Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156873 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Donny Muhamad Faisal
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas lamun kerapatan, frekuensi, tutupan, indeks nilai penting, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan biomassa spesies lamun , kelimpahan sampah plastik dan pengaruh luasan sampah plastik terhadap lamun tutupan lamun; biomassa lamun; kerapatan lamun; dan below ground biomassa lamun di padang lamun Pulau Pari. Metode yang digunakan yaitu metode kuadrat garis kuadrat line transek . Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu ditemukan sebanyak 6 spesies lamun di 6 stasiun yaitu Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Halodule uninervis, Thalassia hemprichii, dan Syringodium isoetifolium. Kerapatan tertinggi diperoleh lamun spesies Thalassia hemprichii di Stasiun I 6900 individu/m2 dan terendah diperoleh lamun spesies Enhalus acoroides di Stasiun III 12 individu/m2 . Frekuensi tertinggi diperoleh lamun spesies Thalassia hemprichii di Stasiun III 86,36 dan terendah diperoleh lamun spesies Syringodium isoetifolium di Stasiun I 1,43 . Tutupan spesies lamun tertinggi diperoleh spesies Thalassia hemprichii di Stasiun III 82,55 dan terendah diperoleh spesies Halophila ovalis 6,12 . Lamun spesies Thalassia hemprichii memiliki Indeks Nilai Penting tertinggi dengan kisaran nilai 83,57 sampai 268,34 dan rata-rata 162,51. Indeks keanekaragaman tertinggi diperoleh di Stasiun I dengan nilai 0,99 dan terendah diperoleh di Stasiun III dengan 0,15. Indeks keseragaman tertinggi diperoleh di Stasiun VI dengan nilai 0,80 dan terendah di Stasiun III dengan nilai 0,22. Biomassa terbesar diperoleh lamun spesies Thalassia hemprichii di Stasiun I 13.143,8 gr berat kering/m2 dan biomassa terendah diperoleh lamun spesies Halophila ovalis di Stasiun I 13.143,8 gr berat kering/m2 . Struktur sampah yang ditemukan sebanyak 9 jenis dengan nilai tertinggi 68,5 yaitu berbahan baku plastik. Hasil uji Pearson menunjukkan bahwa luas sampah plastik tidak mempunyai pengaruh terhadap lamun tutupan lamun; biomassa lamun; kerapatan lamun; dan below ground biomassa lamun.

This study aims to determine the structure of seagrass communities density, frequency, percent cover, index of important value, index of diversity, index of uniformity and biomass of seagrass species , abundance of plastic waste and the effect of plastic waste to the seagrass seagrass cover biomass seagrass density of seagrass and below ground biomass of seagrass in seagrass Pari Island. The method is line transect.The results found six species of seagrasses in 6 stations namely Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Halodule uninervis, Thalassia hemprichii and Syringodium isoetifolium. Obtained the highest density of seagrass species Thalassia hemprichii in Station I 6900 individu m2 and the lowest obtained Enhalus acoroides seagrass species at Station III 12 individu m2 . Highest frequency obtained seagrass species Thalassia hemprichii in Station III 86.36 and the lowest obtained Syringodium isoetifolium seagrass species at Station I 1.43 . Percent cover species of seagrass species Thalassia hemprichii highest obtained at Station III 82.55 and the lowest species of Halophila ovalis obtained 6.12 . Seagrass species Thalassia hemprichii had the highest importance value index in the range of 83.57 to 268.34 and 162.51 average. Highest diversity index obtained at Station I with 0.99 and the lowest value obtained at Station III with 0.15. Highest uniformity index obtained at Station VI with a score of 0.80 and the lowest at Station III with a value of 0.22. Structure rubbish found 9 species with the highest value 68.5 which mainly consist of plastic. Pearson 39 s test results show that the area of plastic waste has no effect on seagrass seagrass percent cover biomass total of seagrass seagrass density, and below ground biomass of seagrass."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T47043
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christon
"Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan analisis kesesuaian kawasan dalam rangka pengembangan pengelolaan pariwisata padang lamun di Pulau Pari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat jenis lamun yang ditemukan. Tutupan dan kerapatan lamun di Pantai Bintang, Kresek, dan Pasir Perawan masing-masing yaitu 59,83 dan 76 individu/m2, 47,56 dan 54 individu/m2, dan 16,61 dan 9 individu/m2. Indeks keanekaragaman padang lamun di Pulau Pari termasuk pada kategori sedang. Daya dukung lingkungan untuk obyek wisata padang lamun di Pulau Pari pada komponen ekologi yaitu 94 pengunjung/hari di Pantai Bintang, 59 pengunjung/hari di Pantai Kresek, dan 58 pengunjung/hari di Pantai Pasir Perawan. Komponen sosial masyarakat menyatakan menerima kedatangan wisatawan, namun wisatawan yang berkunjung menyatakan kurang puas. Selain itu, komponen ekonomi kegiatan pariwisata meningkatkan pendapatan masyarakat. Indeks Kesesuaian Wisata Pantai Bintang, Kresek, dan Pasir Perawan masing-masing yaitu sebesar 91,35 86,54 , dan 67,31 . Padang lamun belum dikelola karena rendahnya pemahaman masyarakat mengenai peran padang lamun.

This research was conducted using suitability analysis method on management of seagrass tourism development in Pari Island. The result showed that there is four seagrass species were found. Seagrass rsquo coverage and density at Bintang, Kresek, and Pasir Perawan Beach were recorded as 59.83 and 76 ind m2, 47.56 and 54 ind m2, and 16.61 and 9 ind m2 respectively. Diversity index of seagrass in Pari Island was 1,199, categorized as moderate condition. The carrying capacity for seagrass as tourism object in Pari Island in ecological aspect were 94 tourists day for Bintang Beach, 59 tourists day for Kresek Beach, and 58 tourists day for Pasir Perawan Beach. Based on social aspect, local people of Pari Island were mostly welcome the tourists, however the tourists were not really satisfied with the tourism objects. In economic aspect, tourism activities increase local peoples rsquo income. Suitability index for Bintang Beach, Kresek Beach, and Pasir Perawan Beach were 91.35 , 86.54 , and 67.31 , respectively. It was found that seagrass beds have not been managed due to low understanding of the role of seagrass."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitrian Anggraini
"Telah dilakukan penelitian tentang Dinoflagellata Epifitik pada Lamun Enhalus acoroides di rataan terumbu Pulau Pari, Kepulauan Seribu pada Bulan April 2012. Penelitian dilakukan dengan mengoleksi daun lamun Enhalus acoroides dari rataan terumbu, kemudian dilakukan pengocokan dan penyaringan dengan saringan bertingkat (125µm dan 20µm). Dinoflagellata epifitik yang ditemukan berjumlah 8 jenis, yaitu Gambierdiscus toxicus, Ostreopsis lenticularis, O. ovata, O. siamensis, Prorocentrum concavum, P. emarginatum, P. lima, dan P. rhathymum. Enam dari jenis yang ditemukan merupakan Dinoflagellata epifitik yang berpotensi menyebabkan ciguatera. Kepadatan tertinggi Dinoflagellata epifitik terdapat pada stasiun 8 (577 sel/cm2) yang terletak pada bagian selatan pulau, sedangkan kepadatan terendah terdapat pada stasiun 1 (22 sel/cm2) yang terletak pada bagian barat pulau. Berdasarkan uji korelasi Spearman, parameter lingkungan perairan yang memengaruhi kepadatan Dinoflagellata epifitik saat penelitian adalah kecepatan arus dan oksigen terlarut (DO).

Research on epiphytic Dinoflagellates on seagrass Enhalus acoroides had already conducted in Pari Island waters, Seribu Islands on April 2012. Research was carried out by collecting Enhalus acoroides leaves, which were shaken vigorously and the seawater filtered through a series of sieves (125µm and 20µm). Eight epiphytic Dinoflagellates were found, they were Gambierdiscus toxicus, Ostreopsis lenticularis, O. ovata, O. siamensis, Prorocentrum concavum, P. emarginatum, P. lima, and P. rhathymum. Six of the spesies found were epiphytic Dinoflagellates that potentially caused ciguatera. The highest density value of epiphytic Dinoflagellates was found at station 8 (577 sel/cm2) which located on the southern part of island and the lowest was at station 1 (22 sel/cm2) which located on the western part of island. Based on Spearman corellation test, the environmental factors which influenced the abundance of epiphytic Dinoflagellates at sampling time were current velocity and dissolved oxygen (DO)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44432
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Manuela Bernasty
"Pulau Tidung di Kepulauan Seribu memiliki ekosistem beragam salah satunya padang lamun. Keberagaman ini membuat Pulau Tidung banyak dimanfaatkan menjadi tempat penelitian dan destinasi wisata unggulan. Hal tersebut dapat mempengaruhi struktur komunitas biota laut seperti gastropoda di padang lamun. Penelitian bertujuan untuk menganalisis perubahan struktur komunitas gastropoda, membandingkannya dengan keadaan Maret 2022, serta menganalisis korelasi jenis partikel dan jumlah karbon sedimen terhadap kepadatan gastropoda. Penelitian ini menggunakan metode kuadran berukuran 1 x 1 m dengan bantuan transek. Struktur komunitas mengalami peningkatan dilihat dari kepadatan dan keanekaragamannya. Kepadatan tahun 2022 sebesar 2,5 ind/m2 dan 4,29 ind/m2 pada tahun 2023. Keanekaragaman pada tahun 2022 sebesar 1,92 dan meningkat menjadi 2,31 pada tahun 2023. Sementara itu, indeks lain seperti kemerataan, dominansi, dan distribusi relatif sama. Kemerataan di tahun 2022 sebesar 0,58 dan 0,61 pada 2023. Dominansi pada tahun 2022 sebesar 0,21 dan sebesar 0,14 pada tahun 2023. Distribusi untuk setiap individu gastropoda cenderung sama yaitu berkelompok dan seragam. Berdasarkan nilai similaritas, kesamaan komposisi gastropoda pada tahun 2022 dan 2023 sebesar 0,64. Gastropoda dipengaruhi pula oleh jenis partikel dimana berkorelasi positif dengan pasir sebesar 0,46 pada tahun 2022 dan 0,44 pada tahun 2023. Korelasi gastropoda dengan butiran berkorelasi secara negatif sebesar -0,74 pada tahun 2022 dan -0,39 pada tahun 2023. Korelasi dengan lumpur juga merupakan korelasi negative sebesar -0,42 pada tahun 2022 dan -0,43 di tahun 2023. Selain itu, persentase karbon juga mempengaruhi keberadaan gastropoda secara positif sebesar 0,47 pada tahun 2022 dan 0,81 tahun 2023.

Tidung Island in the Thousand Islands has a variety of ecosystems, one of which is seagrass beds. This diversity has made Tidung Island widely used as a research site and a leading tourist destination. It can affect the community structure of marine biota, such as gastropods in seagrass beds. The research aims to analyze changes in the gastropod community structure, compare it to the situation in March 2022, and analyze the correlation of the type of particles and the amount of carbon sediment to the density of gastropods. This study used the quadrant method measuring 1 x 1 m with the help of transects. The community structure has increased in terms of density and diversity. The density in 2022 is 2,5 ind/m2 and 4,29 ind/m2 in 2023. The diversity indices in 2022 are 1,92 and increased to 2,31 in 2023. Other indices, such as evenness, dominance, and distribution, are relatively the same. Evenness in 2022 is 0,58 and 0,61 in 2023. The dominance indices in 2022 are 0,21 and 0,14 in 2023. The distribution indices for each gastropod tend to be the same, as a group and uniform. Based on the similarity value, the similarity of gastropod composition in 2022 and 2023 is 0,64. Gastropods are also affected by the type of particles which has a positive correlation with sand of 0,46 in 2022 and 0,44 in 2023. The correlation of gastropods with grains has a negative correlation of -0,74 in 2022 and -0,39 in 2023. The correlation with mud is also a has a negative correlation of -0,42 in 2022 and -0,43 in 2023. In addition, the percentage of carbon also positively influences the presence of gastropods by 0,47 in 2022 and 0.81 in 2023."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanungkalit, Vallerie Carina
"Pulau Tidung merupakan bagian dari Kepulauan Seribu yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan sehingga masyarakat memiliki intensitas kegiatan yang tinggi. Semenjak berakhirnya pandemi covid-19 pada tahun 2023, aktivitas masyarakat yang sebelumnya sangat dibatasi kembali menjadi normal. Perbedaan intensitas kegiatan masyarakat pada tahun 2022 dan 2023 dikhawatirkan mempengaruhi struktur komunitas bivalvia pada area padang lamun Pulau Tidung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan struktur komunitas bivalvia serta korelasi bivalvia dengan partikel sedimen dan karbon organik pada ekosistem padang lamun di pesisir Pulau Tidung bulan Maret 2022 dengan bulan Maret 2023. Bivalvia dapat dijadikan bioindikator perairan. Pengambilan data bivalvia dilakukan dengan metode menggunakan kuadran dan transek 1 x 1 m. Dari hasil penelitian, pada tahun 2022 ditemukan 10 famili, 18 spesies dan 111 individu bivalvia dan pada tahun 2023 ditemukan 11 famili, 25 spesies, 207 individu. Struktur komunitas antara tahun 2022 dan 2023 tidak mengalami perbedaan yang jauh. Nilai rata-rata indeks keanekaragaman Shanon-Wienner pada tahun 2022 yaitu 2,04 dan tahun 2023 yaitu 2,70. Nilai indeks kemerataan tahun 2022 dan 2023 kurang stabil dengan nilai 0,61 dan 0,69. Tetapi, nilai dominansi yang didapat juga rendah yaitu pada tahun 2022 0,11 dan 0,15 pada tahun 2023. Ditinjau dari nilai distribusinya, kelompok spesies lebih banyak berdistribusi secara seragam dan berkelompok. Hanya satu spesies yang berdistribusi secara acak. Similaritas antar tahun bernilai 0,61 dan termasuk dalam kategori tinggi. Sebagai hewan filter feeder, sedimen merupakan tempat bivalvia hidup dan mencari makan. Kepulauan seribu didominansi oleh sedimen lumpur yang didalamnya termasuk fine sand, slit, dan clay. Ketika dikorelasikan antara kepadatan bivalvia dengan komposisi sedimen lumpur, hasil yang didapat yaitu 0,62 pada tahun 2022 dan 0,80 pada tahun 2023. Tetapi, ketika dikorelasikan antara kepadatan bivalvia dengan persentase karbon organik, hasil yang didapat pada tahun 2022 dan 2023 yaitu kepadatan bivalvia tidak berkolerasi dengan komposisi sedimen. Faktor lingkungan Pulau Tidung seperti suhu, pH, salinitas, arus, dan kedalaman juga masih toleran untuk kehidupan komunitas bivalvia. Hanya saja pada tahun 2023 terjadi penurunan pH dan salinitas dikarenakan curah hujan yang tinggi.

Tidung Island is part of the Thousand Islands which is the most visited by tourists so the community has a high activity intensity. Since the end of the covid-19 pandemic in 2023, community activities that were previously very limited have returned to normal. The difference in the intensity of community activities in 2022 and 2023 is feared to affect the structure of the bivalve community in the seagrass meadow area of Tidung Island. This study aims to analyze the comparison of bivalve community structure and the correlation of bivalves with sediment particles and organic carbon in seagrass ecosystems on the coast of Tidung Island in March 2022 and March 2023. Bivalves are filter feeders and can be used as aquatic bioindicators. Data collection for bivalves was carried out using a 1 x 1 m quadrant and transect method. From the research results in 2022, 10 families, 18 species, and 111 individuals of bivalves were found and in 2023 found 11 families, 25 species, and 207 individuals. The community structure between 2022 and 2023 will not experience much difference. The average value of the Shannon-Wienner diversity index in 2022 is 2.04 and in 2023 is 2.70. The evenness index values in 2022 and 2023 are less stable with values of 0.61 and 0.69. However, the dominance values obtained are also low, namely in 2022 0.11 and 0.15 in 2023. Judging from the value of the distribution, the species group is distributed more uniformly and in groups. Only one species is randomly distributed. The similarity between 2022 and 2023 is 0.61 and included in the high category. As filter feeder animals, sediment is a place for bivalves to live and as feeding ground. The Thousand Islands are dominated by silt sediments which include fine sand, slit, and clay. When the bivalve density is correlated with the composition of silt sediments, the results obtained are 0.62 in 2022 and 0.80 in 2023. However, when the bivalve density is correlated with the percentage of organic carbon, the results obtained in 2022 and 2023 are the density of bivalves are not correlated with sediment composition. Environmental factors on Tidung Island such as temperature, pH, salinity, currents, and depth are also tolerant for bivalve community life. But, in 2023 pH and salinity decreased due to high rainfall.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Trisnawati
"Penelitian mengenai struktur komunitas meiofauna di substrat padang lamun Pulau Pari, Kepulauan Seribu telah dilakukan pada bulan November tahun 2011. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara struktur komunitas meiofauna interstisial dengan substrat padang lamun yang berbeda. Sampel diambil secara purposive random sampling pada 2 stasiun, 15 titik di padang lamun bagian utara dan barat daya Pulau Pari. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 8 takson yang berasal 6 filum yakni Nemathelminthes, Annelida, Platyhelminthes, Arthropoda, Protozoa dan Gnathostomulida. Kelimpahan jenis meiofauna interstisial berkisar antara 109.000 -- 194.000 individu / m2. Kelimpahan tertinggi dimiliki oleh kelompok Nematoda jenis Daptonema sp. sedangkan terendah ada pada kelompok Foraminifera. Komposisi butiran sedimen memengaruhi komposisi kehadiran jenis meiofauna yang hidup di antara rongga interstisialnya. Berdasarkan data parameter abiotiknya, padang lamun Pulau Pari memiliki kondisi lingkungan yang sesuai untuk kehidupan meiofauna.

Research on the community structure of the interstitial meiofauna in substrate of seagrass bed in Pari Island was conducted on November 2011. The objective of this study was to determine the relationship between interstitial meiofauna community structure and the different substrate of different sea grass community. Samples were taken by purposive random sampling methods in 2 stations, 15 sites in north side and south west side seagrass bed in Pari Island. The identification on the interstitial meiofauna obtained 8 taxons from 6 phyla, they are Nemathelminthes, Annelida, Platyhelminthes, Arthropoda, Protozoa and Gnathostomulida. The abundance of the interstitial meiofauna was between 109.000 - 194.000 individual/m2. The highest abundance belonged to the group of nematode class Daptonema sp. while the lowest belonged to the group of Foraminifera. The grain size composition influences the composition of meiofauna who lived in the interstitial space of its substrates. Based on abiotic parameters data, the waters of Pari Island still have the appropriate environmental condition for the optimal growth of meiofauna."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1323
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ranti Ayunda
"Telah dilakukan penelitian mengenai komunitas Gastropoda pada ekosistem mangrove di Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu pada bulan Juli 2010. Penelitian bersifat deskriptif-analitik dan bertujuan untuk mengetahui komposisi, kepadatan, keanekaragaman, kemerataan, dominansi, penyebaran, kesamaan, dan korelasinya dengan parameter abiotik. Penelitian dilakukan dengan purposive sampling dan menggunakan metode transek kuadrat di tiga pulau, yaitu Pulau Pari, Pulau Tengah, dan Pulau Burung. Parameter abiotik yang diukur meliputi, suhu, salinitas, kedalaman, dan kandungan bahan organik. Sebanyak 33 spesies Gastropoda ditemukan di ekosistem mangrove Gugus Pulau Pari. Gastropoda yang ditemukan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu 6 jenis diantaranya merupakan moluska asli mangrove, 2 jenis diantaranya moluska fakultatif, dan 25 jenis sisanya merupakan moluska pengunjung. Kepadatan Gastropoda tertinggi terdapat di Pulau Tengah (112,48 ind/m2) dan terendah di Pulau Burung (66,19 ind/m2). Terebralia sulcata merupakan Gastropoda dengan kepadatan tertinggi, yaitu 31,6 ind/m2. Indeks keanekaragaman jenis tertinggi terdapat di Pulau Burung (1,978) dan terendah di Pulau Pari (1,497). Gastropoda di ekosistem mangrove Gugus Pulau Pari cukup merata dengan pola sebaran mengelompok dan tidak ada spesies yang mendominasi. Indeks kesamaan terbesar terdapat pada substasiun P1 dan T1 (92,74%), sedangkan terendah terdapat pada T3 dan B8 (14,65%). Kandungan lumpur dan bahan organik memiliki korelasi positif terhadap kepadatan Gastropoda.

Abstract
The research had been done for structure community of Gastropods at mangrove ecosystem in complex Pari's Island, Seribu Islands on July 2010. The purpose for this particular descriptive analysis research was to know the composition, density, diversity, evenness, domination, distribution, similarity and it?s correlation with abiotic parameters. Samples were taken by using purposive sampling and transect square method on three islands, namely Pari Island, Tengah Island and Burung Island. The abiotic parameters were measured (temperature, salinity, depth, and organic matter). We found 33 species of gastropods, which they were divided into three groups, namely native (6), facultative (2), and visitor (25) species molluscs of mangrove, respectively. The highest density was found in the Tengah island (112,48 ind/m2) and the lowest in the Burung Island (66,19 ind/m2). Terebrealia sulcata was Gastropod with the highest density (31,6 ind/m2). The highest diversity index occured at Burung Island (1,978) and the lowest at Pari Island (1,497). In general the distribution of Gastropods at mangrove ecosystem in complex Pari?s Island was clumped distribution pattern and no species domination. The highest similarity index found in substation P1 and T1 (92,74%), while the lowest found in T3 and B8 (14,65%). The mud and total organic matter (TOM) has a positive correlation to Gastropods density. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S193
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrizal Ari Iwari
"Peningkatan gas CO2 di atmosfer dapat mengakibatkan peningkatan suhu rata-rata di bumi yang dapat menyebabkan perubahan iklim. Padang lamun, salah satu komunitas penyusun ekosistem pesisir pantai memiliki fungsi yang dapat dipertimbangkan sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis laju penyerapan karbon dan potensi tiap jenis lamun sebagai penyimpan karbon serta mengestimasi total kandungan karbon komunitas lamun. Penelitian dilakukan pada bulan Januari - Juni 2013 di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Data diperoleh dengan menggunakan metode transek kuadrat untuk menentukan struktur komunitas dan biomassa. Pengukuran pertumbuhan dan produksi daun lamun dilakukan dengan metode penandaan daun, sementara untuk produktivitas serasah menggunakan metode kurungan. Analisis kandungan karbon dalam bagian tanaman lamun dan serasah lamun dilakukan dengan metode Walkley & Black.
Hasil menunjukan bahwa rata-rata laju penyerapan karbon di Pulau Pramuka sebesar 0,53 gC/m2/hari. Dua jenis lamun yang mempunyai laju penyerapan karbon yang tinggi yaitu Thalassia hemprichii (1,69 gC/m2/hari) dan Cymodocea rotundata (0,65 gC/m2/hari), sedangkan jenis lamun yang memiliki cadangan karbon yang tertinggi yakni Enhalus acoroides (139,95 gC/m2) diikuti oleh Thalassia hemprichii (56,87 gC/m2) dan yang terendah ditemukan pada Halophila ovalis (1,91 gC/m2). Rata-rata cadangan karbon pada komunitas lamun Pulau Pramuka sebesar 200,90 gC/m2. Berdasarkan estimasi, total luas padang lamun di Pulau Pramuka sebesar 59,25 ha, sehingga total kandungan karbon yang diperoleh yakni 119,03 ton atau setara dengan 2,01 ton/ha dan jumlah CO2 yang diserap oleh padang lamun Pulau Pramuka yakni sekitar 436,84 ton CO2.

The increase of CO2 in the atmosphere may caused the increasing average temperature of the earth, which could cause climate change. Seagrass beds, one of the constituent communities and coastal ecosystems has a function that can be considered as a carbon sink and carbon stock. This study aims to analyze the rate of carbon sequestration and the potential of each species of seagrass as a carbon sink as well as estimating total carbon stock in seagrass communities. The study was conducted in January - June 2013 in the Pramuka Island, Seribu Islands, Jakarta. Data obtained using quadratic transect method for determining community structure and biomass of seagrass. Measurement of seagrass growth and leaf production is done by the leaf marking method, while for leaf litter productivity using cages method. Analysis percentage of carbon in the plant parts of seagrass and seagrass leaf litter carried by Walkley & Black method.
The results show that the average rate of carbon sequestration at Pramuka Island is 0,53 gC/m2/day. There are two species of seagrass that have a high rate of carbon sequestration is Thalassia hemprichii (1,69 gC/m2/day) and Cymodocea rotundata (0,65 gC/m2/day). While seagrass species that has the highest carbon stocks that Enhalus acoroides (139,95 gC/m2) followed by Thalassia hemprichii (56,87 gC/m2) and the lowest was found in Halophila ovalis (1,91 gC/m2). Average carbon stock in seagrass communities Pramuka Island at 200,90 gC/m2. Based on estimates​​, the total area of ​​seagrass beds at Pramuka Island of 59,25 ha. The total carbon stock can be determined that 119,03 tons, or equivalent to 2,01 tons/ha and the amount of CO2 absorbed by seagrass Pramuka Island which is about 436,84 tons of CO2.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Eve Berliana
"Telah dilakukan penelitian tentang struktur populasi kerang Pinna muricata dan korelasinya dengan kepadatan lamun di sekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan dan menganalisis struktur populasi kerang Pinna muricata yang meliputi kelimpahan, persebaran, dan ukuran, serta mencari tahu ada atau tidaknya korelasi dengan jumlah lamun di sekitarnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan transek sepanjang 50 meter yang dibentangkan mengelilingi pulau secara tegak lurus dari pantai. Pada jalur transek tersebut diletakan kuadrat dengan luas 10×2 m2 sebanyak tiga buah dengan jarak antar kuadrat adalah 10 m. Pinna muricata yang ditemukan pada tiap kuadrat dihitung dan diletakan kuadrat kecil seluas 1×1 m2 dengan posisi sehingga Pinna muricata berada di tengah kuadrat tersebut. Tegakkan tiap jenis lamun yang ada dalam kuadrat kecil dihitung. Setelah itu, cangkang kerang diambil dari substrat dan dihitung morfometrinya menggunakan penggaris. Tiap data yang didapat ditampilkan dalam tabel, dan dibandingkan dengan data yang didapat pada penelitian sebelumnya. Data jumlah Pinna muricata, jumlah tegakkan lamun, dan panjang total cangkang diuji dalam rumus Uji Korelasi Spearman. Hasil menunjukkan bahwa jumlah kerang Pinna muricata menurun sampai 42,6%, dan panjang total cangkang dari Pinna muricata menurun 13,49% dibandingkan dengan penelitian pada tahun 2003. Hasil Uji Korelasi Spearman menunjukan adanya nilai korelasi positif antara jumlah Pinna muricata dan jumlah tegakkan lamun dengan nilai koefisien korelasi 0,86, namun, ditemukan nilai korelasi negatif antara panjang total cangkang Pinna muricata dengan jumlah tegakkan lamun dengan nilai koefisien korelasi -0,51.

A research about the population structure of Pinna muricata and its correlation with the number of seagrass shoots around them had been conducted. The purpose of this study was to count, compare, and analyze the population structure of Pinna muricata in the shape of their numbers, distributions, and size, then finding out whether or not those factors have any correlations with the number of seagrass’ shoots around them. Data collecting was done with a 50 meter line transect placed vertically with shoreline. On the transect track, a 10×2 m2 quadrats was placed three times, with the distance of each quadrats is 10 m. Each Pinna muricata that was found on the quadrat was counted, and then a smaller quadrat with the size of 1×1 m2 was put in a way that makes the Pinna muricata is placed on the center of the small quadrat. Every seagrass’ shoots that was found on the small quadrat was counted. Then Pinna muricata was picked from its substrate to measure its morphometrics. Every data that was found was displayed on a table to be compared with previous research. The number of Pinna muricata that was found, number of seagrass’ shoots, and the total length of Pinna muricata was analyzed using the Spearman’s Rank Correlation Coefficient formula. Results show that the number of Pinna muricata had decrease by 42,6%, and the total length of Pinna muricata had also decrease by 13,49% when compared to a previous study in 2003. The results of Spearman’s rank correlation coefficient showed a positive correlation between the number of Pinna muricata and the number of seagrass’ shoots, with the number of correlation coefficient is 0,86. The result also showed a negative correlation between the total length of Pinna muricata’s shell and the number of seagrass’ shoots, with the number of correlation coefficient is -0,51."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athifa Azka Fadhila
"Pulau Tidung merupakan salah satu destinasi pariwisata di Kepulauan Seribu dengan keindahan alam dan biota laut di dalamnya. Pada tahun 2020, Pulau Tidung mengalami penurunan wisatawan akibat pandemi COVID-19 yang melanda. Seiring berjalannya waktu, jumlah wisatawan pada tahun 2023 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya  berdasarkan warga lokal dan tour guide. Peningkatan jumlah wisatawan ini dikhawatirkan mampu mengakibatkan tekanan terhadap ekosistem lamun. Lamun merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang hidup di air dan dapat berkembang pada perairan estuari dan dangkal. Penyerapan karbon merupakan salah satu peran dan fungsi lamun bagi eksosistem.  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa struktur komunitas lamun pada tahun 2022 dan 2023, mengetahui estimasi kandungan karbon pada lamun serta mengorelasi karbon pada lamun dan karbon pada sedimen. Identifikasi lamun menggunakan metode transek kuadran dan dilakukan pada 4 stasiun pengamatan dan metode pengabuan atau Loss of Ignition untuk menghitung kandungan karbon pada lamun dan sedimen. Ditemukan lima spesies lamun di Pulau Tidung, antara lain Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, dan Halophila ovalis. Untuk menunjukkan perbandingan lamun antar tahun digunakan salah satu indeks struktur komunitas, yaitu nilai kerapatan. Nilai kerapatan lamun tahun 2022 sebesar 87,17 dan tahun 2023 sebesar 62,42. Selanjutnya didapatkan nilai estimasi kandungan karbon pada lamun, yaitu tahun 2022 memiliki rata-rata estimasi kandungan karbon ABG sebesar 176,74 gC/m2 dan BLG sebesar 258,36 gC/m2 dan tahun 2023 memiliki estimasi kandungan karbon ABG sebesar 127,43 gC/m2 dan BLG sebesar 187,16 gC/m2. Dilakukan Uji-T Independen untuk melihat perbedaan yang signifikan antar tahun. Hasil Uji-T pada kerapatan lamun 2022 dan 2023 memiliki nilai sig. 0,02 < 0,05 yang menunjukkan terdapat perbedaan signifikan sedangkan pada kandungan karbon lamun 2022 dan 2023 memiliki nilai sig, 0,09 > 0,05 yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan. Sebagian besar karbon pada lamun disimpan pada bagian substrat bawah. Maka dari itu dilakukan perhitungan pada kandungan karbon sedimen.Pada tahun 2022 persentase kandungan karbon organik di setiap stasiun memiliki kisaran 2,63%-3,93%. Pada tahun 2023 kisaran persentase kandungan karbon organik di setiap stasiun adalah 1,95%-2,42%. Dilakukan uji korelasi Spearman pada kandungan karbon substrat bawah lamun dan sedimen dan didapatkan hasil korelasi positif dengan nilai 0,98 dimana semakin tinggi kandungan karbon pada substrat bagian bawah lamun, maka semakin tinggi kandungan karbon pada sedimen di bawahnya.

Tidung Island is one of the tourist destinations in the Thousand Islands with its natural beauty and marine life. In 2020, Tidung Island experienced a decrease in tourists due to the COVID-19 pandemic that hit. Over time, the number of tourists in 2023 has increased compared to the previous year based on residents and tour guides. The increase in the number of tourists is feared to cause pressure on the seagrass ecosystem. Seagrasses are flowering plants (Angiosperms) that live in water and can develop in estuaries and shallow waters. Carbon sequestration is one of the roles and functions of seagrass for the ecosystem. This study aims to analyze the structure of seagrass communities in 2022 and 2023, determine the estimated carbon content in seagrasses, and correlate carbon in seagrasses and sediments. Seagrass identification used the quadrant transect method and was carried out at four observation stations and the loss of ignition method to calculate carbon content in seagrass and sediment. Five seagrass species were found in Tidung Island, including Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, and Halophila ovalis. One of the community structure indices, namely density value, was used to show the seagrass comparison between years. The seagrass density value in 2022 amounted to 87.17 and in 2023 amounted to 62.42. Furthermore, the estimated value of carbon content in seagrass was obtained, namely, 2022 had an average estimated carbon content of ABG of 176.74 gC/m2 and BLG of 258.36 gC/m2 and 2023 had an estimated carbon content of ABG of 127.43 gC/m2 and BLG of 187.16 gC/m2. Independent T-Tests were conducted to see significant differences between years. The results of the T-test on seagrass density in 2022 and 2023 had a sig. 0.02 < 0.05 indicates a significant difference, while in seagrass carbon content 2022 and 2023 have a sig value, 0.09 > 0.05 indicates no significant difference. Most of the carbon in seagrass is stored in the lower substrate. In 2022, the percentage of organic carbon content at each station ranged from 2.63% to 3.93%. In 2023 the percentage range of organic carbon content at each station was 1.95% - 2.42%. Spearman correlation test was conducted on the carbon content of the seagrass bottom substrate and sediment and obtained positive correlation results with a value of 0.98, where the higher the carbon content in the seagrass bottom substrate, the higher the carbon content in the sediment below."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>