penelitian berasal dari air meteorik (SGN 1 dan NGT) dan air campuran (PBL, BNA, dan LWU) melalui analisis isotop. Berdasarkan ciri atau aspek geologi dan geokimia, daerah penelitian termasuk ke dalam sistem geothermal play convection dominated tipe CV-1. Luaran akhir penelitian ini adalah model konseptual hidrogeokimia lapangan panas bumi Gunung Lawu.

Gunung Lawu geothermal system is one of a geothermal prospect where is located between Central and East Java. In the exploration stage, geochemistry survey must be conducted. The survey covers hydrogeochemistry study. Hydrogeochemistry study is important to determine reservoir temperature, origin of the geothermal system, and fluid recharge mechanism. The research aims to determine the hydrogeochemical characteristics of Gunung Lawu geothermal field, Central Java. The research method consists of several stages, the preliminary stage cover literature study, data collection covers geological data, satellite imagery, and geochemistry. Furthermore, data analysis covers the analysis of cations, anions, and isotope in each water sample. The research area is a high relief system. The research area has eight geothermal surface manifestations with temperatures 40-58 ºC, pH 2 and 6. Four cold water has a temperature from 15-25 ºC and pH 7. The surface manifestation has various water types are sulfate, chloride, bicarbonate, and dilute chloride-bicarbonate. Moreover, cold water is dominated by bicarbonate water types. Based on geoindicator analysis, the upflow zone is located in LWU, while the outflow zone is located in PBL or JNW. The geothermal system in the study area has a reservoir temperature of around 160-170ºC and is included in a high enthalpy system classification. The geothermal water in the study area is originated from meteoric water (SGN 1 and NGT) and mixed water (PBL, BNA, and LWU) through isotope analysis. Based on geology or geochemistry aspect, the research area include in convection dominated CV-1 type of geothermal play. The final output of this research is the hydrogeochemical model of the Gunung Lawu geothermal field.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>