Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200017 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bakowatun, Leonardo Rexano
"Perencanaan dermaga di Sei Lais perairan Sungai Musi Palembang Provinsi Sumatera Selatan, membutuhkan analisis yang tepat dan terintegrasi. Analisis yang dilakukan berupa analisis hidrologi, hidrolika dan pasang surut. Analisis hidrologi yang dilanjutkan dengan analisis hidrolika untuk saluran terbuka, akan menghasilkan nilai kedalaman dan kecepatan arus. Analisis pasang surut dilakukan untuk mengetahui Highest High Water Level HHWL dan Lowest Low Water Level LLWL. Selain itu diperoleh nilai arus pasut yang akan mempengaruhi kecepatan arus sungai. Hasil penelitian menunjukkan LLWL sebesar 4,29 m, maka agar dapat disandari General Cargo Ship dengan DWT 5000 yang memiliki draft 6,1 m perlu dilakukan pengerukan. Kedalaman rencana ditentukan sebesar 7 m dan diperoleh nilai Tide Range Tunggang Pasut sebesar 2,05 m, sehingga elevasi dermaga adalah 1 - 2 m di atas HHWL. Kecepatan arus berdasarkan periode ulang hujan 50 tahunan adalah 8 m/dtk dan arus pasut sebesar 3.13 m/dtk, maka kecepatan arus maksimum adalah 11,13 m/dtk. Pada suatu alur sungai, dermaga dibuat sejajar arah aliran arus sungai. Sehingga dengan nilai kecepatan arus tersebut, gaya maksimum yang mungkin terjadi pada dermaga akibat pergerakan kapal yang terkena arus dari arah depan/belakang adalah 101,56 kN.

Wharf planning at Sei Lais in Musi River Palembang of South Sumatra Province, requires proper analysis and integrated. The analysis was done by analysis of hydrology, hydraulics and tides. Hydrological analysis followed by analysis of open channel hydraulics, will generate the value of the depth and flow velocity. Tidal analysis was conducted to determine Highest High Water Level HHWL and Lowest Low Water Level LLWL. Additionally obtained value of tidal current that will affect the velocity of the stream. The results showed Lowest Low Water Level LLWL is 4.29 m, so as to be able for General Cargo Ship with 5000 DWT which has a draft of 6.1 m to be berth, necessary dredging. The depth of the plan is set at 7 m and Tide Range values is 2.05 m, so that the elevation of the pier is 1 2 m above HHWL. The flow velocity based on a return period of 50 annual rainfall is 8 m sec and tidal current of 3.13 m sec, then the maximum velocity is 11.13 m sec. On a river channel, the dock is made parallel to the direction of flow of the stream. So with the value of the velocity, maximum force that may occur in the dock due to ship movements affected the flow from bow rear is 101.56 kN."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66432
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aries Syafrizal
"Makhluk hidup termasuk manusia membutuhkan air sebagai sumber kehidupan. Air digunakan oleh manusia untuk metabolisme tubuh, keperluan rumah tangga dan kegiatan yang mendukung kehidupannya (Enger dan Smith, 2000). Mengingat pentingnya fungsi air bagi manusia, tersedianya air baik secara kualitas maupun kuantitas harus dipelihara untuk menjamin kehidupan sekarang dari masa datang. Selain sebagai sumber kehidupan, air adalah sumberdaya alam terbarukan (Salim, 1993). Tersedianya air di dunia menurut Kodoatic et al. (2002) adalah dalam bentuk air asin, air tawar dan air dalam bentuk lain. Jumlah keseluruhan air di dunia sebesar 1.385.984.610 Km3 yang terdiri atas air laut 1.338.000.000 Km3 (96,53%), air tawar 35.029.210 Km3 (2,53%), dan air dalam bentuk Iain 47.984.610 Km3 (3,47%). Dilihat dari persentase potensi air di dunia, tersedianya air tawar paling sedikit jumlahnya tetapi dibutuhkan oleh mahluk hidup yang paling besar.
Kebutuhan air tawar di dunia untuk air baku air minum di dapat dari air hujan, dan sumber-sumber air seperti mata air, Sungai, rawa, danau, dan lain-lain. Pengambilan air baku Kota Palembang sebagaian besar dari Sungai Musi dan anak sungainya. Pengambilan air tawar dari sumur dalam atau air tanah dalam saat kemarau tidak dapat dilakukan, karena Formasi lapisan tanah di wilayah Palembang berupa lapisan alluvial, sehingga air tanah dalam tidak tersedia. Tersedianya air baku dari Sungai Musi secara kuantitas terpenuhi sepanjang tahun, tetapi secara kualitas menjadi masalah saat terjadi pasang surut. Permasalahan yang harus diteliti mengingat masyarakat tergantung sekali pada air baku Sungai Musi adalah pengaruh pasang surut pada penurunan kualitas air baku yang berimplikasi pada pengolahan air minum. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh pasang surut pada kualitas air baku. Jika terdapat pengaruh pasang surut pada kualitas air baku, diajukan hipotesis lanjutan yaitu terdapat pengaruh pasang surut pada kualitas air minum.
Metode penelitian pengaruh pasang surut pada kualitas air baku dan air minum yang digunakan adalah deskriptif analitik. Pembuktian hipotesis parameter kualitas air menggunakan uji statistik. Uji statistik yang di gunakan adalah T-Test karena data kualitas air yang digunakan bersifat rasio dan jumlah sampel kurang dari 30 (Sugiyono, 1999). Pemilihan sampel dengan metode pertimbangan (purposive) untuk menentukan waktu dan tempat pengambilan sampel (Sudjana, 1996). Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random). Pengolahan data menggunakan alat bantu program microsoft excel dan uji statistik dengan alat bantu program SPSS.
Hasil penelitian memperlihatkan terdapat pengaruh pasang surut pada kualitas air baku yang didasarkan pada baku mutu menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Paramater yang mengalami perubahan sehingga melampaui baku mutu antara lain adalah pH, TSS, BOD, COD, DO, Posfat, NH3-N, H2S, Sulfat dan Total Coliform. Hasil uji statistik membuktikan hanya terdapat satu parameter yang menerima Ho yaitu parameter TDS, sisanya menolak Hipotesis Nol (Ho) dengan tingkat kepentingan antara 0,00 sampai 0,05. Untuk perubahan kualitas air minum akibat pasang surut, parameter yang mengalami perubahan didasarkan pada baku mutu menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002 tentang Persyaratan Air Minum antara lain adalah pH, kekeruhan dan khlorida. Hasil uji statistik memperlihatkan hanya parameter khlorida yang menolak 1-10 dengan tingkat kepentingan 0,00. Tingkat kekeliruan (a) yang di gunakan dalam uji hipotesis adalah 0,05 atau terjadi 5 kesalahan dalam 100 sampel.
Perubahan kualitas air baku akibat pasang surut akan mengalami peningkatan oleh beberapa faktor antara lain adalah faktor gejala alam dan Faktor degradasi lingkungan. Faktor gejala alam disebabkan kemarau panjang seperti El-Nino atau tingginya curah hujan seperti La-Nina, sedangkan faktor degradasi lingkungan disebabkan deforestrasi daerah aliran sungai (DAS) dan pencemaran limbah domestik dan industri. Faktor gejala alam tidak dapat dikendalikan tetapi faktor degradasi lingkungan dapat dikelola untuk mengurangi dampak pasang surut yang terjadi.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh pasang surut di kualitas air baku dan air minum. Perubahan kualitas air baku selain membahayakan manusia jika memanfaatkan air baku sebagai air minum tanpa proses pengolahan, juga berimplikasi pada proses pengolahan air minum PDAM Tirta Musi. lmplikasi yang terjadi antara lain adalah kerusakan bangunan akibat pH yang rendah, implikasi proses pengolahan air minum dan implikasi pada biaya proses pengolahan.
Untuk mengatasi permasalahan kualitas air baku yang disebabkan pasang Surut, pemerintah disarankan memperbaiki dan menyelaraskan peraturan yang berlaku. Untuk mengurangi degradasi Iingkungan yang mengakibatkan peningkatan perubahan kualitas air baku oleh pasang surut, pemerintah disarankan menerapkan sistem pengelolaan sungai terpadu. Untuk pihak PDAM Tina Musi, perbaikan proses dan penambahan proses pengolahan air minum harus memperhatikan periode dan pengaruh pasang surut. Pertimbangan pemilihan proses pengolahan air minum yang digunakan selain mempertimbangkan faktor teknis dan ekonomis, juga harus mempertimbangkan faktor lingkungan Masyarakat yang mengambil air baku untuk air minum disarankan untuk memperhatikan periode pasang surut dan melakukan proses pengolahan air minum sebelum memanfaatkanya."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13373
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Asih Putrina Taim
"Daerah Aliran Sungai Musi dan Sungai Batanghari Sebagai Pusat Perkembangan Peradaban Masa Hindu-Buddha Abad ke 4 hingga ke-13 M di Sumatera Bagian Selatan. Sungai Musi dan Sungai Batanghari adalah dua aliran sungai besar dan dominan di wilayah Sumatera Bagian Selatan, berbagai aspek kehidupan di wilayah ini amat dipengaruhi dan bergantung pada keberadaan kedua sungai ini. Pentingnya kedua sungai ini sejak masa lalu. terlihat dari begitu padatnya temuan arkeologis terutama masa Hindu Buddha di sepanjang kedua daerah aliran sungai. Disertasi ini merupakan hasil penelitian untuk mengetahui dan mengidentifikasi kawasan kebudayaan di Daerah aliran Sungai Musi dan Batanghari pada awal keberadaan tinggalan budaya Hindu Buddha hingga abad ke- 13 Masehi. Metode yang digunakan adalah secara kwalitatif melihat sebaran temuan dan karakteristik situs serta kronologinya. Melalui konsep landskap dan keruangan serta penafsiran (post prosessual archaeology) dapat diketahui persebaran dan perkembangannya sejak abad ke-4 M hingga abad ke-13 M. Dengan demikian dapat diketahui pemanfaatan lingkungan DAS oleh masyarakat masa lalu dalam berbagai aspek kepentingan baik ekonomi maupun keagamaan pada abad ke- 4 hingga ke- 13 Masehi. Hasil penting yang didapat dari penelitian ini adalah perkembangan permukiman situs arkeologi di sepanjang DAS Musi dan Batanghari pada abad ke-4 M hingga 13 M, kondisi alam (sungai) yang juga berpengaruh dengan keberadaan situs, dan kesatuan budaya masa Hindu Buddha di DAS Musi dan Batanghari. 

The Basin of Musi and Batanghari River as the Center for the Development of Hindu-Buddhist Civilization in 4th to 13th Century AD in Southern Sumatra. The Musi River and the Batanghari River are the two major and dominant rivers in the South Sumatra region, various aspects of life in this region are strongly influenced and depend on the existence of these two rivers. The importance of these two rivers since the past. it can be seen from the dense archeological findings, especially the Hindu Buddhist period along both watersheds. This dissertation is the result of research to identify and identify cultural areas in the Musi and Batanghari watersheds at the beginning of the existence of the Hindu Buddhist cultural heritage until the 13th century AD. The method used is qualitative and quantitative looking at the distribution of findings and characteristics of the site and its chronology. Through the concept of landscape and spatial as well as interpretation (post prosessual archeology) the distribution and development can be seen from the 4th century AD to the 13th century AD Thus it can be seen the use of the watershed environment by past communities in various aspects of economic, and religious interests in 4th century to 13th AD. Important results obtained from this study are the development of archeological site settlements along the Musi and Batanghari watersheds in the 4th century AD to 13 AD, natural conditions (rivers) which also affect the existence of the site, and cultural unity of the Hindu Buddhist period in the Musi River Basin and Batanghari. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Batubara, Geothani Harapan Putera
"Pencemaran mikroplastik di seluruh bagian lautan telah menjadi masalah global. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah dan bentuk mikroplastik yang terdapat pada ikan teri (Stolephorus indicus) dan ikan gulamo (Johnius belangerii) di perairan Muara Sungai Musi, Sumatera Selatan, Indonesia. Penelitian ini terdiri dari empat stasiun: 12 sampel ikan teri dan ikan gulamo diambil dari setiap stasiun melalui hasil tengkapan nelayan dengan menggunakan jaring. Untuk degradasi bahan organik dan deteksi partikel mikrolastik, baik yang berada di ikan teri dan ikan gulamo (pada bagian insang dan pencernaan) dilakukan dengan menggunakan hidrogen peroksida, kemudian dilakukan penambahan NaCl untuk memisahkan bahan organik dari mikroplastik sehingga dapat dilihat lebih jelas. Hasil penelitian menunjukkan adanya 3 jenis partikel mikrolastik yang ditemukan pada ikan teri dan ikan gulamo; fiber, merupakan jenis yang paling banyak ditemukan (91.54% pada ikan teri; 97.87% pada ikan gulamo), kemudian film (5.03% pada ikan teri dan 1,6% pada ikan gulamo), dan fragmen (3,43% pada ikan teri dan 0,53% pada ikan gulamo). Kelimpahan mikroplastik terbesar pada ikan teri ditemukan di stasiun 4 dengan 141±6,42 partikel/ind dan 828 partikel/g. stasiun 4 juga menjadi tempat dimana ditemukan kelimpahan mikroplastik terbesar pada ikan gulamo dengan jumlah 422±6.03 partikel/ind dan 111 mikroplastik/g. Analisis statistk deskriptif dilakukan dengan menggunakan uji Spearmanndan uji Kruskal – Wallis. Hasil Uji Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan antara kelimpahan mikroplastik pada ikan teri dengan massa tubuh, sedangkan pada gulamo ditemukan adanya hubungan kelimpahan mikroplastik terhadap berat badan dengan sifat berbanding lurus. Hasil Uji Kruskall-Wallis menunjukkan tidak adanya perbedaan jumlah partikel mikroplastik yang signifikan pada ikan teri, sedangkan gulamo memiliki perbedaan yang signifikan pada jumlah partikel mikroplastik.

Microplastic pollution in all parts of the ocean has become a global problem; therefore, we aimed to determine the amount and form of microplastics found in anchovies (Stolephorus indicus) and Gulamo (Johnius belangerii) in the mouth of the Musi River, South Sumatra, Indonesia. This study consisted of four stations: 12 anchovy and gulamo samples were collected from fishermen catches using fishing nets. To degrade organic matter and enable detection of microplastic particles, both anchovy and gulamo gastrointestinal contents and gills were subjected to hydrogen peroxide digestion, followed by the addition of NaCl to separate the organic matter from microplastics so can be see more clearly. There were 3 types of microplastics were found in anchovies and gulamos: fiber, the most common type (91,54% in anchovies; 97,87% in gulamos), followed by films (5,03% in anchovies; 1,6% in gulamos) and fragments (3,43% in anchovies; 0,53% in gulamos). In anchovies, the greatest abundance of microplastics was observed at station 4 with 141±6.42 particles/individual and 828 particles/g. In Gulamo, a large abundance of microplastics was found at station 4 with 422±6.03 particles/individual and 111 microplastics/g. Descriptive statistical analysis was performed using withe Spearman test and the Kruskal-Wallis test. The Spearmaan test showed no correlation between anchovy and body mass, whereas in gulamo, the correlation to body weight was directly proportional. The Kruskall-Wallis test showed no significant difference in the number of microplastic particles in anchovies, whereas the gulamo had a significant difference"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrayadi Nawawi
"Pesatnya pertumbuhan pembangunan perkotaan telah membawa implikasi makin terbebaninya kondisi lingkungan perkotaan. Meningkatnya laju migrasi penduduk yang mengarah ke kawasan perkotaan disebabkan kurang meratanya pembangunan antara kota dan desa di mana sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat lebih banyak terdapat di perkotaan. Lahan pekerjaan yang menjanjikan lebih tersedia di perkotaan. Banyaknya penduduk yang masuk dan menetap diperkotaan mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara penyediaan kebutuhan prasarana kota dengan kebutuhan penduduk.
Menurut data yang dikemukakan dalam RT/RW Palembang 1999-2009 menyebutkan bahwa dari total luas Kota Palembang yaitu 40.061 ha, dengan total luas daratan 38.253 ha dan luas perairan 1.808 ha. Kawasan daratan yang diperuntukkan sebagai kawasan budi daya pada tahun 1998 seluas 33.688 ha, sementara kawasan lindung yang ditetapkan seluas 485 ha. Pada tahun 1999 kawasan budi daya bertambah menjadi 37768 ha, sementara kawasan lindung masih dengan luasan yang sama, yaitu 485 ha. Luas kawasan yang diperuntukan sebagai lahan perumahan seluas 15522 ha. Saat ini lahan yang diperuntukan sebagai lahan perumahan baru mencapai 25% dari total kawasan peruntukannya.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian: belum optimalnya pemanfaatan lahan untuk perumahan di kota Palembang. Selanjutnya pertanyaan penelitian di kemukakan sebagai berikut:
Faktor-faktor apakah yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan perumahan di Kota Palembang?
Bagaimana prediksi tekanan pertumbuhan penduduk terhadap ketersediaan lahan untuk perumahan?
Bagaimana model dinamik yang menggambarkan rencana tata ruang Kota Palembang yang didasarkan pada pertumbuhan penduduk dan keterbatasan sumberdaya lahan perumahan?
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1. Mengetahui faktor-faktor apakah yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan untuk perumahan di Kota Palembang
2. Mengetahui prediksi pemanfaatan lahan untuk perumahan diKota Palembang
3. Membuat model Pemanfaatan lahan untuk perumahan di Palembang
Untuk mencapai tujuan tersebut, metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan metode ex post facto dan metode survey. Penelitian ini bersifat deskriptif, yang menggambarkan pertumbuhan penduduk dan unit perumahan di Kota Palembang. Pendekatan analisis yang digunakan disamping pendekatan deskriptif dan analisis spacial juga dilakukan pendekatan dengan model sistem dinamik, menggunakan software Powersim Versi 2.5. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pendekatan analisis yang dilakukan untuk pemecahan masalah digunakan pendekatan secara deskriptif berdasarkan output simulasi model. Pendekatan analisis ini dilakukan untuk melihat prediksi pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan unit perumahan di Kota Palembang. Model yang dihasilkan disimulasikan selama kurun waktu 50 tahun simulasi yaitu 1997-2047.
Berdasarkan simulasi model yang dibangun, daya dukung kola Palembang yang dapat menampung unit perumahan yang dibangun akan mencapai puncaknya pada tahun ke 37 (2033),
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
- Faktor-faktor yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan di Kota Palembang diantaranya adalah faktor ekonomi, transportasi, karateristik lahan dan fear of crime.
- Lahan yang diperuntukan sebagai kawasan perumahan di Kota Palembang masih dapat mengimbangi laju pertumbuhan penduduk sampai dengan tahun 2033 (tahun ke 37).
- Lahan dimaksud sudah termasuk lahan rawa yang diperuntukkan sebagai kawasan perumahan.
Pendekatan model dinamika sistem dapat mengakomodasi dan membantu dalam menganalisis kebijakan pemanfaatan lahan perumahan yang termasuk dalam perencanaan tata ruang Kota Palembang.

The rapid growth of urban development has led to implication of burden on environmental condition. The increase of civilian migration to urban region is caused by the unbalanced development between urban and rural area. The great number of people migrating living in urban area results in the imbalance of infrastructure availability and civilian necessity.
According to the mentioned data in The regional city planning (RTRW) in 1994-2004, the total area of Palembang city is 40. 061 acre. The total area of mainland is 38.253 acres, while the total area of sea is 1.808 acres. The total area that is used for preservation in 1998 as wide as 33.688 acres, while the conservation that was determined is 485 acres. The preservation area in 1999 increased to 37768 acre, while the conservation is still the same.
The total area of open space is located at non-profitable area economically. The dependence of inhabitants on the area whose sufficient economic instrument causes the land use for housing not optimum.
Based on the description that was mentioned above, the writer formulates problems as follows:
- What factors that influence the land use for housing in Palembang city?
- How is prediction the increase of population and land availability for housing?
- Is that an existing dynamic model that describes the regional city planning in Palembang city, which is based on the increase of population and the limited resources for housing?
The aim of this research is the optimum of land use for housing to achieve this aim, the researcher uses the qualitative and quantitative approach with the ex post-facto and survey method. The character of this research is descriptive method, which describes the growth of population and housing unit in Palembang city.
Besides the descriptive method, which is based on output simulation model, the researcher also applies the dynamic system model using the powersim software version 2.5. The data used this study is: primary and secondary data.
This analysis conducted to predict the increase of population and the growth of housing unit in Palembang city. The result of this model was simulated as long as fifty years from 1996-2033.
According model simulation, the carrying capacity of Palembang city that can accommodate the housing unit will reach the peak in 2033.
Based pn explanation above, the researcher draws the conclusion as follows:
1. Factors that influence land use in Palembang city are economy, transportation, Land characterization and fear of crime.
2. The natural population growth and movement or urbanization influenced the increase of population.
3. The model of dynamic system enables to direct policy of land use for housing, which is based on the increase of population growth.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Yasir
"Kawasan tepian Sungai Musi pernah berjaya sebagai cikal bakal pertumbuhan kota Palembang. Dahulu kawasan ini pernah menjadi pusat kegiatan pemerintahan, ekonomi, sosial dan budaya masyarakat kota Palembang. Kini sinarnya mulai redup semakin tenggelam oleh sinar kawasan lain dan secara perlahan kehilangan daya tariknya. Mutu lingkung-bangun dan kehidupannya mulai turun, penduduknya pun mulai meninggalkan kawasan ini. Oleh karena itu kawasan ini perlu dikembangkan kembali (Redevelopment) agar kawasan kembali menjadi pusat perdagangan di kota Palembang sekaligus mengembalikan citra kawasan sebagai Kawasan tepian sungai (River Side)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16966
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
K.N. Sofyan Hasan
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1987
TA3970
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Supli Effendi Rahim
1999
LP 19 (4) 1999
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Badan Riset Kelautan dan Perikanan, 2006
639.2 JEN (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Badan Riset Kelautan dan Perikanan, 2006
639.2 JEN (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>